MATA KULIAH
Disusun oleh
Kelompok 3:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Proses Pengolahan
Makanan. Tidak lupa kami pun berterima kasih kepada dosen-dosen pengampu kami. Selaku
dosen mata kuliah Penyehatan Makanan dan Minuman B yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Proses Pengolahan Makanan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah merupakan masalah global,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan foodborne disease) dan kejadian-
kejadian pencemaran pangan terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang
dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara
maju.
Diperkirakan satu dari tiga orang penduduk di negara maju mengalami
keracunan pangan setiap tahunnya. Bahkan di Eropa, keracunan pangan merupakan
penyebab kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau ISPA.
Hal inilah yang menarik perhatian dunia internasional World Health
Organization (WHO) mendefinisikan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan
atau dikenal dengan istilah "foodborne disease outbreak" sebagai suatu kejadian
dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit setelah mengkonsumsi
pangan yang epidemiologi terbukti sebagai sumber penularan.Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Indonesia mempunyai makna sosial dan politik tersendiri karena
peristiwanya sering sangat mendadak, mengena banyak orang dan dapat menimbulkan
kematian.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah investasi wabah dari kejadian luar biasa akibat keracunan pangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keracunan Pangan
B. Investigasi di Lapangan
Investigasi keracunan pangan terutama dilakukan untuk mempersempit
penyebab keracunan, karena keracunan pangan dapat disebabkan oleh ribuan galur
bakteri maupun berbagai racun baik yang dihasilkan oleh mikroba maupun bahan
kimia yang secara sengaja maupun tidak sengaja ditambahkan dalam suatu rantai
produksi pangan dari proses hulu (penamnaman, pemanenan) sampai ke hilir
(pengolahan, pengemasan dan sebagainya). Dalam pelaksanaannya kegiatan
mempersempit kandidat penyebab keracunan ini dilakukan baik melalui wawancara
mapun analisis obyektif di laboreatorium.
Wawancara dengan korban keracunan merupakan suatu langkah strategis yang
dapat menuntun tim investigasi ke arah penyebab keracunan yang paling mungkin.
Oleh karena itu, disamping memenuhi kaidah-kaidah teknik wawancara untuk
mendapatkan hasil sesahih mungkin, substansi wawancara dalam investigasi
keracunan juga harus memuat pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang dapat
menggiring pada berbagai data untuk analisis epidemiologi seperti gejala yang
dominan, waktu onset , dan jenis-jenis pangan yang dikonsumsi dalam 72 jam
terakhir.
Analisis epidemiologi dan interpretasi yang tepat tentang gejala keracunan,
waktu onset, jenis bahan pangan dengan memahami teknik pengolahan yang rawan
terhadap keracunan suatu kontaminan tertentu, penghitungan food specific attack rate,
serta pengetahuan mutakhir tentang jenis-jenis kontaminan yang banyak
menyebabkan keracunan pangan dapat membawa tim investigasi pada jenis pangan
yang patut dicurigai serta penyebab keracunan yang paling mungkin.
Dalam suatu jamuan misalnya, lazimnya disajikan berbagai jenis lauk pauk,
makanan pembuka atau penutup. Hasil wawancara yang baik semestinya dapat
menggiring investigator pada 2-5 jenis pangan yang paling mungkin yang sesuai
dengan gejala, waktu onset, serta teknologi pangan yang diduga penyebab keracunan
tersebut.
C. Investigasi di Laboratorium
Hasil analisis wawancara yang baik menjadi suatu modal penting dalam
pelaksanaan uji laboratorium. Dalam kenyataannya jumlah sampel yang tersedia
dalam keracunan pangan seringkali sangat terbatas untuk keperluan analisis untuk
beberapa calon penyebab keracunan. Penting diketahui disini bahwa penyebab
keracunan dalam analisis hanya dapat diketahui jika dilakukan analisis terhadapnya,
kecuali untuk gejala keracunan tipikal dengan satu jenis pangan yang telah dikenal
seperti keracunan tempe bongkrek, ikan buntal dan lain-lain. Apabila analisis hanya
dilakukan untuk mikroba A, misalnya, maka tentu tidak mungkin disimpulkan bahwa
mikroba B-lah penyebab keracunan,
Di Eropa dan Amerika Serikat, misalnya, saat ini melaporkan bahwa
Campylobacter jejuni adalah penyebab keracunan terbesar. Mengingat kompleksitas
uji bakteri ini yang cukup tinggi, besar kemungkinan bakteri ini tidak diuji dalam
kejadian-kejadian keracunan, sehingga meski mungkin terjadi tetapi keracunan karena
C. jejuni di Indonesia mungkin belum muncul dalam hasil investigasi.
Pemahaman mengenai pennyebab keracunan dan jenis pangan menjadi
penting, apalagi saat ini muncul berbagai patogen “emerging”. Misalnya, jika hasil
wawancara menunjukkan kemungkinan bakteri penyebab spora merupakan
penyebnab keracunan dalam bahan bangan matang berprotein tinggi, maka analisis
lebih tepat diarahkan pada Clostridium perfringens daripada Bacillus cereus,
meskipun keduanya menghasilkan spora. Apabila muntah muncul sebagai gejala
utama pada keracunan pangan, dengan waktu onset yang pendek (kurang dari 1 jam)
maka analisis terhadap bakteri dan enterotoksin Staphylococcus aureus atau B. cereus
tentunya menjadi lebih tepat.
Dalam analisis laboratorium, penting diketahui modus suatu kontaminan
khususnya mikroba dalam menyebabkan keracunan. Apakah bakteri tersebut
menyebabkan infeksi? Apakah bakteri tersebut menyebabkan intoksikas? Apakah
diperlukan jumlah besar untuk bakteri tersebut dalam menyebabkan keracunan? Hal
ini akan memberikan input tentang apakah analisis kualitatif saja sudah mencukupi
atau diperlukan analisis kuantitatif, dan juga apakah analisis metabolit (toksin)
diperlukan. Untuk itu analisis laboratorium harus penggunaaan metode analisis yang
terstandarisasi dan tenaga analisis yang berketrampilan tinggi agar diperoleh hasil
yang konsisten. Khususnya untuk keracunan karena mikroba, penting digunakan
pendekatan metode analisis yang paling mendekati sasaran. Tahap pendugaan untuk
analisis Escherichia coli dalam lactose broth misalnya akan mampu membawa analisis
menemukan E. coli , tetapi tahapan ini juga meniadakan E. coli galur tertentu seperti
O157:H7, sehingga pada kondisi E.coli O157:H7 yang diduga menjadi penyebab
keracunan, tahap pendugaan dalam lactose broth harus dimodifikasi, misalnya dengan
penggunaan antibiotika.
Pasal 21
BAB VI
LAPORAN PENANGGULANGAN
Pasal 27
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit karena pangan (foodborne diseases) yang lebih dikenal sebagai
keracunan makanan, dapat disebabkan oleh patogen (virus, bakteri, protozoa, cacing)
maupun bahan kimia (residu pestisida, logam berat, bahan tambahan ilegal,
mikotoksin, dan sebagainya).
Meskipun di Indonesia kasus-kasus penyakit asal pangan belum lengkap
datanya, kasus keracunan pangan bisa disebut fenomena gunung es karena pangan
dikonsumsi setidaknya tiga kali sehari.
Penyakit akibat makanan tercemar patogen umumnya ditandai dengan
terganggunya fungsi-fungsi saluran pencernaan. Gejala yang lazim muncul adalah
diare.
Saat ini, virus asal pangan yang paling dominan di negara-negara maju adalah
virus Norwalk-like yang sering menyebabkan diare melalui konsumsi salad maupun
kerang-kerangan.
B. Saran
Dari tulisan ini, kita mengetahui bahwa investigasi keracunan bukan sesuatu
pekerjaan sederhana melainkan suatu pekerjaan kompleks dengan tingkat kesulitan
yang amat tinggi. Pada kasus-kasus keracunan seringkali media massa menanyakan
penyebab keracunan pada saat keracunan terjadi, yang tentu saja tidak akan
mendapatkan jawaban yang memuaskan karena diperlukan tahapan investigasi untuk
menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
Oleh karena itu penting bagi pemerintah agar memiliki tim investigasi yang
handal yang dilengkapi dengan sumberdaya yang memadai, sistem kerjasama yang
baik dengan pihak pihak pos untuk memberi prioritas pengiriman sampel keracunan
serta dengan pihak kepolisian agar penanganan sampel keracunan dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, tim humas yang dapat terus memberi penjelasan secara
transparan kepada publik serta publikasi ilmiah tentang kasus-kasus keracunan yang
terjadi agar dijadikan bahan pembelajaran bagi industri pangan dan para
peneliti. Demikian makalah ini dibuat sebagai bahan referensi bagi pembaca semoga
bermanfaat bagi kita semua khususnya buat kami sendiri