Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PAPARAN CO DAN NO2 TERHADAP PETUGAS PARKIR DI

BASEMENT MALL

MAKALAH

Oleh

FIRDAYANTI

NIM PO714221171016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga “Makalah Analisis Paparan CO dan
NO2 Terhadap Petugas Parkir di Basement Mall” ini bisa disusun dan diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Tersusunya proposal ini, tentu atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu melalui kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih saya
kepada Bapak Mulyadi, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Penyehatan Udara- B
yang telah membantu dan membimbing saya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan
bermanfaat.

Makassar, 31 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Udara 5
2.2 Pencemaran Udara 5
2.3 Pencemaran Udara Dalam Ruangan 7
2.4 Karbon Monoksida (CO) 8
2.5 Nitrogen Dioksida (NO2) 9
2.6 Petugas Parkir 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 12
3.2 Populasi dan Sampel 12
3.3 Teknik Pengumpulan Data 12
3.4 Pengolahan dan Analisis Data 13
3.5 Variabel Penelitian 14
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 14
DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk
kehidupan manusia serta makhluk lainnya. Kemajuan jaman telah menggeser
perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin dan alat-alat
transportasi. Pemanfaatan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
semakin kompleks ternyata menimbulkan berbagai masalah lingkungan,
khususnya pencemaran udara. Di kota- kota besar di Indonesia pencemaran
udara lebih banyak disebabkan oleh sektor industri dan sektor transportasi.
Sektor transportasi merupakan penyumbang 80% pencemaran udara di
daerah perkotaan di Indonesia. Bahan pencemar terutama yang terdapat didalam
gas buang kendaraan bermotor tersebut adalah karbon monoksida (CO),
berbagai senyawa hidrokarbon (HC), berbagai oksida nitrogen (NOx), oksida
sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk logam berat seperti timbal (Pb).
Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbal organik, dilepaskan ke
udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan
bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal dari
permukaan jalan, komponen ban dan rem. (Soedomo dalam Ahadiansyah 2017).
Menurut data dari website resmi Badan Pusat Statistik (2017), dari
tahun 2000 hingga 2013 jumlah kendaraan bermotor naik lebih dari 2 juta unit
setiap tahunnya. Pada tahun 2013 sendiri, jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia menembus angka 104.118.969 unit dan 80% diantaranya didominasi
oleh kendaraan beroda dua. Berbagai macam kandungan gas berbahaya terdapat
di dalam polusi udara seperti gas CO, gas NO2, gas SO2, dan gas-gas lainnya.
Semua gas berbahaya tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Konsentrasi gas CO dan NO2 merupakan yang paling tinggi dari pada
konsentrasi gas-gas berbahaya lainnya. Hal ini dikarenakan 80% dari total

1
kendaraan di Indonesia merupakan kendaraan beroda dua. Kendaraan beroda
dua menggunakan bahan bakar premium maupun pertamax. Pembakaran bahan
bakar tersebut dapat mengasilkan gas CO dan NO2 (Ahadiansyah, 2017)
Kota Makassar memiliki tingkat pertumbuhan transportasi dan dalam
hal ini, kendaraan bermotor roda dua atau kendaraan roda empat memiliki
tingkat pertumbuhan yang cukup cepat dalam dekade terakhir. Namun,
diasumsikan bahwa peningkatan kendaraan setiap tahun adalah 16%, tingkat
pertumbuhan yang cukup besar, dan ditambah dengan tidak sejalan dengan
perluasan dan penambahan jalan / jalan, penanaman tanaman pelindung yang
berfungsi sebagai penyerapan polutan, kurangnya luas lahan yang menjadi
Lahan Terbuka Hijau (LTH) yang ditanami oleh beberapa pohon sebagai
perlindungan. Oleh karena itu, ia berimplikasi buruk terhadap lingkungan
(Mulyadi, 2017).
Perkembangan mall sebagai pusat perbelanjaan modern kian
menggeser pasar-pasar traditional terutama di kota-kota besar. Semakin banyak
mall semakin banyak pula lahan parkir yang diperlukan demi pelayanan dalam
memuaskan pelanggan. Kendaraan bermotor yang masuk dan keluar area parkir
basement tersebut mengeluarkan berbagai zat pencemar, diantaranya CO
(karbon dioksida) dan NO2 (Nitrogen dioksida).
Konsentrasi zat CO dan NO2 yang dihasilkan dari emisi gas buangan
kendaraan sedikit banyaknya memberikan dampak terhadap manusia tak
terkecuali di ruangan yang tertutup seperti ruangan parkiran basement mall.
Ventilasi ruangan yang buruk disertai emisi buangan gas kendaraan ditambah
juga dengan buangan gas generator listrik yang menyebabkan ruangan terasa
panas dan pengap tentunya akan memberikan dampak terhadap pekerja
termasuk petugas parkir di basement mall berupa rasa sakit (Damri, D., Ilza, M.,
& Afandi, D. 2016).
Sakit (illness) merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila

2
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Sakit ini tidak sama dengan
penyakit karena sakit merupakan gejala suatu penyakit. Oleh sebab itu,
menciptakan lingkungan kerja khususnya tempat parkir yang aman dan nyaman
serta mampu meningkatkan kesehatan dan produktivitas petugas parkir perlu
dilakukan pengujian lingkungan, pemeriksaan kesehatan biomedis bagi para
petugas parkir. Disebabkan hal tersebut perlu adanya analisis mengenai paparan
CO dan NO2 terhadap gangguan psikososial petugas parkir di Basement mall

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian yaitu, apakah ada hubungan kadar CO dan NO2 di udara
terhadap petugas parkir di basement mall?

1.3 Tujuan Penelitian


1.1.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara kadar CO dan NO2 terhadap petugas parkir di
basement Mall.
1.1.1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor individu melipui umur, lama paparan, masa
kerja, kebiasaan merokok, status gizi dan upaya mandiri dalam
mengurangi paparan polutan terhadap petugas parkir di basement
Mall
b. Mengukur kadar CO dan NO2 di udara terhadap area petugas parkir
c. Mengidentifikasi gangguan kesehatan terhadap petugas parkir di
basement Mall
d. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan gangguan
kesehatan terhadap petugas parkir di basement Mall

3
e. Menganalisis hubungan kadar CO dan NO2 di udara dengan
gangguan kesehatan terhadap petugas parkir

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Keselamatan
Kerja terkait dengan kadar CO dan NO2 diudara terhadap petugas parkir
di basement Mall, serta dapat digunakan sebagai salah satu referen si
sebagai pedoman untuk pengembangan penelitian yang terkait di masa
yang akan datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
literatur di Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Makassar dan sebagai referensi untuk pihak yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai kadar CO dan NO2 di udara terhadap
petugas parkir di basement Mall
b. Bagi Peneliti
Melalui penelitian yang dilakukan diharapkan, peneliti dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan
penelitian kadar CO dan NO2 di udara terhadap petugas parkir di
basement Mall
c. Bagi Tempat Kerja Terkait
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan untuk penyelenggaraan sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja yang bersangkutan.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Udara
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya
sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen
(O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh
khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari
(Sunu dalam Ahadiansyah 2017). Udara adalah faktor yang penting dalam
kehidupan manusia dan makhluk hidup. Udara sebagai komponen lingkungan
yang sangat penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup
secara optimal. Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervarasi yaitu uap
air dan CO2, kegiatan yang berpotensi menaikkan konsetrasi CO 2 seperti
pembusukan sampah tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di
dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernapasan (Agusnar dalam
Ahadiansyah 2017 ).
Komposisi udara terutama uap air (H 2O) sangat dipengaruhi oleh
keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya. Komposisi
udara bersih dan kering, pada umumnya sebagai berikut :
Nitrogen (N2) = 78,09 %
Oksigen (O2) = 20,94 %
Argon (Ar) = 0,93 %
Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %

2.2 Pencemaran Udara

5
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No.KEP-03/MENKLH/II/1991, pencemaran udara adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Adapun klasifikasi bahan pencemar atau polutan menurut Mukono


dalam Ahadiansyah 2017 dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Polutan Primer
Polutan Primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari
sumber tertentu, dan dapat berupa gas. Gas tersebut terdiri dari :
1. Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan
karbon oksida (CO datau CO2).
2. Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.
3. Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
4. Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromin.
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari
sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang
dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, O3, CO, partikel debu. Gas NO2,
SO2, O3, CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang
menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil. Untuk partikel dalam
atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun
suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses
kondensasi, proses disperse (misalnya proses menyemprot maupun proses erosi
bahan tertentu).
b. Polutan sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih

6
bahan kimia di udara misalnya reaksi foto kimia. Polutan sekunder ini
mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Sebagai contoh
adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses
kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain::
1. Konsentrasi relatif dan bahan reaktan
2. Derajat fotoaktivasi
3. Kondisi iklim
4. Topografi lokal dan adanya embun.

2.3 Pencemaran Udara dalam Ruangan


Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang meyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan
cair yang ada di udara dapat menimbulkan tidak nyaman disebut polutan udara
(Salim, E dalam Maroni, 2018). Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana,
misalnya di dalam rumah, sekolah , kantor atau yang sering disebut pencemaran
dalam ruangan (indoor polution) (Idham, M., dalam Maroni, 2018).
Menurut hasil penelitian dari Badan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Amerika Serikat atau National Instition For Occupational Safety and Health
(NIOSH), menemukkan bahwa terdapat 6 sumber utama pencemaran udara di
dalam ruangan yaitu pencemaran akibat ventiasi sebanyak 5% pencemaran dari
alat-alat di dalam ruangan sebesar 17% pencemaran dari luar ruangan sebesar
11%, pencemaran dari bahan bangunan sebesar 3%, pencemaran dari
mikroorganisme sebesar 5% dan sumber-sumber tidak diketahui sebesar 12%
(Aditama, T.Y, dalam Maroni 2018).
Diketahui bahwa udara merupakan zat yang paling penting setelah air
dan memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Sumber polusi udara yang

7
utama selama ini berasal dari transportasi dimana hampir 60% dari polutan yang
dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO) dan sekita 15% terdiri dari
hidrokarbon (HC). Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang
mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada (Fardiaz,
dalam Maroni 2018).

2.4 Karbon monoksida (CO)


Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat beracun. Gas Karbon
monoksida merupakan bahan yang umum ditemui di industri. Gas ini
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor, alat
pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan karbon dan nyala
api (seperti tungku kayu), asap dari kereta api, pembakaran gas, asap tembakau.
Namun sumber yang paling umum berupa residu pembakaran mesin
(Handayani, Murti dalam Maroni 2018).
Tingkat konsentrasi CO diukur dengan menggunakan sistem satuan
yaitu parts per million(ppm). Kesehatan manusia akan terganggu bahkan dapat
menyebabkan kematian mendadak karena pengingkatan gas CO, hal tersebut
diakibatkan oleh lamanya manusia terkena paparan gas CO.
Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada
darah, Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8
jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV adalah
25 ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap
kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm
(0,1%) selama beberapa menit dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari
karboksi hemoglobin dan dapat berakibat fatal.
Absorpsi gas karbon monoksida dan gejala klinis yang ditimbulkan
tergantung pada kadar gas dalam udara yang terhirup, jangka waktu menghirup,

8
dan kegiatan yang dilakukan. Paparan gas CO dibawah 100 ppm dalam waktu 1
jam, tidak menimbulkan gejala apapun. Paparan gas dibawah 500 ppm dalam
jangka waktu 1 jam, timbul gejala batuk dan pusing. Jika paparan hingga
dibawah 1000 ppm selama 1 jam dapat menyebabkan sesak napas,
gelisah/bingung, sertra muka merah. Terpapar gas CO dengan kadar diatas 1000
ppm bisa menyebabkan koma. Di udara menurut WHO paparan karbon
monoksida, 87 ppm selama 15 menit, 52 ppm selama 30 menit, 26 ppm selama
1 jam, 9 ppm selama 8 jam.

2.5 Nitrogen dioksida (NO2)


Nitrogen Oksida (NOX) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer
yang terdiri dari gas Nitrik Okside (NO) dan Nitrogen Diokside (NO 2). Nitrogen
Oksida sering disebut dengan NOX karena Oksida Nitrogen mempunyai 2 (dua)
macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Nitrik Oksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya nitrogen
diokside mempunyai warna cokelat kemerahan dan berbau tajam (Fardiaz dalam
Ahadiansyah, 2017).

Adapaun persamaan reaksi dari pembentukan senyawa Nitrogen Okside


(NOX) adalah sebagai berikut :

N2 + O2 → 2NO

2NO + O2 → 2NO2
Pembentukan NO2 sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO 2 sedangkan pembentukan NO
dirangsang hanya pada suhu tinggi. Kedua bentuk nitrogen oksida, yaitu NO dan NO2 sangat berbahaya terhadap
manusia, penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukan bahwa NO 2 empat kali lebih beracun dari
pada NO. Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan berbahaya, tetapi

pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih
berbahaya (Chandra, dalam Ahadiansyah, 2017). NO2 bersifat racun terutama
terhadap paru- paru, pemberian sebanyak 5 ppm NO2 selama 10 menit terhadap

9
manusia mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernafas. Nitrogen oksida
(NO) mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen dalam darah dan juga
mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Apabila NO2 bertemu dengan
uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO 3 yang
dapat merusak tubuh (Sastrawijaya dalam Ahadiansyah, 2017).
Menurut Mukono (2005) dalam Ahadiansyah (2017), apabila udara
tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif
dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit.
a. Terhadap alat pernafasan, iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema
paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar
dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.
b. Terhadap mata, iritasi mata dapat terjadi apabila NO 2 berupa uap yang
pekat.
c. Terhadap kulit, iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak
dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.
d. Efek lain (terhadap darah), kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat
bereaksi dengan darah.
Kadar NOX di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih
tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena
berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah
kadar NOX di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik,
pembuangan sampah dan lain-lain (Wardhana, dalam Ahadiansyah, 2017). Ada
beberapa macam oksida nitrogen seperti NO, NO2, dan N2O. N2O juga biasa
terdapat di udara, tetapi tidak berbahaya. Kontributor terbanyak dari polutan
NOX adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar
minyak, oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana
kendaraan bermotor, industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi.

10
Nitrogen di udara terdapat 78%.
Konsentrasi nitrogen oksida (NOX) di udara sangat dipengaruhi oleh
sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor, pencemaran nitrogen oksida
(NOX) dapat berupa asam nitrat yang kemudian diendapkan sebagai garam-
garam nitrat didalam air hujan atau debu. Kecepatan emisi NOX dapat diketahui
bahwa waktu tinggal nitrogen monoksida (NO) biasanya lebih lama
dibandingkan nitrogen dioksida (NO2). Dari waktu tinggal tersebut dapat
diketahui bahwa proses-proses

2.1.6 Petugas Parkir


Petugas parkir atau biasa disebut juru parkir adalah orang yang
membantu mengatur kendaraan yang keluar masuk ke tempat parkir. Petugas
parkir juga berfungsi untuk mengumpulkan biaya parkir dan memberikan
karcis kepada pengguna parkir pada saat akan keluar dari ruang parkir.
Perlengkapan utama seorang petugas parkir adalah:
a. Peluit
b. Pakaian seragam
c. Karcis
d. Rambu kecil stop yang dipasang pada suatu tongkat, atau tongkat dengan
lampu berwarna merah bila bertugas pada malam hari
e. Rompi yang memantulkan sinar (scothlite) yang penting bila bertugas pada
saat hari gelap/malam hari

BAB III

11
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu
penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variable -variabel melalui
pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan waktu
penelitian, rancangan penelitian ini termasuk dalam rancangan cross sectional
karena mempelajari korelasi antara faktor risiko dengan efek. Rancangan ini
dipilih karena pengukuran variabel variabelnya hanya dilakukan satu kali pada
satu saat.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas parkir dengan
jumlah petugas parkir. Seluruh populasi dijadikan sampel dengan teknik
sampling jenuh.

3.1.4 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah alat ukur yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu penelitian. Berikut ini metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu studi dokumentasi dan teknik kuesioner.
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumetasi
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian. Pada penelitian ini, kegiatan dokumentasi
dilakukan untuk membantu dalam observasi agar lebih efektif dan efisien.
Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar menggunakan kamera
digital.
b. Kuisioner

12
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.

3.2.4 Pengolahan dan Analisis Data


Sebelum data disajikan maka untuk mempermudah analisis dilakukan
beberapa hal yaitu:
1. Editing atau memeriksa
Proses editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan
meliputi kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevansi jawaban.
Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada daftar
pertanyaan
2. Coding atau memberi tanda kode
Coding adalah pengklasifikasian hasil observasi yang sudah ada.
Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode
berbentuk angka pada masing-masing jawaban
3. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh
ke dalam tabel-tabel sesuai dengan variabel yang diteliti
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Analisis kualitatif merupakan penganalisisan data yang tidak dapat
dinominalkan dengan menggunakan angka angka, melainkan disajikan berupa
keterangan, penjelasan dan pembahasan teori. Dari analisis tersebut kemudian
dibuat suatu penyajian atau pengujian.

.5 Variabel Penelitian

13
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab atau timbulnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, lama paparan, masa kerja,
kebiasaan merokok, status gizi, upaya mandiri dalam mengurangi paparan
polutan, kadar CO dan NO2 di udara terhadap petugas parkir di basement Mall.
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah terhadap petugas parkir di basement Mall.

3.1.6 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif


Definisi Operasional adalah uraian tentang variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012:112). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.5 Variabel, Definisi Operasional, Kriteria Penilaian, dan Skala Data
Teknik
Definisi Skala
No. Variabel Kriteria Penilaian Pengumpulan
Operasional Data
Data
Variabel
terikat
1. Petugas Sakil (Ilness) UU Nomor 23 Tahun Menggunakan Nominal
parkir di yang dirasakan 1992 kuesioner
basement petugas parkir
Mall menggunakan
kuesioner

Variabel
Bebas
2. Gas CO Zat yang dapat 1. ≤ 25 ppm Pengukuran Nominal
diketahui dengan 2. > 25 ppm dengan
pengukuran (Permenakertrans menggunakan
menggunakan CO No:13/MEN/X/2011) CO monitor
monitor yaitu yaitu odalog
odalog

14
Definisi Teknik Skala
No. Variabel Operasional Kriteria Penilaian Pengumpulan Data
Data

3. Gas NO2 Zat hasil 1. ≤ 3 ppm Pengukuran Nominal


pembakaran tidak 2. > 3 ppm dengan
sempurna yang (Permenakertrans menggunakan
dapat diketahui No:13/MEN/X/2011) larutan
dengan penjerat Gries
pengukuran Saltzman
menggunakan
metode Gries
Saltzman

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Juru_parkir, diakses pada tanggal 31 Mei 2020.

Ahadiansyah, R. (2017). Kadar CO dan NO2 di Udara dengan Gangguan Faal Paru
Juru Parkir Sektor E di Kabupaten Jember

Damri, D., Ilza, M., & Afandi, D. (2016). Analisis Paparan CO Dan SO 2 Pada
Petugas Parkir di Basement Mall Ska di Kota Pekanbaru. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 3(1), 47-56..

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.03 Tahun 1991
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan yang Sudah Beroperasi

Maroni, E. (2018). Prototype Sistem Kontrol Otomatis Kadar Karbon Monoksida di


dalam Ruang Parkir Basement (Doctoral dissertation, Universitas 17
Agustus 1945).

Mulyadi, M. (2017). Identification of Blood Lead Level of Motor Mechanic at


Veteran Street, Makassar. Health Nations, 1(3), 170-177.

16

Anda mungkin juga menyukai