Disusun Oleh :
Kelompok 5
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pelatihan Penjamah Makanan”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang diberikan oleh dosen
Mata Kuliah Penyehatan Makanan Dan Minuman-B.
Kami berterima kasih kepada para dosen yang telah membeikan arahan dan bantuan,
kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segala maaf, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-lain.
Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.
Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan banyak
terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dan memaafkan setiap kekeliruan
yang telah kami lakukan. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh
sebab itu kami akan sangat berterima kasih sekirahnya mendapatkan masukan untuk
menyempurnakan.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. PROSEDUR PENYELIDIKAN KERACUNAN KARENA MAKANAN.
Jika terjadi kasus keracunan diakibatkan oleh makanan, maka sebagian petugas sanitasi harus
melakukan penyelidikan atau investigasi terhadap kejadian tersebut langkah-langkah
investigasi adalah:
Bila terjadi kasus diare yang dilaporkan oleh pusat layanan kesehatan atau
puskesmas atau RS atau institusi ataupun perorangan, umumnya salmonellosis yang
pertama-tama disangka.
Lakukan wawancara terhadap Semua kasus tersangka serta mencari informasi bila
ada kasus yang tidak dilaporkan.
Kemudian temukan rata-rata waktu mulainya gejala (onset time) yaitu 12 sampai 14
jam atau rata-rata 18 jam untuk masa inkubasi Salmonella sehingga didapat jam
berapa makanan yang terinfeksi dimakan
Melakukan wawancara terhadap pasien dan orang-orang yang makan pada jam yang
diperkirakan tersebut, jenis makanannya dan tempat makan.
Lalu dihitung persentase orang yang sakit yang makan makanan yang dihidangkan
pada jam tersebut, dibandingkan dengan persentase orang yang sakit tetapi tidak
makan makanan tersebut . persentase yang tinggi dari orang yang sakit akan
dijumpai pada orang yang makan makanan terinfeksi, dan persentase yang rendah
bila ada akan dijumpai pada orang-orang yang tidak makan makanan yang terinfeksi.
Jika tidak ditemukan tempat makan yang umum pada jam yang diperkirakan, maka
dicoba mencari tempat umum lainnya atau data dari pasien Apakah mereka memiliki
kesamaan tempat makan, misalnya pada sebuah pesta hajatan perusahaan.
Setelah didapat sumber makanan terkontaminasi maka perlu dijajaki dan diselidiki
Bagaimana makanan tersebut dapat terkontaminasi, sehingga dapat dicegah kejadian
berikutnya atau pun dapat menjadi suatu kajian Apakah penyelenggara makanan
tersebut dapat diberikan atau diperpanjang izinnya
Diagnosa hasil salmonella atau bakteri lain harus dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap sampel makanan atau muntahan dengan sampel klinik lain
dari penderita.
6
Makanan disebut sebagai sumber infeksi bila cukup mengandung organisme
infeksius yang menyebabkan manusia sakit makanan hanya dapat menjadi sumber
infeksi bila:
Vulnarable (dapat menyebabkan pertumbuhan organisme infeksius)
Terkontaminasi (organisme infeksius ditemukan di dalamnya dan dalam jumlah
yang cukup sesuai dengan patogenitasnya)
Temperatur yang cocok (untuk pertumbuhan organisme infeksius tersebut)
Waktu yang adekuat (dari mulai makanan terkontaminasi sampai dimakan untuk
pertumbuhan organisme menjadi infektif)
Contoh bagi salmonella, makanan yang sempurna label adalah makanan yang
mengandung air/aw dan protein tinggi temperatur yang cocok untuk pertumbuhan
salmonella antara 10 sampai 45 oC waktu yang adekuat bagi salmonella untuk
berkembang biak cukup dalam waktu 4 jam.
Contoh kasus :
Dugaan keracunan makanan pada tanggal 17 Mei 2014, jumlah orang yang
sakit berasal dari acara yang sama dan jumlah kasus sementara 7 orang karena
dilakukannya acara peresmian Mikrohidro yang dilaksanakan oleh warga setempat
tanggal 16 Mei 2014 di Desa Banjaroyo. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
tim seksi acara, undangan yang disebarkan sebanyak 204 ekslamplar yang berhasil
diwawancarai sebanyak 230 orang dimana 60 orang tidak mengalami sakit dan 170
orang mengalami sakit.
Analisis yang digunakan yaitu univariat, bivariat menggunakan uji chi-square,
Attributable risk dan analisis multivariat menggunakan uji logistik berganda
7
Pelacakan dilakukan di desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang sebagai
tempat kejadian dugaan keracunan makanan dan catering sebagai tempat
pengolahan makanan.
Tabel 1 Distribusi Menurut Gejala – gejala Keracunan Makanan.
GEJALA N (JUMLAH) %
Diare 169 73,16
Nyeri/ Kram Perut 155 67,10
Mual 113 48,92
Kejang Perut 82 35,50
Lemas 66 28,57
Pusing 57 24,68
Mules 39 16,88
Panas 15 6,49
Tremor 11 4,76
Muntah 5 2,16
Grafik Epidemik
8
60
50
40
30
20
10
0
06.00 08.01 10.01 12.01 14.01- 16.01 18.01 20.01 22.01 (17- 02.01 04.01 06.01 08.01
- - - - 16.00 - - - - 05- - - - -
08.00 10.00 12.00 14.00 18.00 20.00 22.00 24.00 13) 04.00 06.00 08.00 10.00
00.01
-
02.00
Keterangan :
9
Tabel 3. Attributable risk Keracunan Makanan Menurut Jenis Makanan Lokal
10
Tabel 5. Odds Ratio Menurut Jenis Keracunan Makanan
Hasil yang diperoleh bahwa Attributable risk yang paling tinggi menurut jenis
olahan makanan catering adalah nasi (50,6%). Artinya, jika nasi tidak dikonsumsi
oleh populasi yang berisiko kemungkinan akan terjadi penurunan proporsi kasus
sebesar 50,6% (Tabel 2).
11
Sedangkan hasil yang diperoleh berdasarkan (Tabel 3) menunjukkan bahwa
Attributable risk yang paling tinggi menurut jenis olahan makanan lokal adalah
pisang rebus dan kacang rebus.
Artinya, jika pisang rebus atau kacang rebus tidak dikonsumsi oleh populasi
yang berisiko kemungkinan akan terjadi penurunan proporsi kasus sebesar 3,4% atau
2,3%. Nilai OR yang paling tinggi adalah gudeg sebesar 38 (p=0,000;- CI=5,21-
276,76) artinya orang yang makan gudeg lebih rentan berisiko mengalami sakit
sebesar 38 kali dibandingkan dengan orang yang tidak makan gudeg (Tabel 4).
Berdasarkan (Tabel 5) dapat dijelaskan bahwa sambal krecek (OR=6,7) artinya
orang yang makan sambal krecek berisiko mengalami sakit sebesar 7 kali daripada
orang yang tidak makan sambal krecek (p=0,018;CI=1,3-34,3), ayam bacem
(OR=10,4) artinya orang yang makan ayam bacem berisiko mengalami sakit sebesar
10 kali daripada orang yang tidak makan ayam bacem (p=0,002;CI=2,34-46,70).
Hasil pemeriksaan laboratorium spesimen makanan catering yaitu
Staphylococcus, Aeromonas Sobri, Jamur/Yeast, Pseudomonas Aeruginosa, dan
Enterobacter Aerogenes, sedangkan makanan lokal mengandung bakteri patogen
yaitu Staphylococcus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penjamah makanan diperoleh informasi
bahwa semua yang telah dilakukan dari pembelian bahan mentah, penyimpanan
bahan mentah, pengolahan bahan mentah, penyimpanan makanan siap saji,
pemanasan makanan serta pengepakan makanan telah dilakukan sesuai prosedur
yang baik dan benar. Pengolahan makanan dilakukan seluruh penjamah makanan
dalam keadaan sehat serta kondisi dapur bersih.
Waktu pelaksanaan diolahnya bahan makanan dimulai pada jam 15.00 WIB
tang gal 15 Mei sampai selesai lalu didiamkan dalam suhu kamar dan wadah
makanan tersebut ditutup. Makanan dihangatkan kembali pada jam 04.00 WIB
tanggal 16 Mei, makanan yang telah hangat lalu dikemas ke kotak kemudian
makanan kotak tersebut diambil oleh pihak penyelenggara pada jam 08.00 WIB
tanggal 16 Mei 2014. Makanan tersebut diambil dan dibawa ketempat acara dengan
kendaraan tertutup. Hasil wawancara dari pihak penyelenggara dikatakan bahwa nasi
kotak tersebut diambil jam 08.00 WIB dan diletakkan diatas meja dengan ruangan
terbuka. Kemudian dikonsumsi jam 12.00 WIB.
12
Berdasarkan hasil investigasi menurut masa inkubasi, gejala yang dirasakan
oleh penderita dan grafik kurva epidemik serta jenis makanan yang dicurigai
menyebabkan keracunan makanan dapat dilihat dari hasil nilai uji multivariat adalah
ayam bacem (OR=10,4), dan sambel krecek (OR=6,7), serta makanan tersebut
diduga terkontaminasi oleh bakteri Staphylococcus. Hasil penemuan epidemiologi
sama dengan hasil laboratorium yang diperoleh bahwa positif Staphylococcus,
berdasarkan jenis makanan dari catering dan lokal.
13
Anda juga sebaiknya menghindari makanan yang pedas, berminyak, dan
terlalu banyak bumbu, serta makanan dan minuman yang asam karena dapat
memperparah gejala. Selain itu, hindari juga konsumsi minuman yang mengandung
alkohol, kafein, atau susu.
14
Gejala Keracunan Makanan yang Perlu Segera Diobati oleh Dokter. Gejala keracunan
makanan umumnya akan mereda dalam beberapa hari hingga satu minggu. Segeralah ke
dokter bila gejala keracunan makanan tidak kunjung membaik atau disertai dengan:
Demam tinggi
Kram parah pada perut
BAB berdarah
Pandangan kabur
Otot-otot tubuh terasa lemah
Kesemutan atau mati rasa
Muntah setiap kali makan atau minum
Sangat lemas atau pingsan
Anda mungkin perlu diinfus dan dirawat di rumah sakit bila dokter menilai
kondisi keracunan makanan yang dialami cukup parah dan disertai dengan dehidrasi.
Dokter juga akan memberikan antibiotik apabila keracunan makanan disebabkan
oleh bakteri.
Agar keracunan makanan dapat dihindari, jaga kebersihan makanan yang akan
dikonsumsi, cuci bahan makanan sebelum diolah, masak makanan hingga benar-
benar matang, cuci tangan sebelum makan, dan jangan menyantap makanan sudah
berbau tak sedap, berlendir, atau berjamur.
15
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Keracunan makanan adalah segala gejala yang timbul akibat makanan
yang terkontaminasi. Makanan terkontaminasi dapat mengandung organisme
infeksius berupa bakteri, virus, maupun parasit atau toksin yang dihasilkan oleh
organisme tertentu. Organisme infeksius atau toksin dapat mengkontaminasi
makanan pada segala titik dari mulai proses, produksi atau distribusi suatu makanan.
Kontaminasi makanan dapat terjadi di segala titik pembuatan makanan, mulai
dari proses pengambilan bahan baku, pemasakan, hingga pengedaran makanan.
Kontaminasi ini terjadi di segala tempat, mulai dari kantin, katering, hingga di
rumah sendiri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari
keracunan makanan agar tidak terjadi kontaminasi silang, yaitu:
Mencuci tangan
Menyimpan bahan makanan dengan tepat
Penyimpanan bahan makanan
Membuang makanan yang meragukan
Selain itu, lakukan pengolahan makanan sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada,
agar tidak terjadi dan menghindari kontaminasi silang.
b. Saran
Penjamah makanan harus lebih menjaga personal hygine, dan menjaga pengolahan
makanan mulai dari pembelian bahan, pengolahan makanan, hingga penyajian
makanan yang sudah di olah. Masak makanan dengan tingkat kematangan yang
sempurna sesuai dengan jenis bahan makanannya. Segera konsumsi makanan yang
sudah selesai di olah agar makanan tidak terkontaminasi jika makanan dikonsumsi
terlalu lama dari waktu produksi, pastikan wadah pengolahan dan penyajian juga
hygienis.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Kusrini, dkk. 2011. Serial Buku Ajar Kesehatan Lingkungan, Penyehatan
Makanan dan Minuman-B. Jakarta : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Jakarta II.
https://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_makanan
http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com/2011/04/makalah-investigasi-wabah-klb-
keracunan.html
17