TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Oleh :
II. PEMBAHASAN
II.1. Pemeriksaan Kualitas Udara Ambien
II.2. Metode Uji Pengukuran kadar gas (CO, NO2, NH3, SO2, dan H2S) Udara
Ambien
II.2.1. Pengambilan Sampel Gas (Febrina, 2013)
Peralatan impinger disusun seperti pada gambar 1 kemudian ditempatkan pada titik
pengambilan sampel. Sebanyak 10 mL larutan absorber masing-masing parameter
gas (Tabel 1) dimasukkan ke dalam impinger kemudian diatur agar terhindar dari
hujan dan sinar matahari langsung.
Tabel 1. Larutan Absorber Parameter Udara Ambien (Sumber : Febrina,
2013)
No Parameter Gas Larutan Absorber
1 Nitrogen dioksida (NO2) Griess-Saltzman
2 Amoniak (NH3) KI 4%
3 Sulfur dioksida (SO2) CdSO4
4 Hidrogen sulfida (H2S) H2SO4
Pompa penghisap udara dinyalakan dan diatur dengan kecepatan aliran 2.5 L/menit.
Setelah 60 menit pompa dimatikan dan dicatat kembali kecepatan alirannya. Suhu
dan tekanan udara sekeliling sebelum dan sesudah proses pengambilan sampel juga
dicatat.
Keterangan:
Keterangan:
a = volume titran larutan baku
b = volume titran blanko
N = Konsentrasi Na2S2O3
17 = BE Na2S (1/2 BM)
10 = volume larutan baku yang dititrasi
𝑏 𝑥 𝑉1 𝑥 1000
N (𝑁𝑎2𝑆2 𝑂3 ) =
35,67 𝑥 250 𝑥 𝑉2
Keterangan:
b = bobot KIO3 (gram)
1000 = konversi ml ke liter
35.67 = bobot molekul KIO3 (BM KIO3/6 )
250 = volume akuades yang melarutkan KIO3
V1 = volume larutan yang dipipet
V2 = volume titran
c) Pembuatan deret kurva kalibrasi. Larutan induk H2S dibuat dengan
ditimbang 0.1200 gram Na2S dalam 100 ml akuades. Larutan
dipipet 10 ml dalam 1000 ml akuades. Larutan dipipet masing–
masing 0.00, 0.05, 0.10, 0.20, 0.50, 1.00 ml ke dalam labu takar 50
ml. Masing–masing labu ditambahkan sampai dengan 10 ml
dengan larutan absorber. Larutan ditambahkan 0.2 ml larutan test
amino, satu tetes FeCl3. Larutan dihomogenkan dan didiamkan
selama 10 menit. Larutan ditambahkan 1 tetes larutan amonium
fosfat. Larutan ditepatkan volumenya dengan akuades. Larutan
diukur serapannya pada panjang gelombang 670 nm.
d) Pengujian sampel H2S. Sampel H2S dimasukkan sebanyak 10 ml
ke dalam labu takar 50 ml. Sampel ditambahkan 0.2 ml larutan test
amino, satu tetes FeCl3. Larutan dihomogenkan dan didiamkan
selama 10 menit. Larutan ditambahkan 1 tetes larutan amonium
fosfat. Larutan ditepatkan volumenya dengan akuades. Absorber
H2S sebanyak 10 ml dipipet ke dalam labu takar 50 ml. Larutan
ditambahkan 0.2 ml test amino, satu tetes FeCl3. Larutan
dihomogenkan dan didiamkan selama 10 menit. Larutan
ditambahkan 1 tetes larutan amonium fosfat. Larutan ditepatkan
volumenya dengan akuades. Larutan diukur serapannya pada
panjang gelombang 670 nm.
V. DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, F. (2018). Analisis Konsentrasi Udara Ambien CO di Jalan Alternatif
Car Free Day Kota Makassar Menggunakan Program CALINE4. Jurnal Teknik
Lingkungan, 17.
2. Airgas. Material Safety Data Sheet Nitrogen Dioxide MSDS. Available from:
URL : https://www.airgas.com/msds/001041.pdf
3. Akdemir, Andac. 2014. The Creation of Pollution Mapping and Measurement of
Ambien Concentration of Sulfur Dioxide and Nitrogen Dioxide with Passive
Sampler. Journal of Environmental Health Science and Engineering Vol. 1, No.
2, Hal: 111
4. ANSI. 1972. Acceptable Concentration of Hydrogen Sulfide. ANSI 237.2.1972.
Diakses dari https://stacks.cdc.gov/view/cdc/19388/cdc_19388_DS1.pdf (10 (10
Maret 2022)
5. ATSDR. 2004. Ammonia (NH3) CAS#7664-41-7; UN 2672; UN 2073; UN
1005. Atlanta, GA: U.S. Department of Public Health and Human Services,
Public Health Service. Diakses dari www.atsdr.cdc.gov/MHMI/mmg126.pdf [9
februari 2018]
6. BBTKL dan PPM. 2009. Situasii Kecenderungan Parameter Pencemar
Lingkungan dan Risiko Gangguan Kesehatan di Kota Surabaya Tahun 2006–
2008. Laporan. Surabaya
7. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Emisi Gas Buang Sumber Tidak
Bergerak–Bagian 7: cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) dengan Metode
Biru Metiden dengan Menggunakan Spektrofotometer. SNI 19.7119.7-
2005.Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
8. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Udara Ambien-Bagian 1: Cara Uji
Kadar Amoniak (NH3) dengan Metode Indofenol menggunakan
Spektrofotometer. SNI 19.7119.1-2005. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
9. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Udara Ambien-Bagian 2: Cara Uji
Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dengan Metode Griess-Saltzman menggunakan
Spektrofotometer. SNI 19.7119.2-2005. Jakarta:Badan Standardisasi Nasional.
10. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Udara Ambien-Bagian 7: Cara Uji
Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dengan Metode Pararosanilin menggunakan
Spektrofotometer. SNI 19.7119.7-2005.Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
11. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. Metode Pengujian Kandungan Gas
CO di Udara dengan Menggunakan NDIR (Non Dispersive Infra Red). SNI 19-
4845-1998. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
12. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia
di udara tempat kerja. SNI 19-0232-2005. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
13. Depkes, R. I. (2014). Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan. Diakses dari www. depkes. go. id/downloads/Udara.
14. EPA. 2016. Toxicological Profile For Hydrogen Sulfide And Carbonyl Sulfide.
Atlanta, GA : U.S. Department of Public Health and Human Services, Public
Health Service. Diakses dari https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp114.pdf
[11 Februari 2018]
15. Fahmi, Haikal M. 2019. Analisis Kualitas Udara Ambien Di Kota Lhokseumawe.
Aceh : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
16. Febrina, R. (2013). Analisis Kualitas Udara Ambien Di Kawasan Industri Bandar
Lampung. Program Keahlian Analisis Kimia Program Diploma, Institut
Pertanian Bogor.
17. Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1407/MENKES/ SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara.
18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Kimia di Tempat Kerja.
19. Lubis, N. (2018). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Gas Amonia
(NH3) terhadap Gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disekitar
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan Tahun 2018.
20. Masito, A. (2018). Analisis Risiko Kualitas Udara Ambien (NO2 Dan SO2) dan
Gangguan Pernapasan pada Masyarakat di Wilayah Kalianak Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 10(4), 394-401.
21. National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), 1997. Indoor
Environmental Quality. http://www.cdc.gov/niosh/topics/indoo renv/. Diakses
tanggal 18 Agustus 2012.
22. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, no. 41. 1999, pp. 1–34.
23. Sahri, M., & Hutapea, O. (2019). Penilaian Kualitas Udara Ruang pada Gedung
Perkantoran di Kota Surabaya. Journal of Industrial Hygiene and Occupational
Health, 4(1), 1-12.
24. Sugiarti. 2009. Gas Pencemar dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Jurnal Chemical. 10(1).
25. Wijayanti, D., N. (2012). Gambaran dan Analisis Risiko Nitrogen Dioksida
(NO2) Per-Kota/ Kabupaten dan Provinsi di Indonesia (Hasil Pemantauan
Kualitas Udara Ambien dengan Metode Pasif di Pusarpedal Tahun 2011).
Skripsi. Universitas Indonesia. Diakses dari: http://lib.ui.ac.id (Disitasi tanggal 4
Juni 2017).
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2