Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA REVOLUSI 4.

0 DI
BIDANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Tugas Pengantar Teknik Industri

Dosen Pengampu : Syarifuddin, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Kelompok (A5)

Cantika Kirana NIM. 230130167

Meilanie Cahya Miralda NIM. 230130171

Najwa Azifah NIM.230130205

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga karena Karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan industry di era revolusi 4.0 pada
bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3)” ini.
Makalah ini berisi tentang perkembangan industri K3 dalam era Revolusi
Industri 4.0 . Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
parapembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.

Bukit Indah, Oktober 2023


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan keselamatan


kerja merupakan sistem penting yang harus menjadi perhatian utama semua pihak.
Kerberhasilan kita dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya
pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila keamanan dan
keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu
atau bahkan yang lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan keuntungan
bagi perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua pihak pimpinan, karyawan dan
pemberi kerja.
Masalah keamanan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting, karena
dengan terwujudnya keamanan dan keselamatan kerja bearti dapat menekan biaya
operasional pekerjaan. Apabila dalam melaksanakan pekerjaan terjadi kecelakaaan,
maka akan bertambah biaya pengeluaran, yang pada akhirnya mengurangi
keuntungan perusahaan. Dalam kasus kecelakan yang berat, kerugian yang
ditimbulkan tidak hanya menyangkut aspek financial dana, tetapi yang menyebabkan
cacat pada pekerja bahkan mungkin meninggal dunia.
Industri kesehatan adalah sebuah sektor yang tidak hanya vital tetapi juga
terus berkembang pesat. Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan teknologi,
penemuan medis, dan pergeseran paradigma dalam pelayanan kesehatan telah
menjadi pendorong utama dari evolusi industri ini. Kesehatan merupakan aspek kritis
bagi kehidupan manusia, dan perkembangan dalam industri ini memiliki dampak
yang signifikan pada kualitas hidup masyarakat global.
Era Revolusi Industri 4.0 telah membawa transformasi besar-besaran dalam
berbagai bidang, termasuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dalam konteks
K3, perkembangan ini memunculkan sejumlah inovasi teknologi yang memengaruhi
cara kita mengelola dan memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan di
lingkungan kerja.
Perkembangan ini mendorong transformasi signifikan dalam cara kita
memahami, mencegah, dan mengelola risiko K3. Inovasi teknologi dalam Revolusi
Industri 4.0 memiliki potensi besar untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
di lingkungan kerja, mengurangi risiko cedera, serta meningkatkan kesadaran akan
pentingnya K3 di semua sektor industri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?
2. Apa tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja?
3. Bagaimana sejarah perkembangan K3?
4. Apa saja penyebab kecelakaan kerja?
5. Apa saja penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja?
6. Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
2. Mengetahui tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan K3
4. Mengetahui apa saja penyebab kecelakaan kerja
5. Mengetahui apa saja penerapan K3 dalam industri
6. Mengetahui langkah-langkah untuk meningkatkan K3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keselamatan dan kesehatan kerja
adalah keadaan kerja yang bebas dari bahaya yang mengganggu proses usaha dan
menimbulkan luka, penyakit, kerusakan harta benda dan lingkungan hidup.
Pengertian dibagi 2, yaitu :
a. Secara Filosofis, suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adl dan makmur.
b. Secara Keilmuan, ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Revolusi industri 4.0 sangat mempengaruhi dunia bisnis. Bahkan, revolusi ini
berdampak pada semua aspek kehidupan manusia, termasuk pada bdang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
K3 merupakan singkatan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penjabaran setiap
katanya adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan: Merujuk pada kondisi fisik, mental, dan sosial yang baik dari
karyawan di lingkungan kerja. Ini mencakup pencegahan penyakit, promosi
kesehatan mental, serta pemantauan dan peningkatan kondisi kesehatan secara
keseluruhan.
2. Keselamatan: Merujuk pada upaya untuk melindungi karyawan dari cedera
atau bahaya di lingkungan kerja. Ini melibatkan identifikasi, penilaian, dan
pengendalian risiko agar pekerja dapat bekerja tanpa terancam oleh
kecelakaan atau kondisi kerja yang berbahaya.
3. Kerja: Mengacu pada aktivitas yang dilakukan oleh individu di lingkungan
kerja atau dalam konteks pekerjaan. Ini mencakup berbagai jenis pekerjaan
dan aktivitas yang dilakukan di tempat kerja, mulai dari industri hingga sektor
Jasa.

2.2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Berdasarkan PP nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3, tujuan dari diterapkannya


standar keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
a. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh;
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.

Adapun tujuan dari K3 secara umum yaitu:


1. Perlindungan untuk Pegawai
Tujuan utama dari disusunnya ketentuan K3 adalah sebagai peraturan serta
perlindungan untuk para pekerja di berbagai bidang. Baik itu sektor industri
seperti konstruksi, pertambangan, ataupun institusi lain seperti perkantoran.
Perlindungan di sini juga termasuk memperhatikan kesehatan para pekerja.
Dengan begitu kinerja para pegawai dapat terjaga bahkan meningkat.
2. Penjagaan Bagi Pekerja
Adanya K3 juga bertujuan memberikan penjagaan bagi para pekerja di semua
tingkatkan, pengunjung, dan masyarakat di sekitar lokasi kerja. Hal yang
dimaksud penjagaan di sini lebih kepada memastikan lokasi kerja aman untuk
semua orang. Perusahaan harus dapat memberikan kepastian bahwa semua
pihak yang sedang berada di lapangan, terjamin keselamatan dan
kesehatannya.
3. Bekal Saat Bekerja
Ketentuan K3 yang telah disusun dapat menjadi bekal untuk para pekerja
melakukan tugasnya. Setiap pegawai harus mengikuti protokol dan aturan
yang berlaku. Sehingga segala jenis proses yang ada di lokasi kerja tidak
boleh dilakukan sembarangan. Terutama pada tempat-tempat kerja dengan
risiko bahaya cukup tinggi. Penerapan aturan dan SOP (Standard Operating
Procedure) mutlak harus dilakukan. Karena setiap ketentuan yang ada telah
dibuat berdasarkan perhitungan yang matang. Ketika prosedurnya dilanggar,
sangat berisiko terjadi kecelakaan kerja.
4. Penjaminan untuk Sumber Daya
Penjaminan untuk sumber daya yaitu segala kebutuhan yang berhubungan
dengan aktivitas produksi. Baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun
Sumber Daya Alam (SDA). Dengan begitu kegiatan produksi tetap bisa
berjalan dengan efektif. Penerapan K3 memberikan jaminan keamanan untuk
para pekerja dan lingkungan. Hal ini juga bisa meminimalisir risiko
kecelakaan serta timbul penyakit karena kerja. Ditambah lagi untuk
mengurangi dampak kerusakan alam atau lingkungan yang diakibatkan oleh
aktivitas pekerjaan.
5. Penjamin untuk Hidup Sekitarnya
Selain menjamin keamanan pekerja, K3 juga menjamin hidup orang-orang
lain di sekitar. Seperti rekan kerja, pengguna, pengunjung, keluarga dari
pekerja, dan juga masyarakat yang berada di sekitar lokasi pabrik atau
perusahaan. Penyusunan ketentuan K3 harus menjamin keamanan semua
pihak yang terlibat. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Supaya
mengurangi potensi bahaya dari risiko pekerjaan.
6. Peningkatan Kesejahteraan
Perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan pegawai. Membuat para
pekerja merasa aman dan terpenuhi segala hak-haknya. Dengan begitu mereka
dapat melaksanakan kewajiban pekerjaan dengan baik dan profesional.
Aturan K3 harus mencakup upaya-upaya peningkatan kesejahteraan ini
dengan jelas. Bukan membiarkan para pegawai untuk menghabiskan banyak
waktunya pada penyedia pekerjaan. Sehingga produktivitas juga akan ikut
meningkat.

2.3 Sejarah Perkembangan K3


Sejarah K3 menunjukkan bahwa perkembangan keselamatan dan kesehatan
kerja telah terjadi semenjak zaman pra sejarah di seluruh dunia. K3 akan selalu
dipikirkan oleh manusia sepanjang manusia tersebut bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Sejarah keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan industri sebagai tempat kerja. Perkembangan industri ini
memunculkan resiko-resiko pekerjaan baru yang tidak terdapat pada tempat kerja
tradisional. Pada saat manusia mulai memutuskan untuk bekerja memenuhi
kehidupannya, maka pada saat itu pula K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) ada.
Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka.
Mereka dengan menggunakan akal pikirannya berusaha mencegah terulangnya
kecelakaan serupa.
Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan
zaman modern sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut:

1. K3 Pra Sejarah
Sejarah K3 sudah dimulai sejak zaman pra sejarah. Pada saat itu, manusia harus
sudah mulai berburu, bertani dan pekerjaan lain untuk mendukung aktivitas
kehidupannya. Berbagai macam cara sudah dipikirkan oleh manusia zaman pra
sejarah seperti dibuatnya alat bantu macam kapak, pisau, api semuanya untuk
memudahkan pekerjaan manusia. Manusia zaman pra sejarah juga bisa berburu
dengan berkelompok, hal ini tentunya memperkecil risiko selama berburu karena ada
rekan sekelompoknya yang siap menolong jika muncul kejadian yang tidak
diharapkan. Pada zaman batu dan goa (Paleolithikum dan Neolithikum, manusia telah
mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan. Desain tombak dan kapak yang mereka
buat umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar proporsinya pada mata kapak
atau ujung tombak. Hal ini berfungsi agar penggunaan kapak atau tombak tersebut
tidak memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang
dihasilkan cukup besar. Desain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk
tidak membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.

2. Zaman Peradaban Lama


Bangsa Babilonia sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini, masyarakat sudah
mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan
mereka dan semakin berkembang setelah ditemukannya tembaga dan perunggu
sekitar 3000-2500 SM. Pada tahun 3400 SM, masyarakat sudah mengenal konstruksi
dengan menggunakan batu bata yang dibuat dengan proses pengeringan oleh sinar
matahari. Pada era ini, masyarakat sudah membangunan saluran air dari batu sebagai
fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 SM, muncul suatu peraturan “Hammurabi” yang
menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekerja.

Pada zaman Mesir kuno terutama pada masa berkuasanya Fir’aun, banyak sekali
dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak tenaga kerja. Pada
tahun 1500 SM, khususnya pada masa Raja Ramses II, dilakukan pekerjaan
pembangunan terusan dari Mediterania ke Laut Merah. Raja Ramses II juga meminta
para pekerja untuk membangun Kuil Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya
lancar, Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan
para pekerjanya.

Pada zaman Yunani kuno, salah satu tokoh yang terkanal adalah Hippocrates. Dia
berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
Pada zaman Romawi, para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai
memperkenalkan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan karena adanya
paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan sulfur. Pada
masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung, mereka sudah dilakukan
pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.

3. K3 Pada Abad Pertengahan


Pada abad pertengahan, ada yang sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja
yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal.
Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya uap di lingkungan kerja
sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang
mengandung uap harus menggunakan masker.

Pada Abad ke-16, salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus
Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Paracelsus. Ia mulai memperkenalkan penyakit-penyakit
akibat kerja terutama yang dialami oleh pekerja tambang. Pada era ini, seorang
ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah mulai
melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan
menerapkan prinsip ventilasi.

Abad ke-18 Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 –
1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang
terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih sering
dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang). Ramazzini melihat
bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat hubungan antara
pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia
mendiagnosa seseorang yaitu “What is your occupation?”. Ramazzini melihat
bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu
bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya
gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja
(ergonomic factors).

4. Era Revolusi Industri


Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
a. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru
ditemukan sebagai sumber energi.
b. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
c. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya
bidang industri kimia dan logam).
d. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya
industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.
e. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

Era Industrialisasi (Modern Industrialization) Sejak era revolusi industri sampai


dengan pertengahan abad 20 maka penggnaan teknologi semakin berkembang
sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat
pelindung diri, safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga turut
berkembang.

5. Era Manajemen K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang.
Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-
penyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe
act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition).

Pada era ini berkembang sistem automasi pada pekerjaan untuk mengatasi masalah
sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia. Namun, sistem automasi
menimbulkan masalah-masalah manusiawi yang akhirnya berdampak kepada
kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasi
dengan masing-masing unit pekerjaan.

Sejalan dengan itu, Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI) pada
tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang menyatakan bahwa
faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di
Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep
keterpaduan sistem manajemen K3 yang berorientasi pada koordinasi dan efisiensi
penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja
seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga
menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal
ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000,
ISO 14000 dan ISO 45001.

Terbitnya buku Silent Spring oleh Rachel Carson (1965), masyarakat global
menuntut jaminan keselamatan sebagai berikut:

 Safe Air to Breath


 Safe Water to Drink
 Safe Food to Eat
 Safe Place to Live
 Safe Product to Use
 Safe & Healthful Work Place

6. K3 Era Mendatang
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada
permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja.
Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau untuk
masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh segala sektor
aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat
manusia serta penerapan hak asasi manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang
tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku
manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.

2.4 Penyebab Kecelakaan Kerja

Secara umum, kecelakaan kerja adalah kejadian atau insiden tidak terencana
yang terjadi di tempat kerja. Dampaknya, karyawan atau tenaga kerja dapat menderita
cedera, baik itu secara fisik maupun mental. Penyebab terjadinya kecelakaan di
tempat kerja pun beragam, mulai dari faktor manusia, peralatan, material kerja,
hingga faktor alam seperti bencana. Oleh karena itu, dibutuhkan SOP dan
penggunaan alat pelindung diri (APD) sebagai bentuk tindak pencegahan.

1. Faktor lingkungan

Penyebab pertama dari terjadinya kecelakaan kerja adalah faktor lingkungan.


Penyebab yang satu ini memiliki kaitan dengan standarisasi keamanan atau safety
yang diterapkan pada lingkungan kerja. Bisa jadi, ada ketidaksesuaian yang terjadi
sehingga memicu kecelakaan. Faktor lingkungan pun masih dibagi lagi menjadi
beberapa hal yang berpengaruh besar pada keselamatan kerja.
 Faktor Area Kerja: Area kerja tak sedikit yang beresiko dan berbahaya,
tergantung dari jenis pekerjaan seperti apa yang sedang dilakukan. Apalagi
ketika harus bekerja di ruang terbuka yang terasing atau lahan belum
terjamah, tentu lebih beresiko dibanding melakukan pekerjaan di lokasi
tertutup atau yang telah familiar. Bahkan resiko juga akan menghampiri para
pekerja yang harus bekerja di lokasi dengan ketinggian tertentu.
 Faktor Model Lokasi Kerja: Model tempat kerja sebaiknya memang telah
didesain modelnya sejak awal, jauh hari sebelum para pekerja mulai datang
menggarap di area kerja. Namun, pada banyak kasus masih banyak
perusahaan yang abai terhadap hal satu ini. Beberapa bahkan masih belum
ready ketika bekerja sudah tiba di area. Ada juga yang didesain sekadarnya
dan beresiko serta taka man bagi pekerja.
 Faktor Medan yang Licin: Lantai atau medan permukaan lokasi kerja yang
licin juga bisa menjadi penyebab kecelakaan kerja. Sebaiknya, lantai kerja
memiliki permukaan keras dan disusun dari material yang waterproof, kuat
diterpa beban, bahan kimia, tumpahan minyak dan sebagainya.
 Faktor Kondisi Penerangan: Apabila lokasi kerja didukung dengan penerangan
yang cukup dan sesuai kebutuhan, tentu akan memudahkan mobilitas dan
kinerja para pekerja. Penerangan yang emmadai dapat memudahkan pekerja
untuk lebih awas penglihatannya ketika mengerjakan objek kerja.
 Faktor Suhu: Berdasarkan sebuah penelitian, manusia dapat mencapai
produktivitas tertinggi ketika bekerja di bawah tekanan suhu udara 24 – 27
derajat celcius. Sebab, jika suhu udara menjadi terlalu dingin akan
mengurangi efisiensi kerja bahkan bisa memicu terjadinya kaku pada otot.
Sementara itu, jika suhu terlalu panas juga bisa mengurangi kelincahan kerja,
bahkan hingga menurunkan kapasitas koordinasi saraf perasa dan motorik.
 Faktor Kebisingan: Lingkungan kerja yang terlalu bising juga bisa
menurunkan produktivitas kerja. Apabila pekerja tidak fokus, bisa saja jadi
kesalahan yang fatal. Sehingga tak menutup kemungkinan adanya kecelakaan
kerja. Tak hanya itu, bisa juga menjadi gangguan untuk kelancaran
komunikasi antar pekerja.

2. Faktor manusia
 SOP: Adanya SOP yang dibuat tapi tidak memperhatikan bagaimana
keselamatan kerja. Prosedur yang dilakukan kebanyakan terlalu beresiko,
penting untuk melakukan evaluasi dan revisi pada SOP yang diterapkan agar
aman bagi pekerja.
 Fasilitas Pelatihan Keselamatan Kerja: Sudah menjadi kewajiban bagi
perusahaan untuk membekali pelatihan semacam ini kepada para pekerjanya.
Hal ini merupakan salah satu pendidikan dasar agar seluruh pekerja dapat
memahami dan mempunyai keterampilan yang mumpuni perihal keselamatan
dan kesehatan kerja. Jika semua telah dibekali dengan hal ini, maka dapat
meminimalisir potensi adanya penyebab kecelakaan kerja. Alangkah lebih
baiknya juga jika pelatihan tidak hanya berupa teori namun langsung
melakukan praktek.
 Menggunakan Alat Pelindung Diri: Alat Pelindung Diri atau APD biasa
dipakai untuk melindungi pekerja dari adanya bahaya dan resiko kecelakaan
kerja. Apabila seorang pekerja tidak menggunakan APD maka bisa
memperlebar resiko adanya kecelakaan. APD memang tidak lantas membuat
seseorang terhindar dari kecelakaan, tapi bisa meminimalisir efeknya yang
parah.
 Pekerja yang Tidak Terampil: Kualitas Sumber Daya Manusia juga bisa
menjadi salah satu faktor, bisa mengoperasikan mesin dan memahami SOP
saja tak cukup. Pekerja yang tidak terampil juga akan kesulitan ketika
dihadapkan pada problem di lapangan. Operator mesin atau alat kerja lain
membutuhkan penguatan terus menerus hingga akhirnya menjadi terampil.

3. Faktor Peralatan

Penyebab berikutnya ialah faktor peralatan yang mendukung atau dipakai saat
bekerja. Faktor peralatan terbagi menadi beberapa hal:
 Kondisi Rancangan Alat: Alat-alat yang dipakai pekerja dan yang dirancang
tanpa memperhatikan keamanan maka akan menjadi resiko penyebab
kecelakaan. Maka dari itu, perusahaan hendaknya menyediakan peralatan
kerja yang rancangannya sudah sesuai standar K3.
 Kondisi Mesin: Mesin yang sudah tidak prima kinerjanya atau telah using
dapat menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja. Sebaiknya, perusahaan
tak perlu memakai mesin yang sudah tidak layak dan segera melakukan
regenerasi atau pembaharuan. Begitu pula ketika tengah terjadi kerusakan
pada mesin, harap segera direparasi tanpa menunda-nunda. Jika mesin
bermasalah dan malah menimbulkan resiko fatal, maka akan berdampak
langsung pada pekerja yang saat itu tengah memakai mesin tersebut. Penting
untuk selalu melakukan pemeliharaan dan maintenance pada mesin.
 Posisi Tata Letak Mesin: Penentuan tata letak untuk memposisikan mesin juga
berpengaruh dalam kinerja pekerja. Selain untuk mobilitas yang mudah, juga
bagaimana saat menggunakan mesin para pekerja juga berada di posisi yang
aman. Keselamatan pekerja juga dapat terjamin dengan peletakkan mesin
yang sesuai dan aman sesuai standar K3.

2.5 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Untuk mencapai tujuan K3, hendaknya perlu dilakukan berbagai macam
upaya, khususnya oleh perusahaan agara dapat menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu sebuah perusahaan lakukan
untuk mencapai tujuan K3. Penerapan K3 antara lain sebagai berikut:

1. Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.

2. Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.

3. Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.

4. Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan kerja
(SSLK).

5. Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.

6. Menyediakan suara dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.

7. Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.


2.6 Langkah-langkah untuk Meningkatkan K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek penting yang tidak
boleh diabaikan di lingkungan kerja. Menerapkan praktik K3 yang baik membantu
melindungi karyawan dari risiko kecelakaan dan cedera, menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat, serta meningkatkan produktivitas perusahaan secara
keseluruhan.

Upaya untuk meningkatkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di


perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

1. Menyusun dan memasang prosedur K3 yang sesuai dengan standar yang


berlaku.
2. Melakukan pelatihan K3 kepada semua karyawan untuk meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab terhadap K3.
3. Menyediakan peralatan dan perlengkapan K3 yang sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan.
4. Memasang tanda-tanda bahaya dan petunjuk arah di tempat kerja.
5. Melakukan inspeksi rutin terhadap kondisi lingkungan kerja dan peralatan
kerja untuk mengidentifikasi potensi bahaya.
6. Membuat tim penanggulangan bahaya dan kecelakaan kerja yang terdiri dari
karyawan yang telah diberikan pelatihan K3.
7. Menerapkan sistem reward dan punishment untuk mendorong karyawan
mematuhi peraturan K3.
8. Membuat program pemantauan terhadap kinerja K3 perusahaan, dan
melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui keberhasilan upaya-
upaya yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai