Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah
mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Hal ini bila
tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan
manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan (Andi Susilawaty,2014). Menurut UU No.
36 Tahun 2009 Upaya Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Rusmin, 2014:4).
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabakan oleh pencemaran
udara, yakni masuknya zat pencemar yang berbentuk gas atau partikel ke dalam udara.
Masuknya zat tersebut ke dalam udara dapat terjadi secara alamiah, misalnya asap
kebakaran hutan, gunung meletus, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut; dapat
juga terjadi akibat kegiatan manusia, seperti aktivitas transportasi, asap pembuangan
industry, proses dekomposisi dan pembakaran sampah, serta kegiatan rumah tangga.
Dalam batas-batas tertentu alam mampu membersihkan udara dengan membentuk
suatu keseimbangan ekosistem, tetapi pada suatu keadaan ketika pencemaran telah
melebihi kemampuan alam untuk membersihkan diri sendiri, pencemaran itu akan
membahayakan kesehatan manusia dan memeberikan dampak yanga luas pada
lingkungan. (Nurbaiti, 2013)

Perubahan lingkungan udara yang diakibatkan oleh pencemara udara jika tidak
segera ditanggulangi tentu dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu
keseimbangan lingkungan. Dari faktor-faktor penyebab pencemaran tersebut kemudian
dilakukan analisis yang pada akhirnya didapatkan solusi untuk pengendalian
pencemaran udara. Hal ini perlu dilakukan mengingat pencemaran udara telah banyak

1
terjadi di kota-kota besar karena kegiatan manusia, diharapkan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya dapat meningkatkan pembangunan fisik
kota, tetapi juga dapat menjaga kelestarian lingkungannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran udara?
2. Apa saja klasifikasi pencemar udara?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pencemaran udara?
4. Apa saja jenis-jenis pencemar udara?
5. Apa yang dimaksud dengan indoor air quality?
6. Bagaimana kualitas udara berdasarkan standar baku mutu?
7. Apa penyebab dari pencemaran udara?
8. Apa efek dari pencemaran udara?
9. Bagaimana cara mengurangi tingkat pencemaran udara?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pencemaran udara.
2. Mengetahui klasifikasi bahan yang mencemari udara.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pencemaran udara.
4. Mengetahui jenis-jenis pencemar udara.
5. Mengetahui tentang indoor air quality.
6. Mengetahui kualitas udara berdasarkan standar baku mutu.
7. Mengetahui penyebab dari pencemaran udara
8. Mengetahui efek dari pencemaran udara.
9. Mengetahui cara mengurangi tingkat pencemaran udara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencemaran Udara


Udara merupakan atmosfer yang mengelilingi bumi. Udara mengandung
beragam unsur gas yang penting bagi kelangsungan hidup organisme. Adapun
komponen gas dalam udara ialah nitrogen(N2) 78,09 %, oksigen 21, 94%,
karbondioksida 0,032%, argon 0,93%, ozon 0,00001%. Senyawa – senyawa seperti
nitrogen, karbondioksida, oksigen, dan ozon sangat penting bagi makhluk hidup.
Nitrogen dibutuhkan bagi organisme untuk sintesis protein, sementara semua
organisme aerob memerlukan oksigen untuk proses respirasi. Dalam proses tersebut
akan dihasilkan karbondioksida yang akan menggantikan karbondioksida di atmosfer
yang digunakan oleh organisme autotrof (tumbuhan dan alga) untuk berfotosintesis.
Sedangkan ozon (O3) merupakan partikel penting bagi semua organisme karena
berfungsi menangkal radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari terhadap
penduduk bumi. Namun, semakin berkembangnya industri dan teknologi membuat
masuknya gas – gas yang merusak komponen udara.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MEKLH/1988, menyatakan bahwa pencemaran udara adalah: masuk atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam udara dan
atau berubanhnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya. (Amansyah, 2013:61). Selain itu pencemaran udara dapat pula
diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan(komposisi) udara dari keadaan normalnya(Wisnu,
2004). sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami
atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker,1980). Menurut Kumar (1987),
pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi

3
tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek
pada manusia dan lingkungannya.

Dengan kata lain, pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai perusakan


terhadap kualitas udara. Kerusakan kualitas ini disebabkan oleh berbagai sumber yang
merusak kesehatan makhluk hidup maupun benda mati. Pencemaran udara biasanya
terjadi di kota-kota besar yang penuh dengan pabrik atau industri dan kendaraan
bermesin yang banyak hingga menimbulkan kemacetan. Semakin sempitnya lahan
hijau di daerah perkotaan juga memperburuk kondisi tersebut. Meskipun begitu, tidak
menutup kemungkinan kalau di pedesaan juga bisa terjadi pencemaran lingkungan,
karena pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana.

B. Jenis-Jenis Pencemar Udara.


Menurut Riki M (2005), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi
merupakan jumlah polutan (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu.
Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi disebabkan
oleh proses alam disebut biogenic emission, sebagai contoh gas methane (CH4) yang
terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang
disebabkan kegiatan manusia disebut antropogenic emission. Contoh emisi udara yang
disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin,
solar, batubara), pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara dsb.
Beberapa jenis-jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan adalah:
a) Karbon monoksida (CO)
Adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa diproduksi
oleh proses pembakarn yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung
karbon. Efeknya terhadap kesehatan disebabkan karena CO dapat menggeser O2
yang terikat pada hemoglobin (Hb) dan mengikat Hb menjadi
carboxyhymoglobin (COHb).
4
O2Hb + CO → COHb + O2
Hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2
kepada jaringan-jaringan tubuh.
b) Nitrogen oksida (NO2)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NO2, di udara terutama berasal dari gas
buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik yang
menggunakan gas alam. Oksida nitrogen mempunyai 3 macam bentuk yang
sifatnya berbeda, yaitu nitrous oxide (N2O), nitric oxide (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2).
Nitrous oxide (N2O), merupakan gas yang tidak berwarna yang dapat menyerap
sinar ultraviolet. Karena sifatnya ini, nitrous oxide memainkan peran yang
penting peran yang penting dalam perubahan iklim di bumi. Nitric oxide (NO)
merupakan gas yang tidak stabil dan di udara selanjutnya teroksidasi terjadi
menjadi nitrogen oksida (NO2). Nitrogen dioksida merupakan gas yang toksik
bagi manusia dan umumnya mengganggu system pernapasan. Nitrogen dioksida
dapat masuk ke paru-paru dan membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat
(HNO3) yang merusak jaringan mukosa.
c) Belerang oksida (SO2)
Atau disebut dengan SOx terdiri atas gas sulfur dioksida atau SO2 dan gas sulfur
trioksida (SO3) yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Pada dasarnya, semua
sulfur yang memasuki atmosfer dirubah dalam bentuk SO2 dan hanya 1%-2%
saja sebagai SO3 gas SO2 berbau tajam dab tidak mudah terbakar. Gas SO2 yang
ada di atmosfer menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan kenaikan sekresi
mukosa. Orang yang mempunyai pernapasan lemak sangat peka terhadap
kandungan SO2 yang tinggi di atmosfer. Dengan konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat
menyebabkan kematian pada manusia. Pencemaran SO2 yang cukup tinggi telah
menimbulkan malapetaka yang cukup serius. Seperti yang terjadi di lembah
sungai Nerse Belgia pada tahun 1930 tingkat kandungan SO2 di udara mencapai

5
38 ppm dan menyebabkan toksisitas akut. Yang paling mengerikan terjadi pada
tahun 1952 di London, selama 5 hari terjadi perubahan temperatur dan
pembentukan kabut yang menyebabkan kematian 3500 sampai 4000 penduduk,
peristiwa ini dikenal dengan “London smog” hasil autopsi menyatakan bahwa
kematian disebabkan oleh iritasi saluran pernapasan.
Pencemaran SO2 di udara berasal dari sumber buatan. Sumber alami adalah
gunung-gunung berapi,pembusukan bahan organic oleh mikroba,reduksi sulfat
secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan cepat
berubah menjadi SO2.
Sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak,gas,dan terutama
batubara yang mengandung sulfur tinggi. Gas buangan hasil pembakaran
biasanya daripada SO3.
Gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang
ada di udara untuk membentuk asam sulfat (H2SO4) sehingga dapat menimbulkan
turunnya hujan asam.
d) Volatile organic compounds (VOCs)
Volatile organic compounds merupakan bahan kimia organic yang lepas sebagai
gas di udara. VOCs umumnya tersusun dari unsur carbon dan Hidrogen,misalnya
gas methane (CH4) VOCs ada yang terjadi secara almiah, namun ada juga yang
merupakan bahan kimia sintesis seperti Benzene,toluene,formaldehyde,dan lain-
lain. Umumnya VOCs akan tereksidasi menjadi CO dan CO2 di atmosfer. VOCs
merupakan zat yang memberikan konstribusi bagi terbentuknya photochemical
oxidant (misalnya ozon).
VOCs (kebanyakan hidrokarbon + nitrogen oksida + sinar matahari→ ozone)
Beberapa jenis VOCs juga merupakan pengabsorbsi sinar infra merah, sehingga
memberikan konstribusi pada perubahan iklim global. Disamping itu beberapa
jenis VOCs ada juga yang bersifat toksik maupun carsinogenic.
e) Photochemical Oxidants

6
Merupakan produk dari reaksi atmosfer tahap kedua dengan dukungan energi
matahari. Salah satu reaksi penting disini adalah pelepasan atom oksigen tunggal
dari gas nitrogen dioksida (NO2). Kemudian atom oksigen tunggal ini bereaksi
dengan gas oksigen (O2) menghasilkan ozone (O3). Pada udara ambien, ozon
merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat merusak tanaman, gedung serta
jaringan sensitive seperti mata dan paru-paru.
Adapun contoh reaksi photochemical adalah sebagai berikut:
1. NO + VOC → NO2 (Nitrogen dioksida)
2. NO2 + Ultra Violet → NO + O (Nitric Oxide + atom oksigen)
3. O + O2 → O3 (Ozone)
4. NO2 +VOC → PAN dll (Peroxy Acetyl Nitrat)
Reaksi keseluruhan :
NO + VOC → O2 + Ultra Violet → O3, PAN dan Oxidant lainnya.
f) Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan
atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit
sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan.
Menurut Wardhana (1995), dalam kaitannya dengan masalah pencemaran
lingkungan maka partikel dapat berubah keadaan-keadaan berikut:
1. Aerosol, adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang
terhambur dan melayang di udara.
2. Fog atau kabut, adalah aerosol yang berupa butiran air yang berada di
udara.
3. Smoke atau asap, adalah aerosol yang berupa campuran antara butiran
padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara.
4. Dust atau debu, adalah aerosol yang berupa butiran padatan yang
terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin.

7
5. Mist, artinya mirip dengan kabut, penyebabnya adalah butiran-butiran zat
cair (bukan butiran air) yang terhambur dan melayang di udara.
6. Fume, adalah aerosol yang beerasal dari kondensasi uap logam.
7. Plume, adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri.
8. Smog, adalah bentuk campuran antara smoke dan fog.
Umumnya partikel yang memasuki saluran pernafasan adalah partikel yang
berukuran lebih kecil dari 𝜇𝑚 (mikrometer). Partikel dengan ukuran tersebut
disebut juga PM10.
Dari ratusan bahan pencemar udara dalam troposfer terdapat 9 kelompok bahan cemar
penting yakni (Andi Susilawaty, 2014:129):
1. Karbon oksida terdiri atas karbon monoksida (CO) dan karbondioksida (CO2).
2. Sulfur oksida terdiri atas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).
3. Nitrogen oksida, yakni nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan nitrous
oksida (N2O).
4. Volatile Organic Compounds (VOC), seperti metane (CH4), benzene (C6H6),
Formaldehyde (CH20), Choloflourcarbons (CFCs), dan halon bermuatan
bromine.
5. Suspended Particular Matter (SPM), butir-butir partikulat seperti debu, karbon,
asbestos, tembaga, arsenic, cadmium, nitrat (NO3) dan butir-butir cairan kimia
seperti sulphuric acid (H2SO4), minyak PCBs, dioxins dan berbagai pestisida.
6. Photochemical Oxidant, seperti ozone (O3) Peroxyacycle nitrates, hydrogen
peroxide begitu pula formaldehyde (CH20) yang terbentuk dalam atmosfer
sebagai reaksi bahan kimia yang dipicu oleh sinar matahari.
7. Bahan radiokatif seperti radon-222, iodin-131, strontium-90, plutonium-239
dan radioisotopes yang masuk atmosfer sebagai gas atau bahan partikulat.
8. Panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak bumi dan yang serupa.
9. Kebisingan yang dihasilkan kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api,
bunyi mesin dan yang serupa.

8
Gas di udara dengan reaksi fotokimia dapat membentuk bahan
pencemar sekunder, misalnya, peroxyle radikal dengan oksigen akan
membentuk ozon dan nitrogen dioksida berubah menjadi nitrogen monoksida
dengan oksigen dan sebagainyaa. Pemaparan dari gas terhadap manusia pada
umumnya melalui pernapasan dan cara penanggulangannya terutama dengan
mengurangi pembebasan bahan pencemar secara langsung ke udara misalnya
dengan menggunakan “gas scrubber”, alat tambahan pada knalpot dan
sebagainya (Mustikahadi, 2001).

C. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara


Menurut H.J. Mukono (2006:15) polutan penyebab terjadinya pencemaran
udara dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder.
a. Polutan primer
Polutan primer adalah polutan yang merupakan hasil langsung dari suatu proses
atau substansi pencemar yang ditimbulkan langsung oleh sumber pencemar.
1. Polutan gas terdiri dari:
- Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi dan
karbon oksida (CO atau CO2).
- Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.
- Senyawa nitrogen , yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
- Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromin.
Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya
berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industry. Bahan
pencemar yang dikeluarkan antara lain adaalah gas NO2, SO2, SO3,
ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC, dan CO dapat
dihasilkan oleh proses pembakaran dari mesin yang menggunakan
bahan bakar yang berasal dari fosil.

9
b. Polutan sekunder
Polutan sekunder merupakan polutan yang dihasilkan oleh interaksi dari
beberapa polutan primer di atmosfer seperti reaksi foto kimia. Contohnya
adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses
kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
- Konsentrasi relatif dari bahan reaktan
- Derajat fotoaktivasi
- Kondisi iklim
- Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat
(PAN), dan formaldehid.

D. Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara


Banyak faktor yang mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer,
misalnya(Mukono, 2008):
a. Kelembapan
Kelembapan udara yang relative rendah (< 60%) di daerah tercemar
SO2, akan mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut. Pada kelembapan
relative lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2, akan terjadi
peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
b. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan
peningkatan kelembapan udara relative, sehingga akan meningkatkan efek
korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang
meningkat, akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
c. Sinar matahari

10
Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di
atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan/alat
bangunan, atau bahan yang terbuat dari karet. Jadi dapat dikatakan bahwa sinar
matahari dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.

d. Pergerakan udara
Pergerakan udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan
bangunan.

E. Indoor Air Quality (Kualitas Udara dalam Ruangan)


Istilah indoor air biasanya digunakan untuk lingkungan dalam gedung non-
industri seperti perkantoran, gedung umum (sekolah, rumah sakit, dll). Komposisi
kontaminan pada indoor air biasanya sama dengan yang terdapat pada udara luar
gedung. Kualitas indoor air merupakan rangkaian dari beberapa variabel, termasuk
kualitas udara luar gedung, desain ventilasi dan system penyejuk udara, kehadiran
sumber kontaminan dan besarnya serta system pemeliharaan dalam gedung.
Bahan pencemar pada indoor air dapat muncul dalam wujud gas, uap (organic
dan inorganik) dan partikel. Bahan pencemar kimia yang sering ditemukan dalam
indoor air adalah:
a) Karbon dioksida (CO2), yang merupakan produk metabolisme dan sering
digunakan sebagai indikator tingkat pencemaran yang berhubungan dengan
kehadiran manusia di dalam gedung.
b) Karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2) dan sulphur dioxide (SO2)
yang merupakan gas inorganic hasil pembakaran serta ozone (O3) merupakan
produk dari proses photochemical.
c) Senyawa organik yang berasal dari beragam sumber didalam dan diluar gedung.

11
Menurut Bahaking Rama (2009:148) ada 3 golongan penyebab pencemaran udara
dalam ruangan yaitu fisiologi, kimia, dan mikroorganisme.
a) Fisiologi: gangguan ventilasi atau vntilasi yang selalu tertutup, debu, pendingin
ruangan (AC) yang tidak terawat, hingga paparan gelombang elektromagnetik
dari computer atau barang-barang elektronik.
b) Kimiawi: di kantor, di rumah, hingga didalam lift kerap kali kita mencium bau
pewangi. Tak jarang pula baunya begitu menusuk hidung hingga membuat
kepala jadi pening. Tak hanya pewangi ruangan ada juga pewangi kamar mandi,
pewangi lemari, pewangi mobil.
Selain itu penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi, yang mengeluarkan
ozon (O3), penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak
pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari
ruanagn juga tidak baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan
karbondioksida dan mengomsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman hias tersebut
berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya.
c) Mikroorganisme: penyebaran bakteri, virus, jamur, dan metazoan di dalam
ruang, salah satu yang berkontribusi adalah pendingin ruangan (AC). Penyakit
yang disebabkan oleh faktor biologis seringkali diklasifikasikan sebagai
penyakit yang menyebar lewat udara (air-borne diseases).
Selain jenis kontaminan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam kualitas indoor
lain adalah tingkat kebauan (smell). Kombinasi bau tertentu dengan sedikit pengaruh
iritasi dari senyawa pada indoor air menuntun kita untuk menentukan kualitasnya
sebagai “bersih” atau “tercemar”. Fenomena disebut dengan sick building syndrome
yang muncul bila lebih dari 20% penghuni gedung mengeluh tentang kualitas udara
ataau memiliki gejala-gejala tertentu. Selain kontaminan kimia, kontaminan biologi
seperti legional pheneumophilar juga turut menciptakan sick building syndrome.

12
F. Kualitas Udara Berdasarkan Standar Baku Mutu

Menurut Keputusan Menteri KLH tahun 1988, Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
ditetapkan berdasar parameter SO2, CO, NOx,Ox, debu, Pb, H2S, NH3dan HC sebagai
berikut:

Tabel 1. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien (KEP-2/MENKLH/1/1988)

No. Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Alat Pemeriksa


1. SO2 24 jam 0,01 ppm Spektrofotometer
2. CO 8 jam 20,00 ppm NIDR Analyzer
3. NOx 24 jam 0,05 ppm Spektrofotometer
4. Ox 1 jam 0,10 ppm Spektrofotometer
5. Debu 24 jam 0,26 mg/m3 Hi-volume sampler
6. Pb 24 jam 0,06 mg/m3 Hi-vol., AAS
7. H2S 30 menit 0,03 ppm Spektrofotometer
8. NH3 24 jam 2,00 ppm Spektrofotometer
9. HC 3 jam 0,24 ppm Gas kromatografi

Indeks Mutu Udara Menurut EPA(The Environmental Protection Agency).


Indeks mutu udara adalah petunjuk yang digunakan oleh EPA untuk menentukan
kualitas udara dan tingkat tingginya polusi udara. Indeks mutu udara dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai informasi akan tingkat bahaya polusi pada
kesehatan di suatu daerah.

Tabel 2. Indeks Mutu Udara dan Simbol Warna(Menurut EPA)

Nilai AQI Derajat Kesehatan/ Simbol Warna


(Air Quality Indeks) Kualitas Udara
0-50 Baik Hijau kuning

13
51-100 Sedang Kuning
101-150 Tidak sehat untuk kelompok peka Orange
151-200 Tidak sehat Merah
201-300 Sangat tidak sehat Ungu
301-500 Berbahaya Maroon

Tabel 3. Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan Bahan Bakar Batu
Bara(berbahan bakar fosil)
NO. Parameter Batas Maksimum
Total Partikel 150 mg/m3
1.
Sulfur Dioksida(SO2) 750 mg/m3
2.
Nitrogen Dioksida(NO2) 850 mg/m3
3.
Opasitas 200%
4.

G. Sumber Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara


Menurut Waliana(2014), sumber pencemaran udara merupakan kegiatan yang
dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu:
a) Sumber Alamiah
Sumber pencemar udara alamiah merupakan sumber pencemar yang berasal
dari proses alam tanpa adanya campur tangan manusia.
a) Akibat letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi mengeluarkan beberapa gas yang melimpah
diantaranya H2O, CO2, H2S,SO2, CO, HF, dan He. Diantara semua gas
tersebut, sulfurdioksida merupakan pencemar udara utama karena selain

14
berpengaruh pada kesehatan, SO2 juga menyebabkan anomali (kejadian
yang tidak bisa diperkirakan atau berubah-ubah) cuaca.
Gas-gas vulkanik yang menimbulkan potensi bahaya besar untuk manusia,
hewan, pertanian, dan material adalah belerang dioksida, karbon dioksida
dan hydrogen flourida. Secara lokal, gas belerang dioksida dapat
mengakibatkan hujan asan dan polusi udara di daerah sekitar gunung
berapi. Secara global, letusan gunung berapi yang besar dapat
menyuntikkan volume sulfur ke stratosfer yang dapat mengakibatkan suhu
permukaan yang lebih rendah dan menimbulkan pengikisan lapisan ozon
bumi.
Gas karbon dioksida lebih berat daripada udara, sehingga gas dapat
mengalir ke daerah dataran rendah dan mengumpul di permukaan tanah.
Konsentrasi tinggi gas karbon dioksida di daerah-daerah dapat mematikan
bagi manusia, hewan, dan vegetasi. Sebuah letusan gunung berapi
menyemburkan senyawa fluor yang cukup untuk merusak atau membunuh
hewan dan melapisi vegetasi dengan abu vulkanik. Senyawa fluor
cenderung menjadi terkonsentrasi pada partikel abu halus, yang dapat
dicerna oleh hewan.
b) Akibat kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan menimbulkan
pencemaran udara karena dari pembakaran itulah dapat meningkatkan
bahan serupa substrat. Substrat fisik atau kimia ke dalam udara yang
mencapai jumlah tertentu. Ada beberapa bahan polutan dari pembakaran
yang dapat mencemari udara yaitu bahan polutan primer, seperti
hidrokarbon, CO, senyawa sulfur oksida, senyawa nitrogen oksida dan
nitrogen dioksida. Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa
partikel karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses
pemecahan suatu bahan.

15
Partikel yang dihasilkan dari kebakaran akan mengganggu pernapasan dan
partikel konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan batuk terus-menerus,
berdahak, bersin dan kesulitan bernapas. Dampak asap dari kebakaran
hutan berkisar dari iritasi mata, dan saluran pernapasan sampai kepada
gangguan serius, termasuk berkurangnya fungsi paru-paru, bronchitis, dan
bertambah buruknya asma dan kematian pra dini. Selain itu asap kebakaran
hutan membuat kelancaran lalu lintas di daerah yang terkena dampak
terganggu.
c) Gas-gas hasil pencernaan
Gas metana dan gas-gas lain yang dihasilkan melalui pencernaan makanan
dari hewan ternak seperti sapi.
d) Debu
Angina berdebu yang berasal dari daerah tanpa tumbuh-tumbuhan seperti
padang pasir.
e) Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan
Sumber biogenic seperti pohon cemara dan beberapa jenis tumbuhan lain
melepaskan senyawa volatile organik. Sekitar 80% dari keseluruhan emisi
senyawa volatile organik berasal dari sumber biogenic.
f) Lahan gambut
Reaksi dari bakteri yang ada di lahan gambut menghasilkan gas metana dan
melepaskannya ke udara. Lahan gambut merupakan sumber emisi gas
metana terbesar.
g) Petir
Petir mengubah nitrogen di udara menjadi nitrogen oksida.
b) Sumber Antropogenik
Merupakan sumber pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Kebanyakan berasal dari aktivitas transportasi, industri, pembakaran, sampah
dll.

16
1) Sumber Tidak Bergerak
Merupakan sumber pencemar yang tidak mengalami perubahan posisi
selama menghasilkan zat pencemar. Sumber pencemar yang termasuk ke
dalam kategori ini yaitu kegiatan industri, pembangkit tenaga listrik,
pembakaran insenerator, furnace, dll. Sumber tidak bergerak dapat
dikategorikan menjadi:
1. Sumber Titik
Merujuk kepada sebuah sumber yang berada pada titik yang tetap.
Contohnya cerobong asap, atau tangki penyimpanan yang
memancarkan zat pencemar udara.
2. Sumber Area
Mengacu pada serangkaian sumber kecil yang bersama-sama dapat
mempengaruhi kualitas udara di suatu daerah. Contohnya adalah
penggunaan perapian di rumah untuk penghangat akan berdampak
pada suatu daerah meskipun masing-masing rumah menyumbang
berbagai jenis zat pencemar dalam jumlah yang kecil. Contoh lainnya
yaitu pembakaran terbuka di wilayah pemukiman (Mustofa. M,
2005)
2) Sumber Bergerak
Merupakan sumber pencemar yang mengalami perubahan posisi selama
menghasilkan zat pencemar. Sumber pencemar yang termasuk ke dalam
kategori ini yaitu mobil, truk, bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat
terbang.
3) Debu Zat Kimia dan Partikulat Hasil Kegiatan Pertanian dan Perkebunan
Kegiatan pertanian dan perkebunan juga turut menyumbang emisi gas
pencemar di atmosfer sebagai hasil dari reaksi alamiah dari tumbuhan
tersebut.
4) Suspensi dari Penggunaan zat Larutan Kimia

17
Contohnya yaitu cat, hair spray dll. Penggunaan hair spray mengemisikan
ozon yang juga berkonstribusi sebagai zat pencemar di udara.
5) Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah
Reaksi dari mikroorganisme dan reaksi kimia yang terjadi pada landfill
menghasilkan gas metana, karbon dioksida, amoniak, gas sulfida dan gas
pencemar lainnya yang diemisikan ke udara.
6) Kegiatan Militer
Kegiatan militer juga berdampak dalam terjadinya pencemaran di atmosfer,
contohnya adalah penggunaan senjata nuklir, bom, gas beracun, rudal maupun
senjata biologis.

H. Efek Bahan Pencemar Udara


a) Efek Terhadap Kondisi Fisik Atmosfer
1. Terjadinya Hujam Asam
Pencemaran udara dalam jangka panjang dapat menimbulkan
hujan asam, yaitu ketika dalam air hujan mengandung tingkat
keasaman atau pH dibawah 5,5. Proses terjadinya hujan asam ini bisa
terjadi ketika belerang atau sulfur dan nitrogen bereaksi dengan
oksigen diudara sehingga menghasilkan nitrogen dioksida dan
nitrogen dioksida yang kemudian bereaksi lagi dengan uap air dan
membentuk asam nitrat dan asam sulfat. Asam nitrat dan asam sulfat
tersebut selanjutnya berkondensasi membentuk awan yang akan
menjadi hujan asam.
Hujan asam akan memberikan banyak efek negatif bagi
kehidupan kita. Efek negatif hujan asam tersebut adalah merusak
sarana prasarana atau infrastruktur di bumi seperti menyebabkan
korosi bangunan, merusak ekosistem perairan seperti menyebabkan

18
ikan – ikan mati, menyebabkan tumbuhan layu, kering dan mati, dan
yang terakhir adalah menganggu pernafasan manusia.

2. Pemanasan Global
Pemanasan global atau global warming adalah proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer baik di udara, laut maupun di
daratan bumi. Penyebab pemanasan global ini dapat terjadi karena
pada dasarnya permukaan bumi akan menyerap panas dari sinar
matahari dan memantulkan sebagian panas tersebut ke luar angkasa.
Namun karena polusi udara yang tidak terkendali menyebabkan
panas yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa tapi justru
terperangkap oleh gas-gas karbon dioksida, metana, sulfur dioksida
dan gas rumah kaca lainnya.
Radiasi sinar matahari yang terperangkap dan dipantulkan kembali ke
bumi tersebut menyebabkan lapisan ozon semakin menipis dan bumi semakin
lama semakin panas. Meningkatnya suhu global berdampak pada terjadinya
perubahan iklim yang semakin ekstrim, mencairnya es di kutub,
meningkatnya level permukaan air laut, habisnya gletser sebagai sumber air
bersih, gelombang panas yang semakin meningkat serta berpengaruh terhadap
hasil pertanian.

Efek negative bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara
lain adalah:
1. Gangguan jarak pandang (visibility).
2. Memberikan warna tertentu pada atmosfer.
3. Mempengaruhi struktur dari warna awan.
4. Mempengaruhi keasaman air hujan.
5. Mempercepat pemanasan atmosfer.

19
b) Efek Terhadap Faktor Ekonomi
Efek negative bahan pencemar udara terhadap factor yang berhubungan
dengan ekonomi antara lain:
1. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos).
2. Meningkatkan biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).
3. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada
makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh dioksin).
4. Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang disebabkan
oleh pencemaran udara.
c) Efek Terhadap Vegetasi
Efek negative terhadap bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi
antara lain ialah:
1. Perubahan morfologi, pigmen contohnya flecking (daun berbintik-
bintik), dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan pada daun seperti
chlorosis (perusakan zat hijau daun/ menguning).
2. Reduced crop yield (penurunan hasil pangan).
3. Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi.
4. Mempengaruhi proses reproduksi tanaman.
5. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.
6. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misalnya
lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi
vegetasi tersebut).
d) Efek Terhadap Kehidupan Binatang
Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan
(binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan
bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena
udara ambien terhadap gas SO2.

20
e) Efek Terhadap Kesehatan Manusia Pada
Substansi pencemar atau polutan yang terdapat di udara dapat masuk ke
dalam tubuh kita melalui sistem pernafasan. Menurut organisasi kesehatan dunia
atau WHO, pencemaran udara merupakan salah satu pembunuh terbesar di dunia.
Pernahkah anda batuk ketika menghirup udara yang kotor dan berdebu? Jika
pernah itu merupakan bentuk pertahanan tubuh anda dalam membuang kuman
atau virus yang masuk dalam tubuh melalui udara kotor yang anda hirup.
a. Gangguan akut:
- Gangguan fungsi paru.
- Gangguan kesehatan dan ketidakmampuan (disability) :menigkatnya
absen kerja, menigkatnya kunjungan ke unit darurat, meningkatnya
penderita MRS (masuk rumah sakit).
- Angka kematian meningkat akibat penyakit pernapasan dan penyakit
kardiovaskular. Seperti ISPA
- Meningkatnya penderita batuk akibat iritasi terhadap sistem pernapasan.
b. Gangguan kronis:
- Hambatan perkembangan paru-paru.
- Akselerasi umur paru (accelerated lung aging).
- Kerusakan pada sistem organ lainnya.
c. Kanker paru
- Kanker merupakan penyebab utama kematian.
- Penyebab kanker di lingkungan eksternal (outdoor) adalah sinar
ultraviolet dan radiasi, sedangkan penyebab indoor, adalah paparan
radon.
- Satu per sepuluh kematian akibat kanker disebabkan oleh faktor
lingkungan kerja.
- Penyebab utama kanker lingkungan kerja adalah kanker paru,
mesothelioma dan kanker kandung kemih.

21
Tabel 4. Sumber dan Gangguan Kesehatan Polutan (US. EPA, 2010)
Polutan Sumber Efek Kesehatan Efek Lingkungan
Karbon Kendaraan bermotor, Sakit kepala, penyakit Membentuk smog
monoksida sumber indoor (kompor kardiovaskular,
(CO) minyak, kayu gangguanpertumbuhan
pembakaran) janin, kematian
Sulfur pabrik bahan bakar batu iritasi mata, dada pembentuk hujan
dioksida bara, penyulingan berat, napas pendek, asam, gangguan
(SO2) minyak, pabrik penghasil kerusakan paru penglihatan,
asam sulfur kerusakan mesin
dan air, merusak
aestetik
Nitrogen kendaraan bermotor, alat iritasi paru dan napas membentuk
dioksida listrik, industri dan (batuk, sakit dada, smog,
(NO2) sumber pembakaran gangguan napas), peka menurunkan
minyak (fuel) infeksi pernapasan kualitas air,
pemanasan
global, gangguan
penglihatan
Ozon (O3) bahan bakar bermotor, iritasi mata dan merusak
terbentuk dari polutan tenggorokan, batuk, ekosistem
udara lain yang terkena asma, gangguan
sinar matahari pernapasan, kerusakan
paru
Timbal pemurnian logam, anemia, hipertensi, merusak
(Pb) peleburan timbal, pabrik kerusakan otak, dan ekosistem
baterei, pabrik besi baja akuatik,

22
ginjal, gangguan saraf, mengganggu
kanker IQ menurun hidup tanaman
dan hewan.
Perticulate mesin diesel, iritasii mata, gangguan
Matter pembangkit tenaga, kerusakan paru, asma, penglihatan,
(PM) industri, pembakaran kanker, bronkitis, deposisi atmosfer,
kayu, debu keracunan logam kerusakan
berat, gangguan aestetik.
kardiovaskular.

I. Cara Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara


Perlu kesadaran dari diri sendiri untuk memulai mengurangi meningkatnya
pencemaran yang terjadi di udara. Kelangsungan organisme dapat terancam jika kita
tidak bertindak untuk mengakhiri pencemaran yang telah terjadi. Adapun upaya –
upaya yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan pembakaran dan atau penebangan pohon-pohon di hutan
dengan sembarangan. Pohon-pohon di hutan merupakan sumber oksigen bagi
mahluk hidup.
2. Pemasangan bahan penyerap polutan atau saringan pada saluranpembuangan
asap sebelum di buang ke udara.
3. Mencari alternatif sebagai sumber energi
Penggunaan bahan bakar fosil yang semakin meningkat harus segera beralih ke
sumber energi lain. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan bakar fosil semakin
menipis dan menghasilkan senyawa yang mencemari udara. Penelitian –
penelitian mengenai energi lain untuk menggantikan bahan bakar fosil kini
telah ditemukan, seperti bioetanol yaitu yang dihasilkan dari minyak tumbuh
tumbuhan, lalu tenaga surya, dan lain sebagainya. Kini diperlukan pabrik besar

23
agar dapat memproduksi alternatif energi tersebut agar dapat mencukupi
kebutuhan manusia dan alam.
4. Mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor kini menjadi salah satu penyebab
meningkatnya polusi di wilayah padat penduduk. pasalnya penggunaan
kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak yang menghasilkan
senyawa polutan. dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dapat
menurunkan angka polusi udara. selain itu, mesin – mesin kendaraan bermotor
yang sudah tua layaknya jangan digunakan lagi karena akan menghasilkan
pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan polutan lebih berbahaya.
oleh karena itu perlu diadakan uji emisi bagi kendaraan bermotor untuk
menyortir kendaraan yang lulus emisi saja yang boleh digunakan.
Menggunakan kendaraan umum massal dan mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi untuk membantu meminimalisir terjadinya polusi akibat
emisi kendaraan bermotor.Menciptakan jalur hijau di perkotaan dengan
menanam pohon-pohon di tempat-tempat tertentu agar udara yang tercemar
dapat diserap melalui proses fotosintesis.
5. Mengurangi penggunaan mesin pendingin
Telah diuraikan di atas bahwa mesin – mesin pendingin menggunakan senyawa
CFC yang menyebabkan kerusakan ozon. Gunakan pendingin seperlunya saja,
dan setelah itu matikan adalah salah satu upaya untuk menghemat dan
mengurangi pencemaran yang terjadi.

6. Mengurangi Limbah Industri

Cara ini hanya dapat di lakukan dengan kerja sama, terutama pada bidang
pemerintahan yang mengatur tentang industri dan kelayakannya. Perlu
dilakukan pengelolaan limbah udara yang dihasilkan agar gas yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran udara berkurang. Semakin banyak pabrik

24
yang sadar akan hal ini, maka semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan
udara bersih.

7. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang pentingnya menjaga


kelestarian lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan aksi nyata yaitu membuang
sampah pada tempatnya dan membersihkan lingkungan.

8. Tidak Merokok

Cara terakhir ini adalah cara yang dapat kita lakukan dari diri kita sendiri, selain
mendapatkan hidup yang sehat, tidak merokok juga mengurangi akumulasi zat
berbahaya yang dapat menyebabkan terjadinya penemaran udara.
Menurut Cahyono(2017), pengendalian pencemaran dan penyehatan udara secara
teknis dapat meliputi:
1. Meminimalisir pencemar pada sumber/emisi.
2. Pengaturan udara: HVAC (Heating Ventilation Air Condition).
3. Penangkapan debu dengan: filter, gravitasi, cyclone, scrubber, absorpsi,
elektrostatistik presipitation.
4. Pembakaran gas: combustion.
Pengendalian dan penyehatan secara nonteknis meliputi:
1. Edukasi.
2. Penataan wilayah.
3. Regulasi, peraturan perundang-undangan.
4. Kebijakan/strategi.
5. Etika moral individu.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang bisa ditarik yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.

26
2. Bahan yang mencemari udara diklasifikasikan menjadi 2, yaitu polutan primer
dan sekunder, dimana bahan pencemarnya seperti CO, CO2, NO, NO2, HC tak
terbakar dan CFC
3. Penyebab terjadinya pencemaran udara antara lain dari emisi kendaraan lalu
lintas, gas pembangkit listrik, letusan gunung api, limbah sisa pabrik, aktivitas
pertambangan, aktivitas rumah tangga, kebakaran hutan, timbunan sampah dan
illegal logging
4. Dampak dari pencemaran udara adalah mengganggu kesehatan, terjadinya hujan
asam, global warming, dan mengganggu pertumbuhan tanaman
5. Cara mengurangi tingkat pencemaran udara antara lain dengan mencari alternatif
sumber energi, mengurangi penggunaan kendaraan BBM dan mesin pendingin,
mengurangi limbah industri dan tidak merokok.

B. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya
dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor
dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan
pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu
pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri juga harus sempurna,
penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis(taman bertindak sebagai paru-
paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta
melakukan reboisasi/penanaman kembali pohon-pohon pengganti untuk
menghijaukan lingkungan sekitar.

27
DAFTAR PUSTAKA

Susilawaty, A., 2014. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. I ed. Makassar:


Alauddin University Press.
Amansyah, M., 2013. Kesehatan Lingkungan Menuju Masyarakat Sehat. I ed.
Makassar: Alauddin University Press.
Rama Bahaking, dkk, 2009. Pengetahuan Lingkungan. 1 ed. Makassar: Alauddin
Press.

28
Mukono, H., 2006. Prinsip Dasar Kesehatan lingkungan. 2 ed. Surabaya: Airlangga
University Press.
Mulia, R. M., 2005. Kesehatan Lingkungan. 1 ed. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soedarto, 2013. Lingkungan dan Kesehatan. 1 ed. Jakarta: CV Sagung Seto.
Wardhana, W. A., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. 3 ed. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Rusmin, M., 2014. Prinsip-Prinsip Dasar Imu Kesehatan Masyarakat. I ed.
Makassar: Alauddin University Press.

Cahyono, T., 2017. Penyehatan Udara. I ed. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Gusnita, C., 2005. Polusi Udara Kendaraan Bermotor Sebagai Bentuk Kejahatan Tanpa
Korban. Pencemaran Udara, 2(3), pp. 1-11.

Maxmanroe, 2016. Maxmanroe. [Online] Available at: https://www.maxmanroe.com


[Accessed 28 Juli 2019].

Nurbaiti, 2013. Scribd. [Online]


Available at: https://id.scribd.com/doc/193776198/Makalah-Pencemaran-
Udara [Accessed 30 Juli 2019].

Sudarman, 2018. Minimalisasi Pencemaran Udara Melalui Penyetelan Perangkat


Pembakaran Motor Sesuai dengan Baku Mutu Emisi. Rekayasa, Vol.16(2), pp.
165-172.

Warliana, A., 2014. Weebly.com. [Online] Available at:


https://airpollution2014.weebly.com/about.html [Accessed 30 Juli 2019]

29

Anda mungkin juga menyukai