Anda di halaman 1dari 17

PENYULUHAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN BAHAYA ERGONOMI

KELOMPOK TANI KARYA BAKTI DUSUN CURAH ANCAR DESA


RAMBIPUJI KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BENTUK KEGIATAN: Peningkatan Pengetahuan Masyarakat


tentang Alat Pelindung Diri dan Ergonomi

Oleh :
Kurnia Ardiansyah Akbar, S.KM., M.KKK. NIP.198907222015041001
Dr. Isa Ma’rufi, S.KM., M.Kes. NIP. 197509142008121002
Ragil Ismi Hartanti, dr., MSc. NIP. 198110052006042002

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Jember
2018

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Sekretariat : Jl. Kalimantan I / 93 Jember
Faks. (0331) 322995, Telp. (0331) 337878
i
RINGKASAN

Judul : PENYULUHAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN BAHAYA


ERGONOMI

Nama Pelaksana : Kurnia Ardiansyah Akbar, S.KM., M.KKK.


Dr. Isa Ma’rufi, SKM., M.Kes
Ragil Ismi Hartanti, dr., MSc.

Jember merupakan salah satu daerah di jawa timur yang memiliki komoditas sektor
pertanian yang besar. Tembakau, jagung dan padi merupakan tiga komoditi utama
Kabupaten Jember di sektor pertanian. Potensi pertanian yang besar tersebut menjadikan
mayoritas masyarakat Kabupaten Jember berkerja di sektor pertanian atau agroindustri.
Banyaknya masyarakat yang berkecimpung disektor pertanian memunculkan berbagai
dampak baik yang positif maupun yang negatif. Salah satu dampak negatif yang terjadi
akibat tingginya masyarakat yang bekerja disektor pertanian Kabupaten Jember adalah
tingginya kelompok berisiko yang mengalami penyakit akibat kerja (PAK) sektor
agroindustri.
Bahaya PAK sektor agroindstri sangatlah luas mulai gangguan akibat paparan kimia
pestisida, gangguan biologis, gangguan fisik serta gangguan ergonomi, sehingga perlu
penanganan segera dengan upaya promotif dan preventif terhadap kelompok berisiko
tersebut. Salah satu kelompok berisiko terkait sektor agroindustri di Kabupaten Jember
adalah Kelompok Tani Karya Bakti yang bertempat di Dusun Curah Ancar Desa
Rambipuji Kecamatan Rambipuji yang masyoritas anggota kelompok tani (POKTAN)
tersebut melakukan pertanian padi.
Berdasarkan survey awal melalui kegiatan kuliah K3 sektor Agroindustri yang dilakukan
mahasiswa ditemukan bahwa gangguan otot dan rangka terkait posisi kerja tidak sangat
tinggi bahkan penggunaan alat pelindung diri (APD) jarang digunakan oleh petani yang
tergabung pada POKTAN Karya Bakti. Jika masalah tersebut tidak ditangani dengan
segera lambat laun kesehatan petani tersebut akan menurun. Oleh karena itu diperlukan
upaya promotif dan preventif untuk menyelesaikan masalah gangguan otot dan rangka
terkait posisi kerja tidak sangat tinggi bahkan penggunaan alat pelindung diri (APD)
jarang digunakan oleh petani dengan teknik penyuluhan untuk memberikan tambahan
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran kepada petani terkait terkait APD dan ergonomi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined.


RINGKASAN ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Analisis Situasi ...................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT .................................................................................. 3
2.1. Tujuan Kegiatan ................................................................................................... 3
2.2. Manfaat Kegiatan ................................................................................................. 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
BAB IV KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ........................................................ 8
BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10
Lampiran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi


Jember merupakan salah satu daerah di jawa timur yang memiliki komoditas sektor
pertanian yang besar. Tembakau, jagung dan padi merupakan tiga komoditi utama
Kabupaten Jember di sektor pertanian. Potensi pertanian yang besar tersebut menjadikan
mayoritas masyarakat Kabupaten Jember berkerja di sektor pertanian atau agroindustri.
Banyaknya masyarakat yang berkecimpung disektor pertanian memunculkan berbagai
dampak baik yang positif maupun yang negatif. Salah satu dampak negatif yang terjadi
akibat tingginya masyarakat yang bekerja disektor pertanian Kabupaten Jember adalah
tingginya kelompok berisiko yang mengalami penyakit akibat kerja (PAK) sektor
agroindustri.
Bahaya PAK sektor agroindstri sangatlah luas mulai gangguan akibat paparan
kimia pestisida, gangguan biologis, gangguan fisik serta gangguan ergonomi, sehingga
perlu penanganan segera dengan upaya promotif dan preventif terhadap kelompok berisiko
tersebut. Salah satu kelompok berisiko terkait sektor agroindustri di Kabupaten Jember
adalah Kelompok Tani Karya Bakti yang bertempat di Dusun Curah Ancar Desa
Rambipuji Kecamatan Rambipuji yang masyoritas anggota kelompok tani (POKTAN)
tersebut melakukan pertanian padi.
Berdasarkan survey awal melalui kegiatan kuliah K3 sektor Agroindustri yang
dilakukan mahasiswa ditemukan bahwa gangguan otot dan rangka terkait posisi kerja tidak
sangat tinggi bahkan penggunaan alat pelindung diri (APD) jarang digunakan oleh petani
yang tergabung pada POKTAN Karya Bakti. Jika masalah tersebut tidak ditangani dengan
segera lambat laun kesehatan petani tersebut akan menurun. Oleh karena itu diperlukan
upaya promotif dan preventif untuk menyelesaikan masalah gangguan otot dan rangka
terkait posisi kerja tidak sangat tinggi bahkan penggunaan alat pelindung diri (APD)
jarang digunakan oleh petani dengan teknik penyuluhan untuk memberikan tambahan
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran kepada petani terkait terkait APD dan ergonomi.

1
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
bagaimanakah pendekatan yang harus dilakukan agar terjadi peningkatan pengetahuan dan
pemahaman serta kesadaran petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya Bakti
Dusun Curah Ancar Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember terhadap
alat pelindung diri dan sikap kerja ergonomis.

2
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan Kegiatan


1. Tujuan Umum
Terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman serta kesadaran petani
yang tergabung dalam kelompok tani Karya Bakti Dusun Curah Ancar Desa
Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember terhadap alat pelindung
diri dan sikap kerja ergonomis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan dan pemahaman petani mengenai APD
b. Mengidentifikasi pengetahuan dan pemahaman petani mengenai sikap kerja
ergonomis
c. Menginformasikan kepada petani melalui ceramah dan diskusi terkait alat
pelindung diri dan sikap kerja ergonomis.
d. Mengajak petani untuk memiliki komitmen bersama terhadap penerapkan
penggunaan APD dan sikap kerja ergonomis saat bekerja

2.2. Manfaat Kegiatan


1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terhadap alat pelindung diri
dan sikap kerja ergonomis.
2. Meningkatkan komitmen bersama terhadap penerapkan penggunaan APD dan
sikap kerja ergonomis saat bekerja
3. Terciptanya kesehatan pekerja yang paripurna dan petani terhindar dari
penyakit yang berbasis pada lingkungan kerja.

3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal atau disebut dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
adalah sekumpulan gejala yang berhubungan dengan jaringan otot, tendon, ligamen,
kartilago, sistem saraf, struktur tulang dan pembuluh darah dengan gejala adanya rasa
nyeri, kesemutan, bengkak, rasa terbakar serta gangguan tidur yang akhirnya
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi
gerakan anggota tubuh dan ekstremitas sehingga dapat mengakibatkan efisiensi kerja
berkurang dan produktifitas kerja menurun (Humantech, 2009).
Definisi lain menjelaskan gangguan muskuloskeletal (MSDs) adalah serangkaian
sakit pada otot, tendon, dan saraf. Aktivitas dengan tingkat repetisi tinggi dapat
menyebabkan kelelahan pada otot, merusak jaringan hingga kesakitan serta
ketidaknyamanan, hal ini terjadi meskipun tingkat gaya yang dikeluarkan ringan dan
postur kerja memuaskan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
gangguan musculoskeletal merupakan suatu gangguan yang menyerang otot, tendon, dan
saraf manusia yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan secara repetitif dengan
postur janggal (Bridger, 2008).
Beberapa penyebab aktivitas pekerjaan dengan posisi yang cenderung salah
menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan persendian sehingga menyebabkan
rasa sakit pada otot rangka. Pekerjaan tersebut juga membutuhkan energi yang lebih besar
pada beberapa bagian otot, sehingga meningkatkan kerja jantung dan paru-paru untuk
menghasilkan energi yang lebih banyak lagi sehingga dampak kerusakan otot rangka yang
ditimbulkan semakin kuat (Bridger, 2008).

3.2 Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal


Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya gangguan muskuloskeletal
menurut Bridger adalah, usia/umur, postur, frekuensi, durasibeban pekerjaan dan
pengalaman bekerja (Bridger, 2007).
a. Usia
Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa usia berhubungan dengan keluhan pada otot.
Pada umumnya gangguan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu antara
25-65 tahun. Keluhan pertama biasa dirasakan pada usia 35 tahun dan akan terus

4
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Jadi semakin tua usianya semakin besar
resiko terjadinya gangguan muskuloskeletal.
b. Posisi Kerja
Berdasarkan posisi tubuh, posisi kerja dalam ergonomi terdiri dari :
1) Postur Netral (Neutral Posture) ialah postur dimana seluruh bagian tubuhberada
pada posisi yang sewajarnya/seharusnya dan kontraksi otot tidak berlebihan sehingga
bagian organ tubuh, saraf jaringan lunak dan tulangtidak mengalami pergeseran,
penekanan, ataupun kontraksi yang berlebihan
2) Postur Janggal (Awkward Posture), ialah postur dimana posisi tubuh (tungkai,
sendi dan punggung) secara signifikan menyimpang dari posisinetral pada saat melakukan
suatu aktivitas yang disebabkan oleh beberapa penyebab aktivitas pekerjaan yang
cenderung salah menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan persendian
sehingga menyebabkan rasa sakit pada otot rangka. Selain itu juga membutuhkan energi
yang lebih besar pada beberapa bagian otot, sehingga meningkatkan kerja jantung dan
paru-paru untuk menghasilkan energi yang lebih banyak lagi sehingga dampak kerusakan
otot rangka yang ditimbulkan semakin kuat (Bridger, 2007).
b. Frekuensi
Frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gerakan yang dilakukan dalam suatu
periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara berulang, maka dapat disebut
sebagai repetitive. Gerakan repetitif dalam pekerjaan, dapat dikarakteristikan baik sebagai
kecepatan pergerakan tubuh, atau dapat diperluas sebagai gerakan yang dilakukan secara
berulang tanpa adanya variasi gerakan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban kerja terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Posisi
tangan dan pergelangan tangan beresiko apabila dilakukan gerakan berulang/frekuensi
sebanyak 30 kali dalam semenit dan sebanyak 2 kali permenit utuk anggota tubuh seperti
bahu, leher, punggung dan kaki (Tarwaka, 2010)
c. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpanjang faktor resiko. Durasi dapat dilihat sebagai
menit-menit dari jam kerja/hari pekerja terpajan resiko. Secara umum,semakin besar
pajanan durasi pada faktor resiko, semakin besar pula tingkat resikonya (Humantech,
2009).
d. Force atau beban
Force merupakan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan. Pekerjaan yang
menuntut penggunaan tenaga besar, maka akan memberikan beban pada otot, tendon,
5
ligamen, dan sendi. Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat
oleh seseorang adalah 23-25 kg. Bentuk dan ukuran objek juga ikut mempengaruhi yaitu
ukuran objek harus cukup kecil. Agar dapat diletakkan sedekat mungkin dengan tubuh.
Lebar objek yangbesar dapat membebani otot pundak/bahu adalah lebih dari 300-400 mm,
panjang lebih dari 350 mm dengan ketinggian lebih dari 450 mm (Humantech, 2009).
e. Masa Kerja
Masa kerja merupakan faktor resiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lamanya
bekerja. Hal ini dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam
suatu unit produksi. Masa kerja merupakan faktor resiko yang sangat mempengaruhi
seorang pekerja untuk meningkatkan resiko gangguan muskuloskeletal, terutama untuk
jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. Masa kerja mempunyai
hubunganyang kuat dengan keluhan otot (Humantech, 2009).

3.3 Posisi Kerja


Posisi kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang
harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan.
Posisi kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain
berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain (Tarwaka, 2010).
Terdapat 3 macam posisi dalam bekerja yaitu kerja posisi duduk, kerja berdiri, dan
kerja berdiri setengah duduk (membungkuk). Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung
dari kondisi dari sistem kerja yang ada. Jika kondisi sikap kerjanya yang tidak ergonomis
akan menyebabkan kecelakaan kerja karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak
aman. Posisi kerja yang salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan menambah risiko
cidera pada bagian sistem muskuloskeletal. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap
kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat
dan lain-lain. Bila sikap kerja yang tidak alamiah ini tidak dicegah atau ditangani dengan
baik, pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kerja
(Sundari, 2011).
Sikap kerja dengan posisi berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental,
sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya berdiri
lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak
10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2010).

6
3.4 Metode Pengukuran Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk
mengukur rasa sakit otot para pekerja. Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk
checklist ergonomi. Nordic Body Map adalah instrumen pengukuran yang paling sering
digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena sudah
terstandarisasi dan tersusun rapi (Santoso, 2007).

Gambar 2.1 Nordic Body Map


Sumber : Santoso, 2007

7
BAB IV
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Teori Lawrence W. Green menyebutkan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh


tiga faktor, yaitu faktor predisposing, faktor penguat dan faktor pemungkin. Faktor
predisposing menyangkut apa yang ada dalam diri seseorang berupa pengetahuan.
Sedangkan faktor predisposing menyangkut orang lain yang dianggap sebagai referensi
penting dalam pengambilan keputusan serta faktor pemungkin berupa sarana dan
prasarana yang mendukung (Notoadmodjo, 2012). Dalam konteks kehidupan anak,
pendidik atau guru di sekolah menjadi referensi penting bagi seorang anak untuk
memutuskan melakukan suatu tindakan. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh guru atau
pendidik memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku anak. Faktor yang ketiga
adalah faktor pemungkin menyangkut sarana dan prasarana, yang dapat memudahkan
seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu, termasuk di dalamnya adalah adanya
informasi dalam bentuk media massa (poster, iklan, dll) serta adanya kegiatan sosialisasi
atau penyuluhan dari para ahli, termasuk pendidik atau guru.
Memperhatikan tiga faktor tersebut perlu pemahaman bagi petani untuk dapat
mengenal alat pelindung diri dan sikap kerja yang ergonomis sehingga terhindar dari
gangguan kesehatan akibat pekerjaan atau penyakit akibat kerja .
Penyuluhan dengan menggunakan metode dan media yang menarik, diharapkan
dapat meningkatkan motivasi serta keterlibatan sasaran dalam mensosialisasikan dan
pemantapan pemberian pengetahuan dan upaya meyakinkan masyarakat agar tanggap
terhadap alat pelindung diri dan sikap kerja yang ergonomis.

8
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1. Realisasi Pemecahan Masalah


Realisasi dari pemecahan masalah pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
dititikberatkan pada pencapaian peningkatan pengetahuan dan pemahaman petani yang
ditandai dengan adanya komitmen bersama dari POKTAN Karya Bakti Dusun Curah
Ancar Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji. Permasalahan ganggaun kesehatan
khususnya gangguan sikap kerja yang tidak ergonomis dan tidak adanya kesadaran pekerja
dalam menggunakan Alat pelindung diri. Oleh karena itu perlu adanya rangsangan atau
stimulus agar petani sadar dan selalu waspada serta berhati-hati dalam bekerja agar tidak
terjadi gangguan kesehatan. Namun hal pertama yang dilakukan dalam mencapai hal
tersebut adalah mengajak pola pikir pekerja untuk berubah yaitu menempatkan masalah ini
menjadi permasalahan yang memiliki prioritas untuk segera diselesaikan. Tidak hanya itu,
pendekatan yang dilakukan juga diharapkan mampu mengubah mindset pekerja sehingga
gangguan kesehatan akibat kerja pada petani dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan ini
dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Mei 2018, Pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai.
Kegiatan dilakukan di rumah Ketua POKTAN Karya Bakti Dusun Curah Ancar Desa
Rambipuji Kecamatan Rambipuji.

5.2. Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
POKTAN Karya Bakti Dusun Curah Ancar Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji yang
berjumlah 20 orang.

5.3. Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah diskusi dan tanya jawab.
Penyuluhan merupakan kata yang lebih tepat untuk menjelaskan metode yang digunakan,
karena prinsip dari implementasi penyuluhan adalah bertanya, berdiskusi, belajar bersama
dan mendengarkan. Kekuatan utama di dalam penyuluhan adalah pemberdayaan
masyarakat, mulai dari kesadaran, pengetahuan, pembiayaan, kesanggupan dan
kebersamaan.
pemberdayaan masyarakat, mulai dari kesadaran, pengetahuan, pembiayaan,
kesanggupan dan kebersamaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Cormier Y and Schuyler M, 2006. Hypersensitivity pneumonitis and organic dust toxic
syndromes. In Bernstein L (ed), Asthma in the workplace. 3th edition. New York:
Taylor & Francis Goup.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.


1407/MENKES/SK/XI/2002/, Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,
19 Nopember 2002.

Ganong, William F, 1999. Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology),


Terjemahan dr M Djauhari Widjajakusumah, Edisi 17. Jakarta: EGC (Penerbit Buku
Kedokteran).

Guyton AC, 2001. Buku Teks Fisiologi Kedokteran, Alih bahasa Adji Dharma dan
Lukmanto. Jakarta: EGC.

Kemeterian Peindustrian Republik Indonesia. Industri Mebel Tumbuh 7 Persen. Serial


Online http://www.kemenperin.go.id/artikel/5799/Industri-Mebel-Tumbuh-7-Persen
[1 Desember 2015]

Mangkunegoro H, 2003. Diagnosis dan Penilaian Cacat Pada Penyakit Paru Kerja,
Bagian Pulmonologi FKUI, Unit Paru RS Persahabatan. Jakarta: Balai Penerbit UI.

Mukono HJ, 2005. Toksikologi lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.

Notoatmodjo, S. 2003a. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2003b. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Parkers WR, 1982. Occupational lung disorders. 2nd edition. London: Butterwort.

Sumakmur, PK, 2002. Higiene perusahaan dan keselamatan kerja, Jakarta: PT Gunung
Agung.

Tjen D, 1999. Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Paru. Yogyakarta: Gajah Mada
Unversity Press.

Triatmo W, Adi MS, Yusniar HD, 2006. Paparan Debu Kayu Dan Gangguan Fungsi
Paru Pada Pekerja Mebel (Studi di PT Alis Jaya Ciptatama). J Kesehat Lingkung
Indones. Vol.5 No.2.
WHO, 1999. International statistical classification of deseases and related health
problems ( ICD-10). In occupational health. WHO/SDE/OEH/99.11.

Yunus, F, 2000. Dampak debu industri pada pekerja. Cermin Dunia Kedokteran Respir:
5-34.

10
Lampiran 1. Surat Mitra

11
Lampiran 2. Perencanaan Anggaran dan Jadwal Kegiatan

PERENCANAAN PENGGUNAAN ANGGARAN

No. Uraian Kegiatan Biaya (Rp)


1. Persiapan Kegiatan
- Survey pendahuluan 100.000,00
2. Pelaksanaan Kegiatan
- Pembuatan dan penggandaan materi penyuluhan 100.000,00
- Pembuatan Flip Chart 100.000,00
- Transportasi 100.000,00
- Pembuatan dan penggandaan proposal dan laporan 100.000,00
TOTAL 500.000,00

JADWAL KEGIATAN

Bulan
Jadwal Kegiatan
5 6 7
Proposal kegiatan pengabdian masyarakat √
Persiapan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat √
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat √
Laporan kegiatan pengabdian masyarakat √ √

12
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup Tim Pelaksana

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PELAKSANA

Ketua Pelaksana:
Nama : Kurnia Ardiansyah Akbar, S.KM., M.KKK.
Tempat dan tanggal lahir : Lumajang, 22 Juli 1989
NIP : 198907222015041001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I / IIIb
Jabatan : Tenaga Pengajar
Instansi : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Bidang Keahlian : Kesehatan Keselamatan Kerja
Pendidikan Terakhir : S2 Kesehatan Keselamatan Kerja UNAIR

Anggota :
Nama : Dr. Isa Ma’rufi, S. KM., M.Kes
NIP : 19750914200812002
Pangkat/Golongan : Penata / III-c
Jabatan : Lektor
Instansi : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Bidang Keahlian : Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan
Kerja
Pendidikan Terakhir : S3 Ilmu Kedokteran Unair Surabaya
Anggota
Nama : Ragil Ismi Hartanti, dr., MSc.
NIP : 198110052006042002
Pangkat/Golongan : Penata muda/III-a
Jabatan : Asisten Ahli
Instansi : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Bidang Keahlian : Kesehatan Keselamatan Kerja
Pendidikan Terakhir : S2 Ilmu kesehatan kerja FK-UGM

13

Anda mungkin juga menyukai