“ PSIKOLOGIS “
Oleh
KELOMPOK IV :
Dosen pembimbing :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Pertama - tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat membuat makalah ini yang digunakan untuk
melengkapi tugas kami untuk memperbaiki nilai mata kuliah K3 dan juga tidak lupa kami
ucapkan banyak terima kasih kepada yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami selaku penyusun ingin memaparkan atau menjelaskan
tentang “ Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Psikologis “ yang sekiranya dapat
menambah wawasan bagi semua orang bagaimana K3 terhadap Psikologis ini.
Kami harapan makalah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi semua orang. Kami
pun menerima kritik ataupun saran dari Saudara/I yang mungkin dapat membantu kami
memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
DASAR TEORI.........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli.............................................................6
2.2 Pengertian Lingkungan Kerja......................................................................................6
2.3 Faktor-faktor Psikologis..............................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan................................................................................................................15
4.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja. Di lingkungan kerja itu sendiri terdapat
potensi-potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Termasuk potensi bahaya psikologi.
Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti penempatan pekerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen, pendidikan, sistem seleksi dan klasifikasi pekerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya
latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmonis dan tidak
serasi dalam organisasi kerja.
Apabila stress dan ketegangan yang berkepanjangan, tanpa adanya penyelesaian yang
segera akan berdampak timbulnya gangguan kesehatan fisik dan mental pekerja. Selanjutnya,
gangguan kesehatan tersebut akan menjadi stress baru dan membentuk suatu lingkaran setan.
Pada gilirannya, kesehatan yang terganggu tersebut juga akan mengganggu tampilan kerja
individu. Pekerja menjadi kurang fokus, motivasi kerja menurun dan tingkat keterampilannya
menurun. Hal ini tentu akan menggannggu proses produksi secara umum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan potensi bahaya psikologi?
2. Apa saja faktor-faktor bahaya psikologi dalam lingkungan kerja ?
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh bahaya psikologi di lingkungan kerja ?
4. Pada bagian proses produksi manakah yang memiliki resiko paling besar mengalami stress
kerja akibat adanya bahaya psikologi?
5. Bagaimanakah solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya psikologi di
lingkungan kerja ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi potensi bahaya psikologi di lingkungan kerja
2. Mengetahui faktor-faktor bahaya psikologi dalam lingkungan kerja
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh bahaya psikologi di lingkungan kerja
4. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya psikologi di lingkungan
kerja
BAB II
DASAR TEORI
a. Feeling of privacy
Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja.
Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, ada pula yang didesain untuk beberapa
orang, sehingga penyelia dapat mengawasi interaksi antar pekerja.
Menurut Newstrom (1996: 478), para pekerja tingkat bawah senang dengan desain ruang
yang terbuka karena memberi kesempatan kepada pekerja untuk berkomunikasi secara
informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka
karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.
1. Nilai-nilai Menjadi Kenyataan Perilaku adalah aspek potensi kekuatan budaya untuk
mendukung manajemen, yaitu:
a. Aspek kekuatan
Sangat ditentukan oleh individu yang menduduki posisi penting dalam suatu perusahaan.
b. Aspek peran
Menentukan setiap individu saling berintekrasi sesuai dengan jabatan, prosedur peraturan
dan profesional.
c. Aspek tugas
Agar dapat melakukan penelitian dan pengembangan tugas.
d. Aspek pribadi
Secara pribadi individu dalam struktur kolektif dapat menentukan kerja sama.
e. Aspek ketepatan
Setiap individu mampu mempertemukan budaya dengan tuntutan eksternal dan hambatan
internal yaitu selaras, serasi dan seimbang.
2. Kepemimpinan
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, kedudukan pimpinan dalam suatu
organisasi sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan,
karena itu orang selalu mencari model kepemimpinan yang sesuai dengan organisasi yang
bersangkutan.
Ciri-ciri kepemimpinan yang baik yaitu :
Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti penempatan pekerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, tempramen, pendidikan, system seleksi, dan klasifikasi terhadap pekerja yang tidak
sesuai, kurangnya ketrampilan pekerja dalam melakukan pekarjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmonis
dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja adalah stress kerja sebagai faktor
psikologis, menurut penelitian Baker (Rini 2002) stres kerja dapat menurunkan daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung sering dan mudah terserang
penyakit sehingga kurang berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stress menjadi dua, yaitu:
– Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.
– Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Pengertian stress dengan stress kerja hampir sama, hanya saja ruang lingkup untuk
pengertian stress jauh lebih luas, karena bisa terjadi dan disebabkan oleh lingkungan kerja
maupun di luar lingkungan kerja, sedangkan stress kerja hanya terjadi di lingkungan kerja
(Gibson, 1991 : 339).
Hubungan antara stres kerja dengan resiko kecelakaan kerja bersifat positif. Terbukti
bahwa semakin stres berkaitan dengan pekerjaan maka resiko kecelakaan semakin tinggi.
Pekerja yang mengalami stres dalam pekerjaannya akan cenderung bersikap negatif seperti
menjadi cemas, was-was, sulit tidur, gangguan pola makan, dan menjadi lebih diam dari
biasanya. Stres yang tidak cepat diatasi oleh pekerja menyebabkan pekerja tidak konsentrasi
dalam melaksanakan tugas dan merasa frustasi dalam menyelesaikan tanggung jawab kerja
sehingga pekerja melakukan kesalahan ketika sedang bekerja (Sneddon, Mearns dan Flin,
2006).
Stres kerja timbul karena individu itu sendiri, dimana kesalahan dapat terjadi karena
masalah pribadi dan keraguan yang menggambarkan pribadi dan keraguan yang
menggambarkan bagaimana individu menghadapi tugas, misalnya pekerja mengerjakan suatu
tugas namun mengalami kegagalan menyebabkan pekerja menjadi merasa gagal (Berry dan
Houston, 1993). Hansen (Berry dan Houston, 1993) menjelaskan kecelakaan dalam pekerjaan
tidak akan terjadi jika pekerja memahami dan cepat menanggulangi masalah pribadi dan
gangguan dalam pekerjaannya. Stres yang tidak cepat di atasi oleh pekerja menyebabkan
pekerja menjadi tidak konsentrasi dalam melaksanakan tugas, dan merasa frustasi dalam
menyelesaikan tanggungjawab kerja, sehingga pekerja melakukan kesalahan ketika sedang
bekerja (Sneddon, mearns dan Flin, 2006), yaitu melakukan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan pengoperasian (Minner, 1992).
Adapun dampak dari stres menurut Everly dan Girdano (Munandar, 2001) stress
mempunyai dampak pada suasana hati (mood), otot kerangka (musculoskeletal) dan organ-
organ dalam badan (visceral).
Banyaknya kasus kecelakaan kerja pada perusahaan di Indonesia, menurut Germain dan
Clark (2007) dilatarbelakangi oleh adanya faktor penyebab kecelakaan kerja yang disebut
dengan Incident Causation Model yang terdiri dari:
1. Kurang kontrol
3. Sebab langsung
4. Kejadian
5. Kerugian
Faktor manusia memiliki peranan penting dimana manusia sebagai pelaku pekerjaan
memiliki banyak kekurangan, seperti kurangnya pengetahuan, kurang keterampilan, motivasi
yang kurang baik, stres fisik dan mental menyebabkan kecelakaan kerja terjadi, sehingga
bukan hanya melihat kondisi, tetapi manusia juga sebagai operator memiliki banyak
kelemahan (Suma’mur, 1989).
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja maupun perusahaan.
Pada diri pekerja, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan
yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada pekerja ini tidak hanya
berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar
pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu
berkonsentrasi, dan sebagainya.
Bagi perusahaan, konsekuensi negatif yang timbul dari stress kerja bersifat tidak
langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga
turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993). Dan kepuasaan
kerja pekerja sangatlah rendah ketika mengalami stress kerja.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:
Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.
Banyak pekerja yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai
pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang
berulang.
Tetapi di sisi lain stress juga bersifat positif konstruktif bagi individu dimana pekerja
yang mampu mengatasi dan mengubah stres menjadi motivasi (dorongan) agar lebih maju
dimana job performancenya meningkat, lebih cekatan dalam bekerja, lebih teliti, dan mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan memuaskan.
Sebagai pelaku bisnis yang didukung oleh para pekerja, sudah sepantasnya bila para
pemimpin terus membangun hubungan baik antara pekerja dan perusahaan yang yang sedang
dipimpin. Karena bagaimanapun juga, keberadaan mereka memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap kesuksesan bisnis yang dibangun. Pentingnya peran pekerja terhadap
perkembangan usaha, mendorong sebagian besar pemimpin perusahaan untuk selalu
memotivasi para pekerja agar bisa bekerja secara optimal. Sebab, semakin bagus performa
yang diberikan para pekerja, maka semakin besar pula peluang bagi sebuah bisnis untuk
mencapai kesuksesannya.
Dukungan sosial yang baik akan membantu pekerja ketika terjadi masalah dalam
pekerjaan dan memberikan dukungan emosi, namun pekerja yang tidak mendapat dukungan
sosial menjadi depresi, mudah marah, dan gelisah. Sedikitnya dukungan dari atasan dimana
mereka kurang mengontrol pekerja mengakibatkan pekerja bertindak salah. Keterlibatan kerja
menjadi prediktor langsung pada tindakan selamat, tindakan selamat akan menghasilkan
sedikit luka-luka/kerugian, begitu pula sebaliknya (Lanoie, 1994).
Lalu beberapa langkah yang perlu dilakukan para pemimpin untuk memotivasi para
pekerjanya adalah dengan :
1. Tingkatkan motivasi kerja pekerja melalui training
Terkadang menekuni sebuah pekerjaan yang sama setiap harinya, membuat sebagian
besar pekerja merasa jenuh dan bosan. Dampaknya, motivasi pekerja akan turun sehingga
mereka tidak bekerja secara optimal. Karena itu untuk mengembalikan motivasi pekerja,
Anda perlu mengadakan training khusus bagi para pekerja. Misalnya saja mengadakan
pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan kerja mereka, atau sekedar training untuk
membangun kembali motivasi pekerja yang mulai turun.
Tidak ada salahnya jika Anda memberikan reward khusus bagi pekerja yang berprestasi.
Bisa berupa bonus atau insentif, maupun berupa hadiah kecil yang bisa mewakili ucapan
terimakasih perusahaan atas prestasi para pekerja. Cara ini terbukti cukup efektif, sehingga
pekerja lebih bersemangat untuk memberikan prestasi-prestasi berikutnya bagi perusahaan.
Sebagai pemimpin perusahaan, Anda juga perlu melakukan pendekatan pada para
pekerja Anda. Bila perlu kenali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing dari
mereka, sebab hal ini akan memudahkan Anda untuk mengevaluasi perkembangan setiap
pekerja. Mana pekerja yang memiliki prestasi kerja cukup bagus, dan mana pekerja yang
membutuhkan dukungan Anda untuk mencapai keberhasilan seperti rekan-rekan lainnya.
Tentu dengan pendekatan tersebut, Anda dapat membantu pekerja yang kesulitan
mengerjakan tugasnya untuk bisa berhasil meraih prestasi seperti pekerja lainnya.
Membangun kekeluargaan antara pihak pekerja dan pemilik usaha, menjadi langkah jitu
untuk meningkatkan motivasi kerja pekerja. Dengan kekeluargaan yang kuat, mereka akan
ikut merasakan kepemilikan perusahaan tersebut. Sehingga loyalitasnya untuk bersama-sama
membesarkan perusahaan semakin meningkat. Adakan acara pertemuan rutin setiap
bulannya, yang bisa mengakrabkan semua pekerja di perusahaan Anda. Lingkungan kerja
yang hangat dan akrab, akan membuat pekerja merasa nyaman dalam menjalankan
pekerjaannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian.
Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja adalah stress kerja sebagai faktor
psikologis, menurut penelitian Baker (Rini 2002) stres kerja dapat menurunkan daya
tahan tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung sering dan mudah
terserang penyakit sehingga kurang berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Karena tingginya tingkat stress yang dialami maka dampaknya adalah tingginya
kesalahan jahit yang dilakukan oleh pekerja dan akhirnya membuat pekerja memiliki
produktivitas yang rendah.
4.2 Saran
1. Sebaiknya pekerja memiliki waktu senggang untuk bisa menenangkan pikiran disela-
sela waktu bekerja.
2. Saharusnya industri tersebut tidak memberikan target yang terlalu tinggi jika SDM
tidak mencukupi.
DAFTAR PUSTAKA
https://trifanyarlita.wordpress.com/kuliah/k3/psikologi-lingkungan-kerja/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sri%20Emy%20Yuli%20Suprihatin,
%20Dra.%20M.Si./PROSES%20PRODUKSI%20DI%20INDUSTRI%20KONFEKSI.pdf
http://www.politeknik-lp3i-bandung.ac.id/new/index.php/2011-05-02-12-33-35/49-cara-
meningkatkan-motivasi-kerja-pekerja
http://careers.jobstreet.co.id/panduan-karier/motivasi-bagi-pekerja
http://repository.uii.ac.id/320/SK/I/0/00/000/000751/uiiskripsikeselamatan%20dn
%20kesehatan%20kerja-putri%20-%2004320120-8309457146 naskah%20publikasi.pdf
http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gde/irmayunita-
27083