Anda di halaman 1dari 9

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Unsur Penyebab Kebakaran


Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan
kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi
kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah
pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api yang menyebabkan kerugian.

Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Kelalaian
Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini
misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak semestinya, menempatkan
bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat
dan lain sebagainya.
2. Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran
yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan
jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak
mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.
3. Peristriwa alam
Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus, gempa bumi, petir,
panas matahari dan lain sebagainya.
4. Penyalaan sendiri
Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari udara) dan panas
bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang
disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan.
5. Kesengajaan
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase, penghilangan
jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.
Menurut teori Segitiga Api penyebab kebakaran dijelaskan ada 3 unsur, meliputi :
1. Unsur pertama dari teori segitiga api adalah bahan bakar yaitu semua bahan apa saja yang
mudah terbakar. Bahan yang lebih mudah terbakar berarti mempunyai titik nyala yang
lebih rendah. Titik nyala adalah suatu temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat
mengubah bentuk menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Semakin rendah titik
nyala suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin mudah terbakar.
Dilihat dari wujudnya, bahan bakar dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1) Bahan bakar dalam bentuk padat seperti arang, kayu, kertas, kain, plastik dan
sebagainya. Dalam bentuk padat semakin kecil bentuknya semakin mudah bahan
tersebut menyala.
2) Bahan bakar dalam bentuk cair seperti minyak tanah, minyak diesel, solar, bensin,
spiritus dan sebagainya. Dalam bentuk cair semakin rendah titik nyalanya semakin
mudahlah bahan tersebut menyala.
3) Bahan bakar dalam bentuk gas seperti elpiji, acetylene, butane dan sebagainya.
Dalam bentuk gas dengan konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.
2. Unsur kedua adalah oksigen yang terkandung dalam udara normal sebanyak 21%. Oksigen
pada umumnya terdapat dimana-mana. Oksigen juga dapat dilepaskan oleh zat kimia
pengoksidasi seperti pupuk nitrat. Karena oksigen sebenarnya adalah suatu gas pembakar
maka sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran. Dalam keadaan normal bahan
bakar mudah bergabung dengan oksigen. Suatu tempat dinyatakan masih mempunyai
keaktifan pembakaran bila kadar oksigennya adalah 15% sedangkan pembakaran tidak
akan terjadi bila kadar oksigen di udara kurang dari 12%.
3. Unsur ketiga yang dapat menimbulkan kebakaran adalah panas. Suhu benda akan naik
karena panas sehingga akhirnya mencapai titik nyala. Proses oksidasi juga berlangsung
lebih cepat. Sumber panas merupakan penyulut awal terjadinya kebakaran

2.2 Klasifikasi Triase dalam situasi darurat


Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada keluhan utama,
riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian
fisik yang terfokus.
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi
pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan
cepat dan tepat seperti kegawatan
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan
ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak
ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

Tabel 1. Klasifikasi Triage

KLASIFIKASI KETERANGAN

Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya


gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat

Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak


memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh
dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap
lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya

Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya

Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya
Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN

Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup
yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat
segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,
tension pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar)
tingkat II dan III > 25%

Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila


tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka ringan

Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat


parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti
jantung kritis, trauma kepala kritis.
Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan(Iyer, 2004).

TINGKAT KEAKUTAN

Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar minor);


dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam, gejala


flu); dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas III Semi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis media);


dapat menunggu sampai 2 jam sebelum pengobatan

Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul, laserasi


berat, asma); dapat menunggu selama 1 jam

Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok); tidak


boleh ada keterlambatan pengobatan ; situasi yang
mengancam hidup

Alur dalam proses triase:


1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di
luar ruang triase (di depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kodewarna:
1) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya:Tension pneumothorax,
distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
2) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman
jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas
dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
3) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial.
4) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh,
kerusakan organ vital, dsb.
5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning,
hijau, hitam.
6) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang
tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan
kategori triase merah selesai ditangani.
8) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk
pulang.
9) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah. (Rowles,
2007).
2.4 Cara Menggunakan Alat Pemadam Api / Tips Menggunakan APAR

Cara menggunakan Alat Pemadam Api Ringan APAR, Tabung pemadam, Alat Pemadam
Kebakaran, Fire Extinguisher | Cara mengoperasikan alat pemadam kebakaran yg berbahan kimia
kering. Menggunakan alat pemadam api sangatlah mudah dan siapa saja dapat melakukannya.
Hanya dengan mengikuti langkah-langkah mudah berikut:

1) Cara menggunakan Alat Pemadam Api Ringan APAR


Tarik Segel, Cabut Pin, Tekan dan Sembur atau Pull, Aim, Squeeze and Sweep (PASS).
1. Tarik Segel / Tanggalkan alat keselamatan dari pemadam api
2. Pastikan alat pemadam api ditegakkan.
3. Cabut Pin / Tanggalkan alat keselamatan yang dilengkapkan yaitu kunci valve (Pen)
4. Arahkan muncung alat (Nozzle) ke pangkal api
5. Pastikan anda berada pada jarak kira-kira 1 hingga 1.5 meter dari api
6. Tekan pegangan / valve atas alat pemadam api
7. Apabila api sudah dipadamkan, buka semua pintu dan buka jendela agar supaya udara segar
masuk. Buka semua Jendela agar udara segar dapat masuk. Gunakan cara menyapu ketika
penyemburan alat pemadam api Alat Pemadam Api Ringan APAR, Tabung pemadam,
Alat Pemadam Kebakaran, Fire Extinguisher dilakukan pada seluruhan bagian
api. Semburkan ke arah api dengan cara menyapu (sweep).

2) Sistem Kerja Alat Pemadam Api Powder


1. Type Cartridge Alat pemadam api jenis kimia kering yang sistem kerjanya menggunakan
tabung gas CO2 / N2 dalam konstruksinya dapat diletakkan di dalam atau di luar tabung
alat alat pemadam.
2. Type stored pressure Alat pemadam api jenis kimia kering yang sistem kerjanya dibantu
dengan CO2 / N2 yang dalam kontruksinya ditempatkan bersamaan dalam satu tabung alat
pemadam api untuk mengetahui tekanan CO2 / N2 tersebut dapat dilihat pada manometer.
3. Proses Kerja Alat Pemadam Jenis Kimia Kering Type Cartridge : Tekan pengatup /
handle pengoperasian, gas CO2 / N2 keluar dari tabung cartridge melalui pipa keluar, gas
bercampur dengan tepung kimia kering di dalam tabung sehingga gas akan mendorong
tepung kimia kering melalui pipa keluar / selang dan pemancar.
4. Type Stored Pressure : Tekan pengatup / handle pengoperasian, gas CO2 / N2 mendorong
tepung kimia kering keluar melalui pipa keluar, selang dan pemancar.
5. Cara Penggunaan Tabung CO2 Pertama kali angkat dari tempatnya dandibawa ketempat
terjadinya kebakarankemudian lepaskan pengaman, corong dipegangpada gagang yang
mempunyai penyekat agartangan tidak luka karena suhu dingin.Arahkan corong kenyala
api dan tekan tangkaipenekannya. Gerakkan corong kekanan dankekiri secara menyapu
sehingga gas CO2secepatnya dapat mengurangi nyala api.
SIFAT – SIFAT CO2 DI DALAM PEMADAMAN
1. Penyelimutan ( Smothering )
2. Pendinginan ( Cooling )
3. Dapat memutuskan rantai reaksi
4. Tidak menyebabkan karat
5. Dapat menurunkan kadar O2 sampai 12% – 15%
6. Berat CO2 1.5 x berat udara
7. Tidak menghantarkan arus listrik
8. Sangat baik digunakan di dalam ruangan

3) Cara penggunaan APAR Busa :


1. Turunkan / ambil alat pemadam busa dari tempatnya
2. Bawa ke tempat kebakaran ( posisi alat tegak )
3. Cara mengambil alat tersebut dipanggul atau dijinjing
4. Balik apar tersebut dengan posisi miring atau tegak.
5. Arahkan semprotan tersebut ke sasaran yang terbakar.
CATATAN: Apabila benda padat yang terbakar, arah semprotan bisa langsung ke benda
yang terbakar. Apabila benda cair yang terbakar, arah semprotan pada dinding sebelah
dalam tempat benda cair yang terbakar.
SIFAT – SIFAT ALAT PEMADAM API BUSA
1. Penyelimutan ( smothering )
2. Mencegah penguapan bahan bakar
3. Pendinginan ( cooling )
4. Melokalisir benda yang terbakar
5. Tidak boleh untuk memadamkan kebakaran listrik
2.5 Arti Helm dalam penanggulangan kebakaran
Tim code red yang bertugas dicantumkan dalam papan Code red yang berisi pembagian tugas
petugas pada saat terjadi kebakaran, ditandai dengan helm dengan warna-warna yang berbeda-
beda. Nama petugas yang tercantum dalam papan code red disesuaikan dengan jadwal shift jaga
petugas. Pembagian tugas yang tercantum di dalam papan code red meliputi:
1. PJ Api (helm merah)Petugas yang terjadwal sebagai PJ Api akan bertugas sebagai pemberi
komando bagi petugas atau orang-orang disekitarnya untuk melaksanakan penanggulangan api
pada saat terjadi bencana kebakaran.

2. PJ Pasien (helm kuning)Petugas yang bertindak sebagai PJ pasien mempunyai tugas untuk
memberi komando untuk melaksanakan pertolongan pada saat terjadi darurat medis yang terjadi
pada saat bencana. Pada saat upaya evakuasi terkendala dengan jumlah pertugas yang terbatas,
maka upaya evakuasi disesuaikan dengan urutan prioritas merah (pasien tidak stabil, memerlukan
alat bantu medis), kuning (pasien stabil, mobilitas terbatas), dan kemudian ungu (pasien tidak
stabil, harapan hidup kecil), untuk kelompok pasien hijau dapat melakukan evakuasi secara
mandiri menuju titik berkumpul yang aman sesuai dengan petunjuk dari petugas

3. PJ Dokumen (helm putih)Petugas PJ dokumen akan melakukan pengelompokan dokumen


sebagai dasar prioritas evakuasi dokumen pada saat terjadi bencana. PJ dokumen akan memberi
komando pada orang disekitarnya untuk melakukan evakuasi dokumen sesuai prioritas dokumen
warna merah (dokumen rahasia)-kuning (dokumen internal, berisiko ada tuntutan ganti rugi
keuangan dan hukum)-hijau (dokumen publik dan tidak rahasia)

4. PJ Aset (helm biru)Petugas yang tercantum sebagai PJ asset akan memberikan komando untuk
melakukan upaya evakuasi asset yang mampu untuk dievakuasi berdasarkan prioritas, yaitu merah
(asset yang mudah terbakar), kuning ( asset yang mengandung radiasi, kontaminasi dan limbah
berbahaya), biru ( asset yang berhubungan dengan life saving), dan hijau (asset yang memiliki
nilai investasi tinggi).

Anda mungkin juga menyukai