Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Penyakit Berbasis Lingkungan

Dosen : Djoko Purwoko, SKM., M.Kes

Penyakit Berbasis Lingkungan


“ Diare “

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Firdayanti Aprilia Karaeng Masak
Suci Safitra Syam Afrianita
Fitrah Anantasia Dini Putri Wulandari
Yanti Oktavia Nur Resky Jariah
Muh. Ihsan Muriadi
Gita Dwi Fitria Hikmah Amaliya
Ayu Meutia
Tingkat : II.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT. atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga “Laporan Penyakit
Berbasis Lingkungan Diare” ini bisa disusun dan diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Tersusunya makalah ini, tentu atas bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kami kepada Djoko Purwoko, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah yang
telah membantu dan membimbing kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih
baik dan bermanfaat.

Makassar, 14 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Tujuan Diagnosis Diare ............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Dinamika Transmisi Diare ........................................................................... 3
B. Gambar Model Transmisi Diare .............................................................8
BAB III PEMBAHASAN
A. Proses Kejadian Diare .................................................................................... 9
B. Alternatif Pemecahan Diare ........................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................11
B. Saran ......................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar


Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai
saat ini penyakit diare atau sering juga disebut gastroenteritis, masih
merupakan masalah kesehatan utama setiap orang di negara-negara
berkembang termasuk masyarakat di Indonesia, karena kurangnya
pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab diare. Melihat kondisi
negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih hidup di bawah
garis kemiskinan, penyakit diare masih menjadi penyakit yang sering
menyerang masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat kita
yang masih belum menyadari akan pentingnya sarana air bersih
(Nursalam, 2005).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada
tahun 2013 terjadi 10 kali KLB diare yang tersebar di 8 provinsi, 8
kota/kabupaten dengan CFR 1.08% sebanyak 646 orang penderita terdapat
7 orang meninggal karena diare (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan
penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 2.5%. Sedangkan
berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian
peringkat ke-3 (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Penyakit diare berhubungan erat dengan kualitas sanitasi


lingkungan individu dan perilaku hidup bersih sehat. Cakupan penemuan
kasus masih rentah terutama pada balita. Demikian pula dengan pencatatan
dan pelaporan kasus dari setiap institusi kesehatan masih belum optimal,
sehingga kasus terlaporkan belum dapat menggambarkan kasus yang
sebenarnya di masyarakat. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

1
akibat diare perlu diketahui factor-faktor yang berkaitan dengan kejadian
diare. Faktor yang diduga erat dengan kejadian diare meliputi keadaan
lingkungan, pelayanan masyarakat, keadaan gizi, kependudukan,
pendidikan, dan keadaan social ekonomi (Widoyono, 2008).

Tingginya angka kejadian diare balita juga merupakan masalah


yang penting di masyarakat sehingga perlu untuk didapatkan data yang
memadai. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan diare perlu digali untuk
memberikan wawasan dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat
akan pentingnya pencegahan kejadian diare tersebut.

Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu


factor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk.
Salah satu factor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara
lain akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Sanitasi
lingkungan yang buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare dimana
interaksi antara penyakit, manusia dan lingkungan yang mengakibatkan
perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peran factor lingkungan
(air, makanan, lalat), enterobakteri, parasite usus, virus, dan jamur telah
secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemologis sebagai
penyebab penyakit diare.

B. Tujuan Diagnosis Diare


1. Untuk mengetahui proses kejadian diare
2. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah diare

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dinamika Transmisi Diare


a. Agen Penyebab

Diare disebabkan oleh beberapa factor biologis agen penyakit,


diantaranya :

1. Virus, seperti Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,


Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
Misalnya influenza dan travelles diarrhea yang disebabkan antara
lain oleh rotavirus. Rotavirus adalah salah satu virus penyebab
diare, selain Norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes
simplex, dan virus hepatitis. Virus ini pertama kali ditemukan oleh
Ruth Bishop dari Australia pada 1976.
2. Diare bacterial (invasive), seperti E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter dan sebagainya agak sering terjadi tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat hygiene
masyarakat. Bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya pada
bahan makanan yang terinfeksi kuman menjadi invasive dan
menyerbu kedalam mukosa.
a. Campylobacter merupakan salah satu bakteri penyebab diare
yang dapat menginfeksi manusia dan hewan, khususnya
unggas. Infeksi campylobacter biasanya tidak terjadi langsung
dari penderita ke manusia, namun melewati media perantara
yang berupa makanan, seperti daging yang tidak dimasak
dengan benar, produk-produk susu dan keju yang tidak
dipasteurisasi, atau air yang terkontaminasi. Untungnya,
bakteri penyebab diare ini cenderung lemah di udara luar.
Bakteri akan bertahan pada suhu tubuh, namun dapat mati jika
terpapar oksigen atau berada dalam lingkungan yang kering.

3
b. Selain Campylobacter, bakteri penyebab diare yang lainnya
adalah Salmonella. Bakteri ini sering ditemukan pada daging
mentah atau pada produk-produk berbahan dasar susu.
Salmonella juga sering ditemukan pada hewan reptilia.
Setelah infeksi pada tubuh, Salmonella dapat berkembang
dengan cepat, dan gejala dapat muncul dalam rentang waktu
12 jam hingga 3 hari, dan dapat bertahan hingga tujuh hari.
Salmonella merupakan bakteri yang cukup lemah. Bakteri ini
dapat mati pada suhu tinggi sehingga untuk membunuhnya,
cukup masak bahan-bahan makanan yang akan Anda makan.
c. Bakteri lainnya adalah Shigella. Bakteri jenis ini sering kali
menyebabkan diare yang disertai dengan darah. Tidak seperti
bakteri penyebab diare lainnya, Shigella dapat berpindah dari
manusia kemanusia. Biasanya kasus diare karena Shigella
muncul di dalam komunitas dengan gaya hidup yang kurang
higienis. Bakteri ini hidup di air dan dapat menempel pada
makanan. Shigella dapat dengan mudah dihindari apabila
Anda rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
d. Satu jenis bakteri lain yang sering ditemukan pada kasus-
kasus diarea dalah bakteri E. Coli. Kebanyakan bakteri E. Coli
tidak berbahaya, dan seringkali hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Namun, beberapa jenis bakteri ini dapat
mengeluarkan racun yang menimbulkan infeksi yang akut,
dan menyebabkan diare. Umumnya, infeksi terjadi pada anak-
anak. Seperti halnya Shigella, bakteri ini juga dapat berpindah
dari manusia kemanusia.
3. Parasit seperti cacing (Ascaris Lumbricoides, Strongyloides
stercolaris, Capillaria philippinensis, Tricinella Spilaris)
a. Cacing Ascaris Lumbricoides adalah nama latin dari cacing
gelang yang hidup di usus manusia. Ascaris termaksud
parasite dalam tubuh manusia dari jenis roundworms. Cacing

4
ini seringnya berada pada lingkungan yang tidak bersih dan
tinggal di wilayah beriklim hangat. Gejala yang akan muncul
saat Ascaris menyerang bagian usus salah satunya Diare.
b. Cacing Stongyloides Stercoralis dapat menginfeksi manusia
melalui kulit oleh larva cacing yang bersifat sangat infektif.
Larva cacing Strongyloides dapat menembus organ tubuh
manusia, kemudian mencapai usus dan bersarang di usus.
c. Cacing Capillaria philippinensis tinggal di usus kecil manusia
menyebabkan diare dan malabsorpsi.
d. Trichinella spiralis merupakan nematoda yang dapat
menginfestasi melalui makanan, umumnya daging babi yang
terkontaminasi. Manusia sebagai inang definitive ditumpangi
cacing dewasa, dan menjadi inang perantara ketika larva
menginfestasi otot-otot.
4. Jamur seperti Candida Albicans yang sering terjadi di daerah sub-
tropis. Diare ini bercirikan cairan yang intermiten dan bertahan
lebih lama dari satu minggu.
5. Enterotoksin, diare akibat enterotoksin lebih jarang terjadi,
penyebabnya adalah kuman yang membentuk enterotoksin yang
bersifat self imiting yang akan sembuh dengan sendirinya kurang
lebih lima hari.

b. Sumber Penularan
a) Penularan secara langsung
Penyakti diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang satu
ke orang lain secara langsung melalui fecal-oral dengan media
penularan utama adalah makanan atau minuman yang
terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991). Penderita
diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika
pembuangan tinja tidak baik dilakukan pada jamban yang tertutup,
maka berpotensi sebagai sumber penularan.

5
b) Penularan secara tidak langsung
Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung
melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk
keperluan sehari-hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu,
maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya,
sehingga orang tersebut dapat terkena diare (Suharyono, 1991).

Penularan penyakit diare dapat terjadi antara lain melalui: air


yang terkontaminasi oleh bakteri, makanan yang terkontaminasi
bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak dengan
bakteri, dan melalui tanah yang terkontaminasi.

c. Media Transmisi
Mekanisme penularan penyakit diare dapat melalui beberapa media,
yaitu:

1. Tinja
Tinja yang terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Bila tinja dihinggapi binatang terutama lalat,
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, bila makanan
tersebut dikonsumsi seseorang maka dapat menyebabkan
terjadinya penyakit diare.
2. Air
Air merupakan media penularan penyakit diare yang utama,
disebut sebagai waterborndisease atau waterrelareddisese. Air yang
tercemar oleh kuman baik dari sumbernya, selama perjalanan
sampai ke rumah, atau saat disimpan di dalam rumah bila
dikonsumsi sebagai air minum dapat menularkan kuman penyebab
penyakit diare.
3. Tangan yang tercemar
Tangan seseorang yang terkontaminasi/tercemar kuman,
seperti tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,

6
setelah menceboki anak, atau setelah memegang sesuatu yang
kotor maka bila langsung memegang makanan maka kuman akan
ikut masuk ke dalam saluranpencernaan yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit diare.
4. Tanah dan peralatan makan/minum
Tanah atau peralatan makan/minum yang tercemar atau
terkontaminasikuman, misalnya karena tanah tercemar tinja, air
untuk mencuci alatmakan/minum tercemar, atau mencuci alat yang
tidak bersih, maka kumanyang menempel pada alat makan atau
minum akan ikut menempel padamakanan atau minuman yang
diletakkan di situ. Demikian juga bila tanahyang tercemar
ditumbuhi tanaman sayuran, bila sayuran, makanan danminuman
tersebut tertelan, maka dapat menyebabkan terjadinya diare.

d. Kejadian / Perilaku Pemajanan

Perilaku pemajanan penyakit diare dipengaruhi oleh :


1. Umur (Sistem kekebalan)
Kebanyakan yang terkena penyakit diare adalah bayi yg
berusia 1-5 tahun. Karena pada usia ini bayi belum mengetahui
apa-apa (belum bisa membedakan yang bersih dan yang kotor) dan
terkadang bayi itu suka memasukkan tangan, mainan ataupun yang
lainnya ke dalam mulut tanpa mengetahui kebersihannya

2. Perilaku kurang higinies


Bayi juga merupakan salah satu yang terkena penyakit diare
akibat perilaku kurang bersih. Dimana dalam hal ini adalah
pemberian ASI. Orang tua yang kurang menjaga kebersihan
tubuhnya dapat mengakibatkan bayinya sakit diare. Dan
penggunaan botol susu bayi juga dapat menyebabkan bayi sakit
diare, karena botol susah dibersihkan. Selain itu, perilaku tidak
mencuci tangan (sebelum makanan, setelah BAB, dll) juga dapat
menyebabkan sakit diare.

7
B. Gambar Model Transmisi Diare

Sumber penularan
Agen penyebab
Secara langsung (Tinja)
Virus, Bakteri, Parasit, Secara tidak langsung
Jamur, dan Enterotoksin (Air/vektor)

DIARE
Perilaku pemajanan Media transmisi
Umur ( Sistem kekebalan ) Tinja, Air, Tangan yang
tercemar, Tanah , dan
Perilaku kurang higinies Peralatan makan/minum

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Kejadian Diare


a. Agent
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral
atara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran tidak langsung
terjadi melalui perantara yaitu air atau vektor binatang seperti lalat,
tikus, kecoa dan lain-lain. Binatang tersebut dapat menjadi penyebaran
kuman tidak langsung karena kontak langsung dengan feses yang
mengandung kuman penyebab diare lalu mengkontaminasi makanan
dan minuman.
b. Media transmisi
1) Lingkungan biologis seperti vektor penyakit tertentu
terutamapenyakit menular.
2) Keadaan iklim yang dapat mempengaruhi diare seperti curahhujan
yang tinggi dapat menimbulkan sumber air dapat tercemar, suhu
udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi tumbuh
kembang mikroorganisme dan vektor.
3) Diare biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan
yang buruk
c. Host atau penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
1) Keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari
luar maupun dari dalam tubuh sendiri. Kebiasaan hidup dan
kehidupan sosial sehari-hari termasuk
2) Kebiasaan hidup yang tidak sehat, misalnya memberikan susu
formula dalam botol kepada bayi, karena memakai botol akan
meningkatkan risiko pencemaran kuman dan menimbulkan diare.
3) Gizi kurang.

9
4) Tidak mendapatkan ASI sehingga mempengaruhi kondisi imunitas
tubuh.

B. Alternatif Pemecahan Diare


1. Pembuatan sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan
mencuci tangan dengan baik dan benar.
2. Memfasilitasi WC umum untuk masyarakat.
3. Makan Makanan Bersih. Gaya hidup tidak sehat seperti makan
sembarangan bisa mengakibatkan terkena diare. Oleh sebab itu
memakan makanan yang bersih dan terhindar dari hinggapan lalat bisa
mengatasi diare secara tepat.
4. Penyuluhan tentang mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan
benar, serta penyuluhan untuk melakukan prilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).

10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Proses kejadian diare melalui beberapa simpul, yaitu: agent, media
transmisi, dan host atau penjamu yang meningkatkan kerentanan
terhadap diare.
2. Alternatif pemecahan masalah diare, yaitu sebagai berikut:
1) Pembuatan sumber air bersih yang mengalir guna menunjang
kegiatan mencuci tangan dengan baik dan benar.
2) Memfasilitasi WC umum untuk masyarakat.
3) Makan Makanan Bersih. Gaya hidup tidak sehat seperti makan
sembarangan bisa mengakibatkan terkena diare. Oleh sebab itu
memakan makanan yang bersih dan terhindar dari hinggapan lalat
bisa mengatasi diare secara tepat.
4) Penyuluhan tentang mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan
benar, serta penyuluhan untuk melakukan prilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).

B. Saran

Sebaiknya kita menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk


mencegah kejadian diare terutama pada anak kita.

11

Anda mungkin juga menyukai