Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul PPU di
Industri Semen ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing mata kuliah Rekayasa Lingkungan yang mana telah banyak
memberikan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik,
demikian juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah
ini.
Penyusun menyadari dalam menulis makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu diharapkan
Pekanbaru, November2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Industri merupakan salah satu penghasil limbah terbesar. Limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair, maupun gas. Sebelum limbah dibuang
ke lingkungan, perlu dilakukan proses pengolahan limbah agar tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitarnya. Untuk pengolahan limbah industri berbentuk gas,
terdapat berbagai alat proses seperti gravity settler, cyclone, electrostatic
precipitator, maupun web scrubber. Semua alat proses tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Penggunaan alat proses pengolahan udara
yang tidak tepat dapat mengakibatkan masalah pencemaran udara pada gas
buangan cerobong akibat adanya partikulat dan gas yang lolos dari alat
pengolahan. Selain itu penggunaan alat proses yang tidak tepat juga dapat
menimbulkan masalah baru seperti pengolahan udara yang mengandung gas
eksplosif dengan menggunakan electrostatic presipitator. Hal ini tidak boleh
dilakukan karena electrostatic presipitator mengandung muatan listrik.
Oleh karena itu, kita perlu mempelajari berbagai alat-alat pengolahan
udara baik dari segi kelebihannya maupun kelemahannya, sehingga dapat
menghasilkan udara yang bebas dari polutan.
1.3
1.
2.
3.
4.
1.4
Tujuan
Mempelajari partikulat dan gas yang dapat mencemari udara
Mempelajari sumber-sumber polusi
Mempelajari alat-alat pengendalian pencemaran udara
Mempelajari alat pengendalian udara yang digunakan di industri semen
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Udara
Udara merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia. Udara
terdiri dari campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah dari
waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air yang
berupa uap air. Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca
dan suhu. Udara dalam istilah meteorologi disebut juga atmosfir yang berada di
sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini.
Atmosfir merupakan campuran gas-gas yang tidak bereaksi satu dengan lainnya.
Atmosfir terdiri dari selapis campuran gas-gas, sehingga sering tidak tertangkap
oleh indera manusia kecuali apabila berbentuk cairan berupa uap air dan padatan
berupa awan dan debu
Komposisi udara murni dalam atmosfer kering yang tidak tercemar terdiri
dari 78% Nitrogen (780.900 ppm), 21 % Oksigen (209.500 ppm), 1% uap air,
Karbondioksida (0,032%) dan sisanya gas gas lain seperti CO (0,1ppm), Helium
(5,2ppm), Neon(18ppm), Metana (1,5ppm), dll (Muhammadah, 2012). Menurut
Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 1999 mengenai baku mutu udara ambien
ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien
Parameter
SO2
CO
NO2
O3
HC
PM10
2.2
2.2.1
Pencemaran Udara
Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
2.2.2
1.
HC, F, Cl, Br
b. Pencemar Sekunder
Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari
2.2.3
1.
2.3
yang diakibatkan oleh sumber pencemar yang tidak bergerak (industri) dilakukan
dengan reduksi emisi. Reduksi emisi merupakan gabungan usaha dari semua ilmu
dan teknik untuk mengendalikan tingkat emisi pada sumbernya dan mengurangi
kadar polutan, sehingga senyawa pencemar itu tidak berbahaya lagi, baik untuk
lingkungan maupun bagi biotik yang hidup didalamnya.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi polutan terdiri atas :
1.
Contohnya
menggunakan bahan bakar dari gas (LPG atau LNG), menggunakan bahan
bakar yang rendah kadar sulfurnya dan melakukan pencucian batubara
sebelum digunakan
Menggunakan kembali CO untuk bahan bakar boiler
Menggunakan air sebagai senyawa pembawa dalam industri cat
Menggunakan pembakaran atom dalam proses boiler
Menghentikan instalasi (industri) sebagai langkah terakhir
3.
Relokasi pabrik
a. Mengalokasikan daerah yang akan tercemar
b. Membuat aturan tentang izin kontruksi baru yang akan dijalankan
c. Mengisolasi daerah sekitar sumber pencemar agar tidak dihuni
4.
Penerapan teknologi pengendalian yang tepat.
d.
e.
f.
g.
3.
4.
5.
2.3.1
arah gerak partikulat sehingga partikulat tersebut keluar dari arah aliran udara
pembawanya. Setiap jenis alat pengendalian pencemaran udara ini memiliki
perbedaan gaya yang mempengaruhi pada proses penyisihan partikulat. Gaya
yang digunakan dalam penyisihan partikulat terdiri atas gaya gravitasi, gaya
sentrifugal, tumbukan (impaction), singgungan (interception), difusi (diffusion),
gaya listrik statis (electrostatic).
Tabel 2.2 Gaya Penyisihan Partikulat Berbagai Alat
1.
Collector
Gravity Settler
Cyclone
Electrostatic Presipitator
Fabric Filter
Wet Scrubber
Gravity Settler
Gaya
Gravitasi
Sentrifugal
Listrik Statis
Difusi dan Intersepsi
Inersia dan Intersepsi
Cyclone (Siklon)
Siklon merupakan alat pengendalian partikulat yang digunakan sebagai
pengumpul awal (pre-collector) dan pelindung alat pengendalian partikulat
efisiensi tinggi (contohnya fabric filter, electrostatic presipitator). Prinsip siklon
yaitu dengan menciptakan aliran berputar (vortex) untuk mengalirkan partikel ke
area dimana partikel tadi akan mengalami kehilangan energi dan terpisah dari
aliran gas.
Input berupa gas dan partikulat dipercepat dengan gerakan spiral, dimana
partikel ukuran besar akan terlempar ke luar dan bertubrukan dengan dinding
cyclone oleh gaya sentrifugal dan turun ke kerucut cyclone untuk ditangkap oleh
hopper. Sedangkan gas yang bersih mengalir keluar melalui stack. Semakin tinggi
kecepatan aliran gas, maka efisiensinya juga semakin besar
3.
bag silinder. Desain baghouse yang paling umum adalah tipe reverse-air dan
pulse-jet. Nama ini mendeskripsikan sistem pembersihan yang digunakan dalam
sistem.
Reverse-air baghouse beroperasi dengan mengalirkan gas kotor ke dalam
kantong (bag). Dengan demikian pengumpulan debu terjadi di bagian dalam bag.
Bag dibersihkan secara periodik dengan membalik arah aliran udara, sehingga
lapisan debu yang terkumpul sebelumnya jatuh dari bag ke dalam hopper di
bawah. Karena prosedur pembersihan dilakukan dengan kecepatan gas yang
relatif rendah, fabric filter terlindungi dari pergerakan yang berbahaya, sehingga
teknik pembersihan reverse-air menghasilkan masa pemakaian bag maksimum.
Variasi desain reverse-air baghouse dan pelopor reverse-air baghouse (misal,
shaker baghouse), bag digoncangkan selama interval pembersihan reverse-air.
Material serat harus memiliki karakteristik kekuatan yang cukup dan kesesuaian
kimia dengan gas dan debu yang ditangkap. Konstruksi fabric bulu kempa
umumnya menghasilkan penyisihan yang lebih baik daripada fabric tenunan.
Namun tidak semua serat bisa dikempa ke dalam fabric dengan kekuatan cukup
dan menjadikan fabric filter disusun dari filamen dan/atau serat yang awalnya
dibelit menjadi benang, dan kemudian ditenun atau dirajut menjadi fabric.
merupakan
usaha
pengembangan
prinsip
presipitasi
untuk
a.
b.
c.
d.
e.
5.
Wet Scrubber
Wet scrubber merupakan alat pengendali polusi yang dapat digunakan
untuk membuang partikel dan/atau gas dari arus gas keluaran industri. Pada wet
scrubber arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan cairan pencuci dengan cara
menyemprotkan, mengalirkan, atau dengan metode kontak lainnya.
Permukaan bahan padat yang berpori akan menangkap dan mengikat gas secara
fisika ataupun kimia. Macam adsorben : Karbon aktif, Alumina, Bauksit,
Decolorizing carbons, Fullers earth, magnesia, silica gel, strontium sulfat.
Peralatan yang digunakan pada proses adsorpsi yaitu fixed bed, moving-bed
fluidized bed.
3. Kondensasi
Proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke
fasa cair/liquid. Metodenya terdiri atas penurunan temperatur, menaikkan tekanan,
ataupun kombinasi keduanya. Alat yang menggunakan proses ini yaitu kondensor
kontak langsung dan kondensor permukaan.
4. Pembakaran (Combustion)
Pembakaran merupakan reaksi oksidasi gas polutan organik atau anorganik
secara cepat dan dalam kondisi panas yang menghasilkan CO 2+ H2O. Reaksi
pembakaran dapat dilihat dibawah ini
Bahan bakar + Pengoksidasi + Nyala api Hasil pembakaran
5. Reaksi Kimia
Metode ini banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan
Belerang. Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan menginjeksikan
amoniak yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan padat
yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan Belerang dipergunakan copper
oxide atau kapur dicampur arang.
BAB III
STUDI KASUS PENGOLAHAN LIMBAH UDARA
3.1
Produksi Semen
Industri semen yang ditinjau pada makalah ini yaitu PT. Indocement, Tbk.
yang merupakan salah satu industri semen di Indonesia. Tipe semen yang
dihasilkan di PT. Indocement, Tbk. merupakan semen tipe PCC, semen khas yang
hanya diproduksi di industri semen ini yaitu semen putih.
Industri semen relatif tidak menghasilkan limbah cair karena proses
produksi yang digunakan yaitu proses kering. Proses basah tidak digunakan pada
saat ini karena prosesnya yang dinilai tidak efisien dan cenderung memerlukan
biaya produksi yang besar karena memerlukan energi yang besar pada pemanasan.
Salah satu hasil sampingan pada industri ini berupa limbah gas yang
mengandung partikulat. Agar tidak terjadi pencemaran udara maka sebelum
limbah gas dikeluarkan melalui stack maka partikulat tersebut harus disaring
terlebih dahulu. Industri ini menggunakan electrostatic presipitator sebagai salah
satu alat pengendalian pencemaran udara. Berikut ini merupakan proses produksi
semen di PT. Indocement, Tbk.
1.
batu kapur (lime stone), sedangkan tanah liat (clay), pasir silica, pasir besi dan
gypsum sebagai bahanaditif.
2.
Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill)
Tahapan ini terdiri dari :
a. Pengeringan bahan aditif
Bahan aditif dari masing-masing storage diambil untuk kemudian
diumpankan ke dalam rotary dryer untuk dikeringkan. Media pemanasnya adalah
gas panas yang berasal dari Reinforced Suspention Preheater (RSP). Proses
pengeringan berlangsung hingga didapatkan kondisi material memiliki kandungan
air kurang lebih 1%.
b. Penggilingan bahan baku
High lime, low lime, aditif dan pasir besi diumpankan ke dalam alat
penggiling (rawmill). Di dalam alat ini, material digiling dengan menggunakan
bola-bola baja dengan ukuran tertentu sambil diputar. Proses ini menggunakan gas
panas dari stabilizer yang diambil dari RSP sehingga dalam proses ini berlangsung
pula proses pengeringan.
c. Pencampuran bahan baku
udara yang berupa gas dan partikulat. Gas tersebut terdiri atas NOx, SOx, CO dan
gas hidrokarbon. Sumber bahan bakar yang digunakan di industri semen berupa
batu bara. Pembakaran batu bara akan menghasilkan gas NOx dan SOx, kedua gas
ini merupakan gas yang berbahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya hujan
asam. Sedangkan gas karbon monoksida dapat mengakibatkan kematian bila
konsentrasinya terlalu tinggi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi gas
ini yaitu dengan menggunakan gas adsorben, sehingga akan dihasilkan gas
buangan yang bebas dari gas pencemar.
Untuk mengatasi polutan berupa partikulat di industri ini, alat proses yang
digunakan yaitu electrostatic presipitator (ESP). Alasan penggunaan ESP yaitu
karena ESP merupakan alat proses yang sangat baik digunakan pada pengendali
partikulat yang berukuran 10-20 m. Alat ini memiliki efisien kerja hingga 99%
sehingga udara yang dikeluarkan bebas dari polutan berupa partikulat.
Komponen-Komponen dan Perlengkapan Electrostatic Prescipitator:
1. Hopper
Hopper merupakan komponen electrostatic precipitator yang berfungsi
sebagai tempat penampungan partikulat yang tertangkap pada ESP.
oleh elektroda pengumpul yang bermuatan positif. Disini ion negatif pada udara
kotor akan ditangkap dan dinetralkan. Sebagian kecil partikel debu yang belum
tersaring akan diberikan muatan positif. Udara yang bermuatan positif ini
kemudian akan tertarik oleh elektroda pelepas yang bermuatan negatif. Elektroda
ini akan menetralkan udara yang bermuatan negatif dan menangkap partikel debu.
Debu yang tertangkap oleh elektroda akan jatuh dan ditampung dalam sebuah
hopper yang memiliki kemiringan kira-kira 60o yang bertujuan untuk
memudahkan debu agar dapat jatuh dari puncak hopper ke bawah hopper. Debu
tersebut kemudian dikeluarkan untuk mencegah terjadinya pengerasan dan
penyumbatan. Sisa debu yang tidak tertangkap kemudian akan dihisap oleh
chimney.
`
Udara yang dihasilkan setelah mengalami tahap pengolahan pada ESP ini
memiliki kandungan debu sebesar 0,08g/Nm3. Udara keluaran ini bisa dikatakan
udara yang bersih dan bebas dari partikulat. Selanjutnya udara tersebut akan
dialirkan menuju stack pada cerobong dan dikeluarkan ke udara bebas.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
1. Electrostatic precipitator (ESP) merupakan perangkat industri yang
berfungsi untuk menangkap debu dari gas buang sisa proses produksi atau
pembakaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas gas buang
sehingga tetap ramah lingkungan.
2. Prinsip kerja electrostatic precipitator didasarkan atas partikel bermuatan
listrik yang dilewatkan dalam satu medan elektrostatik. Sistem filter ini
terdiri dari dua buah elektroda yaitu elektroda pelepasan (discharge
electrodeatau emiting) yang berupa kawat baja (steelwire) dan elektroda
pengumpul (collectingelectrode) yang berupa plat baja (steel plate).
3. Dengan sistem intermittent energization, dapat diatur karakteristik
tegangan tinggiyang dihasilkan sesuai dengan jenis debu yang dilewatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bethea, M. Robert. 1978. Air Pollution Control Tecnology. New York: Van
Nostrand.
Copper, C. David and Alley, F. C. 1986. Air Pollution Control A Design Approach
2nd Edition. Maveland Press Inc, Illinois. Reinhold Company.
Huboyo, H. S. dan Budihardjo, M. A. 2008. Pencemaran Udara. Semarang:
Universitas Diponegoro
Muhammadah, S. A. 2011. Polusi dan Dampaknya. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Mycock, John C.,et al. 1995. Air Pollution Control Engineering and Technology.
CRC Press Inc.
Novika, S. 2011. Kandungan Udara di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Yanuar, H. dan Karnoto. 2012. Pemicuan Metode Intermitent Energization Pada
Rawmill Electrostatic Precipitator PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Plant 9. Semarang: Universitas Diponegoro.