Anda di halaman 1dari 16

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Program pemantauan kualitas udara adalah suatu upaya yang dilakukan


untuk pengendalian pencemaran udara. Hal yang perlu diperhatikan dalam
program pemantauan udara terutama yang berhubungan dengan aspek
pengambilan sampel udara (sampling) dan analisis laboratoriumnya.

Keabsahan, kepercayaan, dan pemantauan yang didapat sangat diperlukan


pada metode sampling dan analisis yang diterapkan. Seperti yang diketahui
pada program pemantauan kualitas udara, baik yang terdapat pada ambient
maupun yang terdapat pada sumber emisi pencemaran udara, yang bertujuan
sebagai pemberi masukan bagi penilai keputusan dalam pengendalian
pencemaran udara pada suatu daerah. Keberhasilan program pengendalian udara
seperti halnya pemantauan atas keberhasilan kebijaksanaan pengendalian
kebijaksanaan pengendalian pencemaran udara di suatu daerah. Dalam
hubungan ini, metode sampling dan analisis udara akan menjadi landasan pokok
yang menjamin kepercayaan dan keabsahan data perolehan data program
pemantauan yang dilaksanakan.

Pencemaran udara di suatu daerah akan ditentukan secara langsung


oleh intensitas sumber emisi pencemarannya dan pola penyebaran (disperse,
difusi, dan pengenceran) di dalam lingkungan atmosfernya. Konsentrasi
pencemaran udara akan berbeda pada suatu tempat ke tempat lainnya.
Hubungan skala ruang dan waktu menjadi variabel penentu besaran konsentrasi
pencemaran yang teramati. Dilain pihak pencemaran udara juga ditentukan oleh
jenis unsur pencemaran yang diemisikan oleh sumber-sumbernya.
Dalam hal ini jenis pencemaran dibagi menjadi dua yaitu, pencemaran
indikatif dan pencemaran spesifik. Pencemaran indikatif meliputi unsur-unsur
pencemaran yang telah dijadikan indikasi pencemaran udara secara umum

22

yang biasanya tercantum didalam peraturan kualitas udara yang berlaku. Yang
termasuk didalam kelompok pencemaran di daerah perkotaan dan pemukiman
umum adalah total partikel tersuspensi (Total Suspended Particulate), oksidaoksida nitrogen, sulfur, karbon monoksida, Total Hidrokarbon (THCO), dan
oksida fotokimia (ozon). Kelompok ini yaitu pencemaran spesifik merupakan
pencemaran udara yang bersifat spesifik disuatu tempat tertentu misalnya daerah
industri yang ditandai dengan emisi zat-zat pencemaran khusus seperti nitrogen
dioksida,amoniak,hidrogen sulfida, senyawa-senyawa aromatik dan lain-lainnya.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sumber pencemaran yang
telah diuraikan di atas, metode pemantauan pencemaran udara dapat pula
dibedakan atas pemantauan sumber emisi pencemaran dan pemantauan udara
ambien. Pemantauan udara ambien dilakukan mengetahui tingkatan pencemaran
udara yang didasarkan atas pencemaran yang umum.
Lebih mendalam mengenai Belerang Dioksida yang secara global
senyawa senyawa kimia belerang dalam jumlah cukup besar masuk ke
atmosfer melalui aktifitas manusia sekitar 100 juta metrik ion belerang setiap
tahunnya, terutama sebagai SO2 dari sisa pembakaran batubara dan gas buang
pembakaran bensin. Jumlah yang sukup besar dari senyawa belerang juga
dihasilkan oleh gunung berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan
organik, dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan proses
biologis ini dapat mencapai kurang lebih 1 juta metric ton H2S per tahun.
Sebagian dari H2S diudara yang mencapai atmosfer secara cepat diubah
menjadi SO2 melalui reaksi :
H2S + 3/2 O2

SO2 + H2

Reaksi bermula dari pelepasan ion hidrogen oleh radikal hidroksil


H2 S + O 2

HS + H2O

Yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO2

23

HS + O2

HO + SO

SO + O2

SO2 + O

Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam


bentuk SO2, dan hanya 1% atau 2% saja sebagai SO3.
Meskipun begitu SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya
bagian kecil dari SO2 yang ada diatmosfer, tetapi pengaruhnya sangat serius
karena SO2 dapat langsung meracuni makhluk hidup disekitarnya. Belerang
dioksida yang ada diatmosfer menybabkan iritasi saluran pernapasan dan
kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai penapasan lemah sangat peka
terhadap kandungan SO2 yang tinggi di atmosfer. Dengan konsentrasi 500
ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia. (Mulia, 2005).
Pencemaran yang cukup tinggi oleh SO 2 telah mambawa dampak yang
cukup serius. Seperti yang terjadi di lembah sungai Nerse, Belgia pada tahun
1930 tingkat kandungan SO2 di udara mencapai 38 ppm dan menyebabkan
toksisitas akut. Selama periode itu menyebabkan kematian 60 orang dan
menyebabkan ternak sapi mati.
Hal yang sama terjadi beberapa tahun kemudian di Donov, Pensylvania
yang menyebabkan dua puluh orang meninggal, yang paling mengerikan
terjadi pada tahun 1952 di London, selama 5 hari terjadi perubahan temperatur
dan pembentukan kabut yang menyebabkan kematian antara 3500 sampai 4000
penduduk, peristiwa ini dikenal dengan London Fog ( Kabut Asap kota
London). Hasil otopsi menyatakan bahwa kematian disebabkan iritasi saluran
pernapasan. Belerang dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini
dalam konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun (mikrosis daun)
pinggiran daun dianatara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO 2
menyebabkan terjadinya khlorisis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah
dengan kenaikan kelembaban udara. Belerang dioksida diatmosfer akan diubah
menjadi asam sulfat.
Oleh karena itu didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang

24

cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.


A. Metode Percontohan dan Analisis Udara.
Pengukuran pencemaran, baik pada udara ambien maupun pada sumber
emisinya akan memerlukan dua tahap utama, yaitu :
1.

Pengumpulan (sampel)

2.

Analisis sampel dapat berupa :


2a. Kuantitatif, untuk mengetahui jumlah dan besaran kuantitatif unsur
pencemaran udara.
2b. Kualitatif, untuk mengetahui pencemaran apa saja yang terdapat di
udara.
Tahap pertama, yaitu :
Pengambilan sampel akan secara langsung mempengaruhi.
Tahap kedua, yaitu :
Tahap analisis. Kesalahan yang terjadi pada tahap pertama akan
memperbesar kesalahan yang mungkin terjadi pada tahap berikutnya.
Ketelitian dan kebenaran metode akan membantu mengurangi
kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul di luar kesalahan manusia
yang terlibat dalam tahapan pekerja tersebut.
B. Metode Percontohan (sampling).
1. Sampling Udara Ambien.
Sampling udara ambien dilakukan dengan tujuan-tujuan khusus, yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu daerah
dengan berpedoman kepada ketentuan mengenai kualitas baku udara

25

yang berlaku.
2. Untuk menyediakan pengumpulan data yang diperlukan dalam evaluasi
pengaruh pencemaran untuk pertimbangan perancangan seperti :
pengembangan kota dan tata guna lahan.
3. Untuk mengamati kecendrungan tingkat pencemaran yang ada di suatu
daerah pengendalian pencemaran udara tertentu termasuk daerah
perkotaan.
4. Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian darurat
mencegah timbulnya pencemaran udara.
Sampling udara ambien dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
1.

Sampling kontinu pada interval waktu yang regular.

2.

Sampling setengah kontinu, mingguan, bulanan, dan tahunan.

3.

Sampling sesaat atau tidak kontinu pada saat yang diperlukan saja.
Pada dasarnya sampling udara ambien dilakukan pada jangka waktu yang

berdasarkan atas pengaruh kesehatan yang mungkin timbul terhadap manusia


yang tercemar, misalnya di daerah perkotaan. Sampling kontinu merupakan
metode yang sangat ideal dalam suatu program pemantauan dan pengawasan
kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan.
Pertimbangan-pertimbangan biaya dan teknik mungkin menjadi alasan
diterapkannya sampling setengah kontinu dan sesaat. Daerah-daerah yang telah
diduda tercemar secara berat memerlukan metode sampling yang kontinu, yang
khususnya ditujukan untuk mengetahui dan mengawasi tingkat pencemaran.
Sampling setengah kontinu dapat diterapkan di daerah-daerah yang cendrung
tercemar, yang tidak terlalu ditandai dengan pencemaraan yang tinggi. Sampling
sesaat biasanya merupakan suatu metode yang hanya dilakukan untuk maksudmaksud tertentu, misalnya mengetahui keabsahan data yang diperoleh dari
sampling kontinu maupun sampling semi kontinu, atau yang diperlukan dalam

26

program pemantauan dan pengawasan kualitas udara. Sampling sesaat bukanlah


merupakan metode sampling yang permanen.

2. Sampling Sumber
Maksud dan tujuan sampling sumber emisi adalah :
1.

Untuk mengetahui dipenuhi atau tidaknya peraturan emisi pencemaran


udara yang ada oleh suatu sumber stasioner tertentu.

2.

Untuk mengukur tingkat emisi berdasarkan laju produksi yang ada


(kesetimbangan proses dan emisi).

3.

Untuk membantu keefektifan metode pengendalian dan peralatan


pengendali pencemaran yang telah diterapkan.
Sumber utama yang diawasi dan dipantau umumnya adalah sumber-

sumber stasioner. Sumber bergerak seperti kendaraan bermotor menjalani


prosedur tersendiri. Faktor emisi merupakan indikator yang digunakan untuk
mengetahui besaran yang dikeluarkan oleh sumber - sumber pencemaran udara.
Sampling sumber akan menyediakan data yang lebih akurat kerena dikaitkan
dengan intensitas kegiatan yang dilakukan, baik didalam lingkungan industri
maupun sektor transportasi.

C. Pemantauan Tempat Kerja


1. Pengertian Pemantauan Tempat Kerja dan Mannfaatnya
Menurut UU. No 1 Tahun 1970 tempat kerja adalah setiap ruangan atau
lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak, atau tetap. Departemen tenaga
kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerjaatau keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber-sumber berbahaya.

27

Pemantauan tempat ada penilaian secara kuantitatif faktor-faktor bahaya


lingkungan kerja dengan cara pengukuran-pengukuran langsung lapangan,
pengambilan sampel dan analisa laboratorium. Hasil pemantauan tempat kerja
kemudian dibandingkan dengan NAB ( Nilai Ambang Batas ). Bila dari hasil
pemantauan ditemukan kondisi tempat kerja yang melebihi NAB maka perlu
dilakukan pengendalian resiko dan bahaya yang ada. Adapun manfaat
pemantauan di lingkungan kerja adalah :
1. Dapat menjelaskan suatu kondisi kritis atau perubahan masalah dalam
kebijakan lingkungan yang diperlukan untuk masa yang akan datang.
2. Dapat membantu pengelolaan lingkungan dengan memberikan
masukan yang dapat dipakai untuk menilai sejauh mana keberhasilan
atau kegagalan dari aktifitas yang lalu dalam kebijakan dan program
yang dibuat.
3. Pemantauan dapat dipakai untuk menguji produktifitas berdasarkan
batasan-batasan perundang-undangan.

2.

Pengertian NAB
NAB adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan

ditempat kerja agar dapat digunakan sebagai pedoman untuk pencemaran faktorfaktor produksi. NAB bukan merupakan batas absolut antara tingkat pemaparan
yang aman dan berbahaya. NAB merupakan efek yang mungkin timbul pada
pemaparan yang berulang dan menahun.

3. Baku Mutu Udara Ambient


Udara diperlukan manusia setiap dalam kehidupan yang tentunya udara
yang layak dihirup. Untuk itu, kualitas udara yang layak harus tersedia untuk
mendukung terciptanya kesehatan masyarakat. Ketentuan mengenai kualitas
udara di Indonesia diatur dengan Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan

28

terkait lainnya.
Standar tentang batas-batas pencemaran secara kuantitatif diatur dalam baku
mutu emisi, Baku mutu udara ambient mengatur batas kadar yang diperoleh bagi
zat oleh bahan pencemar yang terdapat di udara namun tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbu-tumbuhan dan lingkungan sektor
pemukiman.
Tabel Baku Mutu Udara
Waktu

Baku Mutu

Metode

Pengukuran

(ppm)

Analisis

SO2

24 jam

0.01

Pararosaniline

Spektrofotometer

H2 S

30 menit

0.01

Methylene Blue

Spektrofotometer

NH3

24 jam

0.02

Nessler

Spektrofotometer

NO2

24 jam

0.05

Saltzman

Spektrofotometer

No

Parameter

Peralatan

Sumber : KEP-2/MENKLH/I/1998

D. Analisa Kadar Bahan-bahan Berbahaya


Pengertian Bahan Kimia Berbahaya
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. 184/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
Pasal 1:
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia, fisika, atau teksikologi berbahaya
terhadap tenaga kerja, instansi dan lingkungan.
Status kepatuhan terhadap standar-standar aturan setempat. Batasan-batasan
terpaan yang diperbolehkan, serta mengidentifikasi sumber-sumber terpaan atau

29

pemaparan.

E. Hasil Pemantauan Kadar Bahan Kimia Berbahaya


Berdasarkan hasil peemantauan di industri yang telah diperiksa di Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja maka diperoleh hasil, kadar bahan kimia
berbahaya yaitu kadar Sulfur Dioksida (SO2) ditempat kerja. Maka akan
dijelaskan pada uraian dibawah ini :

F.Pembahasan Hasil Uji Kadar Bahan Berbahaya


1. Sifat Sulfur Dioksida (SO2)
a. Sifat Fisika :
- Berat molekul : 64,06 g/gmol
- Titik leleh
: (-) 75,5C
- Titik didih
: (-) 10C
b. Sifat Kimia :
- Gas tidak berwarna.
- Tidak mudah terbakar.
- Berbau sangat merangsang.
- Lebih berat dari udara.
- Mudah larut dalam air.
- Dalam udara atmosfer akan bereaksi dengan oksigen akan
-

membentuk sulfur trioksida (SO3).


Larutan dalam etanol, methanol, kloroform dan eter.
Beberapa oksida logam dapat secara langsung

mengoksidasi dan membentuk sulfur dioksida dan sulfat.


SO2 bereaksidengan air dan membentuk asam sulfit
(H2SO3).

G. Pengendalian Khusus Sulfur Dioksida (SO2)

30

Pengendalian Sulfur Dioksida

(SO2) terutama dilakukan dengan

mengurangi penggunaan bahan bakar bersulfur tinggi atau menukarnya dengan


bahan yang lebih ramah lingkungan. Seperti contoh penggunaan bahan bakar
yang mengandung sulfur tinggi dapat diganti dengan bahan bakar gas yang
lebih ramah lingkungan.

Namun tidak selamanya penggunaan bahan bakar sulfur dapat


dilakukan. Bila hal ini terjadi, harus dilakukan pemeriksaan dari gas buang.
Berikut merupakan pemaparan dan pencegahan gas sulfur dioksida:
1. Toksisitas
a. Sulfur dioksida dapat dideteksi oleh indera pembau pada kadar 3
ppm dan pada indera perasa pada kadar 0,3-1 ppm.
b. Pada kadar 6 ppm sulfur dioksida menyebabkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan.

c. Pada

kadar

yang

tinggi

kadar

sulfur

dioksida

akan

mengakibatkan penetrasi ke dalam saluran pernafasan bagian


bawah. Reaksi ini dapat pula terjadi bila dalam udara terdapat
partikel-pertikel yang akan mengabsorbsi gas SO2.
d. Pada kadar 10-15 ppm pemaparan selama 5-15 menit akan
menyababkan iritasi pada mata.
e. Pada kadar yang tinggi dan waktu pemaparan yang pendek,
sulfur dioksida menyebabkan reaksi peradangan pada jaringan
paru-paru, bahakan kematian karena kelumpuhan pada piusat
pernafasan. Kematian biasanya terjadi saat kadar sulfur dioksida
mencapai 400-500 ppm.
f. Pada kadar 10.000 ppm, pemparan SO2 selama babarapa menit
akan menyebabkan iritasi kulit.
2. Tanda tanda dan gejala - gejala klinis
a. Pemaparan akut.
b. Iritasi pada hidung dan tenggorokan

31

c.
d.
e.
f.

Rasa panas pada mata dan mengeluarkan air mata.


Bersin bersin.
Sesak nafas, nyeri dada, sekresi muhok (dahak) meningkat.
Asma bronchitis.

3. Pemaparan kronis
a. Peradangan pada hidung dan tenggorokan.
b. Batuk yang menahun dan berdahak.
c. Pendarahan pada hidung.
d. Sesak nafas.
e. Batuk darah (hemoptysis).
4. Pencegahan

a. Ventilasi ruangan kerja yang baik dan memadai.

b. Menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar, seperti


sarung tangan dan gas masker.

c. Hygiene perorangan yang baik.

d. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara khusus


meliputi fisik lengkap.

H.

Spektrofotometer Ultra Violet - Visible (UVVis)


Spektrofotometer serapan merupakan pengukuran suatu interaksi radiasi

elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Pengukuran

32

spektrofotometer di dalam daerah cahaya tampak mula-mula disebut


kolorimetri. Namun istilah kolorimetri lebih tepat digunakan untuk persepsi
tentang warna.
Prinsip Kerja alat Spektrofotometer UV-Vis adalah sumber radiasi yang
merupakan sinar polikromatis dilewatkan melalui monokromator. Kemudian
sinar ini oleh monokromator di- eruskan melalui sel yang berisi sampel sebagian
sinar diserap oleh sel dan diteruskan ke fotosel yang berfungsi untuk mengubah
energi cahaya menjadi energy listrik. Energy listrik yang dihasilkan oleh fotosel
memberikan sinyal kepada detector yang kemudian diubah menjadi sera-pan
(absorben) atau nilai transmisi (Transmitant) dari zat yang dianalisis. Besarnya
penyerapan akan sebanding tebal media dan kepekatan dari zat, sehingga setiap
zat akan memberikan identitas yang berbeda-beda. Masing-masing media
tersebut tergantung pada senyawa dan kepekatan dari zat tersebut.
Teori-teori yang mendasari proses pada Spektrofotometer, yaitu :

Lambert (1760)
Memberikan suatu hukum yang menyelidiki hubungan antara

intensitas cahaya mulamula dengan intensitas cahaya yang dipancarkan


terhadap tebalnya media, yaitu: Bila suatu cahaya monokromatik melalui
suatu media yang transparan maka berkurangnya intensitas cahaya yang
dipancarkan akan sebanding dengan tebalnya media (t).

Beer (1859)
Memberikan suatu hukum yang menunjukan hubungan antara intensitas

cahaya mulamula dengan intensitas cahaya yang dipancarkan terhadap


kepekatan media (c), yaitu : Bila suatu cahaya monokromatik melewati suatu
media transparan, maka intensitas cahaya yang dipancarkan akan sebanding
dengan bertambahnya kepekatan (c).

Lambert dan Beer

33

Memberikan suatu hukum yang menunjukan hubungan antara


intensitas cahaya mulamula dengan intensitas cahaya yang dipancarkan
terhadap tebal dan kepekatan media, yaitu : Bila suatu cahaya monokromatik
melalui media yang transparan, maka berkurangnya intensitas cahaya yang
dipancarkan akan sebanding dengan tebal dan kepekatan media.

Jalannya Cahaya pada larutan dapat dilihat sebagai berikut :


Io = Ia + Ir + It
I
r
I
o

Keterangan:

I
r
I
a

It

Io : Intensitas cahaya mula-mula


Ia : Intensitas cahaya yang diserap
Ir : Intensitas cahaya yang dipantulkan
-

I
r

It : Intensitas cahaya yang diteruskan atau


ditransmisikan

I
r

Untuk udara gelas (bila dipakai kuvet dari gelas) harga r kecil, dalam
praktik, sampel dan standar sama, karena itu harga r dapat diabaikan,
sehingga Io = Ia + It.

Secara sistematis Kerja Spektrofotometer UV-Vis dapat digambarkan sebagai


berikut :

Sumber Cahaya

Monokromator

Kuvet

34

Detektor

Recorder

a. Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang sering digunakan pada spektrofotometer UV-Vis
adalah lampu wolfram (untuk visibel) dan lampu deuterium (untuk UV).
Sumber energi yang baik untuk pengukuran serapan harus memancarkan
spektrum yang berkesinambungan dan berintensitas tinggi, juga merata di
daerah panjang gelombang yang dikehendaki dan harus stabil. Sinar yang
dipancarkan difokuskan pada cermin cekung atau datar yang kemudian
dipantulkan dan diteruskan melalui monokromator.

b. Monokromator
Monokromator pada spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang
berfungsi untuk me- nguraikan cahaya polikromatik menjadi beberapa
komponen panjang gelombang tertentu, juga se-suai dan terpisah menjadi
komponen-komponen monokromatik dan dilewatkan melalui celah sempit.
Ada 2 macam monokromator yang biasa di gunakan, yaitu :
1. Prisma, dimana bila suatu cahaya polikromatis dilewatkan melalui
prisma maka akan terjadi penguraian atau disperse cahaya.

2. Grating, terbuat dari lempeng biasa alumunium yang permukaannya


berlekuk-lekuk seperti gergaji, mengkilap, dilapisi resin dan bagian tali
atasnya ditutupi bahan tembus cahaya. Bila ada cahaya yang jatuh,
maka cahaya tersebut akan didispersikan.

c. Kuvet
Kuvet untuk spektrofotometer adalah tempat untuk suatu sampel. Kuvet
biasanya berbentuk persegi atau silinder. Untuk pelarut organik, mulut kuvet
harus ditutup. Kuvet untuk analisis harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

35

Tidak berwarna, sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya yang


dilaluinya.

Permukaannya secara optik harus benar-benar sejajar.


Harus tahan terhadap zat kimia.
Mempunyai bentuk yang sederhana.Tidak boleh rapuh.
Inert (tidak memberikan reaksi kimia)

d. Detektor
Detektor yang biasa digunakan adalah phototube atau barrier layercell
yang keduanya berfungsi mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Suatu
protube yang lebih peka lagi adalah Photo Multiflier Tube. Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh suatu detector, yaitu :
Harus mampu menangkap dan memberi respon terhadap energi
cahaya yang meliputi daerah panjang gelombang yang cukup lebar.
Mempunyai kepekaan yang tinggi dan tingkat kesalahan atau gangguan
yang rendah, sehingga mampu mendeteksi intensitas sinar yang
rendah.
Mempunyai waktu respon yang pendek.
Mempunyai kestabilan dalam jangka waktu yang lama.

Memberikan isyarat elektronik yang dapat diperkuat dan mudah,


sehingga dapat menggerakan alat-alat pembacaan seperti meter
recorder.

36

e. Recorder
Recorder pada umumnya berfungsi sebagai alat pencatat yang dihasilkan
oleh detektor. Menurut jenisnya, spektrofotometer dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
Spektrofotometer sinar tunggal (single beam)
Spektrofotometer sinar rangkap (double beam)

37

Anda mungkin juga menyukai