SKRIPSI
Oleh:
AMALIA LESTARI
NIM D1051151006
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan berkat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS
PERSEBARAN GAS NO2 DAN SO2 DARI SUMBER BERGERAK DAN
TIDAK BERGERAK DENGAN MODEL METI-LIS”. Laporan ini disusun untuk
melengkapi syarat-syarat dalam menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir pada
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-
kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
maka kesulitan-kesulitan dan masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu pada
kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. rer. nat. Ir. R.M. Rustamaji, MT. IPU selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura.
2. Dr. Winardi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Universitas Tanjungpura.
3. Isna Apriani, S.T., M.Si. selaku Ketua Prodi Teknik Lingkungan
Universitas Tanjungpura dan selaku Dosen Penguji Kedua.
4. Yulisa Fitrianingsih, S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing Utama.
5. Herda Desmaiani, S.Si, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Kedua.
6. Dian Rahayu Jati, S.T., M.Si, selaku Dosen Penguji Utama.
7. Kepada orang tua dan teman-teman yang memberikan dukungan secara
moril maupun non moril dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.
Sangat disadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu penyusunan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
ABSTRAK
Sumber pencemaran udara terdiri dari dua jenis sumber emisi, yaitu dari sumber bergerak
(kendaraan bermotor) sedangkan dari sumber tidak bergerak (cerobong pabrik). Cara mengetahui
persebaran emisi yang dihasilkan, maka dibutuhkan suatu penelitian tentang bagaimana pola
persebaran emisi gas buang dengan pemodelan dispersi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai konsentrasi zat pencemar NO2 dan SO2 di pabrik karet PT. Sumber Alam, dan menganalisis
pola dispersi zat pencemar NO2 dan SO2 dari sumber bergerak dan tidak bergerak dengan
menggunakan program Meti-lis versi 2.03 serta membandingkan konsentrasi zat pencemar dari
hasil pemodelan terhadap pemantuan kualitas udara di lapangan dan validasi dari hasil kedua
pengukuran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Model
Dispersi Gaussian dan untuk mendapatkan pola pesebaran menggunakan aplikasi Meti-lis versi
2.03. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan hasil pemantauan kualitas udara ambien
yang dilakukan oleh pabrik karet PT. Sumber Alam diketahui konsentrasi NO2 tertinggi yaitu
sebesar 148,8µg/m3 dan konsentrasi SO2 tertinggi sebesar 102,3µg/m3, dimana nilai tersebut
berada di bawah Baku Mutu PP RI No. 22 Tahun 2021. Pola dispersi gas pencemar NO2 dan SO2
hasil pemodelan Meti-lis dari sumber bergerak dan tidak bergerak cenderung menyebar kearah
Timur Laut hal ini disebabkan karena kecepatan angin yang dominan bergerak dari arah Barat
Daya menuju ke arah Timur Laut. Nilai konsentrasi NO 2 tertinggi dari sumber bergerak sebesar
154,47µg/m3 dan nilai konsentrasi SO2 tertinggi sebesar 121,24µg/m3. Sedangkan, pada sumber
tidak bergerak nilai konsentrasi NO2 tertinggi sebesar 147,52µg/m3 dan konsentrasi SO2 tertinggi
sebesar 100,081µg/m3. Nilai validasi antara konsentrasi hasil pemodelan dan konsentrasi hasil
pengukuran langsung memenuhi kriteria dengan nilai RMSPE yang lebih kecil dari pada 10%.
ii
ABSTRACT
Sources of air pollution consist of two types of emission sources, namely from moving sources
(motor vehicles) while from stationary sources (factory chimneys). To find out the distribution of
the resulting emissions, a research is needed on how the pattern of distribution of exhaust
emissions is by using dispersion modeling. This study aims to determine the value of the
concentration of NO2 and SO2 pollutants in the rubber factory of PT. Sumber Alam, and analyzed
the dispersion pattern of NO2 and SO2 pollutants from mobile and immovable sources using the
Meti-lis version 2.03 program and compared the concentration of pollutants from the modeling
results to air quality monitoring in the field and validation of the results of the two measurements.
The method used in this study is to use the Gaussian Dispersion Model and to obtain the
distribution pattern using the Meti-lis version 2.03 application. Based on the results of the study,
the results of ambient air quality monitoring carried out by the rubber factory PT. It is known that
the highest NO2 concentration is 148.8µg/m3 and the highest SO2 concentration is 102.3µg/m3,
where this value is below the PP RI Quality Standard No. 22 of 2021. The dispersion pattern of
NO2 and SO2 pollutant gases resulting from the Meti-lis modeling from moving and immovable
sources tends to spread towards the Northeast, this is due to the dominant wind speed moving
from the Southwest to the Northeast. The highest NO2 concentration value from the mobile source
was 154.47µg/m3 and the highest SO2 concentration value was 121.24µg/m3. Meanwhile, at
immovable sources, the highest NO2 concentration value was 147.52µg/m3 and the highest SO2
concentration was 100.081µg/m3. The validation value between the concentration of the modeling
results and the concentration of the direct measurement results meets the criteria with an RMSPE
value that is less than 10%.
iii
DAFTAR ISI
iv
5.2.4 Perhitungan Laju Alir Emisi dan Laju Emisi Pencemar pada
Cerobong 43
5.2.5 Pengukuran Konsentrasi Gas NO2 dan SO2 Pada Sumber
Bergerak 45
5.3 Hasil Pemodelan Pada Meti-lis ........................................................... 47
5.3.1 Sumber Bergerak (Line Source) 47
5.3.2 Sumber Tidak Bergerak (Point Source) 50
5.4 Validasi Model .................................................................................... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58
6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 58
6.2 Saran .................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan teori-teori yang berhubungan dengan teori penelitian tentang
udara ambien, pencemaran udara, sumber pencemaran udara, komponen
pencemaran udara, faktor yang mempengaruhi pencemaran udara,
pemodelan sistematis Gaussian, software Meti-lis, tanaman karet (Hevea
brasiliensis), dan pabrik karet PT. Sumber Alam. Tinjauan pustaka ini akan
dibatasi pada kajian permasalahan tentang pencemaran udara dan model
yang digunakan dalam analisis dispersi pencemaran udara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan metode atau rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya waktu dan lokasi penelitian, data yang digunakan,
prosedur penelitian, analisis data, dan diagram alir.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum kondisi serta proses pengolahan pada pabrik
karet PT. Sumber Alam.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang hasil penelitian yang diperoleh mengenai
pendispersian gas NO2 dan SO2 dari sumber bergerak dan tidak bergerak di
Jalan Gusti Situt Mahmud dengan Model Meti-lis kemudian dilakukan
pembahasan dari hasil tersebut. Selain itu, dilakukan juga pembahasan
tentang kualitas udara yang berada pada lokasi di sekitar penelitian tersebut.
BAB VI PENUTUP
Bagian ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan serta saran yang berguna untuk penyempurnaan penelitian serupa
dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang daftar kutipan-kutipan yang digunakan dalam penyusunan
perencanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan dapat menjadi sumber karsinogenik atau penyebab timbulnya kanker (Wahab,
2019).
Gas nitrogen dioksida memiliki ciri khas yang berwarna kemerah-merahan
dan berbau agak tajam (Nurpratama, 2019). Nitrogen dioksida (NO2) terbentuk
dengan cepat dari proses pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor,
proses pembangkit listrik yang menggunakan material batu bara, dan proses
industri lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Pajanan NO2 di
lingkungan perlu perhatian khusus untuk kelompok rentan seperti penderita asma,
anak-anak, dan efek samping pajanan NO2 meliputi batuk, sesak sianosis, asfiksi,
edema paru, dan bronkiolitis obliterans (Fahmi, 2019).
2. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida adalah gas yang dikenal sebagai gas SO2. Sulfur dioksida
adalah gas yang memiliki sifat bau yang tajam, tidak berwarna, tidak mudah
meledak, tidak mudah terbakar dan sangat larut dalam air. Sulfur dioksida (SO2)
adalah gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit
listrik, fasilitas industri, serta pembakaran bahan bakar pada sumber bergerak
seperti lokomotif, kapal, kendaraan, peralatan lainnya serta pembakaran rumah
tangga. Emisi dari kegiatan industri, dan interaksinya dengan meteorologi dan
topografi, mengakibatkan variasi dispersi atmosfer yang dapat meningkatkan
konsentrasi pencemaran udara. Gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang
ada di udara dan kemudian membentuk gas SO3 (Maharani, 2017). Sulfur dioksida
(SO2) di udara mempunyai pengaruh langsung terhadap manusia terutama karena
sifat iritasi dari gas itu sendiri. SO2 ini dapat menyebabkan penyakit bronchitis,
emphisemia dan lain-lain, serta penderita penyakit saluran pernafasan menjadi
lebih parah keadaannya (Wijiarty dkk, 2016).
kelembaban yang relatif lebih atau sama dengan 80% pada daerah yang
tercemar SO2 akan terjadi efek korosif SO2.
b. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan peningkatan
kelembaban udara relatif sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan
pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat,
akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
c. Sinar Matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di atmosfer.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan dan alat bangunan,
atau bahan yang terbuat dari karet. Sehingga dapat diartikan bahwa sinar
matahari meningkatkan rangsangan untuk merusak suatu bahan.
d. Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan
waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s), kilometer per jam
(km/h), dan mil per jam (mi/h). Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian
dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin dimana makin
tinggi gerakan angin makin cepat (Wicaksono, 2016).
e. Arah Angin
Arah angin adalah arah dari mana angin berhembus atau dari mana arus angin
datang dan dinyatakan dalam derajat yang ditentukan dengan arah perputaran
jarum jam dan dimulai dari titik utara bumi dengan kata lain sesuai dengan
titik kompas. Umumnya arus angin diberi nama dengan arah dari mana angin
tersebut bertiup, misalnya angin yang berhembus dari utara maka angin utara
(Fadholi, 2013).
konsentrasi/deposisi, termasuk yang merupakan akibat dari skenario masa lalu dan
masa depan serta penentuan efektifitas strategi pengurangan. Pengukuran
pencemaran udara hanya memberikan informasi tentang konsentrasi ambien dan
deposisi pada lokasi dan waktu tertentu, tanpa memberikan pedoman yang jelas
tentang identifikasi terhadap permasalahan kualitas udara. Hal ini yang
menyebabkan perlunya pemodelan pencemaran untuk kepentingan peraturan,
riset, dan aplikasi forensik. Konsentrasi pencemar di atmosfer ditentukan oleh 1
transportasi, difusi, transformasi kimia, dan deposisi ke bawah (Gusriantri, 2016).
dimana :
C (x, z) : konsentrasi polutan pada suatu titik (μg/ m3)
Q : laju emisi (g/m/jam)
𝑢 : kecepatan angin rata – rata (m/s)
𝜎𝑧 : koefisien dispersi vertikal (m)
h : ketinggian rata – rata sumber emisi (m)
• Gaussian Point Source
12
2
𝑄 −𝑦2 (𝑧 − 𝐻)2 (2 + 𝐻) )
𝐶(𝑥,𝑦,𝑧,𝐻) = exp [( )] {exp [ ] + exp [( )]} … (2)
2 𝜇𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝑈𝐻 2𝜎𝑦2 2𝜎𝑧2 2𝜎𝑧2
dimana :
C(y,z) : konsentrasi polutan udara dalam massa per volume (𝜇g/m3)
Q : laju emisi polutan dalam massa per waktu (𝜇g/m3)
UH : kecepatan angin ditinggi efektif (m/detik)
𝜎y : koefisien dispersi secara horizontal terhadap sumbu x (m)
𝜎z : koefisien dispersi secara vertikal terhadap sumbu x (m)
H : Tinggi efektif stack (cerobong) dari pusat kepulan (m) (H=h+∆h)
x : jarak pengamat terhadap cerobong yang searah dengan arah
angin (m)
y : jarak pengamat sejajar dengan sumbu-y dari sumber emisi (m)
z : jarak pengamat dari tanah (m)
.
BAB III
METODE PENELITIAN
14
15
15
16
3.3.1 Laju Alir Emisi dan Laju Emisi Pencemar pada Cerobong
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun
2008 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau
kegiatan pembangkit tenaga listrik termal, dengan rumus perhitungan beban emisi
dapat dilihat pada persamaan 3 dan persamaan 4.
E = C x Q x 0,0036 x [Op. Hours].....................................................................(3)
Q = v x A............................................................................................................(4)
Dimana:
E : Laju Emisi Pencemar (Kg/Jam)
C : Konsentrasi terukur (mg/Nm3)
Q : Laju Alir Emisi (m3/s)
0,0036 : Faktor Konversi dari mg/detik ke kg/jam
Op. Hours : Jam Operasi Pembangkit selama 1 Tahun
v : Laju Alir (m/detik)
A : Luas Penampang Cerobong (m2)
Dimana :
q : Besaran emisi (g/km)
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
1 𝐴𝑡−𝑆𝑡 2
𝑅𝑀𝑆𝑃𝐸 = [√𝑛 (( ) )] 𝑥100%………......………………………………..(6)
𝐴𝑡
Dimana:
RMSPE : Root Mean Square Percent Error
St : Nilai simulasi pada waktu t
At : Nilai Aktual pada waktu t
n : Jumlah pengamatan (t = 1, 2, …,n)
25
26
Mulai
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER
• Sumber bergerak: Jumlah kendaraan di Jalan
Khatulistiwa
• Sumber tidak bergerak: data hasil uji emisi di PT.
Sumber Alam
• Data Meteorologi: suhu, kecepatan dan arah angin
• Profil dan Peta Lokasi PT. Sumber Alam
• Proses Produksi Karet di PT. Sumber Alam
• Layout PT. Sumber Alam
HASIL DAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN
SARAN
SELESAI
26
BAB IV
GAMBARAN UMUM
27
28
Mesin twin screw adalah mesin pencacah hasil olahan karet dari mesin pemotong
lembaran karet (slab cutter) menjadi ukuran yang lebih kecil 3 - 5 cm sehingga kotoran
dapat terpisah, untuk mempermudah proses selanjutnya ukuran karet yang dihasilkan slab
cutter masih terlalu besar sehingga dilakukan pencacahan kembali agar ukuran karet
menjadi lebih kecil.
Mesin slab cutter merupakan mesin pemotong atau pencacah pertama bahan
olahan baru karet alam (raw material) menjadi potongan-potongan karet yang
berukuran kecil 7 – 5 cm serta pada mesin ini dibuang kotoran seperti kayu,
plastik dan sebagainya. Pengolahan pada mesin ini bertujuan untuk memperluas
bidang permukaan sehingga pencucian lebih efektif.
4. Mesin Vibrator
Mesin vibrator adalah suatu alat yang terdiri dari 2 lapisan screen dengan
ukuran masing-masing 30 mess untuk top screen dan 40 mess untuk buttom
screen, yang digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Mesin ini berfungsi
sebagai pemisah olahan karet dari serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran
lainnya yang masih terbawa dari mesin pengolahan sebelumnya.
5. Bak Komposisi
Bak ini berfungsi untuk melakukan pencucian cacahan olahan karet yang berasal
mesin vibrator. Bak ini dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk
32
cacahan olahan karet agar tidak menggumpal dan membantu percepatan dalam proses
pembersihan.
6. Mesin Creper
Fungsi dari mesin creper yaitu menggiling cacah karet menjadi lembaran blanket
dengan ketebalan 5 mm dengan 8 kali penggilingan dengan tujuan agar lebih
memaksimalkan pembersihan karet dari kotoran yang ada di dalam gumpalan
karet.
7. Mesin Shredder
Pada mesin shredder tidak hanya memiliki dua bilah pisau, namun juga
terdapat pisau diam serta pisau putar. Pisau dalam mesin ini berbentuk seperti rol
yang terdiri dari dua hingga empat rol. Mesin shredder berfungsi untuk
menghancurkan gumpalan karet menjadi butiran karet dengan ukuran 3 mm.
8. Mesin Burner
Mesin burner adalah bagian dari mesin dryer yang sistem kerjanya ialah
mengolah bahan bakar yang dibantu oleh elektroda yang disemprotkan ke ruang
bakar agar terjadinya pembakaran. Mesin burner merupakan bagian yang sangat
penting pada proses pengolahan karet dikarenakan jika mesin burner tidak bisa
mengolah bahan bakar maka mesin blaze tidak akan bekerja dengan maksimal.
34
9. Mesin Blaze
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari wind rose yang diolah menggunakan data meteorologi pada tahun
2020, dimana arah angin dominan berhembus dari arah Barat Daya menuju ke
arah Timur Laut dengan kecepatan angin dominan sebesar 3,60 m/s, sesuai pada
gambar 5.1. Diperoleh pula frekuensi penyebaran arah angin yang dapat dilihat
dari diagram batang kecepatan angin pada gambar 5.2:
Pabrik Karet PT. Sumber Alam terdapat 3 jenis mesin yang beroperasi,
diantaranya yaitu mesin Heater, Genset, dan Dryer. Mesin Heater digunakan pada
proses produksi kering, alat ini berfungsi sebagai pemanas untuk menghilangkan
kadar air yang masih tersisa pada karet remah. Heater yang digunakan pada
pabrik sebanyak 2 buah. Alat yang digunakan untuk pembangkit pada produksi
karet yaitu Genset, Genset yang beroperasi pada Pabrik Karet PT. Sumber Alam
sebanyak 6 buah. Sedangkan alat yang digunakan pada proses produksi basah
yaitu Dryer, yang berfungsi sebagai pemanas untuk menghilangkan kadar air yang
masih tersisa pada karet remah. Dryer yang digunakan pada pabrik sebanyak 4
buah.
Setiap mesin yang beroperasi menghasilkan gas NO2 dan SO2 dengan nilai
konsentrasi yang berbeda. Mesin Heater nomor 1 meghasilkan nilai konsentrasi
NO2 dan SO2 sebesar 59 mg/m3 dan 61 mg/m3, mesin Heater nomor 2
menghasilkan konsentrasi gas NO2 dan SO2 yaitu sebesar 58,150 mg/m3 dan
30,755 mg/m3. Konsentrasi mesin Genset ini juga menghasilkan nilai konsentrasi
gas NO2 dan SO2 yang berbeda, dimana untuk nilai NO2 tertinggi dihasilkan oleh
mesin Genset nomor 1 dengan nilai NO2 sebesar 32,050 mg/m3, sedangkan untuk
konsentrasi SO2 tertinggi dihasilkan oleh mesin Genset nomor 5 dengan
konsentrasi sebesar 37,400 mg/m3. Sama halnya dengan mesin Dryer, pada mesin
ini juga dihasilkan emisi dari gas NO2 dan SO2 yang berbeda, untuk konsentrasi
NO2 tertinggi dihasilkan oleh mesin Dryer nomor 2 dengan nilai konsentrasi
39
sebesar 53,700 mg/m3 dan untuk nilai konsentrasi SO2 tertinggi dihasilkan oleh
mesin Dryer nomor 1 dengan nilai konsentrasi sebesar 65,255 mg/m3.
Pengaruh hasil konsentrasi gas NO2 dan SO2 yang berbeda pada setiap
mesin disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur mesin, kapasitas mesin, dan
hasil pembakaran bahan bakar pada setiap mesin. Faktor pertama yaitu umur
mesin, semakin tua umur mesin maka konsentrasi emisi yang dihasilkan semakin
besar. Hal ini disebabkan karena komponen - komponen mesin telah banyak
mengalami proses keausan. Faktor kedua yaitu kapasitas mesin, semakin besar
kapasitas mesin maka semakin besar pula bahan bakar yang dibutuhkan,
perbedaan kapasitas mesin ini yang mempengaruhi konsentrasi emisi gas
buangnya. Kemudian faktor ketiga yang paling mempengaruhi pula yaitu hasil
pembakaran bahan bakar pada setiap mesin. Emisi yang dihasilkan dalam jumlah
yang besar terjadi karena proses pembakaran bahan bakar pada mesin yang tidak
sempurna. Sebaliknya, jika emisi yang dihasilkan dalam jumlah yang kecil itu
terjadi karena proses pembakaran bahan bakar pada mesin hampir sempurna.
Tabel 5.2 diatas menunjukkan jam operasional (jam kerja) mesin setiap
bulan selama setahun Pabrik Karet PT. Sumber Alam. Seluruh pekerja pada
Pabrik Karet PT. Sumber Alam berjumlah 214 orang, dan pekerja pada bagian
produksi berjumlah 137 orang. Setiap mesin yang dioperasikan pada Pabrik Karet
PT. Sumber Alam memiliki jam operasional masing-masing sesuai kebutuhan
produksi. Dimana setiap mesin beroperasi dimulai dari pukul 05.00 WIB – 17.00
WIB, dimulai pada hari senin hingga sabtu dan pada hari minggu, mesin akan
berproduksi jika ada pemintaan dari perusahaan terkait.
Data jam kerja perbulan pada Pabrik Karet PT. Sumber Alam ini kemudian
dikonversikan mejadi jam perhari, dengan konversi jam kerja setiap bulan dibagi
dengan jumlah hari selama sebulan, sehingga diperoleh hasil jam kerja dengan
satuan jam/hari yang kemudian digunakan untuk perhitungan beban emisi dengan
satuan jam/jam. Pada perhitungan emisi jam kerja dengan satuan jam/hari
sehingga menjadi beban emisi dengan satuan jam/jam, jam kerja dengan satuan
jam/hari dibagi dengan waktu selama 24 jam, artinya mesin tidak beroperasi
penuh selama 1 jam. Berikut tabel 5.3 hasil perhitungan jam kerja setelah
direkapitulasi:
Tabel 5.3 Rekapitulasi Jam Operasional Mesin Tahun 2020
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa jam operasional pada setiap mesin berbeda -
beda. Hal ini disebabkan sering kali karena terdapat kendala seperti gangguan
42
pada setiap mesin yang mengakibatkan menurunnya efektivitas dari kinerja pada
mesin tersebut.
Mesin Jenis Heater dan Dryer memiliki tinggi cerobong yang sama yaitu
setinggi 15 m, namun pada mesin Genset hanya memiliki tinggi cerobong yaitu 10
m. Terdapat perbedaan diameter cerobong pada setiap mesin, dimana pada mesin
jenis Heater memiliki diameter sebesar 0,5 m, dan diameter Genset 0,2 m, serta
diameter untuk mesin Dryer yaitu 0,75 m.
Laju alir pada setiap cerobong diukur berdasarkan Permen LH No. 07
Tahun 2007 Lampiran I tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi
Katel Uap. Laju alir yang diperoleh juga berbeda-beda pada setiap cerobong hal
ini terjadi karena laju alir diukur bersamaan dengan pengukuran uji emisi pada
masing-masing cerobong.
43
Selain mengukur uji emisi dan laju alir diukur pula suhu gas buang yang
keluar dari cerobong yang dilakukan oleh pabrik karet PT. Sumber Alam, dapat
dilihat pada tabel 5.4 bahwa suhu paling tinggi terdapat pada cerobong mesin
Genset nomor 6 dengan suhu sebesar 160°C, hal ini terjadi karena Genset
digunakan sebagai mesin pembangkit listrik untuk kegiatan produksi apabila
sewaktu-waktu listrik pada pabrik mati atau mengalami gangguan.
5.2.4 Perhitungan Laju Alir Emisi dan Laju Emisi Pencemar pada Cerobong
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh hasil beban emisi pada cerobong,
contoh yang diambil berupa perhitungan beban emisi gas NO2 dan SO2 pada
cerobong mesin pabrik karet PT. Sumber Alam:
1. Pada nilai C ialah nilai konsentrasi gas NO2 dan gas SO2 yang terukur pada
cerobong setiap mesin pada pabrik karet PT. Sumber Alam yang didapat pada
tabel 5.1
2. Nilai Q yang diperoleh pada persamaan 4 dapat dilihat pada tabel 5.5
berikut:
Tabel 5.5 Perhitungan Laju Alir Emisi (Q)
Nama No Luas diameter Laju Alir Q
Mesin Mesin Penampang (m) Cerobong (m3/s)
/ A (m2) (m/s)
Heater 1 0,196 0,5 34,00 53,380
2 0,196 0,5 34,00 53,380
Genset 1 0,031 0,2 26,61 16,711
2 0,031 0,2 29,40 18,463
3 0,031 0,2 36,40 22,859
4 0,031 0,2 34,90 21,917
5 0,031 0,2 36,60 22,985
6 0,031 0,2 34,00 21,352
Dryer 1 0,442 0,75 34,00 80,070
2 0,442 0,75 34,00 80,070
3 0,442 0,75 34,00 80,070
4 0,442 0,75 34,00 80,070
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tabel 5.5 menunjukkan hasil perhitungan laju alir emisi (Q), dapat dilihat
pada tabel tersebut bahwa terdapat variasi nilai laju alir emisi yang dihasilkan
44
pada setiap cerobong mesin. Nilai laju alir emisi tertinggi yaitu berada pada mesin
Dryer dengan laju alir emisi sebesar 80,070 m3/s. Tingginya nilai laju alir pada
mesin Dryer ini disebabkan karena besarnya luas penampang dan diameter pada
cerobong mesin ini yang menyebabkan semakin tinggi pula laju alir emisi yang
dihasilkan. Setelah diperoleh nilai Q kemudian nilai ini digunakan untuk
menghitung laju emisi pencemar (E).
3. Beban emisi gas NO2 dan SO2 pada cerobong pabrik karet PT. Sumber Alam
didapatkan hasil perhitungan pada tabel 5.6 berikut:
5.2.5 Pengukuran Konsentrasi Gas NO2 dan SO2 Pada Sumber Bergerak
Selain menghitung nilai beban emisi yang dihasilkan dari sumber tidak
bergerak (point source), diperhitungkan pula nilai beban emisi sebagai data
pendukung pada line source atau sumber bergerak yaitu volume kendaraan yang
melalui Jalan Khatulitiwa. Data volume kendaraan yang digunakan sebagai data
pendukung yang diiputkan pada Meti-lis diperoleh dari data sekunder pada
penelitian Putri Rismawati yang berjudul “Analisis Dampak Pembangunan
Rumah Sakit Siantan Hilir Terhadap Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Khatulistiwa”
pada Tahun 2021.
Data kendaraan pada jalan tersebut kemudian akan dihitung laju emisi yang
digunakan sebagai input data Meti-lis sebagai sumber emisi dari sumber garis
(line source). Perhitungan laju emisi dihitung meggunakan persamaan 5 dengan
menggunakan faktor emisi pada tabel 3.1. Berikut merupakan perhitungan laju
emisi NO2 yang dihasilkan pada Jalan Khatulistiwa dapat dilihat pada tabel 5.7:
Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Beban Emisi Rata-Rata Gas NO2 Jalan Khatulistiwa
Jenis Jumlah Faktor Lama Waktu Beban Emisi
Kendaraan (Buah) Emisi Pengamatan (g/m/jam)
(g/km) (Jam)
Sepeda Motor 43.872 0,29 12 1,06
Mobil 6.291 2,3 12 1,21
Bis 42 11,9 12 0,04
Truk 3.134 17,7 12 4,62
Total 6,93
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Perhitungan beban emisi diambil satu contoh pada sepeda motor di Jalan
Khatulistiwa.
Diketahui:
EFi Sepeda Motor : 0,29 g/km
Vi : 43.872 buah
T : 12 jam
Penyelesaian:
46
(0,29 x 43.872)
q=
12
Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Beban Emisi Rata-Rata gas SO2 Jalan Khatulistiwa
Jenis Jumlah Faktor Lama Waktu Beban Emisi
Kendaraan (Buah) Emisi Pengamatan (g/m/jam)
(g/km) (Jam)
Sepeda Motor 43.872 0,008 12 0,0029
Mobil 6.291 0,0026 12 0,0014
Bis 42 0,44 12 0,0033
Truk 3.134 0,82 12 0,2142
Total 0,2217
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Perhitungan beban emisi diambil satu contoh pada sepeda motor di Jalan
Khatulistiwa.
Diketahui:
EFi Sepeda Motor : 0,008 g/km
Vi : 43.872 buah
T : 12 jam
Penyelesaian:
∑𝑛
𝑖=1(𝐸𝐹𝑖 ×𝑉𝑖 )
𝑞= 𝑇
q= (0,008 x 43.872)
12
Hasil wind rose pada gambar 5.1 menunjukkan bahwa angin berhembus
dari arah Barat Daya menuju ke arah Timur Laut. Hal ini menunjukkan nilai
konsentrasi penyebaran gas NO2 dominan menuju ke arah Timur Laut. Dapat
dilihat bahwa permukiman yang berdampak terkena polusi yaitu permukiman
penduduk Gg. Swadaya 1 dengan radius kawasan yang tercemar seluas 66,17 m2.
Faktor yang mempengaruhi yaitu lamanya penyinaran matahari yang akan
menyebabkan tinggi rendahnya suhu di bumi, yang mana suhu bumi ini akan
berpengaruh pada stabilitas udara di atmosfer, jika udara yang berada di atmosfer
stabil maka kepulan yang berasal dari cerobong tidak akan terdispersi ke daerah
sekitar.
mengetahui besar error yang terjadi. RMSPE untuk mengukur rata-rata persentase
perbedaan antara data yang sebenarnya dengan hasil dari pemodelan
menggunakan rumus yang berdasarkan pada persamaan 6. Perhitungan RMSPE
ini hanya dihitung pada hasil pemodelan dari sumber tidak bergerak. Sedangkan
untuk hasil dari pemodelan dari sumber bergerak tidak dihitung menggunakan
metode RMSPE. Berikut merupakan hasil validasi model dapat dilihat pada tabel
5.9:
Tabel 5.9 Hasil Validasi Model
Gas Lokasi Kualitas Hasil 𝟏 𝑨𝒕 − 𝑺𝒕
𝟐
Titik Udara Pemodelan [√ (( ) )] × 𝟏𝟎𝟎%
𝒏 𝑨𝒕
Ambien (At) (St)
Titik 1 148,8 0,28
NO2 Titik 2 75,9 147,52 93,8
Titik 3 89,85 63,24
Titik 1 102,3 2
SO2 Titik 2 37,4 100,081 166
Titik 3 37,1 168
Sumber: Hasil Analisis, 2022
1 𝐴𝑡−𝑆𝑡 2
RMSPE = [√𝑛 (( 𝐴𝑡
) )] × 100%
1 148,8−147,52 2
RMSPE = [√1 (( 148,8
) )] × 100%
RMSPE = 0,28%
Hasil perhitungan RMSPE menunjukkan bahwa terdapat perbedaan error di
setiap lokasi penelitian. Dapat dilihat pada kurva gambar 5.7 untuk mengetahui
perbandingan hasil pemodelan dan hasil pengukuran di lapangan:
55
120
100 89,85
75,9
80
60
40
20
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
120
102,3 100,081 100,081 100,081
100
80
60
37,4 37,1
40
20
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Gambar 5.7 dan gambar 5.8 yang menunjukkan grafik dari perbandingan
konsentrasi dari gas NO2 dan SO2 antara hasil pemodelan dan pengukuran di
lapangan diketahui bahwa titik yang memenuhi syarat nilai RMSPE dibawah 10%
yaitu pada titik lokasi nomor 1 yang berada di dekat laboratorium dengan
koordinat 00°01’05,3”LS dan 109°21’11.3”BT. Hal ini disebabkan karena lokasi
pengukuran berada didekat sumber emisi yang dimana pada lokasi tersebut
banyak kontaminasi gas NO2 dan SO2 yang berasal dari emisi transportasi di
kawasan lokasi Pabrik Karet PT. Sumber Alam.
Lokasi pengukuran pada Titik 2 dan titik 3 secara aktual diketahui bahwa
nilai konsentrasi gas NO2 dan SO2 antara hasil pemodelan dan pengukuran
langsung di lapangan tidak memenuhi syarat nilai RMSPE, karena nilai hasil
perhitungan RMSPE melebihi 10%. Hal ini disebabkan karena pada pengukuran
aktual di titik 2 dan titik 3 letaknya jauh berada dari sumber emisi dan terhalang
oleh bangunan dan pepohonan yang tinggi di sekitar lokasi Parbik Karet PT.
Sumber Alam. Menurut Gratimah (2009) keberadaan pepohonan yaitu sebagai
identitas kota dan estetika, pelestarian dan penyaring partikel padat, penyerap gas
polutan dan penghasil O2 sekaligus sebagai peredam kebisingan dan penahan
angin. Selain pepohonan, faktor yang mempengaruhi tingkat konsentrasi di sekitar
kawasan Pabrik Karet PT. Sumber Alam yaitu suhu dan kecepatan angin.
Faktor meteorologi juga menjadi faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya nilai konsentrasi emisi pada udara ambien. Faktor yang dapat
mempengaruhi antara lain yaitu kecepatan dan arah angin, suhu, sertakelembapan
relatif. Kecepatan dan arah angin yang tinggi akan mempercepat terjadinya
penurunan kadar suatu zat di udara, suhu yang tinggi juga akan menyebabkan
konsentrasi gas – gas di permukaan menurun, serta jika kelembapan di udara
relatif tinggi berarti banyak uap air yang terkandung di udara yang menyebabkan
gas – gas bereaksi dengan air akan mengurangi konsentrasi gas di atmosfer.
Menurut (Prakoso, 2018), bahwa variasi suhu udara di kepulauan Indonesia
tergantung pada ketinggian tempat. Suhu udara akan semakin rendah pada tempat
yang tinggi. Apabila suhu suatu tempat tinggi, maka kelembabannya rendah.
Sebaliknya apabila suhu rendah, maka kelembaban tinggi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pemodelan yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Hasil yang diperoleh dari pemantauan kualitas udara ambien yang dilakukan
oleh Pabrik Karet PT. Sumber Alam pada 3 titik lokasi, diketahui bahwa
konsentrasi gas NO2 tertinggi yaitu sebesar 148,8 µg/m3 dan konsentrasi gas
SO2 tertinggi yaitu sebesar 102,3 µg/m3. Nilai Konsentrasi gas NO2 dan SO2
tetinggi diukur pada titik lokasi yang berada di dekat laboratorium dengan
koordinat 00°01’05,3”LS dan 109°21’11.3”BT. Jika dibandingkan dengan
standar baku mutu menurut PP No. 22 Tahun 2021, maka nilai konsentrasi zat
pencemar yang berada pada titik pemantauan kualitas udara masih dalam
kategori aman karena nilai konsentrasi zat pencemar berada dibawah standar
baku mutu.
2. Pola dispersi gas pencemar NO2 dan SO2 hasil pemodelan Meti-lis dari
sumber bergerak dan tidak bergerak cenderung menyebar kearah Timur Laut
hal ini disebabkan karena kecepatan angin yang dominan bergerak dari arah
Barat Daya menuju ke arah Timur Laut. Nilai konsentrasi NO2 tertinggi dari
sumber bergerak sebesar 154,47 µg/m3 dan nilai konsentrasi SO2 tertinggi
sebesar 121,24 µg/m3. Sedangkan, pada sumber tidak bergerak nilai
konsentrasi NO2 tertinggi sebesar 147,52 µg/m3 dan konsentrasi SO2 tertinggi
sebesar 100,081 µg/m3.
3. Nilai validasi antara konsentrasi hasil pemodelan dan konsentrasi hasil
pengukuran langsung memenuhi kriteria nilai validasi yang dibawah 10%.
Namun pada lokasi titik 2 dan titik 3 pengambilan sampel nilai validasi
melebihi 10%, hal ini disebabkan karena letak lokasi pada pengukuran
langsung berada jauh dari sumber emisi dan terhalang bangunan dan
pepohonan yang tinggi yang dapat menyaring partikel padat dan menyerap
gas polutan.
58
59
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat
diberikan adalah:
1. Perlu dilakukan pengukuran secara langsung oleh peneliti mengenai kualitas
udara ambien dan pengukuran emisi cerobong di wilayah studi guna
mendapatkan nilai konsentrasi yang akurat.
2. Menggunakan variasi pemodelan atau perangkat lunak lainnya seperti
Aermod Version 22112 untuk memprediksi pola dispersi gas polutan.
DAFTAR PUSTAKA