Anda di halaman 1dari 124

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Program pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia pada saat ini beradaptasi
dengan era globalisasi dan industrialisasi yang ditandai dengan meningkatnya
pertumbuhan industri yang memanfaatkan teknologi canggih, sehingga perlu diimbangi
dengan peningkatan kualitas tenaga kerja, profesionalisme, berdaya saing dan
kompetensi tenaga kerja yang ditujukan pada peningkatan kemandirian,
kewirausahaan, etos kerja, disiplin dan mempunyai keahlian yang sesuai dengan
spesifikasi bidangnya. Industri di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang
cukup pesat seiring dengan kebutuhan akan tenaga kerja yang siap pakai, terampil
dalam mengoperasikan alat-alat industri, mempunyai keahlian yang sesuai dengan
spesifikasinya, serta memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap
penggunaan teknologi meliputi proses produksi, maintenance, mutu produksi, serta
keselamatan dan kesehatan kerja (safety) yang sering digunakan di bidang industri.
Suatu perusahaan yang aman adalah perusahaan yang teratur dan terpelihara
dengan baik dan cepat menjadi terkenal sebagai tempat naungan buruh yang baik.
Program keselamatan kerja yang baik adalah program yang terpadu dengan pekerjaan
sehari-hari (rutin), sehingga sukar untuk dipisahkan satu sama lainnya. Pelajaran ini
dimaksudkan untuk memberi bimbingan ke arah pencegahan kecelakaan pada waktu
kita bekerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan lain-lain.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Arti dan
tujuan keselamatan kerja untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya (John Ridley,
2006). Menyadari pentingnya aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang
bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja.
PT. Hanil Jaya Steel adalah salah satu perusahaan penghasil Baja di Indonesia.
Penyediaan produk dan jasa yang berkualitas sesuai permintaan pelanggan dilakukan

1
melalui proses produksi dengan menerapkan sistem manajemen yang menjamin mutu,
pencegahan pencemaran dan berbudaya K3 serta penyempurnaan secara bertahap dan
berkesinambungan. Untuk mendukung tekad tersebut, manajemen berupaya memenuhi
standard mutu yang ditetapkan, peraturan lingkungan, ketentuan dan norma-norma
K3 serta peraturan/perundangan terkait lainnya.
Dari uraian diatas kemudian menjadi daya tarik kami untuk mempelajari lebih
lanjut mengenai penerapan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT.
Hanil Jaya Steel. Sebagai wujud nyata dari implementasi tersebut, maka
dilaksanakanlah Kerja Praktik yang merupakan salah satu mata kuliah wajib pada tahap
sarjana bagi seluruh mahasiswa di jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan
Teknologi (FST), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Kerja
praktik yang dilakukan di PT. Hanil Jaya Steel ini secara umum melihat bagaimana
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, perilaku pekerja, kendala-kendala yang
dihadapi, erta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil di proposal ini
yaitu:
1. Bagaimanakah implementasi atau penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di PT. Hanil Jaya Steel
2. Apa saja faktor dan Potensi Bahaya di PT. Hanil Jaya Steel?

I.3 Batasan Masalah


Agar Kerja Praktik di perusahaan lebih terarah, maka difokuskan
pelaksanaannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan atau implementasi
K3 dengan inspeksi di PT. Hanil Jaya Steel yang meliputi faktor lingkungan di
perusahaan tersebut.

I.4 Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Tujuan dilaksanakannya kerja praktik di PT. Hanil Jaya Steel adalah
untuk melaksanakan salah satu mata kuliah pada kurikulum program S1 Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Adapun secara rinci tujuan kerja praktik adalah sebagai berikut :

2
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penerapan serta implementasi K3 di
perusahaan
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor–faktor bahaya yang timbul di perusahaan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Potensi bahaya yang mungkin terjadi di perusahaan
serta bagaimana penanganannya

I.5 Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Manfaat yang didapat dari kegiatan praktek kerja lapangan
A. Bagi Perusahaan
1. Perusahaan dapat melakukan sharing dengan mahasiswa mengenai
perkembangan teori terbaru berkaitan dengan bidang yang diambil mahasiswa
dalam hal ini adalah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
2. Sebagai sarana untuk memberikan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
badan usaha yang terkait.
3. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa untuk melaksananakan
tugas-tugas operasional.
4. Membantu pihak perusahaan dalam memberikan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka penentuan kebijakan
5. Terjalin kerja sama yang baik antara perusahaan dengan pihak
perguruan tinggi.
B. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya
1. Melalui kerjasama yang dibangun dengan dunia industri akan dapat
menjadi ajang promosi mengenai keberadaan UINSA sebagai penyelenggara
pendidikan
2. Sebagai sarana pengenalan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi sebagai pertimbangan dalam penyusunan program di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
3. Sebagai bahan masukan dan evaluasi program pendidikan di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk menghasilkan tenaga-tenaga
terampil sesuai dengan kebutuhan dalam dunia industri.
4. Memperoleh sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hal
ini adalah bidang K3 bagi kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam
penerapan K3 di duniakerja

3
5. Menambah kepustakaan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
6. Membina kerja sama yang baik dengan perusahaan/instansi lainnya.
C. Bagi mahasiswa
1. Membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat aplikasi teori yang telah
didapat di bangku kuliah ke dalam dunia kerja. Sekaligus menimba ilmu yang
sebanyak-banyaknya dari pengalaman yang ada di industri.
2. Merupakan media bagi mahasiswa untuk dapat melakukan praktik kerja secara
langsung didunia industri, sehingga dapat mengatasi kecanggungannya dalam
berinteraksi dengan dunia kerja setelah lulus.
3. Merupakan latihan bagi mahasiswa untuk melakukan analisa masalah dalam
hal ini berkaitan dengan implementasi K3 di Perusahaan
4. Mahasiswa mendapat pengalaman dan ketrempilan dalam hal ini di bidang
K3.
5. Mahasiswa mampu memahami prosedur kerja, faktor risiko dari pekerjaan,
alat kerja dan lingkungan kerja industri.
6. Mahasiswa mampu memahami sistem manajemen K3 pada Industri.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


II.1.1 Definisi K3
Tribowo & Pusphandani (2013) mendefinisikan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) secara umum merupakan instrument yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkup hidup dan dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja, sejalan dengan hal tersebut. Secara khusus Buntarto (2015)
mengartikan keselamatan dan keamanan kerja sebagai upaya perlindungan bagi
tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di
tempat kerja.
Selain itu, pengertian lain untuk K3 ialah upaya untuk melindungi pekerja
dan orang lain yang masuk tempat kerja agar terhindar dari bahaya kecelakaan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, upaya kesehatan kerja diperlihatkan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan bebas dari masalah kesehatan dan pengaruh buruk yang
disebabkan oleh pekerja. (Purnomo, Indasah, & Melda, 2018)
Pekerjaan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan adalah bentuk
upaya bagi pekerja untuk memperoleh jaminan akan keselamatan dan
kesehatannya selama melakukan kegiatan pekerjaan tersebut.
Implementasi kesehatan dan keselamatan dasar berdasarkan UUD1945
(Bagian 27: 2) yang menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak atas
keselamatan pekerjaan dan penghasilan yang layak untuk kemanusiaan.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa keselamatan dan kesejahteraan pekerja
harus dipastikan dan diutamakan . Kematian, kecacatan, cedera, penyakit, dan
sejenisnya lainnya sebagai akibat dari kecelakaan, bertentangan dengan
kemanusiaan dasar. (Rezkyan, Darwadi, & Yuliana, 2013)

II.1.2 Tujuan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan
atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.
Secara singkat ruang lingkup kesehatan dan keamanan kerja adalah sebagai
berikut:

5
A. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
B. Mencegah dan mengobati kecelakaan yang di sebabkan akibat
pekerjaan sewaktu bekerja.
C. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja
D. Memelihara moral, mencegah dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja
E. Menyesuaikan kemampuan dengan kerja
F. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat
Keselamatan kerja mencakup pecegahan kecelakaan kerja dan perlindungan
terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat
dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat.
Syarat-syarat kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja ditetapkan sejak
tahap perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan,
barang, produk teknis, dan apparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan kerja. (Buntarto, 2015).
Tujuan K3 yang lain adalah untuk mencegah, mengurangi, bahkan
membatalkan risiko penyakit dan kecelakaan kerja dan meningkatkan kesehatan
pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat. (Purnomo, Indasah, & Melda,
2018)

II.1.3 Manfaat K3
Suardi (2005) dalam buku Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja memaparkan beberapa manfaat yang diperoleh dalam penerapan K3 di
lingkungan kerja, diantaranya :
1. Perlindungan karyawan
Tujuan inti sistem keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberi
perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan
yang harus di pelihara dan dijaga kesehatan nya. Pengaruh positif terbesar yang
dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Kita tentu menyadari,
karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih
optimal di banding karyawan yang terancam K3-nya. Dengan adanya
keselamatan , keamanan dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan

6
memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap
perusahaan.
2. Memperlihatkan Kepatuhan Pada Peraturan dan Undang-Undang
Banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukan
eksistensinya dalam beberapa tahun. Kita bisa saksikan bagaimana pengaruh
buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap
peraturan dan undang-undang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari
badan pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga
kerjanya semuanya itu tentu akan mengakibatkan kebangkrutan. Dengan
menerapkan sistem manajemen K3, setidaknya sebuah perusahaan telah
menunjukan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang-
undangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala
dari segi ketenagakerjaan.
3. Mengurangi biaya
Sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap
ketidaksesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah
terjadinya kecelakaan , kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita
tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut.
Memang dalam jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar
dalam menerapkan sebuas sistem manajemen K3. Apalagi jika kita juga
melakukan proses sertifikasi dimana setiap enam bulannya akan dilakukan audit
yang tentunya juga merupakan biaya yang harus di bayar. Akan tetapi jika
penerapan sistem manajemen K3 dilaksanakan secara efektif dan penuh
komitmen, nilai uang yang keluar tersebut jauh lebih kecil disbanding biaya
yang di timbulkan akibat kecelakaan kerja. Salah satu biaya yang dapat
dikurangi dengan penerapan sistem manajemen K3 adalah biaya premi
asuransi.
4. Membuat sistem manajemen yang efektif
Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Hal ini akan dapat di capai dengan adanya sistem manajemen
perusahaan yang efektif. Banyak variable ya ikut membantu pencapaian sebuah
sistem manajemen yang efektif, disamping mutu, lingkungan ,keuangan,
teknologi informasi dan K3.

7
Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari penerapan sistem
manajemen K3 adanya prosedur terdokumentasi.dengan adanya prosedur maka
segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan teroganisir,terarah dan berada
didalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan
sistem disimpan untuk mempermudah pembuktian danidentifikasi akar masalah
ketidaksesuaian. Persyaratan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut
merupakan bentuk bagaimana sistem manajemen yang efektif. Pengendalian
dan pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut memberi nilai
tambah bagi organisasi.Penerapan sistem manajemen K3 akan mengurangi
rapat-rapat yang membahas ketidaksesuaian. Dengan adanya sistem maka hal
itu dapat dicegah sebelumnya disamping kompetensi personel yang semangkin
meningkat dalam mengetahui potensi ketidaksesuaian. Dengan demikian
organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap sistem
manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-
permasalahan yang terjadi.
5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja
lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang dihasilkan. Pada
giliranya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan
ketimbang sebelum melakukan penerapan. Di samping itu dengan adanya
pengakuan penerapan sistem manajemen K3, citra organisasi terhadap
kinerjanya akan semangkin meningkat, dan tentu ini akan meningkatkan
kepercayaan pelanggan.

II.2 Kecelakaan Kerja


II.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan
kerja dimana memiliki imbas buruk bagi karyawan maupun perusahaan,
termasuk penyakit yang timbul yang sehubungan dengan pekerjaan, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan kerja dan dari tempat kerja
(Buntarto, 2015).
Kecelakaan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan.
Faktor manusia adalah kurangnya kemampuan fisik, kebugaran fisik dan mental
danrohani. Tindakan manusia yang tidak aman seperti sengajamelanggar

8
peraturan keselamatan kerja dan kurang terampil dapat menjadi faktor utama
dalam kecelakaan kerja. Sedangkan faktor lingkungan dapat terkait dengan
lingkungan kerja seperti peralatan atau mesin, tetapi frekuensi cedera akibat
pekerjaan lebih banyak terjadi karena faktor manusia sendiri. (Rezkyan,
Darwadi, & Yuliana, 2013)

II.2.2 Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja


International Labour Organization atau ILO (1989) mengemukakan bahwa
kecelakaan akibat kerja pada dasarnya di sebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor
manusia, pekerjaan, faktor lingkungan di tempat kerja (Triwibowo &
Pusphandani, 2013):
1. Faktor Manusia
A. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakan akibat kerja.golongan umur tua mempunyai kecenderungan
yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja di
bandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda
mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi.
Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka
tergesa-gesa. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat di ungkapkan
bahwa pekerja muda usia lebihbanyak mengalami kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia
biasanya kurang pengalaman dengan pekerjanya.
B. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang
dalam menghadapi pekerjaan yang di percayakan padanya, selain itu
pendidikan juga mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan
yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan
kerja. Hubungan tingkat Pendidikan dengan lapangan yang tersedia
bahwa pekerjaan dengan tingkat Pendidikan rendah, seperti Sekolah
Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di lapangan
yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan

9
kelelahan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja.
C. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian
dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai
dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan
terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan
pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan
Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-
beluk pekerjaan nya. Penelitian dengan studi restripektif di Hongkong
dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena
Mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja
dibawah 1 tahun.
D. Faktor Pekerjaan
a. Pergantian jam kerja (shift)
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh
empat jam (Andrauler P.1989). terdapat dua masalah utama pada
pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidakmampuan
pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift ketidakmampuan
pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur
pada siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam
hari dapat mempengarunhi terjadinya peningkatan kecelakaan
akibat kerja.
b. Jenis (Unit) pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja.jumlah dan macam kecelakaan
akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu
proses
E. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
I. Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap
pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan

10
komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak
mendengar Isyarat yang di berikan, hal ini dapat berakibat
terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu juga kebisingan
juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau
menetap. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dBA untuk 8
jam kerja sehari atau 40 jam dalam seminggu.
II. Tekanan Panas
Tekanan panas adalah batasan kemampuan penerimaan
panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi
metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan dan faktor
lingkungan (seperti temperatur udara, kelembaban, pergerakan
udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang
digunakan. Pada saat tekanan panas mendekati batas toleransi
tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas
akan meningkat (ACGIH, 2005).
Menurut Suma’mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi
dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu
radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan
produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.

b. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor
lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja Faktor
tersebut tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil
suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun
limbah dari suatu produksi

c. Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan jasad renik, gangguan dari serangga
maupun binatang lain yang ada ditempat kerja. Berbagai macam
penyakit dapat timbul seperti infeksi, alergi, dan serantan serangga
maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa
menyebabkan kematian.

11
II.2.3 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja
Menurut International Labour Organization (ILO) jenis kecelakaanakibat
kerja ini di klasifikasikan berdasarkan empat macam penggolongan (Buntarto,
2015), yaitu:
A. Menurut jenis kecelakaan, seperti terjatuh, tertimpa benda tertumbuk atau
terkena benda-benda, terjepit oleh benda gerakan-gerakan melebihi
kemampuan , pengaruh suhu tinggi, tekanan arus listrik, dan sebagainya.
B. Menurut penyebab, seperti akibat dari mesin, bahan-bahan atau zat-zat
berbahaya dan lingkungan kerja.
C. Menurut sifat luka atau Kelainan, seperti patah tulang dislokasi (keseleo),
regang otot (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka di
permukaan, luka bakar dan sebagainya.
D. Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut, dan
sebagainya.

II.2.4 Dampak Kecelakaan Kerja


Burtarto (2015) juga menggolongkan beberapa dampak dari kecelakaan
kerja, diantaranya :
A. Meninggal dunia, merupakan akibat kecelakaan yang paling fatal yang
menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan
pertolongan dan perawatan sebelumnya.
B. Cacat permanen total, yaitu cacat yang mengakibatkan penderita secara
permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena
kehilangan atau tidak berfungsinya lagi salah satu bagian- bagian tubuh,
seperti kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu
kaki.
C. Cacat permanen sebagian, yaiyu cacat yang mengakibatkan satu
bagian tubuh hilang atau terpaksa di amputasi atau sama sekali tidak
berfungsi.
D. Tidak mampu bekerja sementara ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan.

Selain dampak langsung diatas, ada juga dampak kecelakaan secara tidak
langsung, seperti dampak psikologi dan psikososial berupa ketakutan dan

12
kegelisahan. Hal ini dapat meningkatkan gejala penhyakit dan gejala medis
non- spesifik. Contoh lainnya adalah dampak sosial, sperti halnya orang-
orang kehilangan rumah, tempat usaha dan sumber ekonomi lainnya.

13
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

III.1 Umum
Metode adalah cara yang akan dilakukan atau prosedur dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam kerja praktik yang membahas mengenai Sudi Penerapan K3 di
PT. Hanil Jaya Steel terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, diantaranya yaitu
pengumpulan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder kemudian dilakukan
analisis data yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan agar tujuan dari kerja praktik yang
akan dilakukan dapat terarah dengan baik. Metodologi ditetapkan berdasarkan tujuan
kerja praktik yang akan dilakukan, sehingga dapat ditentukan metodologi yang sesuai.
Metodologi pelaksanaan praktik kerja lapangan ini sendiri berisi tahapan-tahapan
evaluasi dari awal sampai akhir kegiatan praktik kerja lapangan. Setiap tahapan
kegiatan praktik kerja lapangan saling terkait yakni dimulai dari tahapan persiapan,
pelaksanaan praktik kerja lapangan itu sendiri, kemudian penyusunan laporan.
Tahapan-tahapan tersebut berisikan proses studi literatur yang bersifat kontinyu yakni
dimulai dari tahap persiapan sampai tahap penyusunan laporan.
Pelaksanaan praktik kerja lapangan di lapangan dilakukan untuk mempelajari
penerapan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT. Hanil Jaya Steel, serta
menganalisis dan mengkaji kondisi tersebut berdasarkan literatur. Setelah menarik
kesimpulan, pemberian saran dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dan kemungkinan adanya pengembangan berdasarkan pengkajian yang tentunya
disesuaikan tujuan pelaksanaan praktik kerja lapangan.

III.2 Kerangka Pikir


Metodologi penelitian akan berjalan dengan menyusun kerangka studi
penelitian. Kerangka pikir merupakan alur sistematis dalam penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian. Pada
kerangka pikir terdapat pada gambar 3.1

14
Permasalahan

Identifikasi Masalah
1. Penerapan K3 di PT. Hanil Jaya Steel

Penerapan K3 sesuai Undang- Penerapan K3 Tidak sesuai


undang Nomor 1 Tahun 1970 Undang-undang Nomor 1 Tahun
1970

Tahapan: Dampak:
1. Penerapan OHSAS yang akan 1. Resiko Kecelakaan Kerja
segera dijadikan ISO 450001 2. Resiko penyebaran penyakit di
untuk Kesehatan dan Keselamatan area kerja
kerja
2. Pemantauan faktor bahaya mulai
dari faktor fisika, kimia dan
biologi secara rutin
3. Pemnatuan dan program untuk
menangani potensi bahaya
4. Pemantauan dan pengelolaan
limbah
5. Penerapan program K3
6. Audit K3 secara berkala
7. Pemakaian APD secara teratur
untuk pekerja

Studi Penerapan K3 di PT. Hanil Jaya Steel

1. Pengumpulan data primer


2. Pengumpulan data sekunder

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar III.1 Diagram Alir Kerangka studi penelitian

15
III.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja praktik ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih 1
bulan atau 4 minggu yaitu pada 8 Juli 2019 s/d 6 Agustus 2019 di PT. Hanil Jaya Steel
di Jalan Brigjen. Katamso, Ds Janti, Waru, Janti, Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
Timur 61256
Tabel III.1 Jadwal Praktik Kerja Lapangan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

Tahapan
Persiapan
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu Ke Minggu Ke-
Praktik Kerja
Lapangan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan
KP

Pelaksanaan KP

Penyusunan
Laporan

Presentasi Hasil
KP

III.4 Tahap Pelaksanaan Kerja Praktik


Terdapat tiga tahapan yang dilakukan dalam melakukan kerja praktik yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan. Tahapan kerja
praktik dapat dilihat di Gambar 3.2

16
Mulai

Ide Studi :
Tahap Studi Penerapa K3 di PT. Hanil Jaya Steel
Persiapan

Studi Literatur

Pelaksanaan Kerja Praktik di PT. Hanil Jaya Steel

Studi Penerapan K3 di PT. Hanil Jaya Steel


a. Pengumpulan data Primer
 Observasi Lapangan
 Wawancara
 Dokumentasi
b. Pengumpulan data sekunder
 Data literatur berupa jurnal, makalah, dan laporan
Tahap penelitian terdahulu
Pelaksanaan
 Data Standar Prosedur K3 diarea kerja
 Data penerapan K3 yang telah dilaksanakan oleh Studi
perusahaan Literatur
 Data gambaran umum perusahaan
 Data-data lain sebagai data pendukung

Analisa dan Pembahasan


Tahap
Penyusunan
Laporan Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar III.2 Diagram Alir Tahapan Praktik Kerja Lapangan

17
III.4.1 Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi pencarian tempat praktik kerja lapangan dengan
melakukan survey secara langsung ke perusahaan terkait, mencari studi literatur
melalui media daring untuk membuat proposal yang akan diajukan ke tempat praktik
kerja lapangan, dan proses pengurusan adminitrasi berupa surat permohonan kerja
praktek dari universitas serta surat balasan persetujuan pelaksanaan kerja praktek dari
PT. Hanil Jaya Steel.

III.4.2 Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam observasi
secara langsung terhadap PT. Hanil Jaya Steel antara lain :
1. Pengenalan secara umum lokasi Praktik Kerja Lapangan
Pengenalan secara umum lokasi Praktik Kerja Lapangan dimaksudkan sebagai
bentuk permulaan adaptasi terhadap keseluruhan sistem di PT. Hanil Jaya Steel,
baik itu dengan struktur organisasi maupun pihak-pihak yang bertindak sebagai
pembimbing dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. Selain itu juga untuk
mengetahui sejarah dan gambaran umum tentang PT. Hanil Jaya Steel. Waktu
disesuaikan dengan jadwal yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Pengumpulan data-data mengenai item-item pada ruang lingkup
Pengumpulan data-data mengenai item-item pada ruang lingkup dilakukan
selama 4 minggu, hal ini dikarenakan ada beberapa item-item yang akan dianalisa
untuk mengetahui penerapan K3 di PT. Hanil Jaya Steel
3. Observasi dan orientasi lapangan disertai pendokumentasian.
Hal ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung penerapan sistem
Manajemen keselamatan dan kesehatan (K3) terhadap pegawai yang ada di
lapangan. Jadwal tersebut juga disesuaikan dengan jadwal yang dimiliki oleh
perusahaan.
4. Studi dan Analisis
Untuk membandingkan teori-teori yang diajarkan dalam perkuliahan dengan
praktik yang ada di lapangan. Menganalisis kekurangan dan kelebihan yang ada dari
item-item dalam ruang lingkup dan menyempurnakannya dalam bentuk saran.

18
III.4.3 Tahap Penyusunan Laporan
Data-data yang didapatkan dari tiap unit pekerjaan diolah dan dievaluasi secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui uraian kalimat, penjelasan, serta keterangan
pendukung berdasarkan pada teori dan literatur yang disusun dalam sebuah Laporan

III.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
secara primer atau penelitian yang dilakukan sendiri dan data sekunder atau data
berdasarkan hasil dari perusahaan

19
BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV.1 Sejarah Berdirinya PT. Hanil Jaya Steel


PT. Hanil Jaya Metal Works didirikan diatas area seluas 17,5 hektar dengan
Akta Pendirian tanggal 29 Nopember 1973 No.256, dibuat dihadapan notaris Goesti
Djohan, disetujui dengan Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 03 September
1975 No.Y.A.5/285/17, dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya
tanggal 22 September 2005 No. 1132/1975.
Penyesuaian anggaran dasar dengan UU No.1 tahun 2995 tentang perseroan
terbatas tercantum dalam akta tanggal 14 Mei 1997 No. 14 dibuat dihadapan notaris
Nyoman Gede Yudhara, SH. Disetujui dengan keputusan Menteri Kehakiman RI
tanggal 22 Februari 1999 No. C-3187 HT.01.04.TH.99 tanggal 15 Mei 2002 rapat
umum pemegang saham memutuskan untuk meningkatkan modal dasar menjadi US$
50.000.000, dan aktanya telah mendapat pengesahan dari mentri kehakiman dan HAM
tanggal 24 Mei 2002 dengan surat No. C-09054 HT.01.04.TH.2002
Perubahan nama perusahaan yang semua PT. Hanil Jaya Metal Works menjadi
PT. Hanil Jaya Steel tercantum dalam akte tanggal 19 Oktober 2005 No. 28 dibuat
dihadapan notaris Atika Ashibie, SH, disetujui dengan SK. Menteri Hukum dan HAM
RI tanggal 13 Pebruari 2006 No. C-03871 HT.01.04.TH.2006.
Perusahaan PT. Hanil Jaya Steel ini diurus oleh direksi dan komisaris. Dimana
direksi terdiri dari Direktur Utama dan Sekretaris direktur. Sedangkan komisaris terdiri
dari komisaris utama dan dua komisaris.

Gambar IV.1 PT. Hanil Jaya Steel


Sumber : Data Primer

20
IV.2 Visi dan Misi PT. Hanil Jaya Steel
IV.2.1 Visi PT. Hanil Jaya Steel
Menjadi produsen baja yang berstandar international dan inovatif, serta
memberi kepuasan pelanggan yang terbaik dengan "GREEN PRODUCT"
IV.2.2 Misi PT. Hanil Jaya Steel
1. Menyediakan produk baja tulangan beton yang berkualitas sesuai persyaratan
dan harapan pelanggan
2. Meningkatkan nilai perusahaan tentang “Komitmen, Kejujuran, dan
keunggulan”
3. Melakukan pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat kerja serta secara
terus menerus meningkatkan kepedulian melestarikan lingkungan hidup

IV.3 Struktur Organisasi


Sebuah perusahaan seperti PT. Hanil Jaya Steel memerlukan suatu manajemen
dan organisasi yang baik dalam mengolah dan melaksanakan kegiatan operasional
perusahaan, PT. Hanil Jaya Steel memiliki struktur organisasi seperti gambar berikut

21
Presiden Direktur

Sekretaris

Direktur Direktur Komersial Direktur Produksi

General Manager

Manager Produksi
Internal Data Quality Produk Technical
Audit Processing II Control Planning Call
Control

Steel Rolling Electrical Mechanical


Making Mill Maintenance Maintenance
Accounting Finance HRD Pembelian Penjualan Logistic

Gambar IV.2 Bagan Strukur Organisasi PT. Hanil Jaya Steel


Sumber : Data sekunder PT Hanil Jaya Steel

22
IV.4 Lokasi Perusahaan
Lokasi administratif kegiatan PT. Hanil jaya steel berada di Jl. Brigjen Katamso
Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Lahan yang
digunakan ialah seluas ±4,5 ha dimana area nya adalah milik PT. Hanil Jaya Steel
sendiri. Secara admninstratif lokasi PT. Hanil Steel berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Kutisari
b. Sebelah Selatan : Pemukiman dan Jalan Desa Ngigas dan Kureksaei, Kecamatan
Waru, Kabupaten Sidoarjo
c. Sebelah Timur : Perumahan PP dan Bhakti Pratiwi Desa Wedoro, Kecamatan
Waru, Kabupaten Sidoarjo
d. Sebelah Barat : Saluran Drainase, Perumahan Kutisari Indah Kelurahan
Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya

IV.5 Kegiatan PT. Hanil Jaya Steel


Kegiatan yang telah berlangsung di PT. Hanil Jaya Steel saat ini adalah tahap
operasi. Kegiatan tersebut dilakukan selama 24 jam non stop. Kegiatan operasi PT.
Hanil Jaya Steel ialah sebagai berikut :
1. Pengoperasian Karyawan
Dalam pengoperasian karyawan waktu kerja diberlakukan sistem shift selama
24 jam yaitu bagian produksi tiga shift dan bagian maintenance tiga shift. Kecuali
Karyawan kantor pengelola (administrasi) yang bekerja selama 8 jam/hari dan 5
hari kerja/minggu. Jumlah karyawan PT. Hanil Jaya Steel sendiri ialah ±450 orang
2. Aktivitas Persiapan Bahan Baku Utama
Bahan Baku Utama yang digunakan adalah scrap (besi tua).
3. Aktivitas penyimpanan bahan baku utama dan penolong
Bahan baku utama berupa scrap (besi tua) yang ditempatkan di gudang scrap
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang bisa memenuhi sesuai
kebutuhan kelancaran produksi seperti tempat pemisahan grade scrap sehingga
cepat dalam peleburannya. Demikian pula untuk bahan penolong lainnya
ditempatkan dalam gudang raw material sesuai karakteristiknya.
4. Aktivitas pengangkutan Bahan Baku Ke Proses Produksi
Bahan baku utama berupa scrap dan distributor yang telah ditimbang
sebelumnya diterima melalui armada truk dan ditempatkan di gudang scrap dengan
crane yang sebelumnya telah diklasifikasikan sesuai kelas/grade masing-masing

23
scrap. Selanjutnya scrap yang telah diatur tempatnya sesuai klasifikasi masing-
masing dimasukkan kedalam charging bucket sesuai charging pattern yang sudah
ditentukan sesuai permintaan. Dari charging bucket diangkat melalui crane dan
dimasukkan kedalam EAF untuk diproses pencairan sesuai komposisi grade yang
diminta
5. Aktivitas Penyediaan Air Sungai Produksi (Water Treatment)
Pengambilan air dari sungai Buntung diperlukan sebagai air tambahan (make
up water). Sebelum dipakai, air dari sungai Buntung dimasukkan ke dalam bak
penampungan yang selanjutnya disaring dengan mempergunakan filter. Air yang
telah disaring kemudian dilunakkan didalam softener dengan mempergunakan resin
sebagai media pelunak. Tujuan pelunakkan adalah untuk meingakt ion-ion yang ada
di dalam air supaya air tidak menimbulkan kerak dan menyebabkan korosi pada
perlatan.
6. Pengoperasian Air Untuk Pendingin Mesin
Hasil pengolahan Air Bersih digunakan sebagai pendining mesin pada proses
produksi yang kemudian dilakukan resirkulasi. Air bekas yang telah dipakai sebagai
pendingin bak pada EAF, CCM, maupun mesin-mesin Rolling dialirkan melalui
saluran yang berfungsi untuk mendinginkan mesin. Panjangnya aliran air tersebut
membuat air panas bekas pendinginan tersebut menjadi dingin secara alamiah
7. Aktivitas Penyimpanan dan Persiapan Distribusi Hasil Produksi
Hasil Produksi Steel Making berupa billet dan hasil produksi dari rolling mill
berupa baja tulangan beton. Sebelum didistribusikan, billet ditempatkan/disatple di
billet yard.Sedangkan baja tulangan yang telah jadi distaple dan siap
dipasarkan/didistribusikan dengan menggunakan crane.
8. Aktivitas Distribusi Hasil Produksi
Hasil produksi yang telah siap dipasarkan di gudang staple akan diambil oleh
distributor melalui bagian pemasaran/marketing department untuk selanjutnya
dijual kepada konsumen
9. Aktivitas kantor, Musholla, Dapur, dan MCK
Aktivitas kantor ini dari kegiatan administrasi kantor pengelola PT. Hanil Jaya
Steel. Selain itu, tersedia juga musholla untuk karyawan. Guna kelancaran
kebutuhan konsumsi karyawan tersedia dapur untuk menyediakan makanan bagi
karyawan bagian administrasi. Untuk kelancaran aktivitas seluruh karyawan juga
tersedia beberapa MCK dengan jumlah yang memadai.

24
10. Pemeliharaan dan Perawatan Gedung Administratif
Pemeliharaan dan perawatan gedung administratif dilakukan secara rutin dalam
jangka waktu berkala dengan bantuan jasa cleaning service. Pemeliharaan dan
perawatan gedung rutin dilakukan untuk menjaga kerapian dan kebersihan serta
memperpanjang umur konsturksi
11. Pemeliharaan dan Perawatan Unit Produksi
Selain Pemeliharaan dan perawatan gedung administratif, Pemeliharaan dan
perawatan juga dilakukan pada setiap unit produksi. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kapasitas produksi dan memelihara umur dari unit-unit tersebut sehingga
efisiensi dan akurasi dari hasil produksi tetap terjaga.

25
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Proses Produksi


PT. Hanil Jaya Steel mempunyai area produksi utama yaitu area steel making
dan area rolling mill. Area produksi steel making terdiri dari beberapa bangunan atau
gedung antara lain Gedung Dapur EAF, Gedung Pengecoran CCM, Gedung Refactory,
Gedung Scrap Charging, Gedung Material Pembantum Laboratorium Metal, dan Staple
Billet. Sedangkan pada area Rolling Mill terdapat 3 unit Rolling Mill yaitu Rolling Mill
1, 2, dan 3 yang terdiri dari bangunan atau gedung utama yaitu Gedung Dapur RHF,
Gedung Proses Pengerolan, Cooling Bed, Handling Bed, Pengepakan, Staple Hasil
Produksi berupa baja tulangan beton dan laboratorium tensile machine.
V.1.1 Steel Making
Proses di Steel making berawal dari dikumpulkannya scrap (besi tua) yang sudah
tidak terpakai dan dileburkan terlebih dahulu menggunakan dapur system “Electric Arc
Furnace (EAF)” dengan listrik sebagai sumber energinya. Proses peleburan dilakukan
dengan mengalirkan daya listrik bertegangan tinggi melalui Graphite Electroda yang
menghasilkan loncatan busur listrik dengan suhu yang sangat tinggi, sehingga dapat
melelehkan scrap sampai sempurna. Proses peleburan baja dilakukan sampai suhu
1620ºC - 1700ºC. Gas –gas yang dihasilkan ditarik keluar dari tanur peleburan dengan
menggunakan blower penghisap dan ditangkap oleh cyclone separator serta bag filter,
yang selanjutnya melalui cerobong dust collector sebagai akhir pengeluaran asap.
Kemudian slag dikeluarkan dari tanur peleburan dengan cara memiringkan tanur
peleburan. Setelah slag keluar (Kalsium Monoksida) CaO dengan ukuran tertentu
dimasukkan kedalam cairan guna mengikat unsur-unsur lain yang tersisa.
Penambahan bahan CaO akan mengikat unsur-unsur lain dan membentuk kerak besi
yang bersifat basa (basic slag). Untuk mengatur komposisi karbon pada baja cair
dilakukan dengan penambahan gas oksigen, proses penambahan disebut “Oxygen
Launching”. Tujuan penambahan oksigen pada proses peleburan besi adalah:
1. Mengurangi komposisi carbon pada baja cair
2. Melepaskan gas-gas hydrogen dalam cairan
3. Membantu mempercepat proses slaging dan melting
4. Menaikkan suhu cairan dan menghemat energy listrik

26
Setelah proses penambahan oksigen selesai, baja cair dari tanur peleburan di tapping
atau dituang ke dalam ladle yang telah siap untuk dipindahkan ke unit CCM
(Continuous Casting Machine). Dari ladle cairan terlebih dahulu masuk ke tandish yang
berfungsi mengatur pengecoran atau casting secara berkesinambungan dengan ukuran
bilet tertentu sesuai permintaan menggunakan mould atau cetakan.
Pada unit CCM ini sekaligus dilakukan pemotongan bilet sesuai dengan panjang
yang diinginkan. Selanjutnya bilet dengan panjang tertentu dikirim ke unit-unit rolling
mill untuk diproses menjadi baja tulangan. Bilet yang dihasilkan sekali produksi sendiri
dapat mencapai ±50 ton.
Tetapi untuk saat ini Proses Produksi di Steel Making berjalan selama sebulan sekali
untuk memanfaatkan sisa power. Saat steel making tidak produksi, bilet yang
digunakan berasal dari bilet yang diimport dari luar.

V.1.2 Rolling Mill


Bilet yang sudah jadi dari proses produksi Steel Making selanjutnya akan
diproses menjadi baja tulangan di Rolling Mill. Pada proses pembentukan baja
tulangan, terlebih dahulu baja bilet dipanaskan didalam dapur pemanas / reheating
furnace (RHF). Bahan bakar daur ini menggunakan gas alam (Natural gas). Pada
pemanasan dilakukan pada suhu 1150ºC - 1300ºC.
Bilet pada panjang tertentu di roll fishing di unit Rolling Mill sesuai diameter
yang telah ditentukan. Billet yang telah dibentuk menjadi baja tulangan pada roll
fishing disalurkan kecooling bed dan dipotong-potong sesuai standart SNI.
Selanjutnya diteruskan ke Handling bed untuk diikat dalam bundle-bundle tertentu
dan dipindahkan ke gudang penyimpanan dengan status siap untuk dipasarkan.

V.2 Faktor Bahaya di PT. Hanil Jaya Steel


V.2.1 Faktor Bahaya Fsisik
PT. Hanil Jaya Steel memiliki beberapa faktor bahaya fisik mulai dari kebisingan
dan Tekanan Panas.
a. Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
lingkungan hidup manusia. Kebisingan adalah adanya bunyi yang tidak
dikehendaki. Intensitas bising meningkat seiring dengan meningkatnya
pencemaran elektronik, seperti radio komunikasi dan telepon seluler. Kebisingan

27
bisa berasal dari mesin-mesin dan mekanik di industri dan juga kendaraan
bermotor, kapal, dan pesawat udara. Kebisingan juga merupakan masalah serius
bagi kesehatan manusia, karena bisa mengakibatkan perubahan pola pembicaraan
manusia (bicara harus berteriak-teriak), meningkatnya emosi, perilaku stres,
keguguran wanita hamil, dan bahkan ketulian.
Polutan yang bersifat bising, adalah polutan yang berasal dari sumber bunyi
yang mengeluarkan fibrasi (bunyi) dengan tingkat kebisingan (dB) melampaui
ambang batas lingkungan. Bising sangat berpengaruh pada sistem pendengaran
makhluk hidup, dan pengaruh tersebut bisa fatal bila intensitas bising tinggi dan
mengakibatkan kerusakan sistem pendengaran. Akibat bising, polutan bisa
dikendalikan dengan mengisolasi sumber bising atau memperbesar jarak antara
sumber bising dengan target.
Kadar kebisingan dapat dikatakan sebagai bunyi yang tidak
dikehendaki/mengganggu dan dapat merusak pendengaran manusia. Kualitas
bunyi dinyatakan dengan frekuensi bunyi dan intensitas bunyi. Frekuensi bunyi
adalah jumlah getaran per detik. Satuan getaran bunyi dinyatakan dengan Hz (baca:
Hertz). Sedangkan intensitas bunyi adalah perbandingan tegangan suara yang
datang dengan suara standar yang dapat didengar oleh telinga manusia normal pada
frekuensi 1000 Hz. Tingkat atau intensitas bunyi dinyatakan dengan satuan dB
(baca: deci Bell). (Subardan Rochmad, 2011)
Jenis kebisingan yang ada di PT. Hanil Jaya Steel sendiri adalah jenis kebisingan
yang kontinu dan mayoritas berasal dari Mobilisasi alat Berat dan Kendaraan dan
mesin-mesin produksi. Pengukuran kebisingan sendiri dilakukan menggunakan alat
Sound Level Meter. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa ada
tempat kerja yang melebihi intensitas kebisingan atau Nilai Ambang Batas (NAB)
yang diperkenankan dan ada tempat kerja yang kurang dari intensitas kebisingan
atau Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan dengan waktu pemaparan 7
jam sehari dan 40 jam seminggu.
Metode Pengukuran kebisingan dalam kerja praktik ini dilakukan berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan yang dilakukan dengan metode pengukuran cara
sederhana dengan sebuah sound level meter biasa dan diukur tingkat tekanan bunyi
dB selama 10 menit untuk tiap pengukuran daan dilakukan setiap 5 detik. Lokasi
pengkuran dilakukan di lokasi dimana sering adanya Mobilisasi alat Berat dan

28
Kendaraan serta ruang kantor di PT. Hanil Jaya Steel. Waktu pengukuran dilakukan
pada tanggal 12 Agustus 2019 dengan lama waktu selama aktifitas kantor serta
Mobilisasi alat Berat dan Kendaraan berlangsung yaitu pada pukul 08.00 s/d 17.00.

 Mobilisasi Alat Berat dan Kendaraan (Lalu Lalang Kendaraan)


1. Pengukuran kebisingan di area mobilisasi alat dan kendaraan
Dalam pengukuran kebisingan di lokasi ini dilakukan dengan keterangan
sebagai berikut :
A. L1 pada Pukul 08.40 – 08.50 mewakili pukul 06.00 – 09.00
B. L2 pada pukul 09.15 – 09.25 mewakili pukul 09.00 – 11.00
C. L3 pada pukul 16.20 – 16.30 mewakili pukul 14.00 – 17.00
D. L4 pada pukul 17.20 – 17.30 mewakili pukul 17.00 – 22.00

A. Hasil Analisis Data Lapangan pada L1 (Pukul 08.40 – 08.50)


Tabel V.1 Hasil Analisis Data Lapangan pada L1 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 08.40-08.50
 Pukul 08:40 - Pukul 08:41
Pukul Hasil Pengukuran

08:40:05 45,8 dB

08:40:10 47 dB

08:40:15 54,4 dB
08:40:20 45,9 dB

08:40:25 54,6 dB

08:40:30 59,2 dB
08:40:35 61,2 dB

08:40:40 58,2 dB

08:40:45 58,2 dB
08:40:50 52,7 dB

08:40:55 56,1 dB
08:41:00 65,1 dB

 Pukul 08:41 - Pukul 08:42


Pukul Hasil Pengukuran

08:41:05 55,8 dB

29
08:41:10 61,3 dB

08:41:15 58,2 dB

08:41:20 49,7 dB
08:41:25 59,8 dB

08:41:30 58,3 dB
08:41:35 54,7 dB

08:41:40 51,6 dB

08:41:45 56,1 dB
08:41:50 63,7 dB

08:41:55 79,5 dB

08:42:00 80,1 dB

 Pukul 08:42 - Pukul 08:43


Pukul Hasil Pengukuran

08:42:05 73,5 dB

08:42:10 54,9 dB

08:42:15 60,5 dB
08:42:20 56,4 dB

08:42:25 57,7 dB

08:42:30 64,8 dB

08:42:35 52,6 dB

08:42:40 59,1 dB
08:42:45 55,4 dB
08:42:50 60,8 dB

08:42:55 53,9 dB

08:43:00 48 dB

 Pukul 08:43 - Pukul 08:44


Pukul Hasil Pengukuran

08:43:05 56,3 dB

08:43:10 52,1 dB

08:43:15 54,3 dB
08:43:20 56,9 dB

08:43:25 57,6 dB

30
08:43:30 52,9 dB

08:43:35 49 dB

08:43:40 56,8 dB
08:43:45 51,9 dB

08:43:50 56,9 dB
08:43:55 55,3 dB

08:44:00 59,3 dB

 Pukul 08:44 - Pukul 08:45


Pukul Hasil Pengukuran

08:44:05 48,5 dB
08:44:10 52,9 dB

08:44:15 70,7 dB

08:44:20 53,2 dB

08:44:25 55,4 dB

08:44:30 50,2 dB

08:44:35 58,6 dB
08:44:40 48,7 dB

08:44:45 61,3 dB

08:44:50 58,7 dB

08:44:55 60,4 dB

08:45:00 52,9 dB

 Pukul 08:45 - Pukul 08:46


Pukul Hasil Pengukuran

08:45:05 57,7 dB
08:45:10 62,1 dB

08:45:15 64,7 dB
08:45:20 72,5 dB

08:45:25 65,9 dB

08:45:30 71,3 dB

08:45:35 53,3 dB
08:45:40 62,1 dB

08:45:45 65,1 dB

31
08:45:50 63,6 dB

08:45:55 67,8 dB

08:46:00 59,6 dB

 Pukul 08:46 - Pukul 08:47


Pukul Hasil Pengukuran

08:46:05 56,7 dB

08:46:10 61,3 dB
08:46:15 60,4 dB

08:46:20 58,5 dB

08:46:25 59,2 dB
08:46:30 57,3 dB

08:46:35 57,1 dB

08:46:40 55,8 dB

08:46:45 56,4 dB

08:46:50 62,8 dB

08:46:55 56,2 dB
08:47:00 54,8 dB

 Pukul 08:47 - Pukul 08:48


Pukul Hasil Pengukuran
08:47:05 73,9 dB
08:47:10 72,5 dB

08:47:15 72,7 dB

08:47:20 74,6 dB

08:47:25 77,7 dB

08:47:30 66,4 dB

08:47:35 74,1 dB
08:47:40 62 dB

08:47:45 72,8 dB

08:47:50 62,7 dB
08:47:55 69,9 dB

08:48:00 70 dB

32
 Pukul 08:48 - Pukul 08:49
Pukul Hasil Pengukuran
08:48:05 66,5 dB

08:48:10 56,9 dB
08:48:15 52,8 dB
08:48:20 61,1 dB

08:48:25 60,3 dB

08:48:30 57,5 dB
08:48:35 56,3 dB

08:48:40 58,8 dB

08:48:45 52,9 dB

08:48:50 54,5 dB

08:48:55 51 dB

08:49:00 56,9 dB

 Pukul 08:49 - Pukul 08:50


Pukul Hasil Pengukuran

08:49:05 52,8 dB

08:49:10 60,9 dB

08:49:15 57,7 dB

08:49:20 58,6 dB

08:49:25 59,3 dB

08:49:30 54,2 dB
08:49:35 51,3 dB

08:49:40 54,5 dB

08:49:45 52,3 dB
08:49:50 57 dB

08:49:55 55,8 dB

08:50:00 56,9 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.2 Hasil Pengolahan Data Lapangan pada L1 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 08.40-08.50
45,8 55,8 73,5 56,3 48,5 57,7 56,7 73,9 66,5 52,8
47 61,3 54,9 52,1 52,9 62,1 61,3 72,5 56,9 60,9

33
54,4 58,2 60,5 54,3 70,7 64,7 60,4 72,7 52,8 57,7
45,9 49,7 56,4 56,9 53,2 72,5 58,5 74,6 61,1 58,6
54,6 59,8 57,7 57,6 55,4 65,9 59,2 77,7 60,3 59,3
59,2 58,3 64,8 52,9 50,2 71,3 57,3 66,4 57,5 54,2
61,2 54,7 52,6 49 58,6 53,3 57,1 74,1 56,3 51,3
58,2 51,6 59,1 56,8 48,7 62,1 55,8 62 58,8 54,5
58,2 56,1 55,4 51,9 61,3 65,1 56,4 72,8 52,9 52,3
52,7 63,7 60,8 56,9 58,7 63,6 62,8 62,7 54,5 57
56,1 79,5 53,9 55,3 60,4 67,8 56,2 69,9 51 55,8
65,1 80,1 48 59,3 52,9 59,6 54,8 70 56,9 56,9

Data Terbesar 80,1


Data Terkecil 45,8
Range 34,3
Sumber : Data Primer

Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L1 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 08.40-08.50
No Nilai Bising nilai tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 45,8 - 48,8 47,3 120 6 322219,1
2 48,9 - 51,9 50,4 114 7 767534,7
3 52 - 55 53,5 107 28 6268419,2
4 56 - 59 57,5 79 38 21368970,4
5 60 - 63 61,5 41 18 25425675,8
6 64 - 67 65,5 23 8 28385071,1
7 68 - 71 69,5 15 4 35650037,5
8 72 - 75 73,5 11 8 179097691,1
9 76 - 79 77,5 3 2 112468265,0
10 80 - 83 81,5 1 1 141253754,5
11 84 - 87 85,5 0 0 0,0
Total 0 120 551007638,4
Sumber : Data Primer

 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L1 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8 + T9.100,1L9 + T10.100,1L10 +
T11.100,1L11)

LTm5 = 66,62 dB

34
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L1 (Mobilisasi Alat dan Kendaraan)
Sebesar 66,62 dB.

B. Hasil Analisis Data Lapangan pada L2 (Pukul 09.15 – 09.25)


Tabel V.4 Hasil Analisis Data Lapangan pada L2 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 09.15 – 09.25

 Pukul 09:15 - Pukul 09:16


Pukul Hasil Pengukuran

09:15:05 54,4 dB
09:15:10 58,5 dB

09:15:15 68,9 dB
09:15:20 66,5 dB

09:15:25 71,3 dB

09:15:30 73,8 dB

09:15:35 71,5 dB
09:15:40 77,3 dB

09:15:45 67,9 dB

09:15:50 78,3 dB

09:15:55 66,8 dB

09:16:00 65,4 dB

 Pukul 09:16 - Pukul 09:17


Pukul Hasil Pengukuran

09:16:05 68,1 dB

09:16:10 63,7 dB

09:16:15 69,5 dB

09:16:20 63,5 dB
09:16:25 64,9 dB

09:16:30 63,3 dB

09:16:35 66,3 dB
09:16:40 64,3 dB

09:16:45 72,4 dB

09:16:50 62,6 dB

35
09:16:55 65 dB

09:17:00 66,3 dB

 Pukul 09:17 - Pukul 09:18


Pukul Hasil Pengukuran
09:17:05 62,4 dB

09:17:10 65,3 dB

09:17:15 65,4 dB
09:17:20 68 dB

09:17:25 62,1 dB

09:17:30 68,4 dB
09:17:35 84,7 dB

09:17:40 80,6 dB

09:17:45 74,5 dB

09:17:50 78,1 dB

09:17:55 76,9 dB

09:18:00 71,6 dB

 Pukul 09:18 - Pukul 09:19


Pukul Hasil Pengukuran
09:18:05 61,1 dB

09:18:10 73 dB

09:18:15 75,2 dB
09:18:20 74,8 dB

09:18:25 67,8 dB

09:18:30 58,6 dB
09:18:35 69 dB

09:18:40 55,7 dB
09:18:45 56,6 dB

09:18:50 66,2 dB

09:18:55 65,7 dB

09:19:00 56,3 dB

36
 Pukul 09:19 - Pukul 09:20
Pukul Hasil Pengukuran
09:19:05 61,7 dB

09:19:10 60,9 dB
09:19:15 50,8 dB
09:19:20 54,4 dB

09:19:25 62,9 dB

09:19:30 55 dB
09:19:35 54,7 dB

09:19:40 53,4 dB

09:19:45 58,3 dB

09:19:50 54,6 dB

09:19:55 56,9 dB

09:20:00 58,3 dB

 Pukul 09:20 - Pukul 09:21


Pukul Hasil Pengukuran

09:20:05 60,1 dB

09:20:10 55,7 dB

09:20:15 57,1 dB

09:20:20 57,8 dB

09:20:25 61,3 dB

09:20:30 56,9 dB
09:20:35 54,8 dB

09:20:40 52,9 dB

09:20:45 47,7 dB
09:20:50 60,9 dB

09:20:55 56,7 dB

09:21:00 56,1 dB

 Pukul 09:21 - Pukul 09:22


Pukul Hasil Pengukuran
09:21:05 57,7 dB

09:21:10 55,4 dB

37
09:21:15 56,7 dB

09:21:20 50,3 dB

09:21:25 59,7 dB
09:21:30 56,3 dB

09:21:35 49,8 dB
09:21:40 47,9 dB

09:21:45 55,2 dB

09:21:50 53,6 dB
09:21:55 59,6 dB

09:22:00 56,7 dB

 Pukul 09:22 - Pukul 09:23


Pukul Hasil Pengukuran

09:22:05 55,5 dB

09:22:10 56,9 dB

09:22:15 52 dB

09:22:20 53,8 dB
09:22:25 51,5 dB

09:22:30 56,6 dB

09:22:35 51,6 dB

09:22:40 57,3 dB

09:22:45 52,1 dB
09:22:50 55,6 dB
09:22:55 53,3 dB

09:23:00 52,5 dB

 Pukul 09:23 - Pukul 09:24


Pukul Hasil Pengukuran
09:23:05 60,7 dB

09:23:10 59,5 dB

09:23:15 49,2 dB

09:23:20 53,2 dB
09:23:25 63,3 dB

09:23:30 55,2 dB

38
09:23:35 54,6 dB

09:23:40 59,8 dB

09:23:45 53,9 dB
09:23:50 54 dB

09:23:55 71 dB
09:24:00 68,5 dB

 Pukul 09:24 - Pukul 09:25


Pukul Hasil Pengukuran

09:24:05 63,6 dB

09:24:10 50,7 dB
09:24:15 72,7 dB

09:24:20 51,5 dB

09:24:25 55,2 dB

09:24:30 56,4 dB

09:24:35 55,8 dB

09:24:40 58,3 dB
09:24:45 74,2 dB

09:24:50 64 dB

09:24:55 51,6 dB

09:25:00 54,5 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.5 Hasil Pengolahan Data Lapangan pada L2 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 09.15 – 09.25
54,4 68,1 62,4 61,1 61,7 60,1 57,7 55,5 60,7 63,6
58,5 63,7 65,3 73 60,9 55,7 55,4 56,9 59,5 50,7
68,9 69,5 65,4 75,2 50,8 57,1 56,7 52 49,2 72,7
66,5 63,5 68 74,8 54,4 57,8 50,3 53,8 53,2 51,2
71,3 64,9 62,1 67,8 62,9 61,3 59,7 51,5 63,3 55,2

73,8 63,3 68,4 58,6 55 56,9 56,3 56,6 55,2 56,4


71,5 66,3 84,7 69 54,7 54,8 49,8 51,6 54,6 55,8
77,3 64,3 80,6 55,7 53,4 52,9 47,9 57,3 59,8 58,3
67,9 72,4 74,5 56,6 58,3 47,7 55,2 52,1 53,9 74,2
78,3 62,6 78,1 66,2 54,6 60,9 53,6 55,6 54 64
66,8 65 76,9 65,7 56,9 56,7 59,6 53,3 71 51,6
65,4 66,3 71,6 56,3 58,3 56,1 56,7 52,5 68,5 54,5

39
Data Terbesar 84,7
Data Terkecil 47,7
Range 37
Sumber : Data Primer

Tabel V.6 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L2 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 09.15 – 09.25
No Nilai Bising nilai tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 47,7 - 50,7 49,2 118 11 914940,1482
2 50,8 - 53,8 52,3 107 20 3396487,305
3 53,9 - 56,9 55,4 87 25 8668421,261
4 57 - 60 58,5 62 15 10619186,77
5 61 - 64 62,5 47 18 32009029,38
6 65 - 68 66,5 29 11 49135195,14
7 69 - 72 70,5 18 9 100981660,9
8 73 - 76 74,5 9 7 197286805,2
9 77 - 80 78,5 2 1 70794578,44
10 81 - 84 82,5 1 1 177827941
11 85 - 88 86,5 0 0 0
Total 0 118 651634245,5
Sumber : Data Primer

 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L2 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8 + T9.100,1L9 + T10.100,1L10 +
T11.100,1L11)

LTm5 = 67,35 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L2 (Mobilisasi alat dan Kendaraan)
Sebesar 67,35 dB.

C. Hasil Analisis Data Lapangan pada L3 (Pukul 16.20 – 16.30)


Tabel V.7 Hasil Analisis Data Lapangan pada L3 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 16.20 – 16.30

40
 Pukul 16.20 - Pukul 16:21
Pukul Hasil Pengukuran
16:20:05 61,4 dB

16:20:10 58,9 dB
16:20:15 54,8 dB
16:20:20 61 dB

16:20:25 53,6 dB

16:20:30 58 dB
16:20:35 59,9 dB

16:20:40 60,4 dB

16:20:45 52,9 dB

16:20:50 56,3 dB

16:20:55 58,6 dB

16:21:00 53,4 dB

 Pukul 16:21 - Pukul 16:22


Pukul Hasil Pengukuran

16:21:05 57,7 dB

16:21:10 56,6 dB

16:21:15 55,3 dB

16:21:20 62,3 dB

16:21:25 61,3 dB
16:21:30 53,8 dB

16:21:35 58,9 dB

16:21:40 70,9 dB
16:21:45 71,3 dB

16:21:50 69,5 dB

16:21:55 57,6 dB
16:22:00 59,8 dB

 Pukul 16:22 - Pukul 16:23


Pukul Hasil Pengukuran

16:22:05 57,7 dB

16:22:10 58,4 dB

41
16:22:15 65 dB

16:22:20 69,5 dB

16:22:25 71,3 dB
16:22:30 53,7 dB

16:22:35 58,1 dB
16:22:40 57,7 dB

16:22:45 55,8 dB

16:22:50 56,9 dB
16:22:55 53,2 dB

16:23:00 57,8 dB

 Pukul 16:23 - Pukul 16:24


Pukul Hasil Pengukuran

16:23:05 55,4 dB

16:23:10 72,2 dB

16:23:15 78,3 dB

16:23:20 80,7 dB
16:23:25 69,8 dB

16:23:30 55 dB

16:23:35 55,3 dB

16:23:40 67,8 dB

16:23:45 55,4 dB
16:23:50 54,3 dB
16:23:55 59,4 dB

16:24:00 60,5 dB

 Pukul 16:24 - Pukul 16:25


Pukul Hasil Pengukuran
16:24:05 58,2 dB

16:24:10 55,9 dB

16:24:15 53,7 dB

16:24:20 68 dB
16:24:25 61,8 dB

16:24:30 64,4 dB

42
16:24:35 56,3 dB

16:24:40 57,4 dB

16:24:45 62,6 dB
16:24:50 57,8 dB

16:24:55 55,7 dB
16:25:00 64,8 dB

 Pukul 16:25 - Pukul 16:26


Pukul Hasil Pengukuran

16:25:05 59 dB

16:25:10 61,1 dB
16:25:15 59,9 dB

16:25:20 56,4 dB

16:25:25 60,3 dB

16:25:30 58,1 dB

16:25:35 74,4 dB

16:25:40 76,3 dB
16:25:45 62 dB

16:25:50 76,5 dB

16:25:55 59,2 dB

16:26:00 67,7 dB

 Pukul 16:26 - Pukul 16:27


Pukul Hasil Pengukuran

16:26:05 61,8 dB

16:26:10 66,7 dB
16:26:15 59,9 dB

16:26:20 58,7 dB
16:26:25 62,5 dB

16:26:30 57,6 dB

16:26:35 61,3 dB

16:26:40 63 dB
16:26:45 54,6 dB

16:26:50 58,5 dB

43
16:26:55 65,9 dB

16:27:00 54,1 dB

 Pukul 16:27 - Pukul 16:28


Pukul Hasil Pengukuran
16:27:05 63,5 dB

16:27:10 62,9 dB

16:27:15 69,4 dB
16:27:20 58,9 dB

16:27:25 72 dB

16:27:30 60,6 dB
16:27:35 55,7 dB

16:27:40 56,2 dB

16:27:45 52,8 dB

16:27:50 56,5 dB

16:27:55 75,4 dB

16:28:00 64,3 dB

 Pukul 16:28 - Pukul 16:29


Pukul Hasil Pengukuran
16:28:05 66,2 dB

16:28:10 54,4 dB

16:28:15 57,4 dB
16:28:20 60,5 dB

16:28:25 58,2 dB

16:28:30 59,7 dB
16:28:35 56,3 dB

16:28:40 58,7 dB
16:28:45 61,4 dB

16:28:50 56,9 dB

16:28:55 58 dB

16:29:00 58,5 dB

44
 Pukul 16:29 - Pukul 16:30
Pukul Hasil Pengukuran
16:29:05 55 dB

16:29:10 60,1 dB
16:29:15 72,5 dB
16:29:20 56,2 dB

16:29:25 57,3 dB

16:29:30 53,9 dB
16:29:35 57,9 dB

16:29:40 54,8 dB

16:29:45 59,3 dB

16:29:50 52,9 dB

16:29:55 61,8 dB

16:30:00 55,6 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.8 Hasil Pengolahan Data pada L3 (Mobilisasi Alat dan Kendaraan) pada
Pukul 16.20 – 16.30
61,4 57,7 57,7 55,4 58,2 59 61,8 63,5 66,2 55
58,9 56,6 58,4 72,2 55,9 61,1 66,7 62,9 54,4 60,1
54,8 55,3 65 78,3 53,7 59,9 59,9 69,4 57,4 72,5
61 62,3 69,5 80,7 68 56,4 58,7 58,9 60,5 56,2
53,6 61,3 71,3 69,8 61,8 60,3 62,5 72 58,2 57,3
58 53,8 53,7 55 64,4 58,1 57,6 60,6 59,7 53,9
59,9 58,9 58,1 55,3 56,3 74,4 61,3 55,7 56,3 57,9
60,4 70,9 57,7 67,8 57,4 76,3 63 56,2 58,7 54,8
52,9 71,3 55,8 55,4 62,6 62 54,6 52,8 61,4 59,3
56,3 69,5 56,9 54,3 57,8 76,5 58,5 56,5 56,9 52,9
58,6 57,6 53,2 59,4 55,7 59,2 65,9 75,4 58 61,8
53,4 59,8 57,8 60,5 64,8 67,7 54,1 64,3 58,5 55,6

Data Terbesar 80,7


Data Terkecil 52,8
Range 27,9

Tabel V.9 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L3 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 16.20 – 16.30
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 52,8 - 55,8 54,3 120 26 6997990,49

45
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
2 55,9 - 58,9 57,4 94 37 20333012,33
3 59 - 62 60,5 57 29 32538535,17
4 63 - 66 64,5 28 9 25365446,38
5 67 - 70 68,5 19 8 56635662,75
6 71 - 74 72,5 11 6 106696764,6
7 75 - 78 76,5 5 4 178673436,9
8 79 - 82 80,5 1 1 112201845,4
9 83 - 86 84,5 0 0 0
Total 0 120 539442694
Sumber : Data Primer

 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L3 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8 + T9.100,1L9)

LTm5 = 66,53 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L3 (Mobilisasi alat dan Kendaraan)
Sebesar 66,53 dB.

D. Hasil Analisis Data Lapangan pada L4 (Pukul 17.20 – 17.30)


Tabel V.10 Hasil Analisis Data Lapangan pada L4 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 17.20 – 17.30
 Pukul 17.20 - Pukul 17:21
Pukul Hasil Pengukuran

17:20:05 67,5 dB
17:20:10 65,5 dB

17:20:15 71,6 dB

17:20:20 73dB
17:20:25 62,9 dB

17:20:30 57,1 dB

17:20:35 59,6 dB
17:20:40 55,8 dB

46
17:20:45 63,1 dB

17:20:50 57,4 dB

17:20:55 64 dB
17:21:00 58 dB

 Pukul 17:21 - Pukul 17:22


Pukul Hasil Pengukuran

117:21:05 59,4 dB
17:21:10 64,6 dB

17:21:15 72 dB

17:21:20 76,4 dB
17:21:25 66,2 dB

17:21:30 68,2 dB

17:21:35 67,7 dB

17:21:40 67,3 dB

17:21:45 57,5 dB

17:21:50 57,7 dB
17:21:55 63,6 dB

17:22:00 68,6 dB

 Pukul 17:22 - Pukul 17:23


Pukul Hasil Pengukuran

17:22:05 71,9 dB
17:22:10 69,9 dB

17:22:15 67,3 dB

17:22:20 63,2 dB
17:22:25 77,1 dB

17:22:30 83,9 dB
17:22:35 80,6 dB

17:22:40 76,8 dB

17:22:45 66 dB

17:22:50 65,7 dB
17:22:55 59,8 dB

17:23:00 77 dB

47
 Pukul 17:23 - Pukul 17:24
Pukul Hasil Pengukuran
17:23:05 72,1 dB

17:23:10 63,4 dB
17:23:15 66,3 dB
17:23:20 64,1 dB

17:23:25 65,7 dB

17:23:30 62,9 dB
17:23:35 64,8 dB

17:23:40 71,7 dB

17:23:45 64,3 dB

17:23:50 66,6 dB

17:23:55 64,7 dB

17:24:00 65,3 dB

 Pukul 17:24 - Pukul 17:25


Pukul Hasil Pengukuran

17:24:05 64,5 dB

17:24:10 69 dB

17:24:15 65,5 dB

17:24:20 70,7 dB

17:24:25 73,4 dB

17:24:30 72,6 dB
17:24:35 69,6 dB

17:24:40 67,9 dB

17:24:45 51,7 dB
17:24:50 53,3 dB

17:24:55 53,8 dB

17:25:00 56,9 dB

 Pukul 17:25 - Pukul 17:26


Pukul Hasil Pengukuran
17:25:05 55,3 dB

17:25:10 59,9 dB

48
17:25:15 63 dB

17:25:20 56,7 dB

17:25:25 58,3 dB
17:25:30 54,4 dB

17:25:35 57,5 dB
17:25:40 52,3 dB

17:25:45 53,7 dB

17:25:50 58,6 dB
17:25:55 55,3 dB

17:26:00 53,8 dB

 Pukul 17:26 - Pukul 17:27


Pukul Hasil Pengukuran

17:26:05 52,9 dB

17:26:10 59,3 dB

17:26:15 57,4 dB

17:26:20 56,3 dB
17:26:25 54,8 dB

17:26:30 57,1 dB

17:26:35 52,6 dB

17:26:40 59,3 dB

17:26:45 68,1 dB
17:26:50 62,2 dB
17:26:55 56,6 dB

17:27:00 57,3 dB

 Pukul 17:27 - Pukul 17:28


Pukul Hasil Pengukuran
17:27:05 58,9 dB

17:27:10 55,6 dB

17:27:15 61,5 dB
17:27:20 50,6 dB

17:27:25 67,9 dB

17:27:30 62,3 dB

49
17:27:35 60,4 dB

17:27:40 65,6 dB

17:27:45 66,6 dB
17:27:50 61,2 dB

17:27:55 67,2 dB
17:28:00 69,4 dB

 Pukul 17:28 - Pukul 17:29


Pukul Hasil Pengukuran

17:28:05 70,4 dB

17:28:10 61,4 dB
17:28:15 57dB

17:28:20 56,7 dB

17:28:25 58,6 dB

17:28:30 68,4 dB

17:28:35 67,2 dB

17:28:40 63,5 dB
17:28:45 68,4 dB

17:28:50 60,9 dB

17:28:55 56,6 dB

17:29:00 59,4 dB

 Pukul 17:29 - Pukul 17:30


Pukul Hasil Pengukuran

17:29:05 54,8 dB

17:29:10 60,3 dB
17:29:15 56,7 dB

17:29:20 57,2 dB
17:29:25 59,5 dB

17:29:30 55,5 dB

17:29:35 58,1 dB

17:29:40 56,4 dB
17:29:45 58,3 dB

17:29:50 68,4 dB

50
17:29:55 66,2 dB

17:30:00 65,1 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.11 Hasil Pengolahan Data Lapangan pada L4 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 17.20 – 17.30
67,5 59,4 71,9 72,1 64,5 55,3 52,9 58,9 70,4 54,8
65,5 64,6 69,9 63,4 69 59,9 59,3 55,6 61,4 60,3
71,6 72 67,3 66,3 65,5 63 57,4 61,5 57 56,7
73 76,4 63,2 64,1 70,7 56,7 56,3 50,6 56,7 57,2
62,9 66,2 77,1 65,7 73,4 58,3 54,8 67,9 58,6 59,5
57,1 68,2 83,9 62,9 72,6 54,4 57,1 62,3 68,4 55,5
59,6 67,7 80,6 64,8 69,6 57,5 52,6 60,4 67,2 58,1
55,8 67,3 76,8 71,7 67,9 52,3 59,3 65,6 63,5 56,4
63,1 57,5 66 64,3 51,7 53,7 68,1 66,6 68,4 58,3
57,4 57,7 65,7 66,6 53,3 58,6 62,2 61,2 60,9 68,4
64 63,6 59,8 64,7 53,8 55,3 56,6 67,2 56,6 66,2
58 68,6 77 65,3 56,9 53,8 57,3 69,4 59,4 65,1

Data Terbesar 83,9


Data Terkecil 50,6
Range 33,3
Sumber : Data Primer

Tabel V.12 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L4 (Mobilisasi Alat dan
Kendaraan) pada Pukul 17.20 – 17.30
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 50,6 - 53,6 52,1 120 6 973086,0584
2 53,7 - 56,7 55,2 114 18 5960360,187
3 56,8 - 59,8 58,3 96 25 16902074,38
4 59,9 - 62,9 61,4 71 11 15184226,91
5 63 - 66 64,5 60 26 73277956,21
6 67 - 70 68,5 34 20 141589156,9
7 71 - 74 72,5 14 8 142262352,8
8 75 - 78 76,5 6 4 178673436,9
9 79 - 82 80,5 2 1 112201845,4
10 83 - 86 84,5 1 1 281838293,1
11 87 - 90 88,5 0 0 0
Total 0 120 968862788,9
Sumber : Data Primer

51
 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan
Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L3 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8 + T9.100,1L9 + T10.100,1L10 +
T11.100,1L11)

LTm5 = 69,07 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L4 (Mobilisasi alat dan Kendaraan)
Sebesar 69,07 dB.

2. Hasil Analisis Seluruh Data Lapangan


Setelah dilakukan serangkaian prosedur penelitian, maka dikumpulkan
beberapa data hasil pengamatan pengukuran tingkat kebisingan di area
mobilisasi alat dan kendaraan atau lokasi yang sering dilalui oleh kendaraan
berat di PT. Hanil Jaya Steel, pada hari Senin, 12 Agustus 2019. dalam bentuk
Tabel Hasil Analisis Data & Perhitungan

Tabel V.13 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


No Waktu Pengukuran Hasil Pengukuran

1 L1 66,62 dB
2 L2 67,35 dB
3 L3 66,53 dB

4 L4 69,07 dB

Total 269,57 dB

Rata-rata 67,39 dB

Sumber : Data Primer

3. Analisis Data Kebisingan


Berdasarkan pengukuran dan perhitungan diatas didapatkan rata-rata paparan
kebisingan yang diakibatkan oleh Mobilisasi Alat dan Kendaraan di PT. Hanil
Jaya Steel yaitu 67,39 dB yang artinya hal tersebut masih di ambang normal dan

52
memenuhi baku mutu untuk industri yaitu 85 dB. Untuk itu tidak terlalu
memerlukan perhatian khusus serta APD khusus untuk pekerja sekitar area ini.

4. Sebaran Kebisingan di area Mobilisasi alat Berat dan Kendaraan


Untuk data sebaran kebisingan Akibat Mobilisasi Alat dan Kendaraan
didapatkan dari data sekunder perusahaan yang dijabarkan pada tabel berikut

Tabel V.14 Sebaran Kebisingan Akibat Mobilisasi Alat dan Kendaraan


No Jarak (m) Tingkat Kebisingan (dB)
1 0 85
2 25 71,02
3 50 65
4 75 61,48
5 100 58,98
6 125 57,04
7 150 55,46
8 200 52,96
9 250 51,02
10 300 49,44
Sumber : Data Sekunder PT. Hanil Jaya Steel

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa radius sebaran kebisingan terhadap


reseptor khusunya penduduk sekitar PT. Hanil Jaya Steel yang melwati baku
mutu pemukiman (55 dB) adalah radius 0-150 m sehingga pada radius diatas 150
meter memenuhi baku mutu serta hal tersebut tidak mengganggu kenyamanan
penduduk sekitar.

 Ruang Kerja
1. Pengukuran kebisingan di Ruang Kerja (berdekatan dengan area
Mobilisasi Alat dan Kendaraan)
Dalam pengukuran kebisingan di lokasi ini dilakukan dengan keterangan
sebagai berikut :
A. L1 pada Pukul 08.20 – 08.30 mewakili pukul 06.00 – 09.00
B. L2 pada pukul 09.35 – 09. 45 mewakili pukul 09.00 – 11.00
C. L3 pada pukul 16.00 – 16.10 mewakili pukul 14.00 – 17.00
D. L4 pada pukul 17.05 – 17.15 mewakili pukul 17.00 – 22.00

53
A. Hasil Analisis Data Lapangan pada L1 (Pukul 08.20 – 08.30)
Tabel V.15 Hasil Analisis Data Lapangan pada L1 (Ruang Kerja) pada Pukul
08.20-08.30
 Pukul 08:20 - Pukul 08:21
Pukul Hasil Pengukuran

08:20:05 42,2 dB

08:20:10 53,5 dB
08:20:15 50,8 dB

08:20:20 48,2 dB

08:20:25 45,9 dB
08:20:30 47,9 dB

08:20:35 43,2 dB

08:20:40 49,7 dB
08:20:45 45,1 dB

08:20:50 41,6 dB

08:20:55 42,7 dB
08:21:00 45,1 dB

 Pukul 08:21 - Pukul 08:22


Pukul Hasil Pengukuran
08:21:05 38,9 dB

08:21:10 40,5 dB

08:21:15 42,9 dB

08:21:20 43,3 dB
08:21:25 47 dB

08:21:30 53,6 dB

08:21:35 51,5 dB

08:21:40 49,4 dB
08:21:45 44,1 dB
08:21:50 45,4 dB

08:21:55 50,8 dB

08:22:00 52 dB

54
 Pukul 08:22 - Pukul 08:23
Pukul Hasil Pengukuran
08:22:05 52,3 dB

08:22:10 48,8 dB
08:22:15 50 dB
08:22:20 48,3 dB

08:22:25 52,4 dB

08:22:30 49,3 dB
08:22:35 51,8 dB

08:22:40 53,6 dB

08:22:45 55,9 dB

08:22:50 49,6 dB

08:22:55 57,2 dB

08:23:00 52,7 dB

 Pukul 08:23 - Pukul 08:24


Pukul Hasil Pengukuran

08:23:05 49,7 dB

08:23:10 47,1 dB

08:23:15 43,3 dB

08:23:20 36,9 dB

08:23:25 37,8 dB

08:23:30 33,8 dB
08:23:35 40,7 dB

08:23:40 42,1 dB

08:23:45 39 dB
08:23:50 51,5 dB

08:23:55 49 dB

08:24:00 48,2 dB

 Pukul 08:24 - Pukul 08:25


Pukul Hasil Pengukuran
08:24:05 43,1 dB

08:24:10 44,6 dB

55
08:24:15 46,5 dB

08:24:20 42,6 dB

08:24:25 42,3 dB
08:24:30 47,4 dB

08:24:35 45,3 dB
08:24:40 48,7 dB

08:24:45 46,5 dB

08:24:50 47,1 dB
08:24:55 50,9 dB

08:25:00 49,6 dB

 Pukul 08:25 - Pukul 08:26


Pukul Hasil Pengukuran

08:25:05 42,8 dB

08:25:10 39,7 dB

08:25:15 36,2 dB

08:25:20 40,7 dB
08:25:25 52,2 dB

08:25:30 47,6 dB

08:25:35 55,4 dB

08:25:40 49,8 dB

08:25:45 45,9 dB
08:25:50 47 dB
08:25:55 50,6 dB

08:26:00 51,3 dB

 Pukul 08:26 - Pukul 08:27


Pukul Hasil Pengukuran
08:26:05 48,6 dB

08:26:10 42,7 dB

08:26:15 44,1 dB

08:26:20 39,3 dB
08:26:25 51,5 dB

08:26:30 53,1 dB

56
08:26:35 48,8 dB

08:26:40 46,4 dB

08:26:45 42,7 dB
08:26:50 40 dB

08:26:55 50,4 dB
08:27:00 50,9 dB

 Pukul 08:27 - Pukul 08:28


Pukul Hasil Pengukuran

08:27:05 45,6 dB

08:27:10 52,8 dB
08:27:15 47,9 dB

08:27:20 50,7 dB

08:27:25 48,4 dB

08:27:30 43,9 dB

08:27:35 47,6 dB

08:27:40 50,8 dB
08:27:45 44,4 dB

08:27:50 43,7 dB

08:27:55 45,9 dB

08:28:00 43,4 dB

 Pukul 08:28 - Pukul 08:29


Pukul Hasil Pengukuran

08:28:05 44,6 dB

08:28:10 45,5 dB
08:28:15 38,1 dB

08:28:20 40,2 dB
08:28:25 41,8 dB

08:28:30 42,4 dB

08:28:35 54,9 dB

08:28:40 49,7 dB
08:28:45 52,1 dB

08:28:50 48,8 dB

57
08:28:55 47,5 dB

08:29:00 40,2 dB

 Pukul 08:29 - Pukul 08:30


Pukul Hasil Pengukuran
08:29:05 37,4 dB

08:29:10 38,6 dB

08:29:15 44,8 dB
08:29:20 43 dB

08:29:25 45,3 dB

08:29:30 41,9 dB
08:29:35 50,7 dB

08:29:40 52,6 dB

08:29:45 42,4 dB

08:29:50 53,7 dB

08:29:55 40,2 dB

08:30:00 41,6 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.16 Hasil Pengolahan Data pada L1 (Ruang Kerja) pada Pukul 08.20-
08.30
42,2 38,9 52,3 49,7 43,1 42,8 48,6 45,6 44,6 37,4
53,5 40,5 48,8 47,1 44,6 39,7 42,7 52,8 45,5 38,6
50,8 42,9 50 43,3 46,5 36,2 44,1 47,9 38,1 44,8
48,2 43,3 48,3 36,9 42,6 40,7 39,3 50,7 40,2 43
45,9 47 52,4 37,8 42,3 52,2 51,5 48,4 41,8 45,3
47,9 53,6 49,3 33,8 47,4 47,6 53,1 43,9 42,4 41,9
43,2 51,5 51,8 40,7 45,3 55,4 48,8 47,6 54,9 50,7
49,7 49,4 53,6 42,1 48,7 49,8 46,4 50,8 49,7 52,6
45,1 44,1 55,9 39 46,5 45,9 42,7 44,4 52,1 42,4
41,6 45,4 49,6 51,5 47,1 47 40 43,7 48,8 53,7
42,7 50,8 57,2 49 50,9 50,6 50,4 45,9 47,5 40,2
45,1 52 52,7 48,2 49,6 51,3 50,9 43,4 40,2 41,6

Data Terbesar 57,2


Data Terkecil 33,8
Range 23,4
Sumber : Data Primer

58
Tabel V.17 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L1 (Ruang Kerja) pada
Pukul 08.20-08.30
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 33,8 - 36,8 35,3 120 2 6776,883123
2 36,9 - 39,9 38,4 118 9 62264,78738
3 40 - 43 41,5 109 30 423761,2634
4 44 - 47 45,5 79 29 1028958,829
5 48 - 51 49,5 50 33 2941128,096
6 52 - 55 53,5 17 16 3581953,822
7 56 - 59 57,5 1 1 562341,3252
8 60 - 63 61,5 0 0 0
Total 0 120 8607185,005
Sumber : Data Primer

 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L1 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8)

LTm5 = 48,56 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L1 (Ruang Kerja) Sebesar 48,56
dB.

B. Hasil Analisis Data Lapangan pada L2 (Pukul 09.35 – 09.45)


Tabel V.18 Hasil Analisis Data Lapangan pada L2 (Ruang Kerja) pada Pukul
09.35 – 09.45
 Pukul 09:35 - Pukul 09:36
Pukul Hasil Pengukuran

09:35:05 52,3 dB

09:35:10 46,6 dB

09:35:15 43 dB
09:35:20 46,8 dB

09:35:25 57,4 dB

09:35:30 47,8 dB

59
09:35:35 45,2 dB

09:35:40 48,2 dB

09:35:45 47,5 dB
09:35:50 52,1 dB

09:35:55 49,2 dB
09:36:00 43,5 dB

 Pukul 09:36 - Pukul 09:37


Pukul Hasil Pengukuran

09:36:05 50,7 dB

09:36:10 50,6 dB
09:36:15 52,4 dB

09:36:20 55,2 dB

09:36:25 53,7 dB

09:36:30 52,6 dB

09:36:35 50,8 dB

09:36:40 56,3 dB
09:36:45 57,4 dB

09:36:50 52,9 dB

09:36:55 50,3 dB

09:37:00 48,6 dB

 Pukul 09:37 - Pukul 09:38


Pukul Hasil Pengukuran

09:37:05 42,8 dB

09:37:10 52,1 dB
09:37:15 57,6 dB

09:37:20 45,5 dB
09:37:25 53,8 dB

09:37:30 50,6 dB

09:37:35 55,4 dB

09:37:40 54,9 dB
09:37:45 57,7 dB

09:37:50 53,5 dB

60
09:37:55 57,8 dB

09:38:00 46,9 dB

 Pukul 09:38 - Pukul 09:39


Pukul Hasil Pengukuran
09:38:05 36,9 dB

09:38:10 40,2 dB

09:38:15 41,5 dB
09:38:20 45,2 dB

09:38:25 57,7 dB

09:38:30 44,6 dB
09:38:35 60,1 dB

09:38:40 53,2 dB

09:38:45 59,3 dB

09:38:50 53,9dB

09:38:55 58,3 dB

09:39:00 57,5 dB

 Pukul 09:39 - Pukul 09:40


Pukul Hasil Pengukuran
09:39:05 50,9 dB

09:39:10 45,5 dB

09:39:15 52 dB
09:39:20 47,1 dB

09:39:25 45,2 dB

09:39:30 44,6 dB
09:39:35 43,3 dB

09:39:40 46,9 dB
09:39:45 47,6 dB

09:39:50 53,3 dB

09:39:55 53,8 dB

09:40:00 56,9 dB

61
 Pukul 09:40 - Pukul 09:41
Pukul Hasil Pengukuran
09:40:05 55,3 dB

09:40:10 40,4 dB
09:40:15 46 dB
09:40:20 47,2 dB

09:40:25 44,9 dB

09:40:30 49,9 dB
09:40:35 43,3 dB

09:40:40 45,1 dB

09:40:45 42,6 dB

09:40:50 46,2 dB

09:40:55 49,4 dB

09:41:00 47 dB

 Pukul 09:41 - Pukul 09:42


Pukul Hasil Pengukuran

09:41:05 50,3 dB

09:41:10 52,6 dB

09:41:15 39,3 dB

09:41:20 40,1 dB

09:41:25 38,5 dB

09:41:30 39,2 dB
09:41:35 42,6 dB

09:41:40 41,3 dB

09:41:45 51,1 dB
09:41:50 50 dB

09:41:55 44 dB

09:42:00 45,7 dB

 Pukul 09:42 - Pukul 09:43


Pukul Hasil Pengukuran
09:42:05 45,9 dB

09:42:10 50,2 dB

62
09:42:15 41,3 dB

09:42:20 38,6 dB

09:42:25 40,5 dB
09:42:30 44,8 dB

09:42:35 48,7 dB
09:42:40 41,1 dB

09:42:45 44,1 dB

09:42:50 48,8 dB
09:42:55 43,1 dB

09:43:00 44,3 dB

 Pukul 09:43 - Pukul 09:44


Pukul Hasil Pengukuran

09:43:05 38,9 dB

09:43:10 37,2 dB

09:43:15 42,6 dB

09:43:20 47,4 dB
09:43:25 43,5 dB

09:43:30 42,8 dB

09:43:35 44,8 dB

09:43:40 42,9 dB

09:43:45 50,8 dB
09:43:50 39,1 dB
09:43:55 45,3 dB

09:44:00 47,6 dB

 Pukul 09:44 - Pukul 09:45


Pukul Hasil Pengukuran
09:44:05 52,6 dB

09:44:10 47,6 dB

09:44:15 49,3 dB

09:44:20 41,9 dB
09:44:25 43,9 dB

09:44:30 53 dB

63
09:44:35 50,5 dB

09:44:40 46,8 dB

09:44:45 50,8 dB
09:44:50 56,9 dB

09:44:55 44,3 dB
09:45:00 48,1 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.19 Hasil Pengolahan Data pada L2 (Ruang Kerja) pada Pukul 09.35 –
09.45
52,3 50,7 42,8 36,9 50,9 55,3 50,3 45,9 38,9 52,6
46,6 50,6 52,1 40,2 45,5 40,4 52,6 50,2 37,2 47,6
43 52,4 57,6 41,5 52 46 39,3 41,3 42,6 49,3
46,8 55,2 45,5 45,2 47,1 47,2 40,1 38,6 47,4 41,9
57,4 53,7 53,8 57,7 45,2 44,9 38,5 40,5 43,5 43,9
47,8 52,6 50,6 44,6 44,6 49,9 39,2 44,8 42,8 53
45,2 50,8 55,4 60,1 43,3 43,3 42,6 48,7 44,8 50,5
48,2 56,3 54,9 53,2 46,9 45,1 41,3 41,1 42,9 46,8
47,5 57,4 57,7 59,3 47,6 42,6 51,1 44,1 50,8 50,8
52,1 52,9 53,5 53,9 53,3 46,2 50 48,8 39,1 56,9
49,2 50,3 57,8 58,3 53,8 49,4 44 43,1 45,3 44,3
43,5 48,6 46,9 57,5 56,9 47 45,7 44,3 47,6 48,1

Data Terbesar 60,1


Data Terkecil 36,9
Range 23,2
Sumber : Data Primer

Tabel V.20 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L2 (Ruang Kerja) pada
Pukul 09.35 – 09.45
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 36,9 - 39,9 37,5 120 8 44987,30602
2 40 - 43 41,5 112 22 310758,2598
3 44 - 47 45,5 90 34 1206365,523
4 48 - 51 49,5 56 22 1960752,064
5 52 - 55 53,5 34 21 4701314,391
6 56 - 59 57,5 13 12 6748095,902
7 60 - 63 61,5 1 1 1412537,545
8 64 - 67 65,5 0 0 0
Total 0 120 16384810,99
Sumber : Data Primer

64
 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan
Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L1 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8)

LTm5 = 51,35 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L2 (Ruang Kerja) Sebesar 51,35
dB.

C. Hasil Analisis Data Lapangan pada L3 (Pukul 16.00 – 16.10)


Tabel V.21 Hasil Analisis Data Lapangan pada L3 (Ruang Kerja) pada Pukul
16.00 – 16.10
 Pukul 16:00 - Pukul 16:01
Pukul Hasil Pengukuran
16:00:05 39,9 dB

16:00:10 43,6 dB

16:00:15 49,2 dB
16:00:20 52,8 dB

16:00:25 50 dB

16:00:30 48,1 dB

16:00:35 48,5 dB
16:00:40 47,5 dB

16:00:45 43,7 dB

16:00:50 45,7 dB

16:00:55 52 dB

16:01:00 52,7 dB

 Pukul 16:01 - Pukul 16:02


Pukul Hasil Pengukuran

16:01:05 46,1 dB

16:01:10 49,6 dB

65
16:01:15 53,2 dB

16:01:20 48,5 dB

16:01:25 46,9 dB
16:01:30 43,4 dB

16:01:35 59,7 dB
16:01:40 51,5 dB

16:01:45 45,2 dB

16:01:50 45,2 dB
16:01:55 47,9 dB

16:02:00 46,8 dB

 Pukul 16:02 - Pukul 16:03


Pukul Hasil Pengukuran

16:02:05 42,2 dB

16:02:10 45,1 dB

16:02:15 43,2 dB

16:02:20 51,5 dB
16:02:25 52,3 dB

16:02:30 48,6 dB

16:02:35 46,7 dB

16:02:40 33,5 dB

16:02:45 47,7 dB
16:02:50 44,2 dB
16:02:55 51,6 dB

16:03:00 50,2 dB

 Pukul 16:03 - Pukul 16:04


Pukul Hasil Pengukuran
16:03:05 43,5 dB

16:03:10 46 dB

16:03:15 53,4 dB

16:03:20 44,1 dB
16:03:25 47,5 dB

16:03:30 50,1 dB

66
16:03:35 46,6 dB

16:03:40 53,5 dB

16:03:45 52,6 dB
16:03:50 44,7 dB

16:03:55 47,9 dB
16:04:00 40,8 dB

 Pukul 16:04 - Pukul 16:05


Pukul Hasil Pengukuran

16:04:05 51,5 dB
16:04:10 46,6 dB

16:04:15 51,2 dB

16:04:20 49 dB

16:04:25 44,3 dB

16:04:30 36,4 dB

16:04:35 40,6 dB
16:04:40 45,6 dB

16:04:45 44,2 dB

16:04:50 52,8 dB

16:04:55 58,6 dB

16:05:00 44,7 dB

 Pukul 16:05 - Pukul 16:06


Pukul Hasil Pengukuran

16:05:05 51,5 dB

16:05:10 47,3 dB

16:05:15 45,6 dB

16:05:20 53,8 dB

16:05:25 52,3 dB
16:05:30 43,2 dB

16:05:35 48,8 dB

16:05:40 47,1 dB
16:05:45 43,9 dB

16:05:50 56,7 dB

67
16:05:55 41,4 dB

16:06:00 49,7 dB

 Pukul 16:06 - Pukul 16:07


Pukul Hasil Pengukuran
16:06:05 52,4 dB

16:06:10 43,4 dB

16:06:15 55,3 dB
16:06:20 52,1 dB

16:06:25 53,6 dB

16:06:30 53,9 dB
16:06:35 54,9 dB

16:06:40 52,2 dB

16:06:45 55,1 dB

16:06:50 49,7 dB

16:06:55 46,9 dB

16:07:00 50,8 dB

 Pukul 16:07 - Pukul 16:08


Pukul Hasil Pengukuran
16:07:05 48,2 dB

16:07:10 43,3 dB

16:07:15 49,6 dB
16:07:20 52,3 dB

16:07:25 48,5 dB

16:07:30 56,4 dB
16:07:35 45,4 dB

16:07:40 50,9 dB
16:07:45 44,5 dB

16:07:50 47,8 dB

16:07:55 48,2 dB

16:08:00 49,6 dB

68
 Pukul 16:08 - Pukul 16:09
Pukul Hasil Pengukuran
16:08:05 53,6 dB

16:08:10 48,3 dB
16:08:15 59,6 dB
16:08:20 57,5 dB

16:08:25 40,1 dB

16:08:30 52,9 dB
16:08:35 55,4 dB

16:08:40 43,7 dB

16:08:45 46,6 dB

16:08:50 53,1 dB

16:08:55 52,6 dB

16:09:00 45,1 dB

 Pukul 16:09 - Pukul 16:10


Pukul Hasil Pengukuran

16:09:05 48,7 dB

16:09:10 53,6 dB

16:09:15 52,4 dB

16:09:20 53,6 dB

16:09:25 47,5 dB

16:09:30 46,4 dB
16:09:35 54 dB

16:09:40 58,7 dB

16:09:45 43,7 dB
16:09:50 47,8 dB

16:09:55 58,9 dB

16:10:00 57,4 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.22 Hasil Pengolahan Data lapangan L3 (Ruang Kerja) pada Pukul 16.00
– 16.10

39,9 46,1 42,2 43,5 51,5 51,5 52,4 48,2 53,6 48,7

69
43,6 49,6 45,1 46 46,6 47,3 43,4 43,3 48,3 53,6
49,2 53,2 43,2 53,4 51,2 45,6 55,3 49,6 59,6 52,4
52,8 48,5 51,5 44,1 49 53,8 52,1 52,3 57,5 53,6
50 46,9 52,3 47,5 44,3 52,3 53,6 48,5 40,1 47,5
48,1 43,4 48,6 50,1 36,4 43,2 53,9 56,4 52,9 46,4
48,5 59,7 46,7 46,6 40,6 48,8 54,9 45,4 55,4 54
47,5 51,5 33,5 53,5 45,6 47,1 52,2 50,9 43,7 58,7
43,7 45,2 47,7 52,6 44,2 43,9 55,1 44,5 46,6 43,7
45,7 45,2 44,2 44,7 52,8 56,7 49,7 47,8 53,1 47,8
52 47,9 51,6 47,9 58,6 41,4 46,9 48,2 52,6 58,9
52,7 46,8 50,2 40,8 44,7 49,7 50,8 49,6 45,1 57,4

Data Terbesar 59,7


Data Terkecil 33,5
Range 26,2
Sumber : Data Primer

Tabel V.23 Distribusi Frekuensi Data Lapangan L3 (Ruang Kerja) pada Pukul
16.00 – 16.10
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 33,5 - 36,5 35 120 2 6324,55532
2 36,6 - 39,6 38,1 118 0 0
3 39,7 - 42,7 41,2 118 6 79095,40431
4 42,8 - 45,8 44,3 112 26 699799,049
5 45,9 - 48,9 47,4 86 30 1648622,622
6 49 - 52 50,5 56 32 3590459,054
7 53 - 56 54,5 24 17 4791250,983
8 57 - 60 58,5 7 7 4955620,491
9 61 - 64 62,5 0 0 0
Total 0 120 15771172,16
Sumber : Data Primer

 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L1 sebagai berikut :

70
LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +
T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8 + T9.100,1L9)

LTm5 = 51,19 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L3 (Ruang Kerja) Sebesar 51,19
dB.

D. Hasil Analisis Data Lapangan pada L4 (Pukul 17.05 – 17.15)


Tabel V.24 Hasil Analisis Data Lapangan pada L4 (Ruang Kerja) pada Pukul
17.05 – 17.15
 Pukul 17:05 - Pukul 17:06
Pukul Hasil Pengukuran
17:05:05 52,4 dB

17:05:10 42,9 dB

17:05:15 50,8 dB

17:05:20 55,9 dB

17:05:25 51,6 dB

17:05:30 44,9 dB

17:05:35 48,5 dB

17:05:40 51,5 dB

17:05:45 57,6 dB

17:05:50 48,3 dB

17:05:55 54,1 dB

17:06:00 49,4 dB

 Pukul 17:06 - Pukul 17:07


Pukul Hasil Pengukuran

17:06:05 46,2 dB

17:06:10 47,5 dB

17:06:15 50,5 dB
17:06:20 48,9 dB

17:06:25 49,3 dB

17:06:30 45,7 dB

17:06:35 52,3 dB

71
17:06:40 48,8 dB

17:06:45 53,8 dB

17:06:50 50,5 dB
17:06:55 45,2 dB

17:07:00 43,1 dB

 Pukul 17:07 - Pukul 17:08


Pukul Hasil Pengukuran
17:07:05 48,5 dB

17:07:10 45,3 dB

17:07:15 53,1 dB
17:07:20 49,6 dB

17:07:25 44,8 dB

17:07:30 52,8 dB

17:07:35 54,9 dB

17:07:40 52,7 dB

17:07:45 53,4 dB
17:07:50 46,9 dB

17:07:55 57,2 dB

17:08:00 51,7 dB

 Pukul 17:08 - Pukul 17:09


Pukul Hasil Pengukuran
17:08:05 45,7 dB

17:08:10 46,6 dB

17:08:15 50,6 dB
17:08:20 49,3 dB

17:08:25 51,3 dB
17:08:30 47,2 dB

17:08:35 52,7 dB

17:08:40 48,4 dB

17:08:45 43,6 dB
17:08:50 55,7 dB

17:08:55 47,9 dB

72
17:09:00 51,5 dB

 Pukul 17:09 - Pukul 17:10


Pukul Hasil Pengukuran
17:09:05 57,8 dB
17:09:10 51,1 dB

17:09:15 40,6 dB

17:09:20 49,8 dB
17:09:25 52,4 dB

17:09:30 58,8 dB

17:09:35 59,6 dB
17:09:40 46,3 dB

17:09:45 51,4 dB

17:09:50 53,8 dB

17:09:55 58,4 dB

17:10:00 45,3 dB

 Pukul 17:10 - Pukul 17:11


Pukul Hasil Pengukuran

17:10:05 50,2 dB
17:10:10 42,1 dB

17:10:15 39,8 dB

17:10:20 36,7 dB
17:10:25 40,7 dB

17:10:30 55,5 dB

17:10:35 53,4 dB
17:10:40 45,8 dB

17:10:45 47,4 dB
17:10:50 42,6 dB

17:10:55 43,5 dB

17:11:00 57,3 dB

73
 Pukul 17:11- Pukul 17:12
Pukul Hasil Pengukuran
17:11:05 51,7 dB

17:11:10 45,3 dB
17:11:15 39,9 dB
17:11:20 35,9 dB

17:11:25 42,3 dB

17:11:30 45,4 dB
17:11:35 48,6 dB

17:11:40 53,3 dB

17:11:45 47,8 dB

17:11:50 48,2 dB

17:11:55 50,5 dB

17:12:00 52,4 dB

 Pukul 17:12- Pukul 17:13


Pukul Hasil Pengukuran

17:12:05 48,4 dB

17:12:10 47,7 dB

17:12:15 41,2 dB

17:12:20 44 dB

17:12:25 47,7 dB

17:12:30 50 dB
17:12:35 48,9 dB

17:12:40 37,6 dB

17:12:45 55,2 dB
17:12:50 49,4 dB

17:12:55 45,2 dB

17:13:00 39 dB

 Pukul 17:13 - Pukul 17:14


Pukul Hasil Pengukuran
17:13:05 42,6 dB

17:13:10 42,2 dB

74
17:13:15 41,6 dB

17:13:20 45,7 dB

17:13:25 47,8 dB
17:13:30 43,2 dB

17:13:35 45,4 dB
17:13:40 50,2 dB

17:13:45 55,3 dB

17:13:50 49,9 dB
17:13:55 51 dB

17:14:00 51,8 dB

 Pukul 17:14- Pukul 17:15


Pukul Hasil Pengukuran

17:14:05 47,3 dB

17:14:10 43 dB

17:14:15 48,7 dB

17:14:20 46 dB
17:14:25 44,5 dB

17:14:30 49,1 dB

17:14:35 55,2 dB

17:14:40 48,4 dB

17:14:45 49,7 dB
17:14:50 54,5 dB
17:14:55 51,3 dB

17:15:00 45,4 dB

Sumber : Data Primer

Tabel V.25 Hasil Pengolahan Data pada L4 (Ruang Kerja) pada Pukul 17.05-
17.15
52,4 46,2 48,5 45,7 57,8 50,2 51,7 48,4 42,6 47,3
42,9 47,5 45,3 46,6 51,1 42,1 45,3 47,7 42,2 43
50,8 50,5 53,1 50,6 40,6 39,8 39,9 41,2 41,6 48,7
55,9 48,9 49,6 49,3 49,8 36,7 35,9 44 45,7 46
51,6 49,3 44,8 51,3 52,4 40,7 42,3 47,7 47,8 44,5
44,9 45,7 52,8 47,2 58,8 55,5 45,4 50 43,2 49,1
48,5 52,3 54,9 52,7 59,6 53,4 48,6 48,9 45,4 55,2
51,5 48,8 52,7 48,4 46,3 45,8 53,3 37,6 50,2 48,4

75
57,6 53,8 53,4 43,6 51,4 47,4 47,8 55,2 55,3 49,7
48,3 50,5 46,9 55,7 53,8 42,6 48,2 49,4 49,9 54,5
54,1 45,2 57,2 47,9 58,4 43,5 50,5 45,2 51 51,3
49,4 43,1 51,7 51,5 45,3 57,3 52,4 39 51,8 45,4

Data Terbesar 59,6


Data Terkecil 35,9
Range 23,7
Sumber : Data Primer

Tabel V.26 Distribusi Frekuensi Data Lapangan pada L4 (Ruang Kerja) pada
Pukul 17.05-17.15
No Nilai Bising Nilai Tengah frekuensi kumulatif frekuensi Ti . 10^(0,1*Li)
1 35,9 - 38,9 37,4 120 3 16486,22622
2 39 - 42 40,5 117 13 145862,3991
3 43 - 46 44,5 104 26 732779,5621
4 47 - 50 48,5 78 38 2690193,981
5 51 - 54 52,5 40 27 4801354,407
6 55 - 58 56,5 13 12 5360203,106
7 59 - 62 60,5 1 1 1122018,454
8 63 - 66 64,5 0 0 0
Total 0 120 14868898,14
Sumber : Data Primer

 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


Rumus Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas dapat diambil hasil perhitungan pengukuran Tingkat


Kebisingan pada L1 sebagai berikut :

LTm5 = 10 log 1/120 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4 +


T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7 + T8.100,1L8).

LTm5 = 50,93 dB
Jadi, Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan L3 (Ruang Kerja) Sebesar 51,19
dB.

2. Hasil Analisis Seluruh Data Lapangan


Setelah dilakukan serangkaian prosedur penelitian, maka dikumpulkan
beberapa data hasil pengamatan pengukuran tingkat kebisingan di area

76
Ruang kerja yang letaknya berdekatan dengan lokasi mobilisasi alat dan
kendaraan atau lokasi yang sering dilalui oleh kendaraan berat di PT. Hanil
Jaya Steel, pada hari Senin, 12 Agustus 2019. dalam bentuk Tabel Hasil
Analisis Data & Perhitungan

Tabel V.27 Perhitungan Pengukuran Tingkat Kebisingan


No Waktu Pengukuran Hasil Pengukuran

1 L1 48,56 dB

2 L2 51,35 dB

3 L3 51,19 dB

4 L4 50,93 dB

Total 202,03 dB
Rata-rata 50,51 dB

Sumber : Data Primer

3. Analisis Data Kebisingan


Berdasarkan pengukuran dan perhitungan diatas didapatkan rata-rata
paparan kebisingan si ruang kerja yang berdekatan dengan lokasin Mobilisasi
Alat dan Kendaraan di PT. Hanil Jaya Steel yaitu 50,51 dB yang artinya hal
tersebut masih di ambang normal dan memenuhi baku mutu untuk industri
yaitu 85 dB. Untuk itu tidak terlalu memerlukan perhatian khusus serta APD
khusus untuk pekerja sekitar area ini. Selain itu, PT. Hanil Jaya Steel juga
memasang perlindungan standart seperti pemaangan jendela kaca, tirai, dan
pintu untuk meminimalisir kebisingan agar tidak mengganggu kinerja
pekerja.

b. Tekanan Panas
PT. Hanil Jaya Steel sendiri merupakan pabrik baja yang notabene nya memiliki
tekanan panas yang tinggi. Sumber tekanan panas selain berasal dari lingkungan
sekitar pabrik yang panas, iklim dan suhu Kabupaten Sidoarjo, namun juga berasal
dari proses produksi yaitu pada bagian pembakaran di dapur pembakaran bilet yaitu
RHF (Reheating Furnace) yang dapat mencapai suhu 1150oC - 1300oC dengan
beban kerja 24 jam dengan pembagian 3 shift yang berarti beban kerja pekerja
adalah 7 jam sehari sehari dan 40 jam seminggu. Namun pada proses ini tenaga
kerja yang bekerja utama ialah operator yang tidak sepenuhnya bekerja di dapur

77
tersebut. Untuk mengurangi tekanan panas sendiri maka perusahaan menyediakan
air minum dalam galon yang dapat dikonsumsi setiap saat oleh pekerja. Selain itu
ventilasi yang memadai serta blower di area kerja juga diterapkan perusahaan untuk
menghindari pekerja agar tetap nyaman dalam bekerja.

Gambar V.1 Blower yang disediakan di Rolling Mill untuk meminimalisir faktor
Tekanan panas

Gambar V.2 Depo air minum dan isi ulang untuk tenaga kerja
Sumber : Data Primer

V.2.2 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Limbah yang dihasilkan pada proses steel making dan rolling mill tergolong
menjadi 2 jenis limbah yaitu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berupa
padatan dan cair berupa oli bekas maupun limbah non B3 berupa padatan, cair dan
gas. Pada Limbah padat B3 dan oli bekas disimpan pada TPS 1 dan TPS 2.

A. Limbah Padat B3
Beberapa limbah B3 yang dihasilkan beserta Pengelolaan nya yang terdapat
pada PT. Hanil Jaya Steel adalah :
1. Limbah padat, berasal dari maintenance dan administrasi PT. Hanil Jaya
Steel yang dihasilkan adalah aki bekas, majun dan sarung tangan, neon TL
bekas dan catridge bekas. Limbah in disimpan dan ditempatkan pada TPS
1 yang telah memperoleh izin dari Bupati Sidoarjo No.

78
660/132/TPSLB3/404.5.15/2017 tentang Pemberian izin Penyimpanan
Sementara Limbah bahan Berbahaya dan Beracun.
2. Slag, yaitu bahan ikutan yang terpisah dari logam cair pada saat proses
pemurnian baja cair. Kapasitas slag yang dihasilkan di PT. Hanil Jaya
Steel dapat berkisar ±20 / ton / hari. Slag akan dicrushing atau
dihancurkan dalam ukuran atau size tertentu dan sebagian dapar
disolidifikasi dalam bentuk paving sesuai kebutuhan di lokasi pabrik.
Limbah padat yang berupa slag ditampung pada TPS 2.
3. Mill Scale (serpihan / kerak) dihasilkan pada proses produksi billet pada
CCM dan produksi baja tulangan pada rolling mill akibat dari proses
pemanasan / reheating. Kapasitas yang dihasilkan 1,5 ton / hari. Mill Scale
ditempatkan di TPS 2 sebelum dikeluarkan pada pihak ketiga yang
mempunyai izin pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

B. Limbah Cair B3
Limbah cair B3 yang terdapat di PT. Hanil Jaya Steel berupa oli bekas
dari kegiatan maintenance alat-alat di pabrik yang menggunakan pelumas.
Oli bekas ditampung pada drum yang kemudian disimpan / ditempatkan
pada TPS 1 yang memperoleh izin dari Bupati Sidoarjo No. 660/4-
P/TPSLB3/404.5.15/2017 tentang Pemberian izin Penyimpanan Sementara
Limbah bahan Berbahaya dan Beracun. Selanjutnya limbah B3 ini
dikeluarkan pada pihak ketiga yang mempunyai izin pengelolaan limbah B3
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Gambar V.3 TPS 1 Tempat penyimpanan sementara Limbah B3

79
Gambar V.4 Limbah B3 yang disimpan sementara di TPS 1

Gambar V.5 TPS 2 Tempat penyimpanan sementara linbah berupa


slag dan mill scale
Sumber : Data Primer
V.2.3 Faktor Bahaya Kimia
Faktor Bahaya Kimia di PT. Hanil Jaya sebagian besar berasal dari proses
produksi Steel Making seperti penambahan bahan kimia Kalsium Monoksida

80
(CaO) dan gas-gas yang dihasilkan setelah proses produksi seperti Nitrogen
dioksida (NO2) dan Sulfur Dioksida (SO2).
Adapun bahan kimia yang digunakan tergolong tidak berbahaya serta
pemakaian APD untuk tenaga kerja juga melengkapi pengendalian bahaya kimia
di PT. Hanil Jaya Steel

V.2.4 Faktor Bahaya Biologi


PT. Hanil Jaya Steel hampir tidak memiliki bahaya biologi karena setiap
pekerjaan di perusahaan dipantau secara berkala untuk meminimalisir penyebaran
bakteri dan binatang penyebar penyakit. Adapun binatang yang ada diperusahaan
mayoritas berasal jalan menuju TPS 1 yang didominasi oleh rumput dan ilalang
sehingga memungkinkan adanya binatang seperti ular dan tikus tetapi hal tersebut
tidak menimbulkan dampak potensial karena hanya sesekali pekerja melihat
kondisi di TPS 1

V.3 Potensi Bahaya di PT. Hanil Jaya Steel


Potensi bahaya yang tersebar di PT. Hanil Jaya Steel diantarnya adalah :
1. Kebakaran
Kebakaran merupakan potensi bahaya terbesar di PT. Hanil Jaya Steel sendiri.
PT. Hanil Jaya Steel adalah suatu industri peleburan baja yang berasa di Waru,
Sidoarjo, Jawa Timur yang memproduksi Plain bars atau baja tulangan polos dan
Deformed Bars atau baja tulangan sirip. Dalam proses produksi PT. Hanil Jaya
Steel tidak lepas dari penggunaan mesin kontrol yang menggunakan listrik, bahan
bakar dari mesin-mesin serta produksi yang berpotensi menimbulkan kebakaran,
seperti dalam proses peleburan baja menjadi billet, dalam proses ini terdapat
potensi kebakaran yang cukup besar yang berasal dari peleburan baja itu sendiri
yang menghasilkan api, karena hal tersebut penempatan dan perawatan alat
pemdam kebakaran seperti Hydramt dan APAR sangat dibutuhkan. Selain itu,
penggunaan APD lengkap dan Pelatihan K3 juga harus diterapkan di perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan tinjauan langsung ke lapangan, PT. Hanil
Jaya Steel telah dilengkapi dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebanyak
79 unit. Jenis-jenis APAR di PT. Hanil Jaya Steel meliputi Dry Chemical Power
dengan kapasitas 2,5 kf, 3,5 kg, 3 kg, 6 kg, 9 kg, dan 20 kg, foam dengan kapasitas
6 kg, dan CO2 dengan kapasitas 3 kg, 6,8 kg, 15 kg, dan 6 kg.

81
A. Jumlah APAR
Sebanyak 79 APAR yang terpasang di PT. Hanil Jaya Steel memiliki kondisi
fisik yang baik. Berdasarkan hasil observasi di lapangan ditemukan bahwa segel
pengamannya dalam kondisi terpasang dengan benar, warna tabung APAR mudah
dilihat dan tidak ada APAR yang melewati batas masa berlaku atau kadaluarsa.

Tabel V.28 Jumlah APAR yang terdapat di PT. Hanil Jaya Steel
No Jenis APAR Kapasitas APAR Jumlah
2,5 Kg 3 kg 3,5 6 kg 6,8 Kg 9 Kg 15 20
kg Kg Kg
1 Powder 8 17 68
2 Busa 1 1 1
3 CO2 2 1 2 10
Jumlah 2 19 1 43 2 6 2 4 79
Sumber : Data Primer

B. Kondisi APAR
Kondisi fisik APAR dapat dikatakan baik apabila pada tabung APAR tidak
korosi atau berkarat, segel pengaman terpasang dengan baik, warna tabung
APAR mudah dilihat dan tidak didapati APAR yang sudah kadaluwarsa.
Berdasarkan hasil observasi di PT. Hanil Jaya Steel didapatkan data berikut :

Tabel V.29 Kondisi APAR di PT. Hanil Jaya Steel


No Variabel Sesuai Tidak Sesuai Total
1. Tabung APAR tidak terdapat 79 0 79
karat
2 Safety Pin terpasang dan 79 0 79
dalam kondisi baik
3 Wana tabung APAR nudah 79 0 79
dilihat
4 Batas masa berlaku 79 0 79
(kadaluwarsa)
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 79 APAR di


PT. Hanil Jaya Steel memiliki kondisi yang baik. semua APAR tidak terlihat
adanya karat, bersegel (safety pin) terpasang dengan benar, warna tabung
mudah dilihat dan tidak terdapat APAR yang lewat dari masa berlakunya. Hal
tersebut sudah sesuai dengan Permenakertrans No. 4 Tahun 1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

82
C. Pemasangan APAR
Pemasangan APAR dapat dikatakan benar apabila pada APAR diletakkan pada
posisi yang mudah dilihat, mudah dijangkau, dilengkapi tanda pemasangan
APAR, dan berada pada suhu ruangan yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil
observasi di PT. Hanil Jaya Steel didapatkan data berikut :

Tabel V.30 Pemasangan APAR


No Variabel Sesuai Tidak Sesuai Total
1 Posisi APAR mudah dilihat 79 0 79
2 Posisi APAR mudah 78 1 79
dijangkau
3 Tanda pemasangan APAR 79 0 79
4 Minimal Tinggi APAR pada 79 0 79
ketinggian 12 cm diatas
tanah atau idealnya 125 cm
diatas tanah
Sumber : Data Primer

`
Gambar V.6 Contoh Pemasangan APAR di beberapa lokasi di PT. Hanil Jaya
Steel
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 79 APAR diletakkan


pada posisi yang mudah dilihat. Untuk tanda pemasangan APAR telah diterapkan
dengan benar. Namun, terdapat 1 APAR yang sulit dijangkau karena pemasangan
APAR terlahang dengan alat yang diletakkan pas dibawah APAR tersebut sehingg akan
sulit dijangkau. Selain itu tanda pemasangan APAR pun sudah diletakkan semua di
setiap APAR serta tinggi pemasangan yang telah sesuai dengan Permenakertrans No. 4
Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan.

83
Gambar V.7 Pemasangan APAR yang terhalang oleh alat yang
diletakkan dibawah APAR tersebut
Sumber : Data Primer

D. Pemeliharaan APAR
Pemeliharaan APAR dilaksanakan 1 bulan sekali, petugas K3 akan berkeliling
di setiap APAR untuk mengecek kondisi setiap APAR. Hal ini bertujuan supaya
APAR selalu siap digunakan dalam upaya penanggulan kebakaran kapanpun
dibutuhkan. Pemeriksaan APAR setiap bulan meliputi :
I. Segel pengaman
a. Segel pengaman APAR harus selalu dalam kondisi tersegel
b. Pen pengaman harus terpasang dengan benar
c. Tali atau rantai pen pengaman harus terpasang dengan benar (bila ada)
II. Alat Pancar
a. Tuas untuk pengoperasian APAR (operating level) harus dalam kondisi
baik
b. Handel untuk menenteng APAR (carrying handle) harus dalam kondisi
baik (tidak putus atau retak)
c. Selang (house) tidak bocor atau pecah
d. Mulut pancar tidak tersumbat
III. Tabung
a. Tabung tidak korosi atau cacat

84
b. Untuk jenis serbuk kimia kering dan tipe cartridge CO2 tutup tabung
mudah dibuka dan ditutup serta tidak bocor
IV. Penempatan APAR
a. Tinggi penempatan APAR minimal 12 cm diatas tanah atau idealnya
125 cm diatas tanah
b. Posisi APAR diusahakan tidak terhakang benda lain serta mudah
dijangkau
c. Setiap APAR diberi tanda peletakan APAR sesuai ketentuan yang ada

Gambar V.8 Contoh Check List atau Pemantauan Kondisi pada salah
satu APAR di PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

Berikut adalah denah penempatan Alat Pemadam Kebakaran di PT. Hanil Jaya Steel

85
Gambar V.9 Denah Lokasi Penempatan APK PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Sekunder PT. Hanil Jaya Steel

86
2. Peledakan
Sumber potensi bahaya peledakan dapat terjadi karena adanya bejana tegang yang
menghasilkan suhu dan tekanan yang tinggi

3. Terjatuh
Bisa terjadi pada tenaga kerja bagian operasional karena adanya kegiatan
memanjat tangga atau tempat-tempat yang sekiranya basah juga dapat
menimbulkan potensi bahaya ini

4. Terpeleset
Potensi bahaya ini dapat terjadi bila tenaga kerja bekerja di area yang memiliki
lantai atau tempat-tempat yang sekiranya basah

5. Tertimpa
Dalam penumpukan hasil produksi di gudang penyimpanang tenaga kerja
berpotensi teritmpa tumpukan bundle-bundle dari baja hasil produksi. Selain itu,
kemungkinan potensi terburuk tenaga kerja dapat tertimpa benda-benda yang
dioperasikan dari atas misal crane, forklift, atau benda-benda lain yang
dipindahkan melalui atas.

6. Terjepit
Hal-hal yang dapat menimbulkan potensi bahaya ini ialah pada bagian produksi
yang kemungkinan terjepit dengan mesin produksi.

7. Tertabrak
Di PT. Hanil Jaya Steel sendiri merupakan perusahaan dengan tingkat mobilisasi
alat dan kendaraan berat yang terbilang cukup padat. Lalu lalang kendaraan berat
seperti truck, dll dapat menimbulkan potensi bahaya tersebut. Untuk itu di
perusahaan sendiri disediakan tempat berjalan khusu bagi pejalan kaki sehingga
mengurasi resiko tertabrak.

87
Gambar V.10 Mobilisasi alat berat dan Kendaraan di PT. Hanil Jaya Steel

Gambar V.11 Contoh jalur pejalan kaki yang disediakan PT. Hanil Jaya
Steel
Sumber : Data Primer
V.4 Limbah
V.4.1 Limbah Padat
Jenis dan Pengelolaan limbah padat yang terdapat di PT. Hanil Jaya Steel adalah:
1. Sisa Scrap yang sudah tidak terpakai. Limbah ini dihasilkan saat produksi bilet dan
baja tulangan yang dimana untuk mendapatkan ukuran panjang yang diinginkan,
maka bilet dan baja tulangan dipotong seningga diperoleh sisa potongan yang akan

88
menjadi scrap baja yang didaur ulang. Sebelum di daur ulang scrap baja ini
ditempatkan pada gudang scrap.
2. Sludge, proses pengendapan didalam water treatment plant, dikumpulkan dan
ditempatkan diarea TPS 2.

V.4.2 Limbah Cair


Pengelolaan limbah cair non B3 yang terdapat pada PT. Hanil Jaya Steel adalah:
1. Pada dasarnya PT. Hanil Jaya Steel tidak menghasilkan limbah berupa air, oleh
karena air yang dialirkan dari sungai Buntung sangat dibutuhkan sebagai make
up kebutuhan air pendingin pada system cooling water yang dioperasikan secara
sirkulasi untuk pendingin mesin atau peralatan produksi tetapi air dari sungai
Buntung yang digunakan untuk keperluan lain dibuang pada septiktank dan
drainase.
2. Limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan domestik karyawan seperti grey water
(air bekas cucian) maupun black water (air tinja manusia) dibuang melalui
septiktank.

V.4.3 Limbah Gas


Limbah gas yang terdapat pada PT. Hanil Jaya Steel adalah contohnya Nitrogen
dioksida (NO2) dan Sulfur Dioksida (SO2). Gas-gas tersebut dihasilkan dari proses
pembakaran yang dilakukan. Untuk mengatasi kemungkinan dampak pencemaran
udara, terdapat dua tahap usaha penanggulangan yaitu :
1. Tahap Pertama (kendali polusi pada sumber nya)
Gas buang dari EAF dihembuskan ke Dust Collecting Duct dengan diawali
masuk ke combustion chamber untuk diturunkan suhunya terlebih dahulu yang
selanjutnya Gas buang tersebut dialirkan melalui Air Cooled Duct hingga
suhunya turun menjadi 1100oC. Dari sini gas buang dialirkan ke cyclone separator
dan kemudian dialirkan ke unit Dust Collector sistem kapasitas blower 3200
m3/menit. Debu yang telah ditampung selanjutnya disiram dengan air dan diaduk
(dibuat semacam adonan) agar tidak berterbangan dan siap diangkut ke lokasi
Dust yart didalam area pabrik

89
Gambar V.12 Dust Collector di PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

2. Tahap kedua (Secondary Anti Pollution)


Bagi bahan pencemar yang masih lolos dari penyaringan tahap pertama yaitu
polusi yang dihasilkan pada saat oxygen launching dan pada saat pengisian bahan
baku ke tanur peleburan, dipasang canopy pada Floating Dust Chamber yang
berada diatap tepat diatas EAF yang berfungsi untuk menampung udara panas
yang naik keatap pabrik untuk kemudian dihisap masuk ke cyclone separator dan
dust collection sebelum dibuang melalui cerobong.

Gambar V.13 Contoh ceorobong asap di PT. Hanil Jaya Steel


Sumber : Data Primer

V.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Hanil Jaya Steel
PT. Hanil Jaya Steel menerapkan OHSAS 2007 yang mulai diterapkan sejak tahun
2012 sebagai standart penerapan K3 diperusahaan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, organisasi dan pengambilan keputusan.

90
1. Kebijakan terhadap K3
PT. Hanil Jaya Steel menyediakan kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi
seluruh karyawan yang bekerja, menjadmin standart keselamatan industri yang tinggi,
dan terus berupaya mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Selain itu K3 yang
dilaksanakan PT. Hanil Jaya Steel berdasarkan pada Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja

2. Kebijakan Terhadap Lingkungan


PT. Hanil Jaya Steel dalam melaksanakan kebijakan terhadap lingkungan dengan
menyusun rancangan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan di setiap tahap
seperti pembuangan limbah, pemantauan emisi udara ambeien selama 6 bulan sekali,
pemantauan air sumur warga dengan 4 titik yaitu utara, barat, timur, dan selatan
selama 6 bulan sekali, operasi dan pemasaran produk dengan tetap berupaya
mengurangi dampak lingkungan industri dengan menekankan pada tindakan
pencegahan polusi dan memilih teknologi yang bersih dan meminimalkan polusi yang
tidak terduga, memastikan kontrol yang tetap atas bahan buangan limbah dan segala
sesuatu yang terlepas ke atmosfer. Pelaksanaan kebijakan K3 dilapangan dilakukan
oleh tim P2K3.

3. Health, Safety, and Environment (HSE)


Di PT. Hanil Jaya Steel sudah dibentuk tim HSE untuk pemantauan ISO 14001 :
2015, Sedangkan untuk pemantauan K3 dibentuk Panitia Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3).

4. Program-Program K3
Program K3 yang diterapkan di PT. Hanil Jaya Steel antara lain :
a. Induksi K3
Merupakan pengenalan awal untuk karyawan atau tenaga kerja baru mengenai
K3 meliputi pengenalan bahaya yang ada di perusahaan serta tata cara pemakaian
APD yang baik
b. Training K3
Training K3 dilakukan selama 1 bulan sekali atau setiap ada kesempatan dan
kebutuhan untuk training K3

91
c. Penyuluhan K3
Melalui safety talk yang rutin dilakukan
d. Kampanye K3
Secara visual melalui poster-poster K3, spanduk K3, dan Bendera K3 yang
dipasang diarea perusahaan
e. Pemasangan rambu-rambu keselamatan di area kerja
Pemasangan dilakuan di area atau lokasi tertentu

Gambar V.14 Contoh-contoh pemasangan Warning sign atau safety sign di PT. Hanil
Jaya Steel
Sumber : Data Primer

92
5. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area titik
kumpul (area aman). Dalam sebuah perusahaan jalur evakuasi sangatlah prnting untuk
mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Di PT. Hanil Jaya Steel sendiri telah memasang beberapa sign atau tanda
untuk jalur evakuasi sebagai petunjuk bagi para pekerja saat ada hal-hal darurat terjadi

Gambar V.15 Salah satu sign atau tanda Jalur Evakuasi di PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

6. Titik Kumpul
Titik kumpul merupakan area terbuka dekat dengan pusat-pusat lingkungan di
perusahaan yang apabila terjadi bencana atau hal-hal yang tidak diinginkan maka
menjadi titik pertemuan untuk pekerja yang hendak dipindahkan ketempat yang lebih
aman. Salah satu syarat utama titik kumpul ialah cukup terlindungi dari bahaya
langsung atau tidak langsung dari bencana itu sendiri, adanya kemudahan akses
mobilisasi dan akses transportasi perpindahan ke lokasi yang lebih aman secara cepat.
Di PT. Hanil Jaya Steel sendiri telah tersedia beberapa titik kumpul serta adanya
pemasangan beberapa sign atau tanda untuk titik kumpul

Gambar V.16 Salah satu titik kumpul yang tersedia di PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

93
V.6 Pelayanan Kesahatan
PT. Hanil Jaya Steel menyediakan berbagai macam fasilitas pelayanan kesahatan
yang bertujuan untuk memenuhi dan meningkatkan kesehatan tenaga kerja. Bentuk
fasilitas pelayanan kesehatan antara lain :
1. Poliklinik
Poliklinik memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam kepada tenaga kerja
PT. Hanil Jaya Steel. Poliklinik berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, pemeriksaan tenaga kerja, serta
memberikan pelayanan obat-obatan bagi tenaga kerja yang sakit, baik yang disebabkan
oleh penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. Pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh poliklinik PT. Hanil Jaya Steel sudah cukup baik dari segi pengobatan
dan pelayanannya, namun untuk keadaan darurat masih kurang karena belum
disediakannya mobil ambulans perusahaan yang dapat digunakan sewaktu-waktu
dalam keadaan darurat.
Pelayanan kesehatan di poliklinik berlaku untuk semua karyawan PT. Hanil Jaya
Steel serta tidak dikenai biaya pengobatan dan pemeriksaan, semua menjadi tanggung
jawab perusahaan. Poliklinik PT. Hanil Jaya Steel sendiri memiliki fungsi yang sama
seperti ruang P3K untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan apabila terjadi luka
mauun cidera sebelum dilarikan ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Poliklinik PT.
Hanil Jaya Steel dilengkapi dengan pintu langsung menghadap kearah unit produksi PT.
Hanil Jaya Steel yang akan digunakan dalam kondisi darurat sebagai upaya
mempersingkat waktu penanganan. Poliklinik PT. Hanil Jaya Steel telah dilengkapi
dengan beberapa sarana yang diharuskan dalam persyaratan ruang P3K seperti lokasi
tyang berdekatan dengan toilet, dekat dengan jalan keluar, memiliki luas minimum yang
cukup, bersih, dan pencahayaan yang baik serta beberapa fasilitas pendukung lain
sesuai dengan PER. 15/MEN/VIII/2008.
Fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat dipoliklinik antara lain ruang tunggu,
wastafel, ruang pemeriksaan, 1 buah tempat tidur, ruang penyimpanan obat, ruang
penyimpanan dokumen, dan kamar mandi. Poliklinik juga bekerjasama dengan RSUD
sidoarjo apabila terdapat kasus yang fatal dan tidak dapat ditangani di poliklinik secara
langsung. Selain itu di poliklinik PT. Hanil Jaya Steel memiliki tenaga medis dengan
rincian 1 dokter sebagai penanggung jawab dan 4 perawat.

94
Gambar V.17 Poliklinik PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

2. Kotak P3K
Kotak P3K ditempat kerja merupakan salah satu fasilitas P3K yang harus tersedia
di tempat kerja. Penyediaan kotak P3K di PT. Hanil Jaya Steel tersebar di seluruh unit
kerja. Berdasarkan PER. 15/MEN/VIII/2008 tentang P3K di tempat kerja, kotak P3K
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan dengan
lambang P3K berwarna hijau. Hasil observasi yang dilakukan di PT. Hanil Jaya Steel
memiliki 24 kotak P3K yang tersebar di seluruh unit kerja dengam warna dasar putih
dan terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa.
Penempatan kotak P3K pada area kerja PT. Hanil Jaya Steel telah disesuaikan
dengan peraturan yakni diletakkan pada tempat yang mudah terlihat, mudah dijangkau,
dan cukup pencahayaan. Namun meski begitu, masih terdapat beberapa kotak P3K
diarea kerja yang diletakkan pada lokasi yang tidak mudah dilihat sehingga kotak P3K
tidak mudah dijangkau oleh pekerja yang membutuhkan dalam kondisi darurat yaitu
pada area pos satpam dan Opr. Room Electric RM3
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak K3 didapatkan hasil bahwa kotak -3K
telah dikonsultasikan dengan dokter poliklinik dn disesuaikan dengan kondisi
perusahaan. Penyediaan isi kotak P3K pada setiap masing-masing lokasi merupkan
tanggung jawab dari Departemen K3, isi kotak P3K pada seluruh unit di PT. Hanil Jaya
Steel adalah terdapat 7 item yaitu betadine, alkohol, plester, revanol, kain kasa, obat
mata, dan perban/kapas

95
Gambar V.18 Kotak P3K pada salah satu unit kerja PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

3. Alat Evakuasi dan Transportasi


PT. Hanil Jaya Steel telah menyediakan alat transportasi sebagai fasilitas P3K di
ktempat kerja berupa 1 unit mobil ambulance yang dapat digunakan dalam keadaan
darurat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada tenaga medis di
poliklinik diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kecelakaan kerja maka pekerja tersebut
diangkat dengan menggunakan brankar ambulance dan apabila lokasi kecelakaan kerja
dapat dilalui oleh alat transportasi maka ambulance yang akan digunakan dalam
mengevakuasi

Gambar V.19 Mobil Ambulance PT. Hanil Jaya Steel


Sumber : Data Primer
4. Macam-macam pemeriksaan sebagai sarnana Pelayanan Kesehatan di PT. Hanil Jaya
Steel
a. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan yang diperuntukkan bagi calon karyawan
baru, yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Pemeriksaan
meliputi tinggi badan, berat badan dan tekanan darah, dan tes darah lengkap.

96
b. Peemeriksaan Berkala dan Khusus
Pemeriksaan berkala dilakukan setiap 1 tahun sekali terhadap setiap karyawan.
Dengan dilakukannya pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus ini perusahaan
ini dapat memberikan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit akibat kerja.

5. Pelaporan Penyakit Akibat Kerja


Pelaporan penyakit akibat kerja di PT. Hanil Jaya Steel belum terdeteksi secara
akurat dan perusahaan belum mengadakan pemeriksaan khusus secara tersendiri
terhadap penyakit akibat kerja.

V.7 Gizi Kerja


Gizi kerja adalah nutrisi atau bahan makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi sesuai dengan berat bebannya masing-masing. Makanan adalah sumber energi
tenaga kerja di tempat kerja maka di PT. Hanil Jaya Steel menyediakan fasilitas
pelayanan makanan berupa :
1. Kantin
Untuk memenuhi kebutuhan kalori tenaga kerja dengan pengadaan makan dan
menyediakan kantin bagi tenaga kerja. Kantin PT. Hanil Jaya Steel juga dikelola
langsung oleh koperasi. Audit kebersihan kantin pun ada dan cek secara langsung oleh
P2K3, sedangkan untuk cek kehigienisan mulai dari kebersihan makanan, kebersihan
pekerja, dll belum terlalu diperhatikan.
2. Makanan Tambahan
Makanan tambahan di PT. Hanil Jaya Steel diberikan kepada pekerja berupa teh yang
setiap pagi diantarkan oleh bagian dapur. Serta depo air minum dan isi ulanng
menambah fasilitas pekerja untuk makanan tambahan
3. Koperasi Karyawan
Koperasi Karyawan di PT. Hanil Jaya Steel menyediakan beerbagai macam
kebutuhan mulai dari sembako, peralatan dan kebutuhan sehari-hari, makanan ringan,
hingga minuman.

V.8 Ergonomi
1. Jenis pekerjaan
Ditinjau dari penilaian fisik pekerjaan, maka jenis pekerjaan di PT. Hanil Jaya Steel
tergolong kedalam jenis pekerjaan ringan dan berat. Penggolongan ini berdasarkan

97
perbedaan tempat kerja. Jika berada dibagian perkantoran maka pekerjaan
digolongkan ringan, sedangkan jika berada dibagian mesin produksi seperti Rolling
Mill dikategorikan sebagai jenis pekerjaan berat
2. Jam Kerja
Di PT. Hanil Jaya Steel menggunakan jam kerja sebanyak 7 jam/hari dengan
beban6kerja 40 jam/minggu. Dimulai pukul 08.00 – 17.00, untuk tenaga kerja di
bagian produksi dibagi menjadi 3 shift yaitu shift I pada jam 07.00 – 15.00, shift II
pada jam 15.00 – 23.00, dan untuk shift III pada jam 23.00 – 07.00
3. Sikap Kerja
Sebagian besar pekerjaan di PT. Hanil Jaya Steel dilakukan dengan duduk. Posisi kerja
kebanyakan dengan duduk terutama di bagian perkantoran. Untuk bagian produksi
tenaga kerja berdiri saat ada problem atau saat memantau proses produksi berjalan
selebihnya tenaga kerja duduk.
4. Kondisi Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi faktor fisik yaitu kebisingan pada bagian
produksi seperti Rolling Mill di PT. Hanil Jaya Steel tergolong tidak mengganggu
pekerjaan pada saat melakukan pekerjaannya serta Kebersihan tempat kerja juga
sudah terjaga dengan baik.
5. Alat Angkat dan Angkut
Di PT. Hanil Jaya Steel proses pengangkat dan pengangkutan barang mayoritas
menggunakan Crane forklift, eskafator, dan truk. Alat pengangkat dan pengangkutan
tersebut juga rutin dicek kelengkapan dan kelayakannya digunakan oleh operator
masing-masing.

V.9 Penerapan Keselamatan Kerja


PT. Hanil Jaya Steel sangat memperhatikan keselamatan kerja tenaga kerjanya.
Untuk, melindungi tenaga kerjanya dari faktor bahaya di tempat kerja agar tidak
menyebabkkan kecelakaan, maka perusahaan memiliki sistem pencegahan kecelakaan
kerja dengan menyediakan :
1. Pengaman Mesin
Pengaman mesin yang dipasang pada pengaman mesin-mesin di PT. Hanil Jaya Steel
berupa pembatas pada mesin yang sekiranya memiliki potensi bahaya untuk lalu
lalang orang agar tidak sembarangan berjalan didekat mesin

98
2. Penanggulan kebakaran
Seperti yang telah dijelaskan diatas, Di PT. Hanil Jaya Steel potensi terhadap
timbulnya kebakaran cukup tinggi, maka kewaspadaan terhadap potensi bahaya
kebakaran merupakan prioritas utama. Penanggulangan kebakaran dilakukan dengan
pemasangan alat pemadam kebakaran yakni hydrant dan APAR. Kendali
penanggulangan kebkaran juga dibawah P2K3
3. Alat Pelindung Diri (APD)
Perawatan APD dilakuakn oleh masing-masing bagian atau karyawan. APD yang
disediakan oleh PT. Hanil Jaya Steel adalah :
1. Safety Shoes
Terbuat dari bahan yang kuat berfungsi untuk melindungi kaki dari potensi bahaya
seperti kejatuhan atau tertimpa. Misalnya pada bagian porduksi rolling mill dan
steel yang memiliki potensi bahaya

Gambar V.20 Safety Shoes yang dikenakan Pegawai PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer
2. Masker Kain
Digunakan oleh tenaga kerja untuk meminimalisir debu yang masuk

Gambar V.21 Pemakaian masker pegawai PT. Hanil Jaya Steel


Sumber : Data Primer
3. Ear muff atau Ear Plug
Berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dari intensitas kebisingan yang melebihi

99
NAB kebisingan. Penutup telinga di PT. Hanil Jaya Steel biasanya digunakan
oleh tenaga kerja bagian produksi steel maing karena intenstitas kebisingan yang
tinggi, sedangkan untuk di rolling mill pekerja mengaku intensitas kebisingan
tidak terlalu tinggi meskipun melibihi Nilai ambang batas sehingga jarang
menggunakan penutup teinga di bagian produksi tersebut.
4. Sarung Tangan
Terbuat dari bahan karet dan kain yang berfunsgi untuk melindungi tanga.
Berdasarkan wawancara dengan petugas K3 Sarung tangan karet yang panjang
biasanya digunakan untuk bagian produksi steel making, sedangkan di produksi
rolling mill cukup menggunakan sarung tangan kain putih.

Gambar V.22 Sarung tangan yang dikenakan di PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer
5. Kaca mata dan Face Shield
Sama dengan sarung tangan karet panjang, biasnya kacamata dan face shield
digunakan dibagian produksi steel making karena intensitas potensi bahaya yang
lebih tinggi sedangkan dibagian rolling mill tidak membutuhkan hal tersebut
jarena intensitas bahaya yang tidak setinggi di steel maing
6. Helm
Untuk helm harus selalu digunakan untuk semua tenaga kerja saat tenaga kerja
memasuki area pabrik dan proses produksi untuk meminimalisir potensi bahaya
seperti tertimpa, terjatuh, dll.

Gambar V.23 Helm yang dikenakan pegawai PT. Hanil Jaya Steel
Sumber : Data Primer

100
7. Pakaian kerja
Pakaian kerja sendiri dibedakan untuk tenga kerja di perkantoran dan bagian
produksi. Untuk bagian produksi pakaian yang digunakan lebih tebal untuk
meminimalisir potensi bahaya dilapangan

Gambar V.24 Pakaian Kerja pegawai PT. Hanil Jaya Steel


Sumber : Data Primer
4. Sistem Ijin Kerja
Sistem ijin kerja diberikan sebagai syarat dalam melaksanakan pekerjaan yang
berpotensi menimbulkan suatu bahaya diberikannya ijin kerja maka bahaya tersebut
dapat dikontrol dan dicegah dengan adanya pengawasan dari pihak P2K3, serta
prosedur kerja yang benar dengan disediakannya alat pelindung diri ataupun alat
pemadam api ringan yang tentu disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan bahaya yang
mungkin timbul. Jika ada kejadian yang fatal dapat diberikan ijin kerja ditempat
dengan pengantar dari poli.
Untuk sistem ijin kerja umum harus diberikan 2 hari sebelum tenaga kerja
mengajukan ijin.

5. Inspeksi Keselamatan kerja


Inspeksi keselamatan kerja yang teratur dan terencana sesuai jadwal yang telah
direncanakan adalah upaya yang dilakukan PT. Hanil Jaya Steel untuk
mengimplementasikan program K3. jenis inspeksi yang dilakukan oleh PT. Hanil Jaya
Steel adalah :
a. Inspeksi peralatan keselamatan kerja
Dilakukan oleh petugas K3 dibawah P2K3 dan dilakukan 2 minggu sekali untuk
mengontrol peralatan

101
b. Inspeksi Gedung
Sama seperti Inspeksi peralatan keselamatan kerja, inspeksi gedung dilakukan oleh
petugas K3 dibawah P2K3 dan dilakukan 2 minggu sekali untuk mengontrol
peralatan
c. Inspeksi Lingkungan
Dilakukan 2 minggu sekali oleh petugas K3 untuk mengecek dan mengontrol
lingkungan di area perusahaan
d. Inspeksi APD
Dilakukan setiap hari oleh petugas K3 yang berkeliling untuk mengecek tenaga
kerja apakah menggunakan APD sesuai peraturan. Jika ada tenaga kerja yang
melanggar pelaksanaan sanksi sendiri berupa teguran langsung ditempat.

6. Emergency Respons
Untuk emergency respons di PT. Hanil Jaya Steel ada tim tanggap darurat, pelatihan
evakuasi, penjelasan prosedur dan aturan-aturan di perusahaan, serta titik kimpul jika
ada kejadian fatal seperti kebakaran. Untuk emergency respons seperti emergency
light dan alarm kebakaran masih dalam tahap perencanaan di PT. Hanil Jaya Steel.

7. Pelaporan dan Investigasi Kecelakaan


Pelaporan dan investigasi di PT. Hanil Jaya Steel dilakukan jika ada suatu incident
berbahaya atau terjadi suatu kecelakaan. Bagian P2K3 yang bertugas melaporkan dan
melakukan investigasi yang lebih dalam dengan tujuan mengetahui penyebab dan
akibat terjadinya incident berbahaya atau kecelakaan, untuk segera dilakukan
pelaporan setelah kejadian atau kecelakaan.

V.10 Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)


P2K3 adalah bagian yang mengurusi tentang penerapan sistem manajemen
Keselamatan dan kesehatan kerja. P2K3 di PT. Hanil Jaya Steel adalah sebagai wadah
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, serta memberikan saran dan pertimbangan
kepada pengusaha mengenai masalah K3 baik diminta ataupun tidak diminta. Hal ini
telah sesuai dengan Permenaker No. per 04/ MEN/ 1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Tata Cara Penunjukan Ahli K3.

102
Selain itu P2K3 juga bekerjasama dengan kepala masing-masing departemen
dalam melaksanakan tugasnya. Maka telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja pasal 10 menyatakan bahwa Menteri Tanaga kerja
berwewenang untuk membentuk P2K3 guna mengembangkan kerjasama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha dan pengurus untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban bersama dalam bidang K3 dalam rangka melancarkan produksi (Syukuri
Sahab, 1997).
Keanggotaan P2K3 tersebut terdiri dari organisasi pekerja baik managemen mapun
departemen. Adapun susunan organisasi di P2K3 adalah sebagai berikut :

Ketua K3 (Direktur Utama)

Sekretaris (AK3)

Anggota (Departemen)

Gambar V.25 Bagan Susunan Organisasi P2K3


Sumber : Data sekunder PT. Hanil Jaya Steel

P2K3 di PT. Hanil Jaya Steel memiliki tujuan untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja dilingkungan perusahaan dengan ruang lingkup prosedur
yang hanya mengatur segala aktifitas atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan PT.
Hanil Jaya Steel. Program P2K3 di PT. Hanil Jaya Steel antara lain :

1. Mengatasi segala kecelakaan yang berada di lingkup perusahaan


Klasifikasi kecelakaan sendiri berdasarkan :
a. Kecelakaan ringan, adalah kecelakaan yang memerlukan perawatan medis di poli
perusahaan dan penderita dapat langsung bekerja kembali
b. Kecelakaan sedang, adalah kecelakaan yang memerlukan perawatan medis di poli
perusahaan dan penderita mendapatkan surat ijin istirahat dari petugas medis (ijin
dokter)
c. Kecelakaan berat, adalah kecelakaan yang atas dasar hasil pemeriksaan tim
dokter poliklink perusahaan sebagai kecelakaan berat atau cacat dan penderita
diwajibkan opname sesuai surat keterangan dari petugas medis
d. Kecelakaan fatal, adalah kecelakaan yang mengakibatkan penderita meninggal
dunia, dilengkapi surat keterangan dari petugas medis dan kepolisian

103
2. Pencegahan Kebakaran
a. Penempatan Alat Pemadam Kebakaran
Setiap area yang dianggap riskan kterhadap bahay kebakaran maka disediakan
tabung pemadam kebakaran yang letaknya mudah dilihat oleh semua prang.
b. Pemeriksaan seluruh Alat Pemadam Kebakaran dilakukan sesuai dengan jadwal
pemeriksaan (setiap sebulan sekali)
c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam form check list pemeriksaan alat pemadam
kebakaran
d. Melakukan tindakan lebih lanjut apabila terdapat ketidaksesuaian
3. Pemeriksaan/Penggantian Alat Pelindung Diri
a. Pelaporan kerusakan APD ke kepala bagian masing-masing
b. Pengisian form permintaan/penggantian APD dan menandatangani format
c. Pemberian/penggantian oleh HRD
4. Inspeksi Pemantauan Lingkungan Kerja
a. Pelaksanaan inspeksi dan pemantauan lingkungan kerja dilakukan setiap hari atau
sewaktu-waktu bila dianggap perlu
b. Pengisian laporan inspeksi dan pemantauan lingkungan kerja oleh petugas terkait
c. Pengesahan form laporan inspeksi dan pemantauan lingkungan kerja oleh yang
terkait
d. Pelaksanaan tindakan korektif mengacu pada form inspeksi dan pemantauan
lingkungan kerja
5. Penanganan Kesehatan karyawan
Semua karyawan diikutkan asuransi yang telah ditetapkan. Semua permasalahan yang
berhubungan dengan kesehatan, karyawan bisa langsung mendatangi poli medis yang
ditunjuk
6. Penanganan insiden/kecelakaan kerja
a. Penanganan alur koordinasi kecelakaan kerja ditempat kerja sesuai bagan alur
berikut

104
Kecelakaan

Pertolongan ditempat Pertolongan ditempat


kerja kerja

POLIKLINIK Koordinasi Tim P2K3

Sembuh Pulang

Anamnsesa Tindakan
Medis
 Independen Laporan Ke bagian
 Interdependen Personalia atau HRD

Penanganan Lanjutan Rumah sakit (Rawat


Jalan atau Rawat Inap di Rumah Sakit)

Gambar V.26 Bagan alur penanganan kecelakaan kerja


Sumber : Data Sekunder PT. Hanil Jaya Steel

b. Penanganan P3K untuk korban kecelakaan sesuai bagan diatas dan bagian
poliklinik mengisi form laporan kecelakaan kerja serta ditandatangani oleh
poliklinik, kepala regu, kepala bagian, dan diserahkan ke personalia dan kepala
bagian terkait

105
c. Bila keadaan korban tidak dapat ditangani di polklinik maka korban akan
dirujuk kerumah sakit terdekat
d. Setelah mendapat laporan dari poliklinik, atasan korban akan membuat laporan
kecelakaan, kemudian diserahkan ke bagian personalia
e. Bagian personalia memasukkan kerjadian kecelakaan kepada BPJS
Ketenagakerjaan
f. Sekretaris P2K3 LH melaporkan kegiatan P2K3 di perusahaan kepada
pemangku kepentingan dalam hal ini Kadinsosnaker Kabupaten sesuai
peraturan perundangan
7. Penanganan Insiden/Kecelakaan Kerja Umum
a. Semua personel yang mempunyai kegiatan di PT. Hanil Jaya Steel wajib
mematuhi peraturan-peraturan dan norma K3 yang berlaku di PT. Hanil Jaya
Steel
8. Penanganan Insiden atau Kecelakaan Kerja Umum
Semua catatam rekaman yang terkait dengan prosedur ini disimpan dan dicatat
sesuai pengendalian rekaman

Selain program-program diatas, P2K3 juga memiliki agenda laporan yang akan
dilaporkan langsung ke DINSOSNAKERTRANS PEMPROV Jawa Timur oleh HRD
setiap 3 bulan sekali.

V.11 Audit K3 di PT. Hanil Jaya Steel


PT. Hanil Jaya Steel telah melaksanakan audit, baik audit internal maupun audit
eksternal, yang bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berjalan dan menghasilkan suatu rekomendasi
untuk melakukan perbaikan. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. 05/ MEN/ 1996
lampiran III Pasal 3 yang menjelaskan bahwa “ Setiap Perusahaan yang Memperkerjakan
Tenaga Kerja Sebanyak 100 Orang atau Lebih dan Mengandung Potensi Bahaya yang
Ditimbulkan oleh Karakteristik Proses Bahan yang Dapat Mengakibatkan Kecelakaan
Kerja seperti; Peledakan, Kebakaran, dan Penyakit Akibat Kerja Wajib Menerapkan
SMK3”. Audit di PT. Hanil Jaya Steel sendiri terbagi menjadi 2 yaitu audit Internal dan
audit Eksternal

106
a. Audit Internal
Audit ini bersifat intern perusahaan dan dilaksanakan oleh Auditor K3 perusahaan
itu sendiri yang dibawah Tim P2K3. Audit yang telah dilaksanakan antara lain ;
internal, SHAPE (Safety, Health, Attitude, People, Environment) audit, yang
meliputi :
- Safety seperti meliputi tentang pelaksanaan K3, tindakan emergency plan,
pencegahan kebakaran, penanganan insiden/kecelakaan, dll
- Health seperti meliputi tentang sanitasi semua area kerja.
- Attitude atau tingkah laku pekerjaan tentang jam kerja karyawan dan budaya.
- People tentang pendidikan, kepedulian sosial.
- Environment yang meliputi kepedulian dan pencegahan pencemaran terhadap
lingkungan
Audit internal di PT. Hanil Jaya Steel dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun 2 kali.

b. Audit Eksternal
Audit ini dilakukan oleh petugas di luar unit operasi yang bersangkutan atau
perusahaan yang ditunjuk. Adapun audit eksternal yang telah dilaksanakan di PT.
Hanil Jaya Steel yaitu dari lembaga TUVNORD dengan kurun waktu setiap satu
tahun sekali

V.12 Standart Operasional Prosedur (SOP) mengenai K3 di PT. Hanil Jaya Steel
V.12.1 Prosedur mengenai Tanggap Darurat di PT. Hanil Jaya Steel
Tujuan dari Prosedur Tanggap Darurat adalah menjamin penanggulangan
terjadinya insiden kebakaran, ledakan, tumpahan, banjir mendapat kecepatan evakuasi
dan kesiapan bantuan pemulihan/rehabilitasi. Macam-macam prosedur tanggap
darurat yaitu :
a. Prosedur menghadapi insiden
1. Personil yang mengetahui adanya keadaan darurat dan bencana segera
menghubungi unit K3, pos satpam terdekat untuk meminta bantuan
pertolongan
2. Departemen HSE dan Tim P2K3 serta satpam yang telah menerima
informasi segera melakukan pengamanan dan memberikan pertolongan jika
diperlukan segera memanggil ambulance

107
3. Personil yang mempunyai keahlian K3 diwajibkan membantu menangani
penyelesaian keadaan darurat dengan tetap melengkapi diri masing-masing
dengan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Jika menurut keadaan diperlukan bantuan PMK dari luar, regu keamanan
segera menghubungi PMK terdekat
5. Jika menurut keadaan diperlukan bantuan kepolisian, regu keamanan segera
menghubungi polsek waru
b. Prosedur Evakuasi
1. Korban segera dinaikkan ke ambulance untuk dinaikkan ke ambulance untuk
dikirim ke rumah sakit, jika kondisinya tidak memungkinkan ditangani
sendiri
2. Departemen HSE dan Tim P2K3 mengkoordinir evakuasi personil diarea
terdampak untuk menuju titik ecakuasi yang berada di area yang sudah
disediakan yaitu :
a. Parkir mobil kantor depan
b. Depan kantor inspection
c. Depan kantor logistic
d. Timur workshop
e. Rolling Mill 1
f. Rolling Mill 3
g. Selatan gedung steel making
h. Selatan kantor beacukai
3. Bagian umum/Humas/HRD melayani pemberian informasi kepada pihak
yang berkepentingan
4. Tim P2K3 bisa memberikan perintah kembali ketempat kerja, dengan
pertimbangan semua kondisi aman
c. Porsedur Pemulihan keadaan darurat
1. Tim P2K3 dan karyawan lainnya melakukan pembersihan dan pentaan
dilokasi terjadinya keadaan darurat
2. Departemen HSE dan Tim P2K3 dibantu karyawan lainnya secepatnya
melakukan pemulihan/rehabilitasi keadaan daruray, sehingga suasana kerja
bisa normal kembali
3. Petugas elektirik/mekanik/sipil dll segera melakukan perbaikan kerusakan

108
4. Suasana kerja harus dikembalikan kondusif dengan memberikan bimbingan
konseling oleh AK3 untuk menghilangkan trauma
5. Lokasi/tempat terjadinya insiden bisa dibuat dengan suasana berbeda untuk
menghilangkan kesan ketakutan. Misalnya menata ruangan atau merubah
warna cat, dll
d. Kaji ulang/latihan tanggap darurat
1. Departemen HSE dan Tim P2K3 dibantu AK3 secara periodik melakukan
kaji ulang latihan keadaan darurat dan yang terdokumentasi
2. Kaji ulang untuk memastikan prosedur tanggap darurat masih valid untuk di
implementasikan kembali
3. Personil yang hadir pada latihan tanggap darurat dicatat pada form daftar
hadir
e. Rencaan pemulihan keadaan darurat
1. Departemen HSE dan Tim P2K3 dan petugas K3 termasuk petugas
investigasi insiden bersama-sama melakukan analisis kejadian untuk
mendapatkan gambaran rencana tindkan koreksi dan pencegahan
2. Pelaporan
Departemen HSE dan Tim P2K3 membuat laporan terkait kondisi darurat ke
manajemen (direktur utama) yang berisi :
- Hasil investigasi penyebab terjadinya keadaan darurat/bencana
- Kondisi/jumlah korban
- Kerugian aset
- Rencana pemulihan (rehabilitasi)keadaan darurat
- Tindakan koreksi atas kejadian
- Tindakan pencegahan agar tidak terulang kejadian serupa.

V.12.2 Prosedur mengenai Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan dari prosedur tersebut yaknik menjamin keselamatan kerja dikantor
adminsitrasi maupun di area pabrik dengan dikendalikan dan diukur secara periodik
dan hasilnya dilaporkan dengan ruang lingkup pengukuran dan pengendalian
keselamatan kerja meliputi area kantor dan area pabrik di dalam pagar perusahaan
maupun area kerja yang ada diluar pagar, sepanjang kegiatannya masih terkait dengan
proses produksi dan manajemen.

109
a. Tanggung jawab
Semua manajer disemua departemen berkewajiban mengelola keselamatan kerja,
termasuk kebersihan tempat kerja (House keeping/5R)
b. Prosedur Operasi
1. Departemen HSE bersama P2K3LH/Tim bidang K3 bertanggung jawab
secara periodik melakukan inspeksi untuk mengukur dan memantau kegiatan
K3 terkait dengan
- APAR disetiap area kerja
- Fasilitas P3K disetiap area kerja
- Rambu-rambu K3 dan rambu-rambu darurat
- Ijin kerja beresiko tinggo
- Ijin masuk tempat terlarang
- Pemakaian APD
- Kebersihan tempat kerja
- Tool/Ambulance/Mobil Damkar
- Pelayanan kesehatan kerja
- Insiden, area rawan kecelakaan
- Nilai ambang batas faktor fisika ditempat kerja (contoh : kebisingan)
- Pengendalian bahan kimia dan berbahaya ditempat kerja (Lab kimia,
gudang coal, oil, pompa BBM, dll)
- Pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan kerja
- Jalur Evakuasi
- Penangkal petir
- Alat angkat dan Angkut (Forklift, OHCrane, Mobil Crane, Dumptruck,
Exavator, dll)
- Pelatihan dan Respon tanggap darurat
- Kelibrasi peralatan
2. Departemen HSE bertanggung jawab melakukan “induksi” atau briefing K3
kepada pelaksana pekerjaan dan tamu perusahaan lainnya sebelum memulai
kegiatan
3. Departemen HSE bertanggung jawab melakukan pemeriksaan/verifikasi atas
surat ijin kerja berisiko tinggi terhadap kontraktor yang bekerja pada daerah-
daerah berbahaya di dalam perusahaan

110
4. Departemen HRD dan HSE bertanggung jawab memberikan sangsi terhadap
kontraktor yang melanggar peraturan K3 didalam perusahaan.
5. Kontraktor yang melakukan kegiatan di lingkungan PT. Hanil Jaya Steel
harus mengindahkan semua peraturan K3 di PT. Hanil Jaya Steel
6. Daerah/area yang memerlukan pembatasan ijin masuk di atur sebagai
berikut:
- Semua personil selain karyawan perusahaan PT. Hanil Jaya Steel yang
akan masuk area perusahaan harus apor kepada satpam pos 1 untuk
mendapatkan ijin masuk
- Semua kontraktor yang akan melakukan kegiatan/proyek di PT. Hanil
Jaya Steel harus ke unit K3 di departemen HRD untuk mendapat ijin dan
arahan pemakaian APD
- Semua personil yang melakukan Praktik Kerja Nyata (PKN) atau
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari perguruan/sekolah yang resmi
mendapat ijin diklat PT. Hanil Jaya Steel harus didampangi petugas/staff
perusahaan yang berkompeten dan harus dilengkapi APD
- Tamu, pengunjung lain yang akan menemui staf/pejabat PT. Hanil Jaya
Steel seteah mendapat ijin masuk diatur untuk menunggu di lobby
kantor/ruang tunggu, jika akan ke lapangan harus didampangi
staf/petugas yang berkompeten dan memakai APD
- Area Steel making, Rolling Mill, dan area-area yang berisiko tinggi dan
memerlukan pendampingan/pengawalan staf/ petugas yang
berkompeten dan harus mendapat ijin manager area nya jika akan
memasuki tempat tersebut
7. Departemen HSE dan Tim P2K3 mencatat dan melaporkan tentang
kekurangan kinerja K3 termasuk keadaan/kondisi “hampir celaka” atau
“near miss” segera untuk diselesaikan kekurangannya
8. Setiap kontraktor dan personel PKL yang akan melakukan kegiatan didalam
perusahaan harus melapor ke departemen personalia (HRD)
9. Kontraktor setelah dari departemen HRD menuju ke dempartemen pemberi
konsultasi untuk klarifikasi dan personel PKL yang akan melakukan kegiatan
didalam perusahaan ke pembiming yang ditunjuk
10. Kontraktor setelah mendapat ijin dari departemen pemberi konsultasi harus
mengikuti induksi K3 yang dilakukan oleh tim P2K3 dengan melengkapi

111
- Konsultasi
- JSA
- Metode Kerja yang aman
- Identifikasi bahaya dan pengendaliannya
11. Personel PKL setelah mendapat persetujuan dari departemen personalia
(HRD) dan pembimbing departemen terkait harus mengikuti induksi K3
yang dilakukan oleh tim P2K3
12. Semua personel kontraktor dan PKL yang akan melakukan kegiatan harus
dilakukan check up kesehatan di poliklinik pabrik untuk mkendapat surat ijin
keselamatam bekerja dari tim P2K3

V.12.3 Prosedur mengenai Evaluasi Kesesuaian Terhadap Perundangan dan


Persyaratan K3
Tujuan dari prosedur ini yakni menjamin bahwa kegiatan K3 dilakukan sesuai
dengan peraturan perundangan dan persyaratan K3 yang berlaku dengan ruang
lingkup prosedur evaluasi kesesuaian ini hanya melingkupi kegiatan K3 yang
dilakukan terkait dengan sistem manajemen K3 perusahaan
a. Prosedur Operasi
1. Departemen HSE dan Tim P2K3 bertanggung Jawab melakukan
evaluasi/pengkajian setiap peraturan perundangan K3 yang telah
diidentifikasi, terhadap kemungkinan dapat diterapkan kaitannya dengan
bahaya dan resiko yang akan diakibatkan oleh kegiatan/aspek bisnis
perusahaan. Jika peraturan perundangan K3 bisa diterapkan pada
kegiatan/aspek bisnis perusahaan diberi keterangan “Applicable”, jika tidak
sesuai dengan bisnis perushaan diberi keterangan “not applicable”
2. Departemen HSE dan Tim P2K3 bertanggung jawab melakukan evaluasi
terhadap tingkat pemenuhan kegiatan perusahaan dengan peraturan
perundangan yang diberi keterangan “Applicable” jika tingkat pemenuhannya
kurang dari 100% maka kegiatan bisnis tersebut harus dimasukkan ke tindakan
koreksi dan dipertimbangkan menjadi program K3 baaik secara bertahap atau
langsung, dengan segala konsekuensi terhadap adanya peraturan perundangan
tersebut. Tindakan koreksi harus jelas jadwal penyelesainnya.

112
3. Departemen HSE dan Tim P2K3 bertanggung jawab ,elakukan
evaluasi/pengkajian kesesuaian terhadap keatuhan pada peraturan K3 di area
perusahaan, sesuai peraturan perundangan yang berlaku

V.12.4 Prosedur Pengelolaan Rambu-Rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan dari prosedur ini adalah menjamin bahwa rambu-rambu keselamatan yang
standart ini mudah dipahamu dan dimengerti oleh semua karyawan, tamu dan
pengunjung lainnya dengan ruang lingkup yaitu rambu-rambu keselamatan ini
mencakup rambu untuk K3 maupun rambu yang terkait dengan lingkungan hidup.
Referensi dari pemasangan rambu sendiri adalah Undang-Undang No 1 tahun 1970
Pasal 14b dan Permanaker No. 05/Men/1996 tentang SMK3.
Rambu-rambu keselamatan sendiri adalah peralatan yang bermanfaat untuk
membantu melindungi keselatan dan Kesehatan karyawan dan pengunjung yang
sedang berada ditempat kerja. Kegunaan dari rambu-rambu keselamatan diantaranya
adalah :
- Menarik perhatian terhadap adanya keselamatan dan kesehatan kerja
- Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
- Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan
- Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan
diri
- Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada
- Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan atau perilaku yang
tidak diperbolehkan
Beberapa istilah rambu-rambu sesuai fungsinya :
- Mandatory Sign, yaitu rambu-rambu yang berisi informasi berupa larangan/sesuai
yang harus dipatuhi/dipenuhi
- Prohibition Sign, yaitu rambu-rambu yang berisi informasi berupa larangan/sesuai
yang harus dihindari/tidak boleh dilakukan
- Warning sign, yaitu rambu-rambu yang berisi informasi berupa peringatan akan
potensi bahaya
- Emergency Sign, yaitu rambu-rambu yang berisi informasi mengenai lokasi alat
penyelamat dalam keadaan darurat

113
a. Prosedur Operasi
1. Rambu-rambu harus terlihat jelas, ditempatkan pada jarak pandang dan tidak
tertutup atau tersembunyi
2. Kondisikan rambu-rambu dengan penerangan yang baik. Siapapun yang berada
di area kerja harus bisa mencoba rambu dengan mudah mengenali warna
keselamatannya
3. Pencahayaan juga harus cukup membuat bahaya yang akan ditonjolkan menjadi
terlihat dengan jelas
4. Siapapun yang ada di area kerja harus memiliki waku yang cukup untuk
membaca pesan yang disampaikan dan melakukan tindakan yang diperlukan
untuk menjaga keselamatan
5. Posisikan rambu-rambu yang berhubungan bersebelahan, tetapi jangan
menempatkan lebih dari emoat rambu yang tidak berhubungan
6. Pisahkan rambu-rambu yang tidak berhubungan
7. Pastikan bahwa rambu-rambu pengarah terkihat dari semua arah. Termasuk
panah arah pada rambu keluar disaat arah tidak jelas atau membingungkan.
Rambu arah arus ditempatkan secara berurutan sehingga rute yang dilalui selalu
jelas.
8. Rambu-rambu yang diatap harus berjarak 2,2 meter dari lantai

V.12.5 Prosedur Mengenai Kompetensi dan Karyawan


Tujuan dari prosedur ini yaitu memastikan semua pegawai mempunyai
kemampuan yang terukur dalam melaksanakan tugas di masing-masing
departemennya baik yang terkait mutu lingkungan maupun K3. Sedangkan Ruang
lingkup prosedur sendiri adalah untuk mengevaluasi kompetensi di masing-masing
unit kerjanya di pabrik maupun non pabrik
a. Prosedur Operasi
1. Setiap manajer harus menginventarisasi kompetensi dan pegawai yang ada
ibawah kondi departemennya
2. Setiap manajer harus memastikan bahwa pegawai atau orang yang di
pekerjakan di departemennya mempunyai kompetensi yang sesuai
3. Setiap manajer bisa melakukan “Gap Analysis” atau analisa kesenjangan
terhdapa kemampuan pegawai yang dibawahnya dengan kinerja yang
menjadi tanggung jawabnya

114
4. Setiap manajer bisa melakukan atau melaksanakan training internal kepada
pegawai jajarannya seduai hasil “Gap Analysis” (kebutuhan training)
5. Departemen HRD dan departemen yang melaksanakan pelatihan melakukan
penilaian kompetensi peserta pelatihan
6. Departemen HRD memfasilitasi pelaksanaan training seperti lokasi atau
tempat maupun ATK dan Absensi
7. Departemen HRD melakukan rekapitulasi hasil training yang dilaksanakan
setiap departemen untuk dilaporkan pada pelaporan manajemen review

V.12.6 Prosedur Mengenai Penyelidikan Insiden


Tujuan dari prosedur ini adalah menjamin dilakukan penyelidikan terhadap insiden
K3 dan lingkungan ditempat kerja, dan melaporkan garis besar hasil investigasi dan
mendiskusikan semua rekomendasi perbaikan ke manajemen. Sedangkan Ruang
lingkup prosedur sendiri adalah kegiatan penyelidikan insiden ini meliputi area pabrik
didalam pagar perusahaan
a. Prosedur Operasi
1. Departemen HSE dan Tim bidang P2K3LH mengundang Tim investigasi
segera sesudah terjadinya kecelakaan
2. Departemen HSE dan Tim bidang P2K3LH mengadakan rapat pembukaan
bersama seluruh anggota tim investigasi untuk arahan dsri P2K3 tentang
tujuan investigasi dan menentukan langkah-langkah dari strategi investigasi
yang akan dilakukan
3. Tim investigasi terdiri dari
e. Ketua Tim : Salah satu anggota P2K3 yang ditunjuk oleh ketua atau
wakil P2K3
f. Anggota Tim : personil dari unit kerja K3 dan supervisor tempat
terjadinya kecelakaan dan AK3 yang berperan untuk memberi masukan
pada hasil temua investigasi
4. Menyiapkan peralatan tulis, kertas, meteran, pita plastic line, dan lain-lain
5. Meninjau lokasi kecelakaan dan mengumpulkan data serta fakta aktual
tentang posisi alat, kondisi fasilitas dan peralatan, penerangan, batas
perundangan, keteraturan tempat kerjadian, house keeping, pengaruh cuaca,
fakta kekuatan benturan, keberadaan rambu peringatan dan lain-lain

115
6. Memasang batas pengaman (blokade0 pada lokasi kerjadian dengan pita
plastik warna kuning (police line)
7. Memasang tanda “Dilarang Masuk kecuali Petugas” dilokasi kejadian
8. Melakukan penjagaan di lokasi kejadian dengan bantuan petugas satuan
pengamanan
9. Polisi/kondisi peralatan dan barang jangan dirubah
10. Menampung informasi awal secara singkat tentang kemungkinan penyebab
kecelakaan tersebut
11. Menanyakan kepada saksi langsung apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan, hindari untuk meminta opini saksi
12. Menanyakan dengan singkat dan jelas, gunakan pertanyaan terbuka (Siapa,
Apa, Mengapa, Kapan, dan Bagaimana kerjadian dan hindari pertanyaan
tertutup yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak” dari saksi)
13. Melakukan pemotretan, ambil gambar dai segala sudut termasuk barang
bukti yang lain
14. Mencatat biiodata korban dan saksi langsung (riwayat kerja dan catatan yang
berhubungan dengan keselamatan), kondisi kesehatan fisik dan mental
(riwayat kesehatan, dll) maupun kompetensi yang dimiliki, dll
15. Mencatat riwayat kelayakan peralatan yang terlibat dalam kecelakaan
(pemeliharaan dan perbaikan penggantian suku cadang peralatan)
16. Mencatat kondisi lingkungan dan tempat kecelakaan (suasana rumah tangga,
iklim dan cuaca, pencahayaan, kebisingan, tanda-tanda dan/atau ruang kerja,
sebelum terjadi kecelakaan)
17. Mendapatkan prosedur kerja, norma, standart, kriteria tentang K3 yang
terkait dengan kejadian
18. Mendapatkan laporan awal tentang kecelakaan dari atasan langsung korban
yang terlibat dalam kecelakaan
19. Menulis hasil wawancara dibaca kembali dan ditandatangani pewawancara
dan saksi yang diwawancarai
20. Membebaskan lokasi kejadian jika investigasi sudah selesai, kecuali masih
diperlukan tim yang lain seperti polisi, pemerintah, penasihat hukum, dan
lain-lain
21. Menganilisis semua hasil temuan dan wawancara untuk mendapatkan
kesimpulan penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan faktor lainnya

116
yang mengkontribusi kecelakaan tersebut dengan menggunakan sistem
antara lain FT (Fault Tree), ET (Even Tree), Brinstorming, Fish bones, Pareti
diagram, metode sebab akibat, dll
22. Melakukan tindakan koreksi (sementara dan permanen) yang
mempertimbangkan reenginering, prosedur/instruksi, administrasi, dan alat
proteksi diri
23. Membuat daftar rencana tindakan koreksi mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan oleh perusahaan dan meminta kesepakatan atas batas waktu
kesanggupan mereka melaksanakan rekomendasi-rekomendasi tersebut (apa
dan siapa) yang harus melakukan dan kapan batas waktu penyelesaiannya)
24. Menentukan waktu untuk memonitor pemenuhan rekomendasi
25. Menyampaikan laporan insiden ke manajemen
26. Laporan sekurang-kurangnya berisi :
- Pengantar dari eksekutif (executive summary)
- Kronologi kecelakaan (penjelasan tentang waktu dan aktifitas sebelum
dan sesudah kerjadian)
- Hasil investigasi yang menvakup data korban, data alat, fakta lapangan
(posisi korban, alat, dll. Bagian-bagian yang tidak berfungsi /rusak,
catatan-catatan yang berkaitan dengan orang, alat maupun prosedur
peraturan), dan keterangan saksi (saksi langsung dan tidak langsung)
- Kesimpulan (penyebab jenis, dan akibat kecelakaan)
- Lampiran (foto, sketsa, peta, keterangan dokter, catatan-catatan, dll)
27. Melakukan review pasca kecelakaan, P2K3 mengadakan rapat bersama
dengan manajemen dan manajer untuk melaporkan garis besar hasil
investigasi dan mendiskusikan semua rekomendasi perbaikan
28. Membuat Job Savety Analysis (JSA), Manager setiap departemen harus
membuat JSA untuk setiap kegiatan di departemennya yang mempunyai
potensi bahaya agar risiko bahaya bisa diturunkan/mengurangi. JSA juga
bisa dipakai sebagai referensi penyelidikan insiden

V.12.7 Prosedur Mengenai Pengendalian Hierarchy K3


Tujuan dari prosedur ini adalah menjamin bahwa saat menentukan pencegahan dan
pengendalian pengukuran K3, untuk mitigasi risiko, menggunakan jenjang
pengendalian K3 (Hierarchy of Control). Sedangkan Ruang lingkup prosedur sendiri

117
adalah penggunaan hierarchy of control ini tidak terbatas hanya di departemen HSE
saja, tetapi digunakan pada semua departemen. Hierarchy of Control sendiri adalah
jenjang atau urutan menangani masalah K3.
a. Prosedur Operasi
Semua manajer jika akan melakukan pencegahan untuk mitigasi risiko K3, wajib
mengikuti jenjang pengendalian pencegahan, seperti berikut :
1. Eliminasi : Memindah, membebaskan yaitu menghilangkan bahaya dengan
menyelesaikan pekerjaan dengan cara lain/cara yang berbeda
2. Subtitusi : Yaitu menurunkan risiko dari sumbernya atau menggunakan
alternatif yang lebih aman
3. Rekayasa Desain/Teknik, yaitu dengan melakukan :
- Pengisolasian/pemisahan
- Pemasangan ventilasi
- Pemberian Alat Pengaman (safety device)
- Higeinis
- Sanitasi
4. Tanda-tanda Peringatan : Pemasangan papan informasi, rambu-rambu dan
label K3
5. Penanganan Administrasi :
- Pembatasan waktu kerja
- Rotasi kerja
- Pelatihan, meningkatkan kesadaran dan motivasi
- Investigasi insiden
- Pembuatan SOP
- Pengawasan yang ketat/Audit internal
- Penegakan hukum (peringatan 1,2 dan seterusnya)
- Pemberian penghargaan
6. Langkah terakhir tindakan pengamanan perorangan dengan memberikan
APD

V.12.8 Prosedur Mengenai Tindakan Koreksi Terhadap Ketidaksesuaian


Tujuan dari prosedur ini adalah melakukan perbaikan untuk mengurangi efek yang
tidak diinginkan pada produk yang mengalami ketidaksesuaian dengan persyaratan
yang ditentukan. Ruang lingkup nya sendiri ialah kegiatan tindakan koreksi ini

118
dilakukan pada hasil produksi maupun dampak lingkungan dan K3 akibat dari aspek
kegiatan perusahaan.
a. Proesdur Operasi
A. Manager Quality Control (QC) melakukan koordinasi dengan pihak terkait
lainnya seperti manajer produksi, pemmasaran/penjualan dan manajer
logistik (barang jadi) jika terjadi ketidaksesuaian kuaitas produk termasuk
keluhan pelanggan dengan lekakukan :
1. Mengendalikan ketidaksesuaian dan melakukan koreksi terhadap
keefektifan tindakan
2. Menangani konsekuensi yang timbul akibat dari ketidaksesuaian (dengan
mempertimbangkan risiko dan peluang yang ada)
3. Menentukan kebutuhan tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian terhadap kualitas produk, dengan mencari akar masalah
agar kejadian serupa tidak terulang kembali dikemudian hari
4. Menerapkan tindakan segera agar permasalahan cepat tertangani dan jika
perlu memperbarui data dan informasi tentang risiko dan peluang
5. Menyimpan dokumen tentang ketidaksesuaian dan tindakan serta hasil
yang diambil
B. Manajer departemen terkait melakukan koordinasi dengan manager HSE dan
tim P2K3 jika terjadi ketidaksesuaian terhadap kondisi lingkungan maupun
K3 ditempat kerja dengan :
1. Mendelakikan ketidaksesuaian dan melakukan koreksi terhadap
keefektifan tindakan
2. Menangani konsekuensi yang timbul akibat dari ketidaksesuaian (dengan
mempertimbangkan risiko dan peluang dari dampak yang terjadi akibat
insiden lingkungan dan atau K3 didalam perusahaan)
3. Menentukan kebutuhan tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian terhadap kualitas produk, dengan mencari akar masalah
agar kejadian serupa tidak terulang kembali dikemudian hari
4. Menerapkan tindakan segera agar permasalahan cepat tertangani dan jika
perlu memperbarui data dan informasi tentang risiko dan peluang
5. Menyimpan dokumen tentang ketidaksesuaian dan tindakan serta hasil
yang diambil

119
V.13 Regulasi/Perundangan mengenai K3 yang diterapkan Oleh PT. Hanil Jaya
Steel
Tabel V.31 Regulasi perundangan K3 yang diterapkan oleh PT. Hanil Jaya Steel
No No. PP/UU Judul UU/Peraturan K3
1 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Pemakaian APD,
Rambu-rambu, dan lain-lain)
2 Permenaker No. Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR
04/Men/Tahun 1980
3 Permenaker No. Panitia Pembina K3 (P2K3)
04/Men/Tahun 1987
4 Permenaker No. Tentang tata cara penunjukkan kewajiban dan
02/Men/Tahun 1992 wewenang AK3
5 Permenaker No. Tentang persyaratan penunjukkan dan wewenang
03/Men/Tahun 1978 serta kewajiban pegawai P2K3 dan AK3
6 Permenaker No. 15/Men/ P3K tempat kerja (Kotak Obat, dll) Penyusunan
Tahun 2008 Dokumen Lingkungan Hidup
7 Permenaker/No.37/Men/ Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana
Tahun 2016 dan Tangki Timbun
8 Permenaker/No.38/Men/ Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Tahun 2016 Tenaga dan Produksi
9 Permenaker Trans No.01/ Kewajiban melapor penyakit akibat kerja
Men/Tahun 1981
10 SE- Tentang peningkatan pengawasan pemakaian
02/Men/DJPPK/11/2006 instalasi pipa bertenaga
11 Permenaker No. Tentang Kualifikasi juru las ditempat kerja
02/Men/Tahun 1982
12 Permenaker No. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja (Poliklinik)
03/Men/Tahun 1982
13 Permenaker No. Pesawat Angkat dan Angkut (Mobil Crane, Forklift,
05/Men/Tahun 1985 Dump Truck, Exavator, Over Hand Crane, dll)
14 Permenaker No. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
187/Men/Tahun 1999 Kerja
15 Permenaker No. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan Kecelakaan
03/Men/Tahun 1998
16 Permenaker No. Pengawasan Instalasi Penyalur listrik
02/Men/Tahun 1989
17 Permenaker No. Tentang syarat-syarat K3 lift untuk pengangkutan
03/Men/Tahun 1999 orang dan barang
18 Instruksi Menaker No. Tentang pengawasan Khusus K3 Penanggulangan
Ins 11/M/BW/Tahun Kebakaran
1997
Sumber : Data Sekunder PT. Hanil Jaya Steel

120
BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Hanil Jaya Steel
tentang K3 dapat diambil kesimpulan bahwa PT. Hanil Jaya Steel telah
menerapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
yang bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja.
Selain itu ada 18 Regulasi/Peraturan mengenai K3 yang telah diterapkan yang
dalam hal ini menurut saya selaku peserta PKL disana penerapan K3 di PT. Hanil
Jaya Steel telah berjalan dengan baik meski ada beberapa yang harus dibenahi dan
ditambahkan. Selain itu, kesimpulan dari semua penjabaran laporan diatas adalah
sebagai berikut :
1. Faktor bahaya lingkungan di PT Hanil Jaya Steel dapat berasal dari faktor
bahaya fisika, kimia, dan biologi.
A. Faktor bahaya fisika meliputi sebagai berikut :
- Kebisingan
- Tekanan panas
B. Faktor Bahaya Kimia
Di PT. Hanil Jaya Steel sendiri untuk bahan kimia berasal dari proses
produksi Steel Making, tetapi pada saat kegiatan PKL dilaksanakan Steel
Making sedang tidak beroperasi maka dari itu tidak ada bahaya kimia yang
dihasilkan.
C. Faktor Bahaya Biologi
Faktor bahaya biologi hanya berasal dari binatang yang ada diperusahaan
mayoritas berasal jalan menuju TPS 1 yang didominasi oleh rumput dan
ilalang sehingga memungkinkan adanya binatang seperti ular dan tikus.
2. Potensi Bahaya
1. Potensi bahaya terbesar di PT. Hanil Jaya Steel adalah kebakaran.
Tindakan pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan Alat
Pemadam Kebakaran jenis hydrant dan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) serta adanya prosedur keselamatan kerja, menyediakan Alat

121
pelindung Diri, pelatihan, pemasangan warning sign, safety sign,
kampanye K3, penyuluhan K3, pengecekan alat pemadam kebakaran
secara rutin
2. Potensi bahaya lainnya yang mungkin terjadi di PT. Hanil Jaya Steel
adalah peledakan, terjatuh, terpeleset, terjepit, tertimpa dan tertabrak.
3. PT. Hanil Jaya Steel telah menerapkan manajemen K3L yang meliputi training
K3, penyuluhan K3, kampanye K3, pemasangan warning sign dan safety sign
dan kebijakan K3 secara tertulis.
4. Telah dibentuk P2K3 yang berada dibawah departemen personalia untuk
manajemen K3 di perusahaan agar tetap terpelihara dengan baik
5. PT. Hanil Jaya Steel Telah memberikan Pelayanan Kesehatan untuk karyawan
meliputi:
a. Poliklinik
b. Kotak P3K
c. Alat Evakuasi dan Transportasi
6. Gizi Kerja
a. PT. Hanil Jaya Steel menyediakan makanan dan kantin serta koperasi bagi
tenaga kerja
7. Ergonomi
a. Sikap kerja kebanyakan duduk
b. Penggunaan alat angkut telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
8. Audit SMK3
Meliputi Audit SMK3 internal dan Eksternal
9. Limbah
Limbah yang dihasilkan PT. Hanil Jaya Steel berupa limbah padat, cair, gas
dan B3 yang telah diolah sesuai peraturan

VI.2 Saran
Berdasarkan kegiatan PKL yang telah dilaksanakan, berikut beberapa saran yang
dapat diberikan penulis, antara lain :
1. Perlu dilakukan pengukuran terhadap intensitas tekanan panas dilingkungan kerja,
agar dapat diketahui intensitas pengukuran tekanan panas sehingga dapat dilakukan
tindakan dengan segera apabila didapatkan hasil intensitas tekanan panas yang
melebihi NAB

122
2. Sebaiknya dilakukan pelatihan dan penunjukkan petugas P3K sehingga dapat
membantu pekerjaan paramedis agar lebih maksimal
3. Sebaiknya ditambahkan alarm kebakaran untuk pengingat apabila terjadi kebakaran
di area kerja

123
DAFTAR PUSTAKA

Buntarto. (2015). Panduan Praktis Kesehatan dan Keselamatan Untuk Industri. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Gabby. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Studi Kasus Pada
Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 1-10.

Ilma. (2013). Syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja.

Purnomo, D. H., Indasah, & Melda, B. (2018). Analysis of Implementation Safety and Health
Occupational Management System in Kertosono General Hospital. Journal for Quality
in Public Health, 78-85.

Putriandari. (2011). Analisis Pengaruh kualitas jasa dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas
pe;anggan Telkom Speedy di Semarang.

Rezkyan, M. Y., Darwadi, & Yuliana, R. (2013). The Influence of Reliatation Safety and
Healthy Work to Work Productivity Employees at PT PLN (Persero) Jawa Barat and
Banten. nternational Journal of Science and Research (IJSR), 701-707.

Ridley. (2006). Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.

Suardi. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta Pusat: Argya
Putra.

Tjipno. (2010). Manajemen Pemasaran : Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Publisher.

Trwibowo, & Puspahandani. (2013). Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Yogyakarta: Nuha Medika.

124

Anda mungkin juga menyukai