DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 (2 DIII-A)
Agung Tri Nugraha
Amanda Nadia Putri
Carissa Gianika
Christina Dominggas
Diah Ayu Nastiti
Faiz Syaibatul Hamdi
M Hibban Fatah
DOSEN PEMBIMBING:
Zufia Maharani, ST., MSi
KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III Blok F3, No.8, RT04 RW08, Gunung, Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunianya, karena berkat karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada
junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini khususnya rekan-rekan yang senantiasa mendukung dan
memotivasi serta memberi masukan positif sehingga makalah ini dapat disusun.
Makalah ini berjudul Pengolahan kotoran manusia individual dan
komunal, dimana makalah ini membahas untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Pengelolaan Limbah Cair yang diampu oleh Ibu Zufia Maharani.
Dalam hal ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam penulisan atau
sebagainya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
penulisan kedepannya.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
1.1...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Berbagai penelitian tentang pengelolaan air limbah
domestik baik di Indonesia, diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Agustina (2010) di Kawasan Pekapuran Raya di Kota
Banjarmasin menunjukkan bahwa meskipun pengelolaan air
limbah tidak dikelola oleh masyarakat langsung, melainkan oleh
Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah (PD PAL), aspek sosial
dan ekonomi menjadi faktor penting dalam keberhasilan
pengelolaan air limbah, aspek sosial tersebut meliputitingkat
pengetahuan masyarakat, perilaku/kebiasaan masyarakat, persepsi
masyarakat. Selain itu, pemilihan teknologi yang tepat dan sesuai
bagi masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan
program penyediaan sarana pengolahan air limbah.Hal ini
berkaitan erat dengan ketersediaan biaya investasi dan
kemudahan dalam pengoperasian serta
pemeliharaannya.Teknologi yang dapat diterima masyarakat
adalah teknologi yang dianggap sederhana, murah dan ramah
lingkungan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
8
air limbah dengan sistem “on site treatmet ”secara sederhana
ditunjukkan seperti pada Gambar 1.2.
9
Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air
buangan yang berasal dari penggunaan untuk kebersihan yaitu
gabungan limbah dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan
sebagainya. Komposisi limbah cair rata-rata mengandung bahan
organik dan senyawa mineral yang berasal dari sisa makanan,
urin, dan sabun. Sebagian limbah rumah tangga berbentuk
suspensi lainnya dalam bentuk bahan terlarut. Limbah cair ini
dapat dibagi 2 yaitu limbah cair kakus yang umum disebut black
water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey water.
Black water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank,
namun sebagian dibuang langsung ke sungai. Sedangkan gray
water hampir seluruhnya dibuang ke sungai melalui saluran.
Perkembangan penduduk kota-kota besar semakin meningkat
pesat, seiring dengan pesatnya laju pembangunan, sehingga
jumlah limbah domestik yang dihasilkan juga semakin besar.
Sedangkan daya dukung sungai atau badan air penerima limbah
domestik yang ada justru cenderung menurun dilihat dari terus
menurunnya debit sungai tersebut.
11
grey water komunal hanya menghasilkan air bersih pada proses
akhir penyaringan. Akan tetapi jika air hasil dari SPAL
disterilkan kembali, maka air tersebut dapat di pakai lagi untuk
mencuci. Selain memakai SPAL, warga dapat menanam tanaman
yang mampu meyerap zat pencemar disekitar selokan. Tanaman
tersebut adalah bunga ungu, lidi air, bunga coklat, melati air, dan
lili air. Selain dapat menyerap zat pencemar, lingkungan kampung
akan akan semakin asri dengan adanya tanaman.
13
bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga
dapat mencegah gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet.
Air buangan dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak
dimasukkan ke dalam tangki septik kecuali bila tanki tersebut
direncanakan mampu menampung debit air buangan yang
besar. Tangki septik paling banyak digunakan penduduk
sebagai penampung sementara air buangan toilet karena
biayanya yang relatif murah. Tangki septik harus diletakkan
pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber air
tanah.
Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan.
Perbedaanya terletak pada jumlah septik tank dan cara
pembuangannya. Jumlah septik tank ganda mempunyai dua
atau lebih lubang penampung kotoran. Cara pemakaian
dilakukan bergilir setelah salah satu bak penampung terisi
penuh. Bak penampung yang telah penuh ditutup dan
didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan
kompos atau pupuk.
Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan
menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada
bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan jamban
tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran
yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan
14
dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah
dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.
Proses Kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan
sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat akan
mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat
yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak
dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan
yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut.
Lapisan ini disebut scum yang berfungsi
mempertahankan suasana anaerob dari cairan
dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri
anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur,
yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan
zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya,
selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga
mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan
septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan
enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja
15
dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan
enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan
masuk ke dalam tempat perembesan.
16
- Kloset atau mangkokan leher angsa
- Cangkul/alat penggali
- Alat pertukangan kayu dan batu
Pembuatan
- Pilih satu model bak penampung
- Tentukan jarak dari sumber air menurut kondisi tanah
- Bangunlah konstruksi
- Isilah sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil,
ijuk, batu, dll)
- Buat penutup bak dan letakkan di atas bak
- Jamban siap dipakai, apabila sudah penuh arah
pembuangan kotoran diubah melalui bak kontrol
- Kotoran yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan
menjadi pupuk
Penggunaan
- Tutup lubang pembuangan dibuka\
- Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan
hajat besar
- Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air
secukupnya.
Pemeliharaan
17
- Jangan menggunakan benda keras pada waktu
membongkar pupuk (untuk menghindari dinding bak)
- Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.\
- Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna
menghindari serangga dan bau.
Keuntungan
- Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
- Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk
kompos (setelah 2tahun) tanpa efek kesehatan.
- Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.
- Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung
(gangguan, serangga,bau).
Kerugian
- Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya
dangkal.
- Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/pengolahan-
limbah-domestik
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/206/05.2%20
bab%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y
https://harimawan.wordpress.com/2008/07/10/antara-cubluk-dan-
septic-tank/
20
21
22