Anda di halaman 1dari 23

INSPEKSI SANITASI MASJID AL MUJAHIDIN

PERUMAHAN KEDUNGWARINGIN

Nurul Anggraeni1), Uum Huzaimah2)


1
anggraeninurul4@gmail.com, 2uumhuzaimah703@gmail.com
1,2
Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa, Indonesia

Abstract
Latar Belakang : Isu sanitasi merupakan masalah yang perlu diperhatikan semua pihak karena
berkaitan dengan seluruh kegiatan manusia. Sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan
berbagai macam penyakit. Sekitar 2,4 juta kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua kematian)
dapat dicegah setiap tahun jika semua orang menjaga kebersihan dengan baik dan memiliki
fasilitas sanitasi dan air bersih yang memadai. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kualitas sanitasi Masjid Al-Mujahidin di Perumahan Kedungwaringin, Bekasi.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah metode observatif dengan menggunakan
checklist form inspeksi sanitasi Masjid. Adapun parameter yang diamati adalah kondisi bangunan,
fasilitas sanitasi, pengawasan terhadap serangga dan vektor, pengaturan barang-barang, fasilitas
P3K, kebersihan perlengkapan sembahyang, fasilitas wudlu dan karyawan/petugas pengurus
Masjid. Pengamatan dilakukan pada tanggal 18 Desember 2019. Hasil dan Pembahasan : Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari skor maksimal yang ada di from inspeksi sanitasi Masjid yaitu
1000, Masjid Al Mujahidin mendapatkan total skor 692. Kesimpulan : Masjid Al Mujahidin
memenuhi kategori “cukup” dari tiga kategori yang telah ditentukan berdasarkan total skor yang
didapat, yaitu baik, cukup, dan kurang.

Keywords: Inspeksi Sanitasi, TTU, Masjid

1. LATAR BELAKANG
Masjid adalah salah satu tempat umum termasuk fasilitasnya yang digunakan untuk
melakukan ibadah keagamaan umat Islam. Sebagai tempat umum, Masjid juga dapat memberi
peluang terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan atau gangguan kesehatan
lainnya apabila lingkungannya tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi termasuk
orang yang menggunakan masjid (Derajat Prasojo, 2016). Suatu tempat umum yang belum
memiliki fasilitas sanitasi perlu didorong untuk memiliki sarana yang memenuhi syarat dan
dapat memeliharanya dengan baik sehingga dalam jangka panjang menghasilkan kondisi sarana
tempat umum yang sehat.
Menurut Mukono (2006) sanitasi di tempat-tempat umum merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang cukup mendesak.Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya
masyarakat dengan segala penyakit yang berpotensi diderita anggota masyarakat. Penularan
penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya air bersih dan jamban,
kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan nyamuk,
kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain.Dengan demikian sanitasi
tempat – tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk melindungi, memelihara,
dan meningkatkan derajat kesehatan manusia.
Menurut WHO (2013) saat ini diperkirakan 2,4 miliar orang di dunia hidup dalam kondisi
tidak sehat karena tidak memiliki akses sanitasi dan berprilaku tidak sehat sehingga sangat
berisiko untuk terkena penyakit serta mempunyai andil dalam penyebaran penyakit yang
berbasis lingkungan. Yang paling terkena dampaknya adalah penduduk di negara-negara
berkembang yang hidup di bawah kemiskinan, umumnya mereka tinggal di pinggiran kota atau
pelosok pedesaan. Di Indonesia sendiri dari data Risekdas 2010 menunjukan bahwa sekitar 116
juta oranng masih kekurangan sanitasi yang memadai (Unicef Indonesia, 2012).
Dengan demikian, perlu adannya pengawasan sanitasi secara berkala dan terus menerus
oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas, selain itu peran aktif masyarakat juga merupakan aspek
yang perlu mendapat perhatian (M. Thoha, 2017). Perlu adanya suatu acuan sebagai dasar
penialain kualitas sanitasi di tempat-tempat umum dan untuk mengetahui aspek-aspek apa saja
yang harus ada dalam sanitasi tempat-tempat ummum. Oleh karena itu dengan adanya form
inspeksi sanitasi masjid bisa memudahkanuntuk menilai kualitas sanitasi di masjid tersebut.
Banyak aspek yang harus dipenuhi sebuah masjid untuk masuk dalam kategori sanitasi yang
baik. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Masjid Al Mujahidin merupakan sebuah Masjid yang berada di Perumahan
Kedungwaringin Bekasi. Masjid ini tergolong Masjid kecil karena hanya mampu menampung
kurang lebih 250 jemaah. Namun demikian, Masjid ini cukup ramai karena sering digunakan
untuk berbagai kegiatan oleh masyarakat sekitar, semisal pengajian rutin mingguan, tabligh
akbar pada peringatan hari besar Islam, kegiatan madrasah anak-anak setiap sore, dan terlebih
di Bulan Ramadhan Masjid ini selalu ramai oleh berbagai kegiatan keagamaan.Pada hari biasa
pun, setiap waktu shalat fardhu, Masjid ini selalu dijadikan tempat untuk shalat berjamaan oleh
warga perumahan di sekitar Masjid, terutama kaum laki-laki. Keberadaan Masjid ini sangat
bermanfaat bagi warga sekitar karena selain sebagai tempat ibadah, juga menjadi sarana untuk
bersilaturahmi.
Melihat urgensi dari keberadaan bagi warga sekitar. Sehingga akan muncul potensi
masalah kesehatan jika kondisi sanitasi Masjid tersebut tidak memenuhi standar. Untuk itu
perlu dilakukan pengamatan terhadap kualitas kesehatan lingkungan sebuah masjid dalam hal
sanitasinya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tempat – Tempat Umum
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Nurtri Lusiani, Yunita, 2009)
mendefinisikan tempat – tempat umum sebagai berikut : “Tempat-tempat umum adalah
tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah perorangan yang
langsung digunakan oleh masyarakat. Mempunyai tempat / kegiatan tetap serta memiliki
fasilitas”. Sedangkan menurut Suparlan, 1988, definisi tempat- tempat umum adalah suatu
tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul
mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus.
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum;
2. Mempunyai bangunan tetap / permanen;
3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola, pengunjung / pengusaha;
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
a. Fasilitas kerja pengelola.
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC / Urinoir,
dan kamar mandi.

2.2 Sanitasi Tempat – Tempat Umum


Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi
tempat-tempat umum dapat berupa :
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan faktor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat
umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :
1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan
b. Kualitas sanitasi
2. Psikologi bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan (security) : bangunann yang kuat dan kokoh sehingga tidak
menimbulkan rasa takut bagi pengunjung.
b. Kenyamanan (comfortmity) : misalnya kesejukkan.
c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian
kendaraan.

2.3 Sanitasi Masjid


Menurut Dinas Kesehatan Kebumen (2007), Masjid adalah suatu tempat termasuk
fasilitasnya, dimana masyarakat umum pada waktu-waktu tertentu terkumpul untuk
melakukan ibadah keagamaan Islam. Menurut MUI (2002) terdapat 4 pokok fungsi Masjid,
yaitu Masjid sebagai tempat ibadah, Masjid sebagai pusat informasi dan pendidikan,
Masjid sebagai pusat kebudayaan, dan masjid sebagai pusat kegiatan sosial.
Fungsi masjid tersebut menjadikan perlunya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Adanya ancaman penyakit menular
Mengingat bahwa masjid adalah tempat berkumpulnya orang banyak dan masyarakat
sekelilingnya banyak memanfaatkan fasilitas sanitas masjid, maka tempat yang
demikian itu merupakan daerah potensial penularan ataupun berjangkitnya berbagai
penyakit, seperti kolera, diare, TBC, ISPA dan scabbies.
2) Pentingya sanitasi masjid
Banyak masjid yang belum memperhatikan aspek sanitasinya.
3) Pengelolaan masjid
Perlu aktifnya badan pengelola masjid untuk mengurusi berbagai kegiatan
pemeliharaan sehari-hari masjid.
Sanitasi Masjid dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian dari suatu Masjid termasuk fasilitasnya terutama yang erat
hubungannya dengan timbul atau menularnya penyakit. Persyaratan minimal sanitasi
Masjid adalah sebagai berikut (Eko Sugiarto, 2013) :
1. Bagian Luar Masjid (Exterior)
a. Halaman Masjid
 Halaman yang bersih diwujudkan dengan tidak adanya sampah atau benda
lain yang berserakan.
 Tidak diperboehkan adanya genangan air comberan.
b. Pembuangan sampah
 Harus ada dan tersedia tempat sampah yang tertutup dan kedap air serta
mudah dibersihkan
 Jumlah tempat pembuangan sampah dan kapasitas disesuaikan dengan
kebutuhan,
c. Pembuangan air limbah
 Air limbah atau air bekas yang berasal dari tempat wudhu dapat dibuang atau
disalurkan keseluruh pembuangan air kotor umum yang kedap air atau dibuat
lubang resapan.
 Air hujan juga harus disalurkan sehingga tidak menimbulkan genangan air
dilingkungan Masjid.
d. Penyediaan air bersih
 Penyediaan air bersih sebaiknya diperoeh dari sumber Perusahaan Air Minum
(PAM).
 Bila sumber air berupa sumur gali atau sumur pompa tangan, maka jarak antar
sumur ke septil tank minimal 11 meter.
 Jika dari mata air maka mata air tersebut harus dilindungi dari kemungkinan
timbulnya pencemaran baik dari manusia maupun binatang.
 Jika dari sumur gali maka harus diperhatikan agar sumur gali tidak tercemari
yaitu dengan membuat dinding sumur minimal 3 meter yang kedap air beserta
bibir sumur lantainya.
 Apabila ada sumur gali menggunakan timba atau timba tersebut sudah tidak
terpakai maka harus tergantung jangan sampai diletakkan pada tanah atau
lantai.
 Harus tersedia cukup antara pria dan wanita.
e. Sarana pembuangan tinja
 Jamban yang digunakan hendaknya berbentuk leher angsa agar tidak berbau
dan tidak dihinggapi serangga.
 Air harus tersedia setiap saat baik melalui kran, bak kecil atau ember.
 Jamban harus selalu terawat dan bersih, serta harus diperhatikan agar bahan-
bahan seperti kreolin, lysol, atau deterjem tidak masuk ke lubang jamban.
 Pembuangan akhir hendaknya ke septik tank dan jarak ke sumber ari bersih
minimal 11 meter.
 Jumlah jamban harus tersedia cukup dan tersedia terpisah antara pria dengan
wanita.
 Ketentuan setiap 150 pengunung wanita disediakan 1 jamban, dan untuk 200
pengunjung pria disediakan 1 jamban.
 Pembuangan akhir sebaiknya ke septik tank.
f. Saluran pembuangan air hujan
 Mengalir secara gravitasi
 Tidak timbul genangan
g. Sarana peturasan
 Peturasan harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
 Harus tersedia cukup air untuk setiap saat.
 Pembuangan akhir sebaiknya ke septik tank atau ke ubang peresapan.
 Harus tersedia cukup, untuk setiap 150 orang pria / 1 buah peturasan.
h. Penyediaan air wudlu
 Tempat berwudlu terpisah dengan Masjid yang dihubungkan oleh lantai yang
kedap air (plesteran atau ubin).
 Berwudlu melalui air memancar (pemancur, kran) dan bukan bersama-sama
dalam bak / kolam. (tiap kran 50 orang)
 Bila air wudlu ditampung dalam bak, maka bak tersebut harus tertutup
kemudian baru dipasang kran – kran.
 Apabila bak sudah keliatan kotor, harus segera dibersihkan dan dikuras.
 Hendaknya dibuat terpisah antara tempat wudlu pria dan wanita.
2. Bagian Dalam Masjid (Interior)
a. Ruang shalat
 Lantai tidak lembab dan mudah dibersihkan.
 Keadaan lantai, dinding dan langit-langit selalu dalam keadaan bersih.
 Peralatan seperti mimbar, buku Al-Quran, tikar, serta peralatan lainnya harus
dijaga kebersihannya.
b. Alat shalat
 Sebaiknya Masjid disediakan tikar-tikar shalat.
 Tikar shalat harus selalu bersih dan bebas dari kutu busuk.
 Tikar harus sesering mungkin dijemur.
 Sepanjang bagian depan setiap shaff sebaiknya dipasang kain putih dengan
lebar kurang lebih 30 cm karena selain berfungsi sebagai tempat sujud juga
berfungsi sebagai pelurus barisan.
c. Penghawaan atau ventilasi
Untuk menjaga supaya ruangan di Masjid selalu mendapat udara yang segar harus
dibuat ventilasi di bagian atas atau dengan membuat jendela yang cukup lebar dan
menggunakan kipas angin. Luas penghawaan minimal 20% dari luas lantai.
d. Perlengkapan shalat
Dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
e. Tempat sandal dan sepatu
Sebaiknya disediakan tempat khusus dan terlindungi dari hujan.

3. METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi (pengamatan) langsung terhadap
keadaan sanitasi Masjid baik luar maupun bagian dalam Masjid dengan menggunakan formulir
inspeksi sanitasi. Objek penelitiannya yaitu Masjid Al Mujahidin yang berada di Perumahan
Kedungwaringin, Bekasi. Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2019 sekitar
pukul 07.00 WIB. Dengan didampingi oleh salah satu pengurus Masjid yang sedang bertugas.
Bahan dan alat yang digunakan yaitu form inspeksi sanitasi Masjid, alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi.
Lokasi pengamatan yaitu di Masjid Al Mujahidin, Perumahan Kedungwaringin, Kec.
Kedungwaringin, Bekasi, 17540. Masjid ini memiliki luas tanah 560 m2, luas bangunan
135 m2, daya tampung jamaah ±250 jamaah dan jumlah pengurus tiga orang. Fasilitas yang
terdapat di masjid antara lain parkir, Perlengkapan Sembahyang, Al-Qur’an, Tempat Wudlu,
Kamar Mandi / WC, Mic, Speaker (toa), Mimbar, Air Mineral, Meja, Kursi dan Papan Tulis
Untuk Kegiatan Madrasah Anak-anak.
Setelah semua aspek checklist di formulir diamati, skor hasil dijumlahkan kemudian
dimasukan kepada pengkategorian kriteria sanitasi Masjid, yaitu dikatakan Baik (700 – 1000),
Cukup (500 – 699), atau Kurang (5 – 499).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum
Profil Masjid Al Mujahidin
Alamat : Perumahan Kedungwaringin, Kec. Kedungwaringin, Bekasi,
17540
Luas Tanah : 560 m2
Luas Bangunan : 135 m2
Daya Tampung Jamaah : ±250 Jamaah
Penanggung Jawab : Bapak Herman
Jumlah Pengurus : 3 orang
Fasilitas : Parkir, Perlengkapan Sembahyang, Al-Qur’an, Tempat Wudlu,
Kamar Mandi / WC, Mic, Speaker (toa), Mimbar, Air Mineral,
Meja, Kursi dan Papan Tulis Untuk Kegiatan Madrasah Anak-
anak
Kegiatan : Pemberdayaan Zakat, Infaq, Shodaqoh, dan Wakaf,
Menyelenggarakan kegiatan TPA / Madrasah,
Menyelenggarakan Pengajian Rutin, Menyelenggarakan
Peringatan Hari Besar Islam, Menyelenggarakan Shalat Jumat
dan Shalat Fardhu

Masjid Al Mujahidin merupakan sebuah Masjid yang berada di Perumahan


Kedungwaringin Bekasi. Masjid ini tergolong Masjid kecil karena hanya mampu menampung
kurang lebih 250 jemaah. Namun demikian, Masjid ini cukup ramai karena sering digunakan
untuk berbagai kegiatan oleh masyarakat sekitar, semisal pengajian rutin mingguan, tabligh
akbar pada peringatan hari besar Islam, kegiatan madrasah anak-anak setiap sore, dan terlebih
di Bulan Ramadhan Masjid ini selalu ramai oleh berbagai kegiatan keagamaan. Pada hari biasa
pun, setiap waktu shalat fardhu, Masjid ini selalu dijadikan tempat untuk shalat berjamaan oleh
warga perumahan di sekitar Masjid, terutama kaum laki-laki.
4.2 Hasil Inspeksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian yang telah dilakukan terhadap sanitasi Masjid
Al Mujahidin yang mengacu pada checklist formulir inspeksi sanitasi, didapatkan nilai total
yaitu 692, sehingga sanitasi di Masjid tersebut termasuk pada kategori “CUKUP BAIK”.
Adapun detail penilaian sebagai berikut :
I. KONDISI BANGUNAN
Tabel 1. Hasil Penilaian Kebersihan Lantai di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


1. Kebersihan Lantai 30
a. Kualitas 15
5 5 -Kuat
5 5 -Mudah dibersihkan
5 5 -Tidak licin
b. Perawatan 15
10 8 -Tidak terdapat debu dan kotoran,
5 2 -Mengkilap

Untuk hasil penilaian kebersihan lantai dari total skor 30, kebersihan lantai untuk Masjid Al
Mujahidin, Bekasi memperoleh skor 25. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah masih
ditemukan debu di beberapa area, walaupun tidak menyeluruh. Selain itu juga di dapatkan hasil
jika lantai tidak terlalu mengkilap. Diketahui juga frekuensi membersihkan lantai Masjid oleh
pengurus Masjid ini adalah sebanyak 1 kali sehari yang dilakukuan pada pagi hari.

Gambar 1. Kondisi Lantai Masjid Al Mujahidin

Tabel 2. Hasil Penilaian Kebersihan Dinding / Langit di Masjid Al Mujahidin


Materi Bobot Nilai Keterangan
2. Kebersihan
30
Dinding/ Langit
a. Kualitas 15
5 5 -Permanent
5 5 -kedap air
5 5 -tidak lembab
b. Perawatan 15
8 8 -Warna terang
`
7 5 -tidak berdebu
Untuk kebersihan dinding atau langit, Masjid Al Mujahidin mendapat skor 28 dari total skor
30. Masih terdapat sedikit debu yang menempel pada bagian dinding yang memang jarang
terjamah. Misalnya di bagian sudut sudut Masjid.

Gambar 2. Kondisi Dinding dan Langit Masjid Al Mujahidin

Tebel 3. Hasil Penelitian Pencahayaan Masjid Al Mujahidin


Materi Bobot Nilai Keterangan
3. Pencahayaan 20
Minimal 10 fc atau masih dapat
Kualitas 20 20 untuk dapat membaca dengan
jelas pada tempat tergelap.

Untuk pencahayaan di Masjid Al Mujahidin mendapat skor 20 sesuai dengan kriteria


penilaian, karena kondisi pencahayaan di Masjid Al Mujahidin sangat baik sehingga bisa
melihat dengan jelas meskipun berada di tempat tergelap.

Gambar 3. Kondisi Pencahayaan Masjid Al Mujahidin


Tabel 4. Hasil Penilaian Penghawaan di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


4. Penghawaan 20

Bila luas penghawaan minimal


Kualitas 20 20
20% dari luas bangunan.

Untuk penghawaan di Masjid Al Mujahidin, skor yang diperoleh yaitu 20 yang berarti sesuai
dengan skor total. Hal ini karena Masjid Al Mujahidin dibuat dengan jendele-jendela dan
ventilasi udara yang besar dan luas, sehingga sirkulasi udaranya lancar.

Gambar 4. Kondisi Penghawaan Masjid Al Mujahidin

II. FASLITAS SANITASI


Tabel 5. Hasil Penelitian Penyediaan Air Bersih di Masjid Al Mujahidin
Materi Bobot Nilai Keterangan
1. Penyediaan Air
200
Bersih.
Bila jumlah air yang tersedia
melebihi kebutuhan wudlu
a. Kuantitas 100 100
jamaah walaupun di musim
kemarau.
b. Kualitas 100
25 25 -tidak berbau
25 25 -tak berasa
25 25 -jernih
25 25 -suhu = suhu udara.

Penilaian kategori penyediaan air bersih di Masjid Al Mujahidin mendapat skor maksimal
yaitu 200. Hal ini karena berdasarkan hasil pengamatan, seluruh persyaratan mengenai
penyediaan air bersih sudah terpenuhi. Air berasal dari PAM sehingga jumlah air mencukupi
kebutuhan, kondisi air tidak berbau, tidak berasa, jernih dan suhunnya normal.
Gambar 5. Kondisi Penyediaan Air Bersih Masjid Al Mujahidin

Tabel 6. Hasil Penelitian Jamban di Masjid Al Mujahidin


Materi Bobot Nilai Keterangan
2. Jamban 90
Bila jamban yang tersedia
a. Kuantitas 30 25 mencukupi yaitu 1 jamban untuk
200 jemaah.
b. Kualitas 30
10 10  Leher angsa
10 10  Bebas serangga/ kecoak.
10 7  Bersih
c. Perawatan 30
 Tidak ada ceceran tinja /
6 6
kotoran.
Tersedia air penggelontor
6 6
dalam jumlah cukup.
6 4  Tidak berbau.
6 5  Tidak licin.
6 0  Tersedia sabun.
Untuk kategori penilaian jamban di Masjid Al Mujahidin hanya mendapat skor total 73 dari
skor maksimal yaitu 90. Beberapa catatan diantaranya hanya tersedia 1 buah jamban sedangkan
kapasitas Masjid kurang lebih 250 jemaah dan persyaratan penialaian yaitu 1 buah jamban
untuk 200 jemaah. Selain itu kondisi jamban sedikit kotor dan berbau, juga tidak tersedianya
sabun di dekat jamban meskipun ada tempat untuk menaruh sabun. Menurut petugas Masjid,
jamban hanya dibersihkan sehari sekali, dan tidak disediakan sabun karena keberadaannya tidak
terlalu dibutuhkan.

Gambar 6. Kondisi Jamban Masjid Al Mujahidin

Tabel 7. Hasil Penelitian Peturasan di Masjid Al Mujahidin


Materi Bobot Nilai Keterangan
3. Peturasan 90
Bila jumlah peturasan yang
a. Kuantitas 45 0 tersedia melebihi kebutuhan
jemaah.
b. Kualitas 45
9 Ada saluran khusus keresapan.
9 Tidak berbau.
Tersedia cukup air untuk
9 0
menggelontor.
9 Lantai tidak licin.
9 Tidak ada kotoran.
Di Masjid Al Mujahidin tidak tersedia peturasan. Menurut petugas Masjid, jemaah laki-laki
biasanya langsung menggunakan jamban untuk buang air. Hal ini tentu saja membuat jamban
menjadi lebih kotor dan bau karena digunakan oleh laki-laki maupun perempuan.

Tabel 8. Hasil Penelitian Saluran Pembuangan Air Limbah di Masjid Al Mujahidin


Materi Bobot Nilai Keterangan
4.Saluran
Pembuangan Air 60
Limbah.
Kualitas 60
 Tersedia saluran pembawa
12 12
permanent dan kedap air.
12 0  Tersedia bak control.
12 12  Tidak mencemari sumber air.
 Aliran air mengalir dengan
12 0
lancar.
 Saluran pembawa dalam
12 0
keadaan bersih.
Untuk kategori penilaian saluran pembuangan air limbah di Masjid Al Mujahidin, hanya
mendapat skor 24 dari total skor 60. Hal ini karena saluran pembuangan air limbah tidak
terlihat. Menurut informasi, limbah kotoran dari jamban terhubung langsung ke pipa yang
menuju septic tank yang berada di belakang masjid, namun untuk septic tank sendiri tidak
terlihat karena tertutup oleh tembokan yang diatasnya dipenuhi pot-pot tanaman. Sedangkan
pipa juga berada didalam tanah sehingga tidak bisa diamati kondisinya. Akan tetapi dapat
dipastikan bahwa tersedia saluran pembawa air limbah yang permanent dan kedap air juga tidak
mencemari sumber air karena memang sumber air berasal dari PAM bukan air tanah.

Tabel 9. Hasil Penelitian Pembuangan Air Hujan di Masjid Al Mujahidin


Materi Bobot Nilai Keterangan
5. Pembuangan Air
30
Hujan.
Kualitas 30
 Bila tersedia saluran khusus
15 10
ke saluran umum kota.
 Air mengalir sehingga tidak
15 10
menggenang.

Untuk hasil penelitian pembuangan air hujan di Masjid Al Mujahidin didapat skor 20 dari
total skor 30. Adapun catatannya yaitu saluran pembuangan air hujan di beberapa bagian
tertutup rumput dan bongkahan batu bata, hal ini tentu dapat menghambat aliran air apabila
tengah terjadi hujan deras sehingga air hujan bisa meluap keluar dari saluran.

Gambar 7. Kondisi Saluran Pembuangan Air Hujan Masjid Al Mujahidin


Tabel 10. Hasil Penelitian Tempat Pembuangan Sampah di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


6. Tempat
Pembuangan 50
Sampah.
a. Kualitas 25
8 0 -Tertutup
8 5 -Mudah dibersihkan
9 9 -Kedap air
Bila volume tong sampah
b. Kuantitas 25 20
mencukupi volume sampah.

Hasil penelitian untuk kategori tempat pembuangan sampah di Masjid Al Mujahidin


mendapat skor 34 dari skor total yaitu 50. Tempat sampah yang tersedia hanya berjumlah satu
buah dan juga tempat sampah terbuat dari ember bekas cat sehingga kondisinya tidak tertutup.
Meskipun demikian, menurut petugas Masjid, volume sampah yang dihasilkan tidak begitu
banyak sehingga tong sampah yang ada sudah mencukupi. Selain itu, dikatakan bahwa setiap
sore hari sampah selalu diangkut oleh petugas kebersihan di perumahan Kedungwaringin
sehingga tidak ada penumpukan sampah.

Gambar 8. Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Masjid Al Mujahidin

III. PENGAWASAN SERANGGA DAN VEKTOR


Tabel 11. Hasil Penelitian Pengawasan Serangga dan Vektor di Masjid Al Mujahidin
Materi Bobot Nilai Keterangan
Pengawasan 80
Serangga dan 20 10 -Bila bebas jentik
Vektor 20 10 -Bebas lalat,
20 10 -Bebas kecoa
20 10 -Bebas tikus.

Terdapat 3 orang pengurus Masjid yang selalu bergantian membersihkan Masjid termasuk
melakukan pengawasan terhadap serangga dan vektor, namun meskipun demikian, potensi
keberadaan serangga atau vektor masih cukup besar. Beberapa alasannya yaitu,
perkembangbiakan jentik mungkin terjadi yang disebabkan oleh bak air di toilet yang
tidak tertutup, kondisi masjid yang dekat dengan tempat pembuangan sampah
sementara masyarakat menungkinkan adanya lalat, beberapa kondisi saluran sekitar
Masjid yang terdapat sampah dan rumput liar memungkinkan adanya kecoak dan tikus.
Sehingga skor yang didapat yaitu 40 dari skor maksimal 80.

IV. PENGATURAN BARANG - BARANG


Tabel 12. Hasil Penelitian Penempatan Barang di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


Penempatan 30
-Teratur di tempat yang sesuai
15 8
dengan fungsinya
15 10 -tidak kotor.

Untuk penilaian penempatan barang – barang di Masjid Al Mujahidin mendapat skor 18 dari
skor maksimal 30. Di beberapa tempat, penempatan barang terlihat kurang rapi. Beberapa
barang ditempatkan di sudut Masjid dan tidak ada pemisah dengan tempat shalat. Sehingga
kondisi di dalam Masjid sedikit berantakan. Tidak ada tempat khusus untuk menyimpan barang
– barang tertentu seperti meja dan kursi untuk kegiatan madrasah anak – anak.

Gambar 9. Kondisi Penempatan Barang Masjid Al Mujahidin


V. FASILITAS P3K
Tabel 13. Hasil Penelitian Fasilitas P3K di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


Fasilitas P3K 20
10 -Ada
5 0 -Isi lengkap
5 -berfungsi dengan baik.
Di Masjid Al Mujahidin belum terdapat fasilitas P3K sehingga skor yang didapat yaitu 0
(nol).

VI. KEBERSIHAN DAN PERLENGKAPAN SEMBAHYANG


Tabel 14. Hasil Penelitian Kebersihan dan Perlengkapan Sembahyang
di Masjid Al Mujahidin
Materi Bobot Nilai Keterangan
Kebersihan dan
kelengkapan 80
sembahyang
20 20 -Tidak berbau
20 20 -tidak kotor
Kualitas
20 15 -tidak berdebu
20 20 -utuh
Hasil penilaian untuk kategori kebersihan dan perlengkapan sembahyang memperoleh skor
75 dari skor maksimal yaitu 80. Kualitas kebersihan dan kelengkapan sembahyang dinilai sudah
baik, hanya saja karpet yang digelar di lantai Masjid sedikit berdebu di bagian dekat pintu
Masjid. Padahal karpet dengan motif sejadah biasanya digunakan langsung sebagai alas shalat.

Gambar 10. Kondisi Perlengkapan Sembahyang Masjid Al Mujahidin


VII. FASILITAS WUDLU
Tabel 15. Hasil Penelitian Fasilitas Wudlu di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


Fasilitas Wudlu 80
Jumlah kran berbanding
a. Kuantitas 20 20 kapasitas jemaah masjid 1:50
jemaah.
b. Kualitas 20
10 10 -Menggunakan kran
10 10 -bak air tertutup
c. Penempatan 20
10 10 -Terpisah dengan masjid
10 10 -tidak tercemar bau.
d. Perawatan 20
-Bak air lantai dan dinding tidak
10 5
berlumut
10 10 -tidak ada endapan.

Untuk penilaian fasilitas wudlu di Masjid Al Mujahidin mendapat skor 75 dari skor
maksimal yaitu 80. Kekurangannya yaitu di lantai tempat saluran bekas air wudlu masih
terdapat lumut di bagian pojokannya. Pembersihan bagian lantai tempat wudlu kurang
maksimal, tidak dibersihkan sampai ke sudut-sudutnya.

Gambar 11. Kondisi Fasilitas Wudlu Masjid Al Mujahidin

VIII. KARYAWAN / PETUGAS / PENGURUS MASJID


Tabel 16. Hasil Penelitian Karyawan/ Petugas Pengurus di Masjid Al Mujahidin

Materi Bobot Nilai Keterangan


Karyaawan / 80
Petugas/ Pengurus
Masjid
a. Kebersihan 40
perorangan 20 20 -Tidak sedang sakit mata/kulit,
20 20 -penampilan bersih.
b. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan berkala
40 0
kesehatan tiap 6 bulan 1 X.
Petugas pengurus Masjid Al Mujahidon mendapat skor 40 dari total skor maksimal yaitu 80.
Kebersihan perorangan dari petuugas Masjid memenuhi persyaratan penilaian, hanya saja di
Masjid Al Mujahidin tidak ada pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap
petugas Masjid.

Gambar 12. Kondisi Salah Satu Petugas Pengurus Masjid Al Mujahidin

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan penilaian yang telah dilakukan, yang mengacu pada
formulir inspeksi sanitasi, maka Masjid Al Mujahidin di Perumahan Kedungwaringin,
Bekasi, termasuk dalam kategori dengan sanitasi “Cukup Baik” dengan total nilai yang
diperoleh sebesar 692. Beberapa persyaratan penilaian masih belum terpenuhi dengan
sempurna. Ditunjukan dengan keadaan beberapa bagian Masjid yang masih sedikit kotor
dan kurang rapi juga dengan ketidaktersediaannya beberapa komponen, seperti peturasan
dan fasilitas P3K.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah :
1. Sebaiknya dilakukan pengepelan lantai 2 kali sehari pada pagi dan sore hari agar lantai
Masjid benar-benar bersih.
2. Dilakukan pembersihan pada saluran pembuangan air hujan supaya air hujan bisa
mengalir dengan lancar dan tidak berpotensi menjadi sarang vektor atau serangga.
3. Disediakan tempat khusus seperti gudang untuk menyimpan perlengkapan yang tidak
digunakan setiap saat agar tidak berantakan di area Masjid.
4. Ditambahkan beberapa komponen yang tidak ada di Masjid seperti fasilitas P3K dan
Peturasan.

6. REFERENSI
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. 2007. Buku Pemeriksaan Tempat Ibadah. Kebumen :
Dinas Kesehatan Prop. DATI I Jawa Tengah.

Karyono, Agung Setyo. 2015. Anallisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kondisi
Sanitasi Masjid Di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.

Majelis Ulama Indonesia. 2002. Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Menurut Ajaran
Islam. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press.

Nasution, M Thoha Gumanti. 2017. Tinjauan Pengetahuan Takmir dan Keadaan Sanitasi
Masjid di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Medan: Politeknik Kesehatan Medan.

Prasojo, Derajat, dkk. 2016. Kajian Kondisi Sanitasi Masjid Di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten
Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Rekayasa Lingkungan, Vol. 16/No. 1.

Sugiarto, Eko. 2013. Tinjauan Sanitasi Masjid Agung Kota Tegal Tahun 2002. Departemen
Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto.

Suparlan. 1988. Pedoman Pengawasan Sanitasi Tempat Tempat Umum. Surabaya :


Merdekaprint.

UNICEF . 2012. http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_130731.

WHO. 2015. Sanitation. http://www.who.int/topics/sanitation/en/

Yunita, Nutri Lusiana. 2009. Tinjauauan Sanitasi Masjid Agung Baitus Salam Purwokerto
Tahun 2009. Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
7. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai