Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara merupakan campuran dari berbagai gas yang tidak dapat dilihat,
dibau, dan dirasa. Udara yang memiliki senyawa tertentu dengan jumlah yang
besar dan memiliki dampak yang buruk lingkungannya termasuk zat yang
mencemar udara. Pengendalian pencemaran udara diperlukan agar menghindari
terjadinya pencemaran yang berlebihan pada udara. Pengendalian tersebut
dapat dilakukan baik pada udara ambien juga pada udara emisi. Oleh karena itu,
diperlukannya pengujian kekualitasan udara. Akan tetapi, udara memiliki
kuantitas cukup besar dan bersebaran di alam bebas sehingga dibutuhkan
sampel udara yang dapat mewakilkan kondisi udara di suatu wilayah. Lokasi
sampling harus diperhatikan karena harus dapat mewakil kondisi daerah yang
sedang dipantau dan telah memenuhi persyaratan yang ada.
Pada pengambilan sampel udara, terdapat berbagi macam metode dan
alat yang dapat digunakan. Metode pengukuran kualitas udara ambien yang
digunakan tergantung parameter yang akan diuji. Metode pengukuran kualitas
udara ambien yang digunakan tergantung parameter yang akan diuji. Metode
pengambilan sampel partikulat dengan alat HVAS sudah menjadi standar
nasional yang terdapat di dalam SNI 19-7119-3- 2005 Bagian 3: Cara uji partikel
tersuspensi total menggunakan peralatan (HVAS) dengan metode gravimetri.
Selain itu, partikulat dapat di sampling juga dengan menggunakan instrumen
(LVAS). Terdapat juga impinger yang merupakan salah satu alat pengambilan
sampel udara. Impinger merupakan alat sampling udara ambient. Ketelitian hasil
analisis cukup memadai dan metode sampling ini dapat digabungkan dengan
metode pengukuran dalam laboraturium.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami metode pengambilan sampel udara ambient
SO2 dan NO2
b. Mahasiswa mampu sampling udara ambien menggunakan alat Impinger.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampling


Menurut Sopian (2017), Teknik Sampling merupakan sebuah metode yang
dilakukan dalam mengambil dan menentukan sampel dari populasi untuk
keperluan penelitian. Pengambilan sampel biasanya dibutuhkan jika populasi
memiliki nilai kuantitas yang cukup besar, tetapi terdapat faktor lain juga yang
mendukung penggunaan sampel. Untuk mengefektifkan waktu serta
meminimalisir pengeluaran tenaga juga biaya dibutuhkan metode, yaitu teknik
sampling. Ada 2 jenis teknik sampling, yaitu probability sampling dan non
probability sampling. Probability sampling merupakan teknik sampling dimana
setiap anggota dari populasi mendapatkan kesempatan atau peluang yang sama
untuk menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini bertujuan untuk mendapatkan
data yang akurat sebisa mungkin agar diketahui jarak pasti dari kondisi ideal.
Sedangkan non probability sampling merupakan teknik sampling yang tidak
didasarkan dengan probabilitas atau peluang setiap anggota populasi, pemilihan
didasarkan pada karakteristik subjektik tertentu, tetapi terlihat jelas agar tidak
membiaskan hasil data.
Karena sampel merupakan perwakilan dari sebuah populasi, teknik
sampling harus dilakukan secara optimal agar tidak terjadi kesalahan atau
sampling eror sehingga data menjadi tidak valid. Kualitas sampel harus sama
persis atau mendekati kualitas populasi. Dalam bukunya, Sumargo (2020)
menyatakan bahwa teknik sampling dikatakan baik jika memenuhi syarat, berupa
objektif, representatif, up to date atau seseuai dengan kondisi terkini, dan nilai
standard eror yang kecil.

2.2 Sumber dan Jenis Pencemar Udara


Pencemar udara merupakan penambahan satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam junlah yang dapat membahayakan
kesehatan makhluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti. Sebagian besar pencemaran udara disebabkan karena adanya
pembakaran sumber energi yang kekuatan emisinya sangat bergantung pada
intensitas aktivitas antropogenik di daerah yang bersangkutan. Pada umumnya,
emisi pencemar dihasilkan dari berbagai aktifitas kehidupan manusia daripada
emisi pencemar dari sumber alami. Pencemaran akibat kegiatan manusia secara
kuantitatif berkontribusi lebih besar daripada sumber alami. Sebagai contohnya
adalah sumber pencemar akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan
baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran dan rumah tangga.
kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%, sementara kontribusi gas buang dari cerobong asap industri
hanya berkisar 10-15%, dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain
seperti rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain
(Maharani, 2019).
Pencemaran udara dibagi menjadi dua yaitu pencemaran udara luar
ruangan dan pencemaran udara dalam ruang. Pencemaran udara dalam ruang,
walaupun tidak berhubungan langsung dengan emisi global, tetapi sangat
penting untuk menentukan keterpajanan seseorang. Menurut Dewi (2020),
berdasarkan pola emisinya, pencemaran udara dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
1. Sumber pencemaran titik (point source), sumber pencemaran dari lokasi
tertentu yang mengemisikan gas secara secara kontinu. Salah satu
contohnya adalah cerobong asap.
2. Sumber pencemar garis (line source), sumber pencemaran yang
mengemisikan gas dalam bentuk garis. Contohnya adalah pencemaran
debu di sepanjang jalan raya, emisi gas buang dari kendaraan bermotor
di sepanjang jalan raya dan juga kepulan asap dari bangunan industri
yang tanpa cerobong asap sehingga emisinya menyebar secara
memanjang.
3. Sumber pencemar area (area source), sumber pencemaran yang
mengemisikan gas pada luasan tertentu. Contohnya adalah emisi gas
dari kebakaran hutan yang luas, penyebaran emisi terjadi secara luas
dalam satu area luasan.
4. Sumber pencemar volume, emisi gas yang berasal dari sumber yang
memiliki volume tertentu. Contohnya emisi gas dari bangunan lengan
jendela, pintu dan ventilasi terbuka. 11 Universitas Sriwijaya
5. Sumber pencemar puff, sumber pencemaran yang bersifat sesaat.
Contohnya adalah pengeluaran emisi gas debu pada waktu akibat
rusaknya salah satu alat prediksi.

2.3 Bahan Pencemar Udara


2.3.1 Sulfur Dioksida (SO2)
Menurut Tampa et al. (2020), sulfur Oksida (SO x) terbagi menjadi dua,
yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Sulfur dioksida
merupakan gas yang mudah terlarut dalam air, memiliki bau, tidak berwarna,
dan tidak mudah terbakar. Pencemaran sekunder yang terbentuk dari SO 2
seperti partikel sulfat dapat terpindah dan terdisposisi jauh dari sumbernya.
Gas SO2 merupakan gas polutan yang banyak bersumber dari pembakaran
bahan bakar fosil yang menggandung unsur belerang seperti minyak, gas,
batu bara maupun kokas. Sulfur dioksida berasal dari dua sumber, yaitu
sumber alamiah dan buatan. Sumber-sumber SO 2 alamiah adalah gunung-
gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi sulfat
secara biologis. Sementara itu, sumber-sumber SO2 buatan adalah
pembakaran bahan bakar minyak, gas dan batubara yang mengandung
sulfur tinggi.

2.3.2 Nitrogen Dioksida (NO2)


Menrut Dwirahmawati et al. (2018), nitrogen oksida (NOx) adalah
senyawa gas di atmosfer yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO)
dan nitrogen dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang
lebih sedikit. Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Pengaruh negatif
NO2 terhadap kesehatan manusia adalah menurunnya fungsi paru-paru dan
meningkatnya risiko kanker. Nitrogen dioksida (NO2) merupakan salah satu
komponen utama yang mempengaruhi kualitas udara. Gas NO2 juga
merupakan gas yang beracun berwarna coklat kemerah-merahan dan
berbau tajam menyengat hidung. Pengaruh dari gas NO2 dalam konsentrasi
tinggi terhadap lingkungan akan menyebabkan udara terlihat kecoklatan.

2.4 Metode Sampling Kualitas Udara


Udara memiliki kuantitas cukup besar dan bersebaran di alam bebas
sehingga dibutuhkan sampel udara yang dapat mewakilkan kondisi udara di
suatu wilayah. Mekanisme pengambilan partikel udara ini menggunakan bantuan
pompa penghisap udara. Partikulat yang masuk ke penjerap akan menempel
pada filter yang telah dipasang di ketiga alat tersebut kemudian partikulat yang
menempel tersebut diukur untuk diketahui tingkat konsentrasi partikulat yang
berada di lingkungan tersebut (Sodikin, 2020).
Ketersediaan data untuk kualitas udara sangat minim. Teknik pengambilan
sampel partikulat menurut standar pemerintah dilakukan dengan menggunakan
alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode analisis gravimetri. Seiring
dengan perkembangan teknologi, partikulat dapat diukur dengan instrumen
lainnya, salah satunya adalah dengan instrumen Low Volume Air Sampler
(LVAS) yang merupakan instrumen sampling udara ambien dengan volume yang
lebih rendah dari HVAS (Rohmah, 2018).

2.5 Impinger
2.5.1 Definisi
Impinger merupakan alat sampling cemaran untuk udara ambien.
Komponen inti dari impinger adalah tabung impinger, pompa pengisap, flow
meter, dan tabung pengaman. Menurut Koesmawati dan Suryapranata
(2017), alat Impinger ini mampu menangkap lima jenis gas sekaligus, yaitu
NOx, SO2, NH3, H2S, dan Oksidan. Prinsip kerja alat ini dengan memasukkan
larutan penyerap yang sesuai dengan jenis gas yang akan disampling ke
tabung impenger.
Impinger air sampler yang ada saat ini sebagian sudah dilengkapi
dengan sensor suhu dan kelembapan. Namun, alat tersebut belum
dilengkapi dengan pengaturan waktu durasi pengambilan sampel udara.
Oleh karena itu, mengharuskan pengguna untuk mengoperasikan alat
tersebut pada perangkatnya secara langsung. Hal tersebut, dapat
mempengaruhi faktor koreksi perhitungan dari sampel udara yang sudah
diambil. Berlandaskan dari segi cara kerja alat impinger yang ada saat ini,
bahwa akan lebih efisien bila ditambahkannya mikrokontroler yang berfungsi
sebagai pemroses data-data. Mikrokontroler bertujuan untuk mengatur waktu
mulai dan berhentinya sesuai dengan yang ditentukan, dapat menampilkan
dan mencetak data pengambilan sampel udara (Maulana, 2020).

2.5.2 Bagian dan fungsi


Pengambilan contoh dengan impinger pada hakekatnya adalah
menarik udara terkontaminasi kedalam larutan penangkap dalam impinger.
Gas kontaminan dalam gelembung-gelembung udara bereaksi dengan
reagen dalam larutan penangkap, semakin kecil terbentuknya gelembung
semakin baik reaksi yang terjadi, oleh karena itu pada dinding tabung
diberikan tonjolan kecil pemecah gelembung (Fevria, 2016). Berikut bagian-
bagian pada peralatan impinger.
1. Pompa Udara
Pompa hisap yang pada alat ini mempunyai satu aliran masuk dan
satu aliran keluar. Aliran udara masuk berfungsi untuk menghisap
udara yang disampling ke dalam tabung impinger. Sementara itu,
fungsi aliran udara keluar digunakan untuk mengukur kecepatan aliran
udara.
2. Pengatur Aliran Udara
Dengan adanya pengatur aliran udara maka besarnya aliran udara
yang dikehendaki untuk proses sampling dapat ditentukan sesuai
dengan kebutuhan.
3. Tabung Impinger dan Tabung Pengaman
Tabung gelas impinger dan tabung gelas pengaman untuk pompa
udara diletakkan pada container yang terintegrasi pada boks/kotak
alat. Container ini berfungsi sebagai penyangga tabung-tabung
impinger. Bagian container ini dilengkapi dengan jendela yang dapat
dibuka dan ditutup untuk melihat proses pada tabung impinger
terssebut.

Gambar 2.1 Impinger


Sumber: Fevria, 2016
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktikum


Pada praktikum pencemaran udara dengan Judul Sampling Kadar SO 2 dan
NO2 Udara Ambien Menggunakan Impinger dilaksanakan pada tanggal 30
November 2022. Praktikum dimulai pada pukul 08.20 WIB hingga pukul 09.50
WIB. Lokasi Pelaksanaan praktikum berada di Laboratorium Terpadu Universitas
Brawijaya.

3.2 Gambar Alat dan Bahan Beserta Fungsinya

Tabel 3.1 Gambar Alat dan Bahan Beserta Fungsi


No Nama Alat dan Fungsi Gambar
Bahan
1. Botol Penjerap Sebagai tempat
larutan penjerap

Gambar 3.1 Botol Penjerap


Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
2. Desiccant Sebagai zat
pengering untuk
menyerap atau
menghilangkan uap Gambar 3.2 Desiccant
air Sumber: Margareta dan
Tedjorahardjo, 2017
3. Flow Meter Untuk mengatur
kekuatan hisap
udara
Gambar 3.3 Flow Meter
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
4. Impinger Sebagai alat
sampling udara
ambien

Gambar 3.4 Impinger


Sumber: Febrina, 2013
5. Alumunium Foil Untuk melindungi
botol penjerap dari
sinar matahari
Gambar 3.5 Alumunium Foil
Sumber: Hakim dan
Marsalin, 2017
6. Tripod Sebagai tempat
peletakan Impinger
agar lebih tinggi

Gambar 3.6 Tripod


Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
7. Termometer Sebagai alat
pengukur suhu

Gambar 3.7 Termometer


Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
8. Coolbox Sebagai tempat
penyimpanan botol
sampel yang akan
dibawa ke
laboratorium Gambar 3.8 Coolbox
Sumber: Naufal dan
Amiruddin 2019
9. Gelas Beaker 1000 Sebagai wadah
mL perlakuan

Gambar 3.9 Desikator


Sumber: Ethica, 2020
10 Stirrer Untuk
. menghomogenkan
larutan

Gambar 3.10 Stirrer


Sumber: Kurniawan, 2015
11 Labu Ukur 1000 mL Sebagai wadah
. dalam
mengencerkan
larutan
Gambar 3.11 Labu Ukur
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
12 Aquades Sebagai pelarut

Gambar 3.12 Aquades


Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
13 Botol Sampel Sebagai tempat
untuk sampel yang
telah diambil

Gambar 3.13 Botol Sampel


Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
14 10,86 g Merkuri (II) Sebagai bahan
Klorida pembuatan larutan
penjerap
tetrakloromerkurat Gambar 3.14 Merkuri Klorida
untuk menangkap Sumber: Muslim, 2014
SO2
15 5,96 g Kalium Sebagai bahan
Klorida pembuatan larutan
penjerap
tetrakloromerkurat
untuk menangkap
Gambar 3.15 Kalium Klorida
SO2
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
16 0,066 g EDTA Sebagai bahan
pembuatan larutan
penjerap
tetrakloromerkurat
untuk menangkap Gambar 3.16 Larutan EDTA
SO2 Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
17 0,1 g N-(1-naftil)- Sebagai bahan
etilendiamin pembuatan larutan
dihidroklorida penjerap Griess –
Saltzman untuk
menangkap NO2 Gambar 3.17 N-(1-naftil)-
etilendiamin dihidroklorida
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
18 5 g Asam Sulfanilat Sebagai bahan
Anhidrat pembuatan larutan
penjerap Griess –
Saltzman untuk
menangkap NO2 Gambar 3.18 Asam
Sulfanilat Anhidrat
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
19 40 mL Asam Asetat Sebagai bahan
Glasial pembuatan larutan
penjerap Griess –
Saltzman untuk
menangkap NO2 Gambar 3.19 Asam Asetat
Glasial
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022
20 10 mL Aseton Sebagai bahan
pembuatan larutan
penjerap Griess –
Saltzman untuk
menangkap NO2 Gambar 3.20 Aseton
Sumber: Dokumen Pribadi,
2022

3.3 Prosedur Kerja (diagram alir)


3.3.1 Pembuatan Larutan Penjerap TCM

Larutkan 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800


mL air bebas mineral ke dalam gelas piala 1.000 mL

Tambahkan berturut-turut 5,96 g kalium klorida (KCl)


dan 0,066 g EDTA lalu aduk sampai homogen

Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, encerkan dengan


air bebas mineral hingga tanda tera lalu homogenkan.

Gambar 3.21 Diagram Alir Pembuatan Larutan Penjerap TCM


Sumber: Dokumenr Pribadi, 2022

3.3.2 Pembuatan Larutan Penjerap Griess Saltzman

Larutkan 0,1 g NEDA dengan air bebas mineral ke dalam labu


ukur 100 mL, kemudian encerkan dengan air bebas mineral
sampai tanda tera lalu homogenkan

larutkan 5 g asam sulfanilat anhidrat dalam gelas beaker 1.000 mL dengan


140 mL asam asetat glasial, aduk secara hati-haticdengan stirrer sambil
ditambahkan dengan air bebas mineral hingga kurang lebih 800 mL
Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1.000 mL

Tambahkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton,


tambahkan air bebas mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan

Gambar 3.22 Diagram Alir Pembuatan Larutan Penjerap Griess Saltzman


Sumber: Dokumenr Pribadi, 2022

3.3.3 Pengambilan Contoh Uji SO2

Alat dan Bahan


Disiapkan

Alat Pengambilan sampel


 Disusun
 Ditempatkan pada posisi dan
lokasi berdasarkan SNI
7119.6

Botol Penjerap
 Masukkan larutan penjerap
SO2 sebanyak 10 mL ke
masing-masing botol
penjerap
 Lindungi botol dari sinar
matahri langsung dengan
aluminium foil
Pompa hisap dinyalakan
 Atur kecepatan alir 0,5
L/menit
 Setelah stabil catat laju alir
awal dan pantau laju alir
udara sekurang-kurangnya
15 menit sekali

Pengambilan sampel
 Ambil selama 1 jam
 Catat temperatur serta
tekanan udara
 Matikan pompa setelah 1 jam
 Diamkan selama 20 menit
setelah pengambilan
sampel untuk
menghilangkan
pengganggu

Hasil

Gambar 3.23 Diagram Alirt Pengambilan Sampel SO2


Sumber: Dokumenr Pribadi, 2022

3.3.4 Pengambilan Contoh Uji NO2

Alat dan Bahan


Disiapkan

Alat Pengambilan sampel


 Disusun
 Ditempatkan pada posisi dan
lokasi berdasarkan SNI 19-
7119.6

Botol Penjerap
 Masukkan larutan penjerap
Griess-Saltzman sebanyak
10 mL ke dalam botol
penjerap
 Atur botol penjerap agar
terlindung dari hujan dan
sinar matahari langsung
Pompa hisap dinyalakan
 Atur kecepatan alir 0,4
L/menit
 Setelah stabil catat laju alir
awal dan pantau laju alir
udara sekurang-kurangnya
15 menit sekali

Pengambilan sampel
 Ambil selama 1 jam
 Catat temperatur serta
tekanan udara
 Matikan pompa setelah 1 jam
 Diamkan selama 20 menit
setelah pengambilan
sampel untuk
menghilangkan
pengganggu

Botol penejerap
Tepatkan volume larutan
hingga volume tertentu (Vl)

Sampel
Analisis sampel maksimum
1 jam setelah pengambilan
sampel
Hasil

Gambar 3.23 Diagram Alirt Pengambilan Sampel SO2


Sumber: Dokumenr Pribadi, 2022
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis Metode Pengambilan Sampel Udara Ambien


Dalam pengambilan sampel udara perlu ditentukan metode berdasarkan
tujuannya. Metode pengambilan sampel udara ambien harus diambil sesuai
dengan ketentuan yang dengan tujuan pengambilan sampel tersebut untuk apa.
Pada umumnya pengambilan sampel udara ambien ini bertujuan dalam
mengukur kualitas udara. Ukuran pertikel yang terkumpul sangat dipengaruhi
oleh arah angin disekitar lokasi pengambilan sampel, salah satu modifikasi yang
biasanya dilakukan adalah dengan memanfaatkan ukuran filter tertentu sehingga
hanya partikel dengan ukuran tertentu saja yang dapat terkumpul didalamnya
(Sodikin, 2020).
Pada praktikum ini, pengambilan sampel udara ambien menggunakan alat
impinger. Hasil analisis menggunakan alat ini cukup akurat dan metode
pengambilan sampel ini dapat dipadukan dengan metode pengukuran yang
digunakan di laboratorium. Berdasarkan prinsip reaksi kimia larutan penangkap
dengan gas pencemar, dilakukan analisis hasil reaksi. Dalam metode ini, impeler
menarik sejumlah udara melalui jalur aliran yang tetap dan stabil. Gas
kontaminan dalam gelembung-gelembung udara bereaksi dengan reagen dalam
larutan penangkap, semakin kecil terbentuknya gelembung semakin baik reaksi
yang terjadi, oleh karena itu pada dinding tabung diberikan tonjolan kecil
pemecah gelembung (Fevria, 2016).
Berdasarkan Abdullah (2018), setelah dilakukan pengukuran dilapangan
kemudian sampel tersebut dibawa ke laboraturium untuk di analisis dengan
menggunakan alat UV Visible spektrofometer dimana alat tersebut adalah alat
yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada obyek kaca atau kaursa yang disebut
dengan kuvet. Prinsip pengujian yang dilakukan sebagai contoh pada NO2
seperti pada praktikum ini adalah gas nitrogen dioksida yang dijerap dalam
larutan Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna
merah muda yang stabil setelah 15 menit. Kosentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm.

4.2 Persyaratan Penempatan Alat Sampling Udara Ambien


Penempatan alat sampling tidak boleh diletakkan secara sembarangan. Hal
ini dikarenakan data yang diperoleh dari sampling harus dapat mewakili daerah
yang sedang dipantau dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Oleh karena
itu, dalam penempatan alat sampling harus mengikuti dengan ketepatan yang
ada. Menurut Rahmayanti (2018), beberapa ketentuan yang mendasari
penentuan titik pengambilan sampel yaitu tata guna lahan dan area dengan
konsentrasi pencemar tinggi. Selain itu, kriteria penentuan lokasi sampling udara
ambien juga didasarkan pada kepadatan penduduk. Hal ini dikarenakan daerah
penghasil pencemar umumnya berasal dari kegiatan manusia sehingga tingginya
sebuah pencemar dapat ditentukan juga padatnya penduduk.
Penempatan alat sampling udara ambien sendiri sudah di atur pada
standar yang ada, yaitu SNI 19-7119.6-2005 Bagian 6: Penentuan lokasi
pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien. Berdasarkan standar
di Indonesia. Penempatan alat sample harus menghindari tempat yang dapat
merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi atau adsorbsi serta tempat dimana
zat kimia mengganggu konsentrasi terhadap pencemar, seperti kendaraan
bermotor yang dapat mengotori pada saat mengukur gas-gas. Selain itu, hindari
juag tempat dimana pengganggu fisika yang dapat menghasilkan suatu hasil
yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter) sehingga tidak
boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan
listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan
tinggi. Alat sampling haru diletakkan di daerah dengan gedung/bangunan yang
rendah dan saling berjauhan. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka
pemilihan lokasi harus mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada
masa datang. Selain itu, dalam menyusun alat sampling, impinger harus
diletakkan di atas tripod. Hal ini dikarenakan disesuaikan dengan jalur tinggi
pernapasan manusia dimana udara pada tinggi tersebut yang digunakan dalam
pernafasan. Pada penempatannya, harus diperhatikan juga pohon-pohon serta
bangunan yang ada di sekitar tempat sampling yang berpotensi kemungkinan
dapat mengganggu hasil sampling.

4.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Sampling


Pada sampling akan banyak beberapa hal yang dapat mempengaruhi
proses berjalannya sampling yang akan mempengaruhi hasilnya. Pengambilan
sampel ini harus dapat mewakili dari kondisi udara di sekitarnya ehingga harus
dilakukan sesuai dengan ketepatan yang ada. Dalam pemilihan lokasi juga harus
mempertimbangkan faktor meteorologi, geografi serta topografi, dan tata guna
lahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode uji
pelampiasan, antara lain kesempurnaan penyerapan gas oleh larutan
penangkap, keakuratan pengukuran volume udara yang dipengaruhi stabilitas
pompa, analisis laboratorium, serta perhitungan dan perawatan peralatan
(Abdullah, 2018).
Menurut Ramadhan et al. (2016) keadaan disekitar sampling juga dapat
mempengaruhi kadar polutan dari udara ambien yang diambil. Sebagai contoh
adalah banyaknya kendaraan yang melintas, kecepatan angin, dan kelembaban.
Selain itu, adanya aktivitas merokok di sekitar lokasi sampling juga akan
mempengaruhi hasil sampling dan dikategorikan sebagai variabel pengganggu.
Penting sekali untuk memperhatikan kondisi di sekitar alat sampling. Adanya
aktivitas pembangunan di dekat daerah sampling juga cukup mengganggu
karena adanya aktivitas besar dan emsi yang dihasilkan dari alat yang
dioperasikan. Dengam demikian, penempatan posisi alat sampling harus
disesuaikan lagi dengan kondisi dan standar yang ada.
Selain itu, menurut Abdullah (2018), faktor meteorologi yaknik kecepatan
dan arah angin akan mempengaruhi kadar hasil sampling. Arah angin dominan
akan membawa polutan dari udara ambien. Sebagai contoh angin berhembus
dari arah timur ke barat sehingga hasil sebaran polutan lebih tinggi berada pada
arah barat dibandingkan arah timur. Namun, ada kemungkinan jika dilihat dari
hasil polutan tiap reseptor pada arah timur lebih tinggi hasil polutannya. Hal ini
dikarenakan kemungkinan dari sumber pencemarnya yang berada di daerah
timur. Selain itu, jika kecepatan angin semakin meningkan maka polutan pada
udara ambien juga akan semakin berkurang, tetapi jika kecepatan angin rendah
maka tingkat konsentrasi polutan Cpada udara ambien akan semakin meningkat
dilokasi tersebut.

4.4 Hubungan Kecepatan dan Arah Angin dengan cuaca pada wilayah yang
dipilih
Angin adalah udara yang bergerak karena efek dari rotasi bumi. Angin
memiliki besaran fisis kecepatan dan arah yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan tekanan udara disuatu daerah. Kecepatan angin merupakan
kecepatan udara yang bergerak secara horizontal dan dipengaruhi oleh gradien
barometris letak tempat, tinggi tempat, dan keadaan topografi suatu tempat.
Sementara itu, Arah Angin adalah arah dari mana angin berhembus dan
dinyatakan dalam derajat arah (Direction Degree) yang diukur searah dengan
arah jarum jam mulai dari titik utara Bumi atau secara sederhana sesuai dengan
skala sudut pada Kompas. Dengan demikian, kecepatan dan arah angin
merupakan kesatuan dalam membentuk angin. Angin sendiri sangat
mempengaruhi sebuah cuaca. Menurut Fadholi (2013), menganalisis variasi arah
dan kecepatan angin permukaan agar dapat diketahui seberapa besar tingkat
keseringan arah dan kecepatan angin permukaan, sehingga dapat menambah
pengetahuan pengamat cuaca di lapangan.
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada
rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya besar dan
rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya. Selain itu,
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan
karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di
atas permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan. Pada belahan utara
bumi, udara/angin berkelok ke kanan dan di belahan selatan berkelok ke kiri.
Pembelokan arah angin terjadi karena adanya rotasi bumi dari barat ke timur dan
karena bumi bulat. Dalam mempelajari cuaca, arah angin merupakan salah satu
aspek yang harus dipahami. Kecepatan angin merupakan salah satu indikator
dalam mengukur cuaca di suatu tempat. Perbedaan tekanan udara antara asal
dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin (Ningsih,
2016).

4.5 Faktor Kesalahan yang Mempengaruhi Hasil Sampling


Kualitas suatu sampel sangatlah penting. Oleh karena itu, hasil penelitian
dianggap tidak berguna jika sampe yang digunakan tidak memnuhi persyaratan
akurasi, kesahihan, dan keandalan. Sebelum pengujian sampel dilakukan harus
menentukan terlebih dahulu sampel yang akan diambil seperti apa lalu baru
menentukan lokasi yang sesuai dengan sampel yang diharapkan. Kesalahan
dalam penentuan sampel merupakan ketidaksesuaian antara data yang diambil
dari sampel dengan data populasi yang sebenarnya akibat kesalahan proses
penentuan sampel. Pada praktikum ini, sampel yang diambil adalah NO 2 dan
SO2, dalam hal ini larutan penjerap sangat mempengaruhi dalam pengambilan
kedua gas tersebut. Larutan penjerap berfungsi sebagai agen penjerap agar
sampel yang hendak diuji bisa tertampung dalam suatu media sehingga
memudahkan proses pengujian. Larutan penjerap yang digunakan harus bersifat
selektif yang akan menjerap senyawa tertentu (Pratomo, 2019). Hal tersebut
dikarenakan agar tidak masuknya gas-gas lain yang tidak sesuai atau bahkan
ternyata tidak menyerap apapun. Dengan demekina, pembuatan larutan
penjerap harus dibuat dengan benar agar dan sesuai dengan standar yang ada.
Selain itu, menurut Sodikin (2020), pemeliharaan alat menjadi hal yang
penting. Alat yang tidak cukup memadai atau rusak akan tidak berguna dan akan
merusak proses sampling jika tetap dilakukan. Penting sekali untuk merawat alat
sampling agar dapat bertahan lama kedepannya. Alat sampling yang kotor
terutama bagian botol penjerap tentu akan mempengaruhi proses sampling.
Dengan demikian, penting sekali untuk merawat serta membersihkan alat
sampling. Selain itu, jika alat sampling harus dibawa ke tempat yang cukup jauh,
penting sekali untuk meletakkannya dengan baik dan benar agar alat sampling
tidak terguncang.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pencemar udara merupakan penambahan satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam junlah yang dapat membahayakan
kesehatan makhluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti. Udara memiliki kuantitas cukup besar dan bersebaran di alam bebas
sehingga dibutuhkan sampel udara yang dapat mewakilkan kondisi udara di
suatu wilayah. Mekanisme pengambilan partikel udara ini menggunakan bantuan
pompa penghisap udara. Partikulat yang masuk ke penjerap akan menempel
pada filter yang telah dipasang. Pada pengambilan sampel udara, terdapat
berbagi macam metode dan alat yang dapat digunakan. Metode pengukuran
kualitas udara ambien yang digunakan tergantung parameter yang akan diuji.
Pada praktikum ini parameter yang diuji adalah SO 2 dan NO2 dengan
menggunakan alat impinger. Terdapat 2 larutan penjerap yang digunakan untuk
masing-masing parameter uji. Larutan penjerap Tetrakloromerkurat untuk SO 2
dan larutan penjerap Griess-Saltzman untuk NO2. Dalam penempatan lokasi alat
sampling sangat penting sekali agar mendapatkan sampel yang sesuai.
Berdasarkan SNI 19-7119.6-2005 Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan
contoh uji pemantauan kualitas udara ambien, penempatan alat sample harus
menghindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi
atau adsorbsi serta tempat dimana zat kimia mengganggu konsentrasi terhadap
pencemar, seperti kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat
mengukur gas-gas. Selain itu, hindari juag tempat dimana pengganggu fisika
yang dapat menghasilkan suatu hasil yang mengganggu pada saat mengukur
debu (partikulat matter) sehingga tidak boleh dekat dengan incinerator baik
domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan pengambil
contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi. Alat sampling haru diletakkan di
daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan saling berjauhan. Apabila
pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus mempertimbangkan
perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.

5.2 Saran
Praktikum yang dilaksanakam tersebut telah berjalan dengan lancer.
Praktikan juga sudah mengikuti dengan baik. Namun, hal yang disayangkan
praktikan tidak bisa langsung menguji langsung saat pengambilan sampel
meskipun begitu praktikan sebelumnya telah mempelajari hal tersebut saat kuliah
tamu. Selain itu, praktikan tidak bisa membuat larutan penjerap secara langsung
sehingga untuk kedepannya mungkin untuk praktikan dapat berkontribusi dalam
pembuatan larutan penjerap saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, WC. 2020. Analisis Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas pada
Pedagang Unggas di Pasar Burung 16 Kota Palembang. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sriwijaya
Dwirahmawati F, Nasrullah N, dan Sulistyantara B. 2018. Analisis Perubahan
Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) pada Area Bervegetasi dan Tidak
Bervegetasi di Jalan Simpang Susun. Jurnal Lanskap Indonesia, 10(1): 13-
18
Fevria R. 2016. Analisis Kualitas Udara di Daerah Penambangan Batu Kapur
Bukit Tui Kota Kota Padang Panjang. EKSAKTA, 2(17): 31-37
Koesmawati TA dan Suryapranata AG. 2017. Impinger Sebagai Alat Sampling
Cemaran Udara Ambien. In Seminar Nasional Teknologi Industri Hijau,
1(1): 307-312
Maharani J. 2019. Perbandingan Tingkat Pencemaran Karbon Monoksida (CO)
di Ruas Jalan Ring Road Utara Gejayan Yogyakarta Menggunakan
Pemodelan Dispersi Gauss dan Pengukuran Langsung. Skripsi. Fakultas
Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
Maulana ID. 2020. Pemantau dan Pewaktu Alat Impinger Air Sampler Berbasis
Arduino dan Android. Skirpsi. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.
Universitas Komputer Indonesia
Rohmah I, Rita, Salim C, Hindratmo B, Lestari RP, dan Ricky Nelson. 2020.
Perbandingan Metode Sampling Kualitas Udara: High Volume Air Sampler
(HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS). Ecolab, 12(2): 53 - 102
Sodikin D. 2020. Kualitas Udara Ambien di Kawasan Puspiptek Serpong. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Sopian AM. 2017. Pengaruh Lokasi dan Promosi Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Kasus Pada Konsumen Kedai Kopi Euy Kota Bandung).
Skripsi(S1) Thesis. Progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Pasundan.
Sumargo B. 2020. Teknik Sampling. UNJ Press, Jakarta
Tampa GM, Maddusa SS, dan Pinontoan OR. 2020. Analisis Kadar Sulfur
Dioksida (SO2) Udara di Terminal Malalayang Kota Manado Tahun 2019.
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine, 1(3): 87-92.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Abdullah F. 2018. Analisis Konsentrasi Udara Ambien CO di Jalan Alternatif Car


Free Day Kota Makassar Menggunakan Program Caline-4. Skripsi.
Departement Teknik Lingkungan. Universitas Hasanuddin
Fadholi A. 2013. Analisis Data Angin Permukaan di Bandara Pangkalpinang
Menggunakan Metode Windrose. Jurnal Geografi, 10(2): 112-122
Hakim L dan Marsalin I. 2017. Pemanfaatan Limbah Aluminium Foil untuk
Produksi Gas Hidrogen Menggunakan Katalis Natrium Hidroksida (NaOH).
Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 6(1): 68 – 81
Kurniawan MF. 2015. Adsorbsi Camphene dalam Minyak Jahe dengan Bentonit:
Pengaruh Waktu dan Kecepatan Pengadukan. Undergraduate thesis.
Program Diploma. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Margareta W dan Tedjorahardjo VW. 2017. Sintesis Aerogel Silika dengan
Metode Freeze Drying. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Muslim A. 2014. Merkuri dan Keberadaannya. Syiah Kuala University Press.
Aceh
Naufal GK dan Amiruddin M. 2019. Rancang Bangun Cooler Box Termoelektrik
dengan Air Sterilizer Sebagai Tempat Pengiriman Air Susu Ibu (ASI).
Jurnal Rekayasa Mesin, 14(3): 87-96
Ningsih RA. 2016. Aplikasi Model Vector Autoregressive (VAR) untuk Peramalan
Suhu Udara Kota Pekanbaru (Studi Kasus: BMKG Stasiun Meteorologi
Kelas I Pekanbaru). Thesis Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Putera AP dan Toruan KL. 2016. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu,
Kelembaban dan Tekanan Udara Portable Berbasis Mikrokontroler
Atmega16. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 3(2): 42-50
Rahmayanti DP. 2018. Analisis Risiko Logam Berat Seng (Zn) dalam Total
Suspended Particulate (TSP) Terhadap Kesehatan Manusia di Terminal
Bus Giwangan dan Jombor, D.I.Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil
Dan Perencanaan. Univeritas Islam Indonesia
Ramadhan T, Wadji F, dan Kusmasari W. 2016. Dampak Kualitas Udara
Terhadap Keluhan Kesehatan Karyawan Gardu Tol Slipi 2 dan Tanjung
Duren PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Jurnal INTECH Teknik Industri
Universitas Serang Raya, 2(1): 11-18
Sodikin D. 2020. Kualitas Udara Ambien di Kawasan Puspiptek Serpong. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Susanti RS. 2017. Pengembangan Ensiklopedia Peralatan Laboratorium Kimia
sebagai Sumber Belajar Siswa SMA Negeri 10 Pontianak. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammdiyah Pontianak

Anda mungkin juga menyukai