Abstrak:
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur baja.
Di dalam kegiatan produksinya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tidak dapat menghindari terbentuknya
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dapat memberikan dampak negatif, baik bagi
kesehatan manusia maupun bagi lingkungan. Konsep penanganan limbah B3 dikenal dengan istilah
cradle to grave. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi pengelolaan secara teknis (pelabelan,
pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, dan pengolahan) dan pengelolaan non-teknis/
operasional (izin pengelolaan dan pengarsipan dokumen). Metode yang dilakukan adalah studi literatur,
wawancara, dan peninjauan langsung di lapangan. Jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan antara lain
debu EAF, sludge, steel slag, katalis, mill scale, ferro oxide, oli dan pelumas bekas, majun, waste pickle
liquor, lampu TL dan bekas kemasan bahan kimia. Dari segi karakteristik, dilihat dari perhitungan
presentase, karakteristik yang paling dominan adalah limbah beracun (99,85%), diikuti dengan korosif
(0,13%), mudah terbakar(0,02%), reaktif, dan infeksius. Secara keseluruhan pengelolaan limbah B3
yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk masih kurang baik. PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk perlu meningkatkan upaya-upaya pengolahan yang dapat mengurangi tingkat bahaya dari limbah
B3 tersebut.
Kata Kunci: Limbah B3, Cradle to Grave, Pengelolaan Limbah B3, Manufaktur Baja.
Abstract:
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk is a company that involved in steel manufacture. In its production
activity, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk can not avoid the formation of hazardous waste that could
adversely affect both human health and for the environment. Hazardous waste management concept
known as the cradle to grave. Evaluation included the evaluation of technical management (labeling,
packaging, storage, transport, use, and processing) and non-technical management/ operations
(license management and documents). The method used are literature studies, interviews and direct
observation in the field. The types of hazardous waste produced are EAF dust, sludge, steel slag,
catalyst, mill scale, ferrous oxide, oil and lubricants, dust cloth, waste pickle liquor, fluorescent lamp
and used packaging chemicals. In terms of characteristics, seen from the calculation of the percentage,
the most dominant characteristic is a toxic waste (99.85%), followed by corrosive (0.13%), flammable
(0.02%), reactive, and infectious. Overall, hazardous waste management conducted by PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk is still not good. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk need to increase its efforts for
processing their hazardous waste so that the danger level could be reduced.
Keywords: Hazardous Waste, Cradle to Grave, Hazardous Waste Management, Steel Manufacture.
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, pembangunan di segala bidang digalakan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya melalui pembangunan industri yang menghasilkan berbagai
macam barang dan jasa yang bermanfaat dan mendukung kehidupan manusia. Namun, tidak dapat
dipungkiri pemenuhan kebutuhan melalui berbagai macam kegiatan ini menimbulkan limbah yang
dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan atau aktivitas industri dapat bersifat limbah bahan berbahaya
dan beracun (hazardous waste), dan bisa juga tidak bersifat limbah bahan berbahaya dan beracun (non-
hazardous waste). Limbah-limbah yang dihasilkan tersebut perlu dikelola supaya tidak menimbulkan
bahaya dan pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Prosedur penanganan limbah B3 telah diatur oleh
Negara dalam PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan industri baja dunia (word class)
dan saat ini masih menjadi industri baja terbesar di Indonesia. Sebagai salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur, PT. Krakatau Steel banyak menghasilkan limbah berbahaya dan
beracun seperti debu, sludge, oli bekas, slag steel, dll.
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk tidak hanya melakukan kegiatan manufaktur, tetapi juga
berkomitmen terhadap kesehatan dan keselamatan kerja dari karyawannya serta mengutamakan
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk antara lain: pengelolaan limbah cair, pengelolaan kualitas udara, pengelolaan
limbah B3 dan non-B3, pemantauan K3, dan pemantauan lingkungan lainnya. Keseluruhan hal yang
telah disebutkan diatas merupakan landasan yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan kerja
praktik mengenai Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
KONDISI EKSISTING
Jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan antara lain debu EAF, sludge, steel slag, katalis, mill scale,
ferro oxide, oli dan pelumas bekas, majun, waste pickle liquor, lampu TL dan bekas kemasan bahan
kimia. Izin yang dimiliki PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk antara lain Surat Keputusan Walikota
Cilegon nomor 658.31/Kep. 342-BLH/2012 tentang Izin Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 131 Tahun 2011 tentang Izin Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk. Pengelolaan yang dilakukan meliputi penanganan di setiap unit produksi,
pelabelan, penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, dan pengolahan yang terdapat dalam gambar
berikut ini.
KESIMPULAN
Jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan antara lain debu EAF, sludge, steel slag, katalis, mill scale,
ferro oxide, oli dan pelumas bekas, majun, waste pickle liquor, lampu TL dan bekas kemasan bahan
kimia. Dari segi karakteristik, dilihat dari perhitungan presentase, karakteristik yang paling dominan
adalah limbah beracun (99,85%), diikuti dengan korosif (0,13%), mudah terbakar(0,02%), reaktif, dan
infeksius.
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk meliputi pelabelan,
pengemasan, penyimpanan, dan pemanfaatan. Kegiatan pengangkutan menjadi tanggung jawab pihak
ketiga baik pemanfaat maupun pengolah limbah. Untuk kegiatan pemanfaatan yang bersifat end of pipe
dilakukan oleh pihak ketiga, sedangkan yang dilakukan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah
pemanfataan yang bersifat proaktif. Sedangkan kegiatan pengolahan seluruhnya dilakukan oleh pihak
ketiga berizin KLH yang telah terlibat kontrak dengan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Secara umum pengelolaan limbah B3 di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk masih dirasa kurang,
karena pengelolaan yang dilakukan hanya berupa penyimpanan tanpa adanya usaha untuk mengurangi
potensi bahaya limbah tersebut. Beberapa ketidak sesuaian juga masih ditemui dalam kegiatan
pelabelan, pengemasan, dan penyimpanan. Hal-hal tersebut diakibatkan oleh belum difokuskannya
tentang pentingnya pengelolaan lingkungan oleh sebagian besar karyawan PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk. Secara operasional, pengarsipan yang dilakukan juga masih terdapat ketidaksesuaian.
Proses pengolahan limbah slag steel PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk oleh PT Purna Baja Harsco
dilakukan secara fisis, terbagi menjadi dua metode pengolahan yaitu metode Metal Recovery Plant
(MRP) dan Slag Atomizing Technology (SAT). Metode MRP dikenal sebagai metode konvensional
karena proses pengolahan yang sederhana, sedangkan metode SAT merupakan metode pengolahan
yang memanfaatkan proses atomizing dengan produk yang lebih ramah lingkungan.
SARAN
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai evaluasi untuk peningkatan pengelolaan
limbah B3 di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk kedepannya antara lain:
1. Sebaiknya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk lebih sering mengadakan pencerdasan tentang
pentingnya pengelolaan lingkungan kepada karyawannya, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
diri akan pentingnya pengelolaan lingkungan bagi keberjalanan proses produksi.
2. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebaiknya lebih mengontrol tentang kegiatan pengemasan dan
penyimpanan limbah, sehingga limbah selalu dalam keadaan baik, dapat mencegah terjadinya
kebocoran dan tumpahan, serta tidak mengganggu lingkungan kerja karyawan.
3. Senantiasa memberlakukan sistem pembersihan dan pengontrolan rutin untuk fasilitas-fasilitas
penyimpanan limbah baik itu di tempat pengumpulan dalam pabrik maupun di TPS Limbah B3,
sehingga hal-hal seperti limbah yang tercampur dan saluran drainase yang terganggu sampah daun
bisa dihindarkan.
4. Tempat pengumpulan limbah di pabrik seperti oli bekas dan limbah B3 cair WPL sebaiknya
dilengkapi dengan atap agar dapat menghindari potensi terjadinya perlindian saat hujan turun dan
potensi-potensi bahaya lainnya.
5. Senantiasa menjaga dan meningkatkan koordinasi yang baik antara perusahaan dan seluruh vendor
yang terlibat dalam pengelolaan limbah B3, sehingga sistem dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Khususnya dalam jadwal pengangkutan.
6. Khusus untuk kegiatan pengolahan oleh PT Purna Baja Harsco, sebaiknya perusahaan lebih
menggiatkan lagi kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan sehingga jumlah limbah yang belum
terkelola dapat ditekan. Selain itu, perlu dilakukan pengontrolan pencemaran udara akibat aktivitas
pengolahan ini karena proses pengolahan yang sederhana, sedangkan metode SAT merupakan
metode pengolahan yang memanfaatkan proses atomizing dengan produk yang lebih ramah
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Repblik Indonesia No. 85 Tahun 1999
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Direktur Jenderal Hubungan Darat No. 725/AJ.302/DRJD/2004 tentang penyelenggaraan
pengangkutan bahan berbahaya dan beracun di jalan.
Damanhuri, Enri. 2010. Diktat Kuliah TL-3204 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Edisi
Semester II 2009/2010. Penerbit ITB.
La Grega, Michael D. Hazardous Waste Management. Singapore: McGraw Hill, Inc.
Motz , H. & Geiseler, J. (2001). Products of steel slags an opportunity to save natural resources. Waste
Management. Vol. 21, No. 3, (2001), pp. (285-293), ISSN 0956-053X
Drissen, P., Ehrenberg, A., Khn, M. & Mudersbach, D. (2009) Recent Development in Slag Treatment
and Dust Recycling. steel research international, Vol. 80, No. 10, (October 2009), pp. (737-745),
ISSN 1869-344X
Besga, G., Pinto, M., Rodrguez, M., Lpez, F. & Balczar, N. (1996). Agronomic and nutritional
effects of Linz-Donawitz slag application to two pastures in Northern Spain. Nutrient Cycling in
Agroecosystems, Vol. 46, No. 3, (1996), pp. (157-167), ISSN 1385-1314
Takahashi,T., Yabuta,K.(2002). New Application of Iron and Steelmaking Slag. NKK TECHNICAL
REPORT-JAPANESE EDITION, No. 87, (2002), pp.(43-48), ISSN 0915-0536
Negim, O., Eloifi, B., Mench, M., Bes, C., Gaste, H., Montelica-Heino, M. & Le Coustumer, P. (2010).
Effect of basic slag addition on soil properties, growth and leaf mineral composition of beans in
a Cu-contaminated soil. Journal Soil and Sediment Contamination, Vol. 19, No. 2, (2010), pp.
(174-187), ISSN 1532-0383
EVALUATION OF HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT
PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK
Rizki Apriliawati1 dan Moch Chaerul2
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132
1
rizkiapriliawati@gmail.com dan 2mchaerul2000@gmail.com
Abstract:
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk is a company that involved in steel manufacture. In its production
activity, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk can not avoid the formation of hazardous waste that could
adversely affect both human health and the environment. Hazardous waste management concept known
as the cradle to grave. Evaluation included the evaluation of technical management (labeling,
packaging, storage, transport, use, and processing) and non-technical management/ operations (license
management and documents). The method used are literature studies, interviews and direct observation
in the field. The types of hazardous waste produced are EAF dust, sludge, steel slag, catalyst, mill scale,
ferrous oxide, oil and lubricants, dust cloth, waste pickle liquor, fluorescent lamp and used packaging
chemicals. In terms of characteristics, seen from the calculation of the percentage, the most dominant
characteristic is a toxic waste (99.85%), followed by corrosive (0.13%), flammable (0.02%), reactive,
and infectious. Overall, hazardous waste management conducted by PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
is still not good. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk need to increase its efforts for processing their
hazardous waste so that the danger level could be reduced.
Keywords: Hazardous Waste, Cradle to Grave, Hazardous Waste Management, Steel Manufacture.
Abstrak:
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
baja. Di dalam kegiatan produksinya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tidak dapat menghindari
terbentuknya limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dapat memberikan dampak negatif,
baik bagi kesehatan manusia maupun bagi lingkungan. Konsep penanganan limbah B3 dikenal dengan
istilah cradle to grave. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi pengelolaan secara teknis
(pelabelan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, dan pengolahan) dan
pengelolaan non-teknis/ operasional (izin pengelolaan dan pengarsipan dokumen). Metode yang
dilakukan adalah studi literatur, wawancara, dan peninjauan langsung di lapangan. Jenis-jenis limbah
B3 yang dihasilkan antara lain debu EAF, sludge, steel slag, katalis, mill scale, ferro oxide, oli dan
pelumas bekas, majun, waste pickle liquor, lampu TL dan bekas kemasan bahan kimia. Dari segi
karakteristik, dilihat dari perhitungan presentase, karakteristik yang paling dominan adalah limbah
beracun (99,85%), diikuti dengan korosif (0,13%), mudah terbakar(0,02%), reaktif, dan infeksius.
Secara keseluruhan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
masih kurang baik. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk perlu meningkatkan upaya-upaya pengolahan
yang dapat mengurangi tingkat bahaya dari limbah B3 tersebut.
Kata Kunci: Limbah B3, Cradle to Grave, Pengelolaan Limbah B3, Manufaktur Baja.
INTRODUCTION
In this globalization era, development in all fields increase in order to improve the welfare of
society, one through is industry that produces a wide variety of useful goods and services to support
human life. However it can not be denied, this activity has caused waste that would be harmful for
people and environment.
Waste generated from activities or industrial activities, can be hazardous and toxic waste, and can
also be non-hazardous and non-toxic waste. Wastes generated should be managed so it will not cause
harm and pollution to the environment. Hazardous waste handling procedures have been set in
Peraturan Pemerintah no. 101 tahun 2014 about Hazardous and Toxic Waste Management.
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk is one of the world steel industry (word class) and the largest
steel industry in Indonesia. As one of the companies that involved in steel manufacture, PT. Krakatau
Steel produced many hazardous and toxic wastes such as dust, sludge, waste oils, steel slag, etc.
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk not only do the manufacturing activities, it is also committed to
the health and safety of its employees and prioritizes the environmental protection. Environmental
management carried out by PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, among others: liquid waste management,
air quality management, hazardous and non-hazardous waste management, occupational health and
safety monitoring, and other environmental monitoring. The whole thing has been mentioned above is
the authors On The Job Training background on "Hazardous Waste Management" at PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk.
EXISTING CONDITION
The types of hazardous waste produced include EAF dust, sludge, steel slag, catalyst, mill scale,
ferrous oxide, oil and lubricants, dust cloth, waste pickle liquor, fluorescent lamps and the former
chemical packing. License owned by PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, among others Surat Keputusan
Walikota Cilegon nomor 658.31/Kep. 342-BLH/2012 on Hazardous Wastes and Toxic Storage
Permission for PT Krakatau Steel (Persero) Tbk and Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 131 Tahun 2011 on Utilization Permit of PT Krakatau Steel (Persero) Tbks Hazardous
Waste. Management done there include source handling, labeling, storage, transportation, utilization,
and processing can be seen in figures below.
Generally the source handling activities done based on the type of waste produced. Handling is
intended so that the waste can be managed well while waiting for further management. Labeling used
consisted of hazardous waste labeling information and symbols. Waste then stored in the temporary
dumpster owned PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, amounting to 5 pieces, still based on the type of
waste stored. Transportation activity is divided into 2: transport from the source to the polls (temporary
dumpster) and the transport from the dumpster to the processor or beneficiaries. Both are performed by
licensed third parties involved with the company's cooperation. Transportation system do not have a
specific timetable. Utilization conducted consisting of recycle fines sponge waste with briquetting and
blocking method, the operation of the filter press unit at Reject Treatment Plant (RTP) in CRM factory,
recycle WPL waste using the Acid Regeneration Plant (ARP), and reuse drum packaging used to save
oil contaminated rags. Steel slag waste processing carried out by PT Purna Baja Harsco with two types
of processing methods, namely Metal Recovery Plant (MRP) and the Slag Atomizing Technology
(SAT). Waste manifest document archiving is done every three months with a copy of the documents
stored are yellow sheet (copy 2).
CONCLUSSION
The types of hazardous waste produced include EAF dust, sludge, steel slag, catalyst, mill scale,
ferrous oxide, oil and lubricants, dust cloth, waste pickle liquor, fluorescent lamp and used packaging
chemicals. In terms of characteristics, seen from the calculation of the percentage, the most dominant
characteristic is a toxic waste (99.85%), followed by corrosive (0.13%), flammable (0.02%), reactive,
and infectious.
Hazardous waste management conducted by PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk include labeling,
packaging, storage, and utilization. Transportation activities become the third partys responsibility
(beneficiary and waste processors). End of pipe done by the third party, while PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk done the proactive effort. While the whole processing activities performed by third parties
who have been involved unlicensed KLH contract with PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
In general the hazardous waste management in PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk are still lack,
because the management done only in the form of storage without any effort to reduce the potential
danger of such waste. Some discrepancies are still encountered in the activities of labeling, packaging,
and storage. Those things are caused the importance of environmental management are not focused yet
by PT Krakatau Steel (Persero) Tbks employee. Operationally, there is also a mismatch in archieving
the hazardous waste document..
The processing of steel slag PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk by PT Purna Baja Harsco done
physically, divided into two treatment methods: Metal Recovery Plant (MRP) and the Slag Atomizing
Technology (SAT). MRP method is known as a conventional method for processing a simple, whereas
the SAT method is a processing method that utilizes atomizing process with products that are more
environmentally friendly.
RECOMMENDATION
For some suggestions that can be delivered as an evaluation to improve the hazardous waste
managemen in PT Krakatau Steel (Persero) Tbk in the future include:
1. Preferably, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk should improve the employeess knowledge about the
importance of environmental management, so it can increase self-awareness about the advantages
of applying environmental management in production process.
2. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk should control the waste storage and packaging better, so that
waste is always in good condition, can prevent leaks and spills, and does not interfere with the
working environment of employees.
3. Always clean and control the waste storage facilities systems, at a collection point in a factory or
at the hazardous waste storage, so things such as mixed waste and drainage system clogged by leaf
litter can be avoided.
4. Collection facilities at production unit such as used oil and WPL liquid waste should be equipped
with a roof in order to avoid the potential leaching when it rains and other potential dangers.
5. Always keep and improve the coordination between the company and all the vendors involved in
the hazardous waste management, so that the system can run smoothly. Particularly in the
transportation schedule.
6. Especially for processing activities by PT Purna Baja Harsco, the company should increase the
waste processing activities so that the amount of waste that has not managed can be suppressed. In
addition, it is necessary to control air pollution. While the SAT method is a processing method that
utilizes atomizing process with a more environmentally friendlu products.
REFERENCES
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Repblik Indonesia No. 85 Tahun 1999
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Direktur Jenderal Hubungan Darat No. 725/AJ.302/DRJD/2004 tentang penyelenggaraan
pengangkutan bahan berbahaya dan beracun di jalan.
Damanhuri, Enri. 2010. Diktat Kuliah TL-3204 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Edisi
Semester II 2009/2010. Penerbit ITB.
La Grega, Michael D. Hazardous Waste Management. Singapore: McGraw Hill, Inc.
Motz , H. & Geiseler, J. (2001). Products of steel slags an opportunity to save natural resources. Waste
Management. Vol. 21, No. 3, (2001), pp. (285-293), ISSN 0956-053X
Drissen, P., Ehrenberg, A., Khn, M. & Mudersbach, D. (2009) Recent Development in Slag Treatment
and Dust Recycling. steel research international, Vol. 80, No. 10, (October 2009), pp. (737-745),
ISSN 1869-344X
Besga, G., Pinto, M., Rodrguez, M., Lpez, F. & Balczar, N. (1996). Agronomic and nutritional
effects of Linz-Donawitz slag application to two pastures in Northern Spain. Nutrient Cycling in
Agroecosystems, Vol. 46, No. 3, (1996), pp. (157-167), ISSN 1385-1314
Takahashi,T., Yabuta,K.(2002). New Application of Iron and Steelmaking Slag. NKK TECHNICAL
REPORT-JAPANESE EDITION, No. 87, (2002), pp.(43-48), ISSN 0915-0536
Negim, O., Eloifi, B., Mench, M., Bes, C., Gaste, H., Montelica-Heino, M. & Le Coustumer, P. (2010).
Effect of basic slag addition on soil properties, growth and leaf mineral composition of beans in
a Cu-contaminated soil. Journal Soil and Sediment Contamination, Vol. 19, No. 2, (2010), pp.
(174-187), ISSN 1532-0383