Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN POLUSI UDARA


(PTA 6)
ACARA IV
PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN DAN PEMANTAUAN KUALITAS
UDARA BERDASARKAN PARAMETER NOx dan SOx PADA KONDISI
OUTDOOR

DISUSUN OLEH:

NAMA : Rakha Haykal Alfaridzi


NIM : 19/446812/TP/12615
KEL :1
CO. ASS : Eka Riskawati

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN DAN BANGUNAN


PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran udara adalah kondisi satu atau lebih substansi seperti fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh
zat-zat baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh
manusia. Serta pencemaran udara bisa mengakibatkan rusaknya lapisan atmosfer dan
tercemarinya oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.
Untuk mendapatkan udara ambien yang berkualitas baik, perlu dilakukan
pengendalian pencemaran udara. Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan
salah satunya dengan memantau atau mengukur kualitas udara, baik udara ambien
ataupun udara emisi. Pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di kawasan
perumahan, kawasan industri, dan kawasan padat lalu lintas dimana di
kawasankawasan tersebut banyak terjadi kegiatan manusia. Pengukuran kualitas
udara ambien juga dilakukan terhadap zat-zat yang dapat menjadi polutan seperti SO 2
dan NO2. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran dan pemantauan kualitas udara
berdasarkan parameter NO2 dan SO2 pada kondisi lingkungan terbuka (outdoor).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengukuran dan pemantauan kualitas udara berdasarkan


parameter NO2 dan SO2 pada kondisi lingkungan terbuka (outdoor)
2. Analisis hasil pemantauan kualitas udara terhadap baku mutu dan
dampaknya
3. Menentukan nilai Air Quality Index berdasarkan hasil pemantauan
kualitas udara outdoor dengan parameter NO2 dan SO2
1.3. Manfaat

Manfaat yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah praktikan dapat
memahami pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di ruangan outdoor
berdasarkan parameter NO2 dan SO2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran udara adalah kondisi satu atau lebih substansi seperti fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh
zat-zat baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh
manusia. Serta pencemaran udara bisa mengakibatkan rusaknya lapisan atmosfer dan
tercemarinya oksigen yang dibutuhkan oleh manusia (Pusparini, 2002).
Ada banyak jenis pencemar udara, tetapi yang penting ada 5 jenis yaitu: -
Ozone (O3) - Oksida karbon (CO, CO2) - Oksida belerang (SO2, SO3) - Oksida
nitrogen (NO, NO2, N2O) - Partikel (debu, asam, timbal, pestisida dsb.) Masing-
masing pencemar udara tersebut diklasifikasikan sebagai pencemar udara primer
(misalnya SO2) dan sekunder (misalnya H2SO2) (Indrayani and Asfati, 2015).
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahanpertanian. Ntrogen oksida
dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Gas Nitrogen
Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati, karena gas tersebut tidak
berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati
dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Gas ini berasal
dari limbah-limbah industri, transportasi, pembangkit listrik, pembuangan sampah,
dan lain-lain. Pencemaran udara oleh gas NO, juga dapat menyebabkan terjadinya
Peroxy Acetil Nitrate yang menyebabkan iritasi pada mata, serta dapat menyebabkan
terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu
lingkungan (Pohan, 2002).
Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen
gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) dan
keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang
tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan
menghasilkan kedua bentuk sulfur dioksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam
jumlah cukup. Sulfur dioksida selalu terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO3
yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi reaksi, terutama suhu yang bervariasi dari 1
sampai 10 % dari total SO2 (Abidin and Hasibuan, 2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Anemometer atau Hot Wire Anemometer

Gambar 3.1 Hot Wire Anemometer

2. NOx dan SOx gas analyzer

Gambar 3.2 NOx dan SOx gas analyzer

3. Lembar Rekaman Data Pemantauan Kualitas Udara Ambien


3.2. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
3.2.1. Prosedur pengukuran kecepatan udara menggunakan hot wire
anemometer:
1. Hubungkan probe sensing hot wire pada input socket dan nyalakan tombol
power
2. Pilih satuan temperatur yang akan digunakan (Co atau Fo)
3. Pilih satuan kecepatan udara ke m/s menggunakan tombol “unit”
4. Pengaturan kalibrasi (zero setting):
5. Pada bagian atas probe sensing head, geser penutup sensor ke arah atas
sehingga sensor dapat tertutup dari pengaruh lingkungan sekitar
6. Tekan tombol zero hingga hasil pembacaan
7. Setelah menunjukkan nilai 0 saat dikalibrasi, tutup sensor dapat
dipindah/digeser dan dibiarkan berkontak dengan udara di lingkungan sekitar
8. Probe sensing head dapat diatur panjang/pendeknya sesuai dengan penggunaan
Jangan menyentuh kabel tipis sensor pada probe sensing head, karena
akan menyebabkan kerusakan permanen
9. Saat pembacaan kecepatan angin, arahkan tanda pada probe sensing head
melawan arah angin. Hal ini bertujuan agar sensor dapat membaca kecepatan
angin dengan tepat.
10. Hasil pengukuran kecepatan angin kemudian muncul pada display bagian atas
11. Pengukuran data dapat dicatat secara manual dengan menekan “hold” atau
dengan menggunakan fungsi “data record” untuk pembacaan nilai maksimum
dan minimum (pengukuran data dengan menunjukkan angka stabil dan diulangi
min 2 kali).
12. Setelah selesai digunakan, harap probe sensing head, tutup sensor, dan
anemometer disimpan dengan baik seperti semula.
3.2.2. Prosedur pengukuran polutan NO2 dan SO2:
1. Nyalakan NO2 dan SO2 gas analyzer dengan menekan tombol power
2. Pastikan kabel probe telah terpasang dengan baik pada alat
3. Arahkan probe sensor pada udara ambien hingga pembacaan konsentrasi
menunjukkan angka stabil pada layar display
4. Lakukan pengukuran sesuai dengan waktu dan pengulangan
5. Catat hasil pengukuran yang terbaca pada NO2 dan SO2 gas analyzer
3.2.3. Langkah kerja praktikum
1. Tentukan titik lokasi pengambilan sampel untuk pengukuran NO2 dan SO2
(outdoor)
2. Lakukan observasi pada kondisi di sekitar titik sampling
3. Lakukan pengambilan data meterologis
4. Lakukan pengukuran NO2 dan SO2 secara periodik setiap 15 menit selama 30
menit (dua kali pengulangan dan dikonversi menjadi setara dengan 1 jam)*.
*Pengukuran aktual seharusnya dilakukan setiap satu pengulangan selama 1 jam.
5. Lakukan analisis dan pembahasan dari data hasil praktikum
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum acara IV ini dilakukan pengukuran dan pemantauan kualitas udara


berdasarkan parameter NO2 dan SO2 pada kondisi lingkungan terbuka (outdoor),
analisis hasil pemantauan kualitas udara terhadap baku mutu dan dampaknya dan
penentuan nilai Air Quality Index berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara
outdoor dengan parameter NO2 dan SO2. Praktikum ini dilaksanakan sampling pada
lokasi P2 (lapangan parkir depan FTP UGM) dan P3 (lapangan parkir belakang FTP
UGM).
Hasil yang didapatkan pada parameter NO2 adalah pada P2 (lapangan parkir
depan FTP UGM) 10 menit pertama senilai 7 ppm, kemudian turun ke 6 ppm, dan
naik kembali secara konstan senilai 7 ppm pada 30-60 menit sampling. Sedangkan,
pada P3 (lapangan parkir belakang FTP UGM) didapatkan hasil 10 menit pertama
senilai 7 µgr/m3, kemudian naik ke 8 µgr/m3 pada sampling 20 menit, dan kemudian
turun ke nilai konstan 7 µgr/m3 dari sampling 30-60 menit. Sedangkan pada
parameter SO2 pada P2 didapatkan bahwa sampling 10 menit didapatkan nilai 25,4
µgr/m3, kemudian konstan naik ke 26,3 µgr/m 3 pada sampling 20-30 menit.
Kemudian, pada sampling 40 menit naik ke 26,8 µgr/m 3 dan turun ke 26,6 µgr/m3
pada sampling 50 menit dan naik kembali pada sampling 60 menit dengan nilai 26,8
µgr/m3. Adapun, untuk sampling P3 didapatkan nilai 29,2 µgr/m3 pada sampling 10
menit pertama, kemudian turun ke 28,1 µgr/m 3 pada sampling 20 menit, kemudian
naik kembali ke 288,2 µgr/m3 pada 30 menit. Lalu, pada 40 menit sampling turun ke
21,1 µgr/m3 dan naik kembali ke 21,2 µgr/m 3 pada 50 menit sampling dan naik ke
22,2 µgr/m3 pada sampling 60 menit. Berdasarkan peraturan baku mutu Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada parameter SO x masih di
bawah ambang batas standar mutu yaitu kurang dari 150 µgr/m 3. Sedangkan, untuk
parameter NOx didapatkan bahwa hasil tersebut masih di bawah ambang batas standar
mutu NOx yaitu dibawah 200 µgr/m3 (Junika, 2021).
Praktikum ini juga ditentukan AQI dari parameter NO 2 dan SO2, adapun hasil
yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 AQI dari Parameter NO2

NOx Menit
Sampel 10 20 30 40 50 60
P2 7 6 7 7 7 7
P3 7 8 7 7 7 7
AQI P2 6,6 5,7 6,6 6,6 6,6 6,6
AQI P3 6,6 7,5 6,6 6,6 6,6 6,6

Tabel 4.2 AQI dari Parameter SO2

SOx Menit
Sampel 10 20 30 40 50 60
P2 25,4 26,3 26,3 26,8 26,6 26,8
P3 29,2 28,1 28,2 21,1 21,2 22,2
AQI P2 36,29 37,57 37,57 38,29 38,00 38,29
AQI P3 41,71 40,14 40,29 30,14 30,29 31,71

Hasil yang didapatkan pada parameter NO 2 dan SO2 termasuk ke dalam


kategori good (0-50). Hal tersebut menandakan bahwa menandakan lingkungan P2
dan P3 masih ke dalam kategori aman.
Menurut Ismiyati (2014) menyatakan bahwa kendaraan bermotor merupakan
salah satu penyebab pencemaran udara dikarenakan asap kendaraan bermotor atau
emisi gas kendaraan bermotor. Selain itu penggunaan bahan bakar pada kendaraan
bermotor juga dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx.
Kecepatan angin dan kelembaban berbanding terbalik terhadap konsentrasi
SO2, yaitu semakin tinggi kecepatan angin dan kelembaban maka semakin rendah
konsentrasi SO2 di udara. Sedangkan untuk variabel suhu udara, didapatkan hasil
bahwa suhu udara berbanding lurus terhadap konsentrasi SO2, yaitu semakin tinggi
suhu maka konsentrasi SO2 dalam udara ambien juga semakin tinggi. Hubungan
antara kecepatan angin dengan konsentrasi NO 2 adalah tidak searah. Artinya jika
kecepatan angin besar, maka konsentrasi NO 2 akan menurun, begitu juga sebaliknya
(Steel and Jrakah, 2012).
Sulfur dioksida (SO2) adalah gas pencemar udara ambien yang bersumber dari
aktivitas transportasi dan permukiman pada kawasan. Sulfur dioksida memiliki
pengaruh utama pada kesehatan manusia seperti gangguan pernapasan, kanker paru-
paru dan empisema. Gas SO2 memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau tajam,
SO2 dapat menimbulkan hujan asam apabila bereaksi dengan uap air dan
menghasilkan H2SO4, SO2 berdampak buruk terhadap kesehatan manusia pernapasan
dan penurunan fungsi paru. Gejala yang ditimbulkan seperti batuk, sesak napas dan
asma (Kurniawati, 2017). Paparan gas SO2 pada masyarakat disekitar industri
pertanian memiliki risiko tinggi terapapar gas SO 2 yang menyebabkan gangguan
paru, apalagi paparan tersebut secara terus-menerus dan ditandai dengan keluhan
pernafasan berupa batuk kering, batuk berdahak dan sesak nafas. Selain itu gas iritan
lain seperti gas NO2 dapat menyebabkan efek kombinasi apabila terpapar pada saat
bersamaan.
Pada sektor pertanian, polusi Sulfur Dioksida dapat mematikan tanaman kapas
(Gossypium spp.) sedangkan gandum (Priticium aestivum) sangat peka berbeda
terhadap pencemaran Ozon dan Sulfur Dioksida (Rahmawaty, 2002).
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut:

1. Parameter SOx masih di bawah ambang batas standar mutu yaitu kurang
dari 150 µgr/m3. Sedangkan, untuk parameter NOx didapatkan hasil di
bawah ambang batas standar mutu NOx yaitu dibawah 200 µgr/m3.
2. Hasil yang didapatkan pada parameter NO 2 dan SO2 termasuk ke dalam
kategori good (0-50).
3. Kecepatan angin dan kelembaban berbanding terbalik terhadap
konsentrasi SO2, yaitu semakin tinggi kecepatan angin dan kelembaban
maka semakin rendah konsentrasi SO2 di udara. Berlaku juga untuk NO2.
4. SO2 berdampak buruk terhadap kesehatan manusia pernapasan dan
penurunan fungsi paru. Selain itu gas iritan lain seperti gas NO 2 dapat
menyebabkan efek kombinasi apabila terpapar pada saat bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, J. and Hasibuan, F.A., 2019. Pengaruh dampak pencemaran udara terhadap
kesehatan untuk menambah pemahaman masyarakat awam tentang bahaya
dari polusi udara. Prosiding SNFUR-4, Pekanbaru, 7.
Indrayani, I. and Asfiati, S., 2018. Pencemaran Udara Akibat Kinerja Lalu-Lintas
Kendaraan Bermotor Di Kota Medan. Jurnal Permukiman, 13(1), pp.13-20.
Ismiyati, I., Marlita, D. and Saidah, D., 2014. Pencemaran udara akibat emisi gas
buang kendaraan bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTransLog), 1(3), pp.241-248.
Junika, E., 2021. Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan.
Kurniawati, I.D., 2017. Indikator Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah
Kendaraan dan Kondisi Iklim (Studi di Wilayah Terminal Mangkang dan
Terminal Penggaron Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).
Pohan, N., 2002. Pencemaran udara dan hujan asam.
Pusparini, M., 2002. Evaluasi Tingkat Pencemaran Udara Berdasarkan Konsentrasi
Udara Ambien Di DKI Jakarta (Doctoral dissertation, IPB (Bogor
Agricultural University)).
RAHMAWATY, S.H., 2002. Dampak Pencemaran Udara Terhadap
Tumbuhan. gas, 20, p.95.
Steel, P.I.G.Y. and Jrakah, P., 2012. PENGARUH KELEMBABAN, SUHU, ARAH
DAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP KONSENTRASI NITROGEN
DIOKSIDA (NO2) DENGAN MEMBANDINGKAN 2 VOLUME.
CONTOH PERHITUNGAN AQI

1. NOx sampling 10 menit pada P2


(50−0)
x ( 7−0 ) +0=6 , 6 AQI=good .
(53−0)
2. SOx sampling 10 menit pada P2
( 50−0 )
x ( 25 , 4−0 )+ 0=36 ,29 AQI=good .
( 35−0 )
REVIEW JURNAL

Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan


melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan
lalu lintas. Padatnya lalu lintas 17 | Konsentrasi Gas SOx Dan NOx di Udara dalam
Ruang Parkir Basement Lippo Plaza Mall Yogyakarta menimbulkan polusi udara.
Polusi udara di kota besar menjadi masalah (Batista, 2017). Kendaraan bermotor
mengakibatkan pencemaran udara di darat (Gulia et al. 2015). Gas nitrogen oxides
(NOx), gas sulfur oxides (SOx) merupakan pencemar akibat polusi kendaraan
bermotor (Khan et al. 2018)). Jenis polutan di perkotaan dengan kepadatan tinggi
adalah gas CO, gas NOx, gas SOx, gas O3, PM dan benzene (C6H6) (Battista 2017).
Hoglund (2004) dalam (Kristanto, Sumabrata, and Astuti 2013) menyatakan sejumlah
pencemar udara yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti gas SOx dan
gas NOx, serta partikulat dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran
pernafasan. Di Indonesia, penelitian tentang dampak pencemar udara terhadap
kesehatan masih sangat sedikit.’
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah kendaraan yang masuk ke
dalam ruang parkir basement menghasilkan emisi yang dapat menyebabakan
pencemaran udara dalam ruang. Ventilasi dan bidang bukaan sangat sedikit di dalam
ruang parkir basement. Hasil menunjukkan (1) lokasi pengukuran berpengaruh
terhadap kadar gas nitrogen dioksida (NOx) dengan nilai tertinggi pada titik 4 sebesar
453,20 gr/m3 dan sulfur dioksida (SOx) dengan nilai tertinggi pada titik 1 sebesar
31.98 gr/m3 sedangkan titik ke 2 sebesar 455.16 gr/m3 (2) Jumlah kendaraan tidak
berpengaruh terhadap kadar gas nitrogen dioksida (NOx) dan sulfur dioksida (SOx)
pada area parkir basement di Lippo Mall Yogyakarta (3) waktu tidak memiliki
pengaruh terhadap NOx dan SOx. Ventilasi buatan tetap perlu disediakan dalam
ruang parkir bawah tanah.

Anda mungkin juga menyukai