PERUMAHAN KEDUNGWARINGIN
Abstract
Latar Belakang : Isu sanitasi merupakan masalah yang perlu diperhatikan semua pihak karena
berkaitan dengan seluruh kegiatan manusia. Sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan
berbagai macam penyakit. Sekitar 2,4 juta kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua kematian)
dapat dicegah setiap tahun jika semua orang menjaga kebersihan dengan baik dan memiliki
fasilitas sanitasi dan air bersih yang memadai. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kualitas sanitasi Masjid Al-Mujahidin di Perumahan Kedungwaringin, Bekasi.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan adalah metode observatif dengan menggunakan
checklist form inspeksi sanitasi Masjid. Adapun parameter yang diamati adalah kondisi bangunan,
fasilitas sanitasi, pengawasan terhadap serangga dan vektor, pengaturan barang-barang, fasilitas
P3K, kebersihan perlengkapan sembahyang, fasilitas wudlu dan karyawan/petugas pengurus
Masjid. Pengamatan dilakukan pada tanggal 18 Desember 2019. Hasil dan Pembahasan : Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari skor maksimal yang ada di from inspeksi sanitasi Masjid yaitu
1000, Masjid Al Mujahidin mendapatkan total skor 692. Kesimpulan : Masjid Al Mujahidin
memenuhi kategori “cukup” dari tiga kategori yang telah ditentukan berdasarkan total skor yang
didapat, yaitu baik, cukup, dan kurang.
1. LATAR BELAKANG
Masjid adalah salah satu tempat umum termasuk fasilitasnya yang digunakan untuk
melakukan ibadah keagamaan umat Islam. Sebagai tempat umum, Masjid juga dapat memberi
peluang terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan atau gangguan kesehatan
lainnya apabila lingkungannya tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi termasuk
orang yang menggunakan masjid (Derajat Prasojo, 2016). Suatu tempat umum yang belum
memiliki fasilitas sanitasi perlu didorong untuk memiliki sarana yang memenuhi syarat dan
dapat memeliharanya dengan baik sehingga dalam jangka panjang menghasilkan kondisi sarana
tempat umum yang sehat.
Menurut Mukono (2006) sanitasi di tempat-tempat umum merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang cukup mendesak.Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya
masyarakat dengan segala penyakit yang berpotensi diderita anggota masyarakat. Penularan
penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya air bersih dan jamban,
kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan nyamuk,
kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain.Dengan demikian sanitasi
tempat – tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk melindungi, memelihara,
dan meningkatkan derajat kesehatan manusia.
Menurut WHO (2013) saat ini diperkirakan 2,4 miliar orang di dunia hidup dalam kondisi
tidak sehat karena tidak memiliki akses sanitasi dan berprilaku tidak sehat sehingga sangat
berisiko untuk terkena penyakit serta mempunyai andil dalam penyebaran penyakit yang
berbasis lingkungan. Yang paling terkena dampaknya adalah penduduk di negara-negara
berkembang yang hidup di bawah kemiskinan, umumnya mereka tinggal di pinggiran kota atau
pelosok pedesaan. Di Indonesia sendiri dari data Risekdas 2010 menunjukan bahwa sekitar 116
juta oranng masih kekurangan sanitasi yang memadai (Unicef Indonesia, 2012).
Dengan demikian, perlu adannya pengawasan sanitasi secara berkala dan terus menerus
oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas, selain itu peran aktif masyarakat juga merupakan aspek
yang perlu mendapat perhatian (M. Thoha, 2017). Perlu adanya suatu acuan sebagai dasar
penialain kualitas sanitasi di tempat-tempat umum dan untuk mengetahui aspek-aspek apa saja
yang harus ada dalam sanitasi tempat-tempat ummum. Oleh karena itu dengan adanya form
inspeksi sanitasi masjid bisa memudahkanuntuk menilai kualitas sanitasi di masjid tersebut.
Banyak aspek yang harus dipenuhi sebuah masjid untuk masuk dalam kategori sanitasi yang
baik. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Masjid Al Mujahidin merupakan sebuah Masjid yang berada di Perumahan
Kedungwaringin Bekasi. Masjid ini tergolong Masjid kecil karena hanya mampu menampung
kurang lebih 250 jemaah. Namun demikian, Masjid ini cukup ramai karena sering digunakan
untuk berbagai kegiatan oleh masyarakat sekitar, semisal pengajian rutin mingguan, tabligh
akbar pada peringatan hari besar Islam, kegiatan madrasah anak-anak setiap sore, dan terlebih
di Bulan Ramadhan Masjid ini selalu ramai oleh berbagai kegiatan keagamaan.Pada hari biasa
pun, setiap waktu shalat fardhu, Masjid ini selalu dijadikan tempat untuk shalat berjamaan oleh
warga perumahan di sekitar Masjid, terutama kaum laki-laki. Keberadaan Masjid ini sangat
bermanfaat bagi warga sekitar karena selain sebagai tempat ibadah, juga menjadi sarana untuk
bersilaturahmi.
Melihat urgensi dari keberadaan bagi warga sekitar. Sehingga akan muncul potensi
masalah kesehatan jika kondisi sanitasi Masjid tersebut tidak memenuhi standar. Untuk itu
perlu dilakukan pengamatan terhadap kualitas kesehatan lingkungan sebuah masjid dalam hal
sanitasinya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tempat – Tempat Umum
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Nurtri Lusiani, Yunita, 2009)
mendefinisikan tempat – tempat umum sebagai berikut : “Tempat-tempat umum adalah
tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah perorangan yang
langsung digunakan oleh masyarakat. Mempunyai tempat / kegiatan tetap serta memiliki
fasilitas”. Sedangkan menurut Suparlan, 1988, definisi tempat- tempat umum adalah suatu
tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul
mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus.
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum;
2. Mempunyai bangunan tetap / permanen;
3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola, pengunjung / pengusaha;
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
a. Fasilitas kerja pengelola.
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC / Urinoir,
dan kamar mandi.
3. METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi (pengamatan) langsung terhadap
keadaan sanitasi Masjid baik luar maupun bagian dalam Masjid dengan menggunakan formulir
inspeksi sanitasi. Objek penelitiannya yaitu Masjid Al Mujahidin yang berada di Perumahan
Kedungwaringin, Bekasi. Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2019 sekitar
pukul 07.00 WIB. Dengan didampingi oleh salah satu pengurus Masjid yang sedang bertugas.
Bahan dan alat yang digunakan yaitu form inspeksi sanitasi Masjid, alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi.
Lokasi pengamatan yaitu di Masjid Al Mujahidin, Perumahan Kedungwaringin, Kec.
Kedungwaringin, Bekasi, 17540. Masjid ini memiliki luas tanah 560 m2, luas bangunan
135 m2, daya tampung jamaah ±250 jamaah dan jumlah pengurus tiga orang. Fasilitas yang
terdapat di masjid antara lain parkir, Perlengkapan Sembahyang, Al-Qur’an, Tempat Wudlu,
Kamar Mandi / WC, Mic, Speaker (toa), Mimbar, Air Mineral, Meja, Kursi dan Papan Tulis
Untuk Kegiatan Madrasah Anak-anak.
Setelah semua aspek checklist di formulir diamati, skor hasil dijumlahkan kemudian
dimasukan kepada pengkategorian kriteria sanitasi Masjid, yaitu dikatakan Baik (700 – 1000),
Cukup (500 – 699), atau Kurang (5 – 499).
Untuk hasil penilaian kebersihan lantai dari total skor 30, kebersihan lantai untuk Masjid Al
Mujahidin, Bekasi memperoleh skor 25. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah masih
ditemukan debu di beberapa area, walaupun tidak menyeluruh. Selain itu juga di dapatkan hasil
jika lantai tidak terlalu mengkilap. Diketahui juga frekuensi membersihkan lantai Masjid oleh
pengurus Masjid ini adalah sebanyak 1 kali sehari yang dilakukuan pada pagi hari.
Untuk penghawaan di Masjid Al Mujahidin, skor yang diperoleh yaitu 20 yang berarti sesuai
dengan skor total. Hal ini karena Masjid Al Mujahidin dibuat dengan jendele-jendela dan
ventilasi udara yang besar dan luas, sehingga sirkulasi udaranya lancar.
Penilaian kategori penyediaan air bersih di Masjid Al Mujahidin mendapat skor maksimal
yaitu 200. Hal ini karena berdasarkan hasil pengamatan, seluruh persyaratan mengenai
penyediaan air bersih sudah terpenuhi. Air berasal dari PAM sehingga jumlah air mencukupi
kebutuhan, kondisi air tidak berbau, tidak berasa, jernih dan suhunnya normal.
Gambar 5. Kondisi Penyediaan Air Bersih Masjid Al Mujahidin
Untuk hasil penelitian pembuangan air hujan di Masjid Al Mujahidin didapat skor 20 dari
total skor 30. Adapun catatannya yaitu saluran pembuangan air hujan di beberapa bagian
tertutup rumput dan bongkahan batu bata, hal ini tentu dapat menghambat aliran air apabila
tengah terjadi hujan deras sehingga air hujan bisa meluap keluar dari saluran.
Terdapat 3 orang pengurus Masjid yang selalu bergantian membersihkan Masjid termasuk
melakukan pengawasan terhadap serangga dan vektor, namun meskipun demikian, potensi
keberadaan serangga atau vektor masih cukup besar. Beberapa alasannya yaitu,
perkembangbiakan jentik mungkin terjadi yang disebabkan oleh bak air di toilet yang
tidak tertutup, kondisi masjid yang dekat dengan tempat pembuangan sampah
sementara masyarakat menungkinkan adanya lalat, beberapa kondisi saluran sekitar
Masjid yang terdapat sampah dan rumput liar memungkinkan adanya kecoak dan tikus.
Sehingga skor yang didapat yaitu 40 dari skor maksimal 80.
Untuk penilaian penempatan barang – barang di Masjid Al Mujahidin mendapat skor 18 dari
skor maksimal 30. Di beberapa tempat, penempatan barang terlihat kurang rapi. Beberapa
barang ditempatkan di sudut Masjid dan tidak ada pemisah dengan tempat shalat. Sehingga
kondisi di dalam Masjid sedikit berantakan. Tidak ada tempat khusus untuk menyimpan barang
– barang tertentu seperti meja dan kursi untuk kegiatan madrasah anak – anak.
Untuk penilaian fasilitas wudlu di Masjid Al Mujahidin mendapat skor 75 dari skor
maksimal yaitu 80. Kekurangannya yaitu di lantai tempat saluran bekas air wudlu masih
terdapat lumut di bagian pojokannya. Pembersihan bagian lantai tempat wudlu kurang
maksimal, tidak dibersihkan sampai ke sudut-sudutnya.
6. REFERENSI
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. 2007. Buku Pemeriksaan Tempat Ibadah. Kebumen :
Dinas Kesehatan Prop. DATI I Jawa Tengah.
Karyono, Agung Setyo. 2015. Anallisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kondisi
Sanitasi Masjid Di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Majelis Ulama Indonesia. 2002. Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Menurut Ajaran
Islam. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press.
Nasution, M Thoha Gumanti. 2017. Tinjauan Pengetahuan Takmir dan Keadaan Sanitasi
Masjid di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Medan: Politeknik Kesehatan Medan.
Prasojo, Derajat, dkk. 2016. Kajian Kondisi Sanitasi Masjid Di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten
Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Rekayasa Lingkungan, Vol. 16/No. 1.
Sugiarto, Eko. 2013. Tinjauan Sanitasi Masjid Agung Kota Tegal Tahun 2002. Departemen
Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
Yunita, Nutri Lusiana. 2009. Tinjauauan Sanitasi Masjid Agung Baitus Salam Purwokerto
Tahun 2009. Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
7. LAMPIRAN