Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3)

Makalah ini disusun


untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono M,Kes

Disusun Oleh:

Rizki Asy’ari 220516605348

Sabian Renhat Wahyono 220516603574

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI
OKTOBER 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelaisaikan makalah yang berjudul “PERILAKU
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA” ini dapat diselesaikan. Sholawat serta
salam tidak lupa diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi yang telah membawa umat
islam menuju jalan yang lurus, jalan yang diridhoi oleh-Nya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Djoko
Kustono pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Perilaku K3 bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Djoko Kustono selaku dosen mata
kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
C. Tujuan .............................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5

A. Pengertian, Tujuan, Prinsip, Manfaat Perilaku K3 ........................................................... 5


B. Teori-teori perilaku K3 ..................................................................................................... 7
C. Safe Behavior dan Unsafe Behavior ................................................................................. 9
D. Konsep, Prinsip dan Penerapan budaya K3 ................................................................... 10
E. Konsep, Prinsip, Penerapan dan Evaluasi Promosi Kesehatan ...................................... 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku pekerja dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu perilaku aman yang berupa
perilaku yang tidak menimbulkan risiko kerugian bagi pekerja lain atau pekerja itu sendiri, dan
yang kedua adalah perilaku tidak aman (unsafe behavior) yaitu perilaku pekerja yang dapat
menimbulkan risiko cidera ataupun kecelakaan bagi pekerja lain atau pekerja itu sendiri.

Dampak dari pelanggaran – pelanggaran dan tindakan tindakan perilaku tidak aman
para pekerja tersebut dapat menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan kerja baik secara
langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan timbulnya kerugian korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja dan perusahaan, karena kerusakan sarana produksi dan
membiayai pengobatan serta kompensasi terhadap korban kecelakaan kerja, sehingga
mangganggu produktivitas jam kerja dan proses produksi proyek.

Pentingnya pendekatan perilaku yang didasari keselamatan dalam upaya meningkatkan


keselamatan kerja. Dengan meningkatnya keselamatan kerja maka dapat meningkatkan
produktivitas pekerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan.
Selain itu, manusia merupakan salah satu asset terbesar dalam mencapai keberhasilan
perusahaan atau suatu instansi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud dengan perilaku K3? Lalu apa sajakah tujuan, prinsip dan
manfaat dari perilaku K3?
2. Apa saja Teori-teori perilaku K3
3. Apa saja jenis-jenis safe behavior dan unsafe behavior?
4. Bagaimana konsep, prinsip, dan penerapan budaya K3?
5. Bagaimana konsep, prinsip, penerapan, dan evaluasi promosi Kesehatan?

C. Tujuan

1. Mahasiswa memahami tentang perilaku K3


2. Mahasiswa memahami dan mengimplementasikan safe behavior dan juga
meminimalisir perilaku unsafe behavior

4
3. Mahasiswa mengetahui konsep, prinsip, penerapan budaya K3
4. Mahasiswa mengetahui konsep, prinsip, penerapan dan evaluasi promosi kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, Prinsip, Manfaat Perilaku K3


1. Pengertian Perilaku K3
Winarsunu (2008) mengemukakan bahwa keselamatan kerja adalah tingkah
laku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang secara khusus
berhubungan dengan terbentuknya perilaku aman yang dapat meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja dan terbentuknya perilaku aman dalam bekerja yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Sardjito (2012), keselamatan
kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan
dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja. Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak atau
dapat berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain
(termasuk pekerja kontrak dan personil kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).

2. Tujuan Perilaku K3
Menurut Tasliman (1993:2), tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja a dalah sebagai berikut:
1) Melindungi tenaga kerja dalam melaksanakan untuk memperoleh keselamatan dan
kesehatan serta kesejahteraan hidup.
2) Menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktifitas nasional dengan
memperoleh keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan yang sesuai.
3) Menjamin keselamatan dan kesehatan bagi setiap orang yang berada ditempat kerja
dan dilingkungan tempat kerja tersebut.
4) Menjamin sumber-sumber produksi dan peralatan-peralatan kerja digunakan,
dipelihara, dirawat secara aman dan efisien.
5) Mencegah dan mengurangi/memperkecil terjadinya kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja dan lingkunganya.

5
6) Mencegah dan mengurangi/memperkecil kemungkinan terjadinya kebakaran sebagai
salah satu bentuk kecelakaan di industri dan tempat-tempat kerja yang berhubungan
dengan api, zat kimia, listrik dan material yang mudah terbakar.
7) Mencegah dan Mengurangi kerugian yang diderita oleh semua pihak karena
terjadinya kecelakaan dan kebakaran.
8) Memberi perlindungan hukum dan moral bagi tenaga kerja dan manajemen industri.
9) Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan, sebagai langkah pertolongan awal
dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi

3. Prinsip K3
Berdasarkan OHSAS 18001 prinsip K3 adalah sebagai berikut:
a) Semua pekerja memiliki hak
b) Kebijakan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) harus ditetapkan.
c) Harus ada komunikasi yang baik antara mitra sosial (yaitu, pengusaha dan
pekerja) dan pemangku kepentingan lainnya
d) Program K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dan kebijakan harus bertujuan
baik dalam hal pencegahan dan perlindungan.
e) Perbaikan terus-menerus K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) harus
dipromosikan.
f) Informasi penting untuk pengembangan dan pelaksanaan program dan
kebijakan yang efektif.
g) Promosi Kesehatan adalah unsur utama dari praktik kesehatan kerja.
h) Pelayanan kesehatan kerja yang mencakup semua pekerja harus dibentuk
i) Pendidikan dan pelatihan merupakan komponen penting dari lingkungan kerja
yang sehat dan aman.
j) Pekerja, pengusaha dan pejabat yang berwenang memiliki tanggung jawab,
tugas, dan kewajiban tertentu.
k) Kebijakan harus ditegakkan.

4. Manfaat Perilaku K3
Manfaat penerapan Sistem Manajemen K3 secara umum dibagi dalam 4 poin penting,
yaitu :

• Melindungi pekerja
Tujuan utama penerapan Sistem Manajemen K3 adalah melindungi pekerja

6
dari segala macam bahaya kerja dan juga bisa mengganggu kesehatan saat
kerja. Dengan Sistem Manajemen K3 dapat meningkatkan produktivitas
pekerja karena pekerja terlindungi.
• Mematuhi peraturan pemerintah
Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3 maka perusahaan telah mematuhi
peraturan pemerintah Indonesia. Perusahaan yang tidak melaksanakan Sistem
Manajemen K3 akan diberikan sangsi oleh pemerintah karena dianggap lalai
dalam melindungi pekerja.
• Meningkatkan kepercayaan konsumen
Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3 secara otomatis akan membuat
kepercayaan pada konsumen. Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3
akan dapat menjamin proses yang aman, tertib dan bersih sehingga dapat
meningkatkan kualitas dan mengurangi produk cacat.
• Membuat sistem manajemen efektif
Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak jauh beda dengan ISO di mana semua
tindakan terdokumentasi dengan baik, dengan adanya dokumen yang lengkap
memudahkan melakukan tindakan perbaikan jika ada alur kerja yang tidak
sesuai.

B. Teori-teori perilaku K3
1. Health Believe Model
Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan
kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan
perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan.Health belief model ini sering digunakan untuk
memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan
pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun akhir-akhir ini teori Health belief model
digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

2. Behavior Base Safety


Behavior Based Safety (BBS) adalah upaya pencegahan kecelakaan secara
proaktif yang berfokus pada At Risk Behavior atau perilaku berbahaya yang
berpeluang menyebabkan terjadinya kecelakaan. BBS telah terbukti menjadi alat yang
efektif untuk mengurangi kecelakaan kerja sejak tahun 1984. Keselamatan dan

7
Kesehatan Kerja (K3) adalah proses yang berkesinambungan dengan melibatkan semua
pihak yang ada dalam organisasi tersebut, sehingga apabila masing-masing anggota
telah berperilaku berbasis K3 diharapkan akan tercapai budaya K3 dalam organisasi
terebut.

3. Teori Lawrence Green


Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku
manusia terkait masalah kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di
luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri terbentuk
dari 3 faktor yaitu :

a) Predisposing factors (faktor dari diri sendiri) adalah faktor-faktor yang


mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi
yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan, dan
variable demografi.
b) Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari sumber
daya yang diperlukan untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin
terdiri dari fasilitas penunjang, peraturan dan kemampuan sumber daya.
c) Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang menentukan
apakah tindakan kesehatan mendapatkan dukungan. Pada program
pendidikan keselamatan kerja dilakukan oleh teman kerja, pengawas,
pimpinan, dan keluarga, pemberian reward dan punishment (Green,
1980).

Kurt Lewin (1970) dalam Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa perilaku


manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu dapat
berubah bila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri
seseorang. Kekuatan pendorong meningkat, hal ini terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. Kekuatan-kekuatan
penahan menurun, hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah
kekuatan penahan tersebut. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan
menurun, dengan keadaan ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Sedangkan
menurut Notoatmodjo (2003), dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku

8
manusia terdapat faktor-faktor yang berpengaruh, diantaranya faktor dari dalam
(Internal) seperti susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, proses belajar, dan
sebagainya.

C. Safe Behavior dan Unsafe Behavior


Safe behavior adalah tindakan dengan sedikit atau tanpa bahaya, hampir tidak
pernah mengakibatkan cedera. Risiko yang diketahui juga dikendalikan atau
terkendalikan, dan semua orang yang mengamati tindakan akan setuju. Melainkan
unsafe behavior merupakan tindakan berbahaya yang sering mengakibatkan cedera dan
dapat diidentifikasi dengan akal sehat dan pengalaman. Ketika tindakan sangat
mungkin menghasilkan hasil negatif (yaitu cedera) dengan potensi keparahan tinggi,
bisa dianggap tidak aman. Lalu macam- macam.
1. Safe behavior
Safe behavior ini dibagi menjadi 2, yaitu Injury/Incident Prevention Behaviors
Dan Desirable Safety Culture Behaviors.

Mandatory, Dalam sistem keselamatan yang matang, perilaku wajib ini


tercakup dalam aturan, kebijakan, prosedur, alat pelindung diri, dan lain-lain.
discretionary injury/incident-prevention, perilaku yang dirancang untuk hanya
fokus pada salah satu dari empat jenis perilaku dalam keselamatan.
mandatory behaviors, perilaku wajib yang diperlukan dari budaya keselamatan
(pelaporan cedera, menghadiri pertemuan keselamatan, menghentikan pekerjaan
karena masalah keselamatan, dll).

9
discretionary cultural behaviors, perilaku budaya diskresioner yang melebihi
apa yang diharapkan dalam kelompok (sukarelawan, mengidentifikasi peluang
peningkatan, membimbing karyawan baru, dll.). Daftar perilaku budaya akan
berbeda untuk setiap kelompok tergantung pada kedewasaan dan tingkat keamanan
bermain dalam nilai dan prioritas organisasi.

2. Unsafe Behavior
Unsafe Behavior adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian cedera
hingga kematian.1,2 Sebanyak 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action
atau tindakan tidak aman.1 Kecelakaan yang diakibatkan tindakan tidak aman
(Unsafe Behavior) dianggap sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak
manajemen perusahaan
Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe behavior) yang dapat menyebabkan
kerugian / kecelakaan, antara lain:
a. Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya, Memakai alat
tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan semestinya, gagal mengikuti
prosedur, mengoperasikan mesin yang tidak sesuai dengan keahliannya.
b. Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi, menghilangkan
alat pengaman, servis alat yang sedang beroperasi, beban kerja yang berlebihan.3
c. Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur, posisi tidak
aman, bercanda, main-main, bersenda guru berlebihan, mabok alcohol dan obat
obatan terlarang, mengangkut beban yang berlebihan.

D. Konsep, Prinsip dan Penerapan budaya K3


Budaya K3 adalah perilaku kinerja, pola asumsi yang mendasari persepsi,
pikiran dan perasaan seseorang yang berkaitan dengan K3. Budaya K3 (Safety Culture)
pertama kali diangkat oleh IAEA (the International Atomic Energy Agency),
berdasarkan hasil analisis dari bencana nuklir di Chernobyl. Selanjutnya bedasarkan
analisis kecelakaan kerja dan bencana di berbagai industri menunjukkan bahwa
penyebab utamanya bukanlah ketersediaan peralatan K3 (APD), atau peraturan dan
prosedur K3 dalam manajemen K3, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh budaya dan
iklim K3 dalam organisasi (Ferraro,2002; Gadd and Collins,2002). Budaya K3 (Safety
Culture) merupakan kombinasi dari sikap-sikap, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan,

10
norma-norma dan persepsi dari para pekerja dalam sebuah organisasi, yang memiliki
keterkaitan secara bersama terhadap K3, perilaku selamat, dan penerapannya secara
praktis dalam proses produksi (Clarke, 2000).
1. Konsep budaya K3
konsep budayaK3 merupakan bagian dari budaya organisasi. Budaya
organisasi merupakan kombinasi dari perilaku, sikap, persepsi, dan
keluarannya berupa performansi,yang dapat menggerakan roda organisasi.
Budaya K3 merupakan penjelmaandari perilaku, sikap, dan nilai secara
bersama untuk mencapai derajad performansi sehat dan selamat, yang
dipahami dan dijadikan prioritas utamadalam suatu organisasi (Blair, 2003;
Cooper, 2002; DePasquale & Geller,1999).
2. Prinsip budaya K3
• Adanya komitmen (commitment) dari pimpinan perusahaan
Tanpa komitmen ini maka percuma saja membuat program atau
sistem K3, mungkin bisa dibuat, tapi hasilnya akan nihil atau semu.
Peran dan komitmen pimpinan disini akan terlihat dari prioritas
program atau aktivitas bisnis saat planning, untuk perusahaan yang
berisiko tinggi biasanya menjadikan K3 sebagai nilai utama
sehingga biasanya program atau aktivitas yang diprioritaskan
berhubungan dengan K3. Komitmen pimpinan biasanya juga terlihat
saat berperan menjadi sponsor program-program K3, saat menjadi
sponsor investigasi kecelakaan kerja dan lain-lain.

• Adanya kesadaran (awareness) dari tiap pekerja


Tiap pekerja memiliki kewajiban untuk selalu menyadari bahwa
bahaya selalu ada di tiap pekerjaan dan tiap pekerja juga harus
mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir atau
menghilangkan dampak dari bahaya tersebut. Kesadaran pekerja
biasanya diuji saat pekerja diharuskan memenuhi prosedur K3 saat
bekerja seperti identifikasi bahaya, SOP, penggunaan alat pelindung
diri, dan sebagainya. Akan percuma jika perusahaan sudah
mempunyai sistem manajemen K3 yang baik namun kesadaran dari

11
pekerja terhadap K3 kurang. Ada pendekatan apresiasi Award &
Punishment terhadap pekerja yang baik dalam performa K3.

• Adanya kepatuhan (compliance) yang dipersyaratkan oleh regulator


Tiap negara termasuk Indonesia memiliki aturan-aturan
mengenai K3 untuk menjamin rakyatnya selamat saat bekerja.
Namun yang paling terpenting adalah aturan-aturan ini harus betul-
betul ditegakan dan diterapkan, pemerintah harus selalu memonitor
tiap perusahaan mengenai penerapan aturan ini dan memastikan
perusahaan telah patuh terhadap aturan tersebut. Hal ini penting
karena tidak sedikit perusahaan “nakal” yang tidak memprioritaskan
K3 sebagai nilai utama dalam bisnis mereka.

• Adanya hasrat (passion) dari profesional di bidang K3


Perlunya peran profesional K3 di tiap perusahaan terutama yang
bergelut di industri berisiko menengah atau tinggi atau memiliki
banyak pekerja. Profesional K3 yang biasanya ada di dalam
departemen SHE atau HSE atau HES atau EHS ini mempunyai peran
yang krusial dalam penerapan SMK3. Profesional K3 di berbagai
level baik engineer, officer dsb Profesional K3 bergelut di bidang
multidisipliner karena bidang pekerjaan yang dihadapi sangat luas
mulai dari engineering, data analysis, kesehatan, medis, perilaku
manusia, komunikasi training / kampanye K3 dan lain-lain.
Profesional K3 juga harus berinteraksi dengan berbagai level mulai
dari level front runner untuk menerapkan program K3 dan level
manajemen untuk mendapatkan dukungan atau support mengenai
program K3 sehingga soft skill disini sangat diperlukan. Karena
tantangan yang unik maka profesional K3 harus mempunyai hasrat
atau passion yang tinggi terhadap K3.

3. Penerapan budaya K3
Penerapan Budaya K3 di Indonesia sendiri telah didorong melalui
pemerintah dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan yang mulai

12
menggalakan Budaya K3 kepada semua sektor usaha. Kementerian
Ketenagakerjaan di Tahun 2021 ini telah mengeluarkan tema bulan K3 yaitu
“Penguatan Sumber Daya Manusia Yang Unggul dan Berbudaya K3 Pada
Semua Sektor Usaha”. Dengan dikeluarkan nya regulasi Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 365 Tahun 2020 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
Tahun 2021, diharapkan perusahaan kini dapat mulai menerapkan best
practice budaya K3 di perusahaannya.

Best practice penerapan budaya K3 dalam perusahaan pun berbagai


macam. Salah satu paling populer diterapkan di perusahaan adalah program
STOP Card. STOP Card yang dikembangkan oleh Dupont adalah contoh
penerapan budaya K3 di mana setiap karyawan dibekali oleh STOP Card
untuk diisi jika menemukan adanya kondisi tidak aman (unsafe condition),
tindakan tidak aman (unsafe action), ataupun near miss (nyaris terjadi
kecelakaan) yang terjadi dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Konsep STOP
Card banyak diadaptasi oleh beberapa perusahaan dengan nama yang
berbeda misalnya, Kartu Observasi Bahaya, STOP Work, dll. Selain STOP
Card, banyak pula contoh penerapan penerapan budaya K3 di perusahaan
melalui cara penyebaran informasi yang kekinian dengan tampilan yang
menarik. Beberapa perusahaan sudah mulai menginformasikan K3 melalui
web series, podcast, atau bincang-bincang K3 dengan karyawan.
Melibatkan peran seluruh karyawan dalam penyebarluasan informasi K3
bisa dipertimbangkan agar informasi lebih menarik. Perusahaan juga bisa
menggunakan berbagai jenis program pengembangan budaya K3 yang
sesuai dan efektif di dalam perusahaan maupun area kerja karyawannya
dalam masa pandemi saat ini.

Penerapan budaya K3 tidak hanya didorong melalui penerapan sistem


Manajemen K3 (SMK3) berdasarkan Peraturan Pemerintah no 50 tahun
2012 saja, namun standar SMK3 berdasarkan ISO 45001:2018. Standar ISO
45001:2018 juga meenempatkan penera[an budaya K3 secara khusus dalam
klausul 5.4. yang mana di dalamnya mempersyaratkan bahwa organisasi
harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses-proses konsultasi

13
dan partisipasi pekerja di semua tingkatan dan fungsi yang berlaku, dan,
apabila ada, perwakilan pekerja, dalam pengembangan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kinerja dan tindakan perbaikan SMK3. Dengan
keterlibatan pekerja di seluruh level dan fungsi, maka tanggung jawab K3
akan dilakukan oleh semua pihak. Persyaratan baru inilah yang nantinya
akan membawa perusahaan yang menerapkan ISO 45001:2018 perlahan
menanamkan budaya K3.

E. Konsep, Prinsip, Penerapan dan Evaluasi Promosi Kesehatan

1. Konsep promosi Kesehatan


Dalam konferensi Ottawa didefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses
yang memungkinkan individu mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk
mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna, seseorang atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan”.

2. Prinsip promosi Kesehatan


a) Berfokus pada Klien
Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar
yang unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk
mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat
lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan klien secara individual.

b) Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik)

Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien secara


keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.

c) Negosiasi

Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang


telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan, buat
perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan tersebut. Jangan
memutuskan sebelah pihak.

14
d) Interaktif

Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan


interaktif yang melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan klien.
Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka perlu diperhatikan dan dipelajari pula
Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), yang mencakup :
• Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan Aktif
/Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal yang
sederhana sampai kompleks , adanya pengulangan materi / repetition,
waktu/ timing dan lingkungan / environment)
• Penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan psikologis
yang sedang terganggu atau budaya)
• Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan dan
penutup Topik), serta
• Karakteristik perilaku belajar

3. Penerapan Promosi Kesehatan


Karakteristik penerapan promosi kesehatan di tempat kerja meliputi
a) Dukungan terus menerus dari pimpinan organisasi, termasuk identifikasi kesehatan
karyawan sebagai prioritas dan adanya alokasi dana, ruang, dan sumber daya lainnya
untuk menjalankan program promosi kesehatan yang efektif
b) Penciptaan budaya kesehatan yang mempromosikan kesehatan yang dapat
meminimalkan risiko kesehatan di tempat kerja (pencegahan kecelakaan industrial,
perlindungan terhadap paparan lingkungan kerja dan materi yang tidak sehat, peluang
untuk istirahat, dan sebagainya)
c) Kesempatan untuk berpartisipasi dalam program dan kegiatan yang efektif seperti
olahraga, konseling gizi, penghentian merokok, manajemen stres, dan pencegahan
cedera punggung bawah
d) Sistem penilaian kesehatan termasuk panduan kesehatan oleh pelatih kesehatan
untuk memastikan program yang ditargetkan hasilnya dapat diukur untuk mengecek
status Kesehatan

4. Evaluasi Promosi Kesehatan

15
Evaluasi program promosi kesehatan adalah kegiatan yang dirancang untuk
mengukur hasil dari program promosi kesehatan, baik pada aspek pengetahuan, sikap,
praktek atau performance maupun status kesehatan. Evaluasi bertujuan untuk
mengukur efisiensi dan efikasi dari program promosi kesehatan.
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain
evaluasi, yaitu:
a. Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan
tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
b. Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atauhal
yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat.
c. Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan urutan
perkembangan atau perubahan menurut waktu.
d. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secaraintensif
latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan darisuatu unit
sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga, ataumasyarakat.
e. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasidari
satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor
lainberdasarkan koefisien tertentu.
f. Studi sebab akibat (causal comparative study), yang
menyelidikikemungkinan hubungan sebab akibat dengan mengamati
berbagaikonsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk
faktor menjelaskan penyebabnya.
g. Eksperimen murni (true esperimental), yang menyelidiki
kemungkinanhubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok
percobaanatau lebih terpapar akan suatu perlakuan atau kondisi
danmembandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrolyang
tidak menerima perlakuan atau kondisi. Pemilihan kelompokkelompok
secara sembarang (random) sangat penting.
h. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yangmendekati
eksperimen, tetapi di mana kontrol tidak ada dan manipulasitidak bias
dilakukan.
i. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru
melalui aplikasi langsung di berbagai kesempatan.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
keselamatan kerja adalah tingkah laku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungan kerja yang secara khusus berhubungan dengan terbentuknya perilaku aman
yang dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dan terbentuknya perilaku
aman dalam bekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku
keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat dibagi menjadi 2. Yaitu tindakan aman (safe
behavior) dan tindakan tidak aman (unsafe behavior). Perilaku K3 juga memiliki
budaya yang di berbagai industri menunjukkan bahwa penyebab utamanya bukanlah
ketersediaan peralatan K3 (APD), atau peraturan dan prosedur K3 dalam manajemen
K3, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh budaya dan iklim K3 dalam organisasi. Selain
itu, terdapat Penciptaan budaya kesehatan yang mempromosikan kesehatan yang dapat
meminimalkan risiko kesehatan di tempat kerja yang disebut juga sebagai promosi
kesehatan. Promosi kesehatan juga memberi Proses yang memungkinkan individu
mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan jasmani,
rohani dan sosial yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, mampu
mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan.
B. Saran
setelah mengetahui penjelasan tentang perilaku K3 dan promosi kesehatan.
Kita dapat mengiplementasikan perilaku aman dan menciptakan budaya kesehatan,
dengan lingkungan pekerjaan berdasar atas budaya, norma, dan kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA
[Online] // eprints.umm.ac.id. - https://eprints.umm.ac.id/56748/52/BAB%20II.pdf.

[Online] // repository.unimus.ac.id. - october 5, 2022. -


http://repository.unimus.ac.id/1068/2/BAB%20I.pdf.

al.] Ira Nurmala [et PROMOSI KESEHATAN [Book]. - Surabaya : AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS,
2018. - Vol. 116.

Almuhamadi Ludy Eqbal Apa Itu Budaya K3? [Online] // cepagram.com. - august 30, 2018. - october
5, 2022. - https://cepagram.com/index.php/2018/08/30/apa-itu-budaya-k3/.

Argianti Tira Contoh Budaya K3 yang Dapat di Terapkan di Perusahaan [Online] //


indonesiasafetycenter.org. - february 9, 2021. - october 5, 2022. -
https://indonesiasafetycenter.org/contoh-budaya-k3-yang-dapat-di-terapkan-di-perusahaan/.

Artatik Rika ANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION)(Studi pada
Pekerja Percetakan Unit Offset di PT. X) [Online] // http://repository.unimus.ac.id/. - 2018. - october
5, 2022. - http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1085.

Artatik Rika FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE
ACTION)(Studi pada Pekerja Percetakan Unit Offset di PT. X) [Online] // repository.unimus.ac.id. -
2017. - october 5, 2022. - http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1085.

Bahtiar Akmal Pengertian K3, Tujuan, Prinsip, Ruang Lingkup, SOP, dan Penerapan [Online] //
titikdua.net. - 2022. - october 5, 2022. - https://titikdua.net/pengertian-k3/.

Dwi Susilowati M.Kes. Promosi Kesehatan [Book]. - Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan, 2016. - Vol.
201.

Galloway Shawn M. Understanding the Roles of Behavior in Safety [Online] // proactsafety.com. -


december 2012. - october 5, 2022. - https://proactsafety.com/articles/understanding-the-roles-of-
behavior-in-safety.

Galloway Shawn M. Unsafe, At-Risk, Safe Behaviors: Know the Difference [Online] //
proactsafety.com. - december 2015. - october 5, 2022. - https://proactsafety.com/articles/unsafe-at-
risk-safe-behaviors-know-the-
difference#:~:text=Unsafe%20Behaviors%20%2D%20These%20are%20dangerous,we%20view%20th
ese%20as%20unsafe.

Jannah Devi Putri Suryaning Gambaran Health Belief Model pada Penderita Kanker yang Memilih
dan Menjalani Pengobatan Alternatif [Online] // digilib.uinsby.ac.id. - 2016. - october 5, 2022. -
http://digilib.uinsby.ac.id/13200/5/Bab%202.pdf.

Mahendra Rendi 11 Prinsip K3 dalam OHSAS 18001 [Online] // isoindonesiacenter.com. - may 18,
2016. - october 5, 2022. - https://isoindonesiacenter.com/11-prinsip-k3-dalam-ohsas-18001/.

PENERAPAN PRINSIP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) [Online] // dlhk.bantenprov.go.id. -


https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/KESEHATAN%20DAN%20KESELAMATAN%20KERJA.pdf.

18

Anda mungkin juga menyukai