Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

“PENENTUAN KONSENTRASI OPTIMUM KOAGULAN


COLOURING AGENT (DCA) PADA LIMBAH BATIK DAN
FARMASI”

Sebagai Persyaratan :
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Pengelolaan Limbah Industri
Dan B3

Disusun Oleh :

1. ELIS ROSIDA 17.01.07.008

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
CILACAP
2020
vi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum...............................................................................................1
1.2 Landasan Teori.........................................................................................................1
1.2.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit (Farmasi).......................................................1
1.2.2 Limbah Perwarna Tekstil (Batik).......................................................................1
1.2.3 Decolouring Agent................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
METODE PELAKSANAAN.............................................................................................4
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................................4
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................4
3.4 Metode Pelaksanaan Praktikum...............................................................................4
BAB III..............................................................................................................................6
HASIL KEGIATAN..........................................................................................................6
1.1 Data Hasil Titrasi...............................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN................................................................................................................8
BAB VI............................................................................................................................12
KESIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
LAMPIRAN.....................................................................................................................15
Lampiran 1. Dokumentasi Foto....................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan Praktikum Penentuan Konsentrasi Koagulan DCA Pada
Pengolahan Limbah Batik dan Limbah Farmasi sebagai berikut :

a. mengetahui pencemaran yang tepat untuk setiap limbah yang akan


dilakukan titrasi menggunakan koagulan DCA agar diperoleh hasil yang
baik.
b. Mengetahui perbandingan jumlah koagulan yang tepat untuk setiap limbah
yang akan diolah.
c. Mengetahui hasil pada setiap limbah setelah dilakukan titrasi
menggunakan Koagulan DCA.
d. Mengetahui kelemahan dari penggunaan Koagulan DCA.

1.2 Landasan Teori


Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan
debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun
atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan
sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity)
serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia.

1.2.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit (Farmasi)


.Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Salah satu jenis limbah rumah sakit
diantaranya yaitu, Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau
merupakan sampah berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa

1
contoh sampah farmasi adalah obat–obatan, vaksin, serum, yang tidak digunakan
lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi dapat berupa senyawa kimia
toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap.

1.2.2 Limbah Perwarna Tekstil (Batik)


Zat warna adalah senyawa yang dipergunakan dalam bentuk larutan atau
dispersi pada suatu bahan lain sehingga berwarna (Rambe, 2009). Tingginya
pemakaian zat pewarna pada kegiatan industry batik membawa dampak pada
peningkatan jumlah bahan pencemar dalam limbah cair yang dihasilkan. Zat
warna naptol dan remazol merupakan salah satu yang banyak digunakana dalam
industri tekstil.
Zat warna naptol adalah zat warna tekstil yang dapat dipakai untuk
mencelup secara cepat dan mempunyai warna yang kuat. Zat warna naptol
merupakan senyawa yang tidak larut dalam air terdiri dari dua komponen dasar
yaitu golongan naptol AS (Anilid Acid) dan komponen pembangkit warna yaitu
golongan diazonium atau biasa disebut garam. Kedua komponen tersebut
bergabung menjadi senyawa berwarna jika sudah dilarutkan. Zat warna naptol
disebut sebagai Ingrain Colours karena terbentuk di dalam serat dan tidak terlarut
di dalam air (Laksono, 2012). Warna dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-
ion metal alam yaitu besi (Fe) dan mangan (Mn). Naptol termasuk dalam zat
pewarna yang tidak larut dalam air, untuk melarutkannya diperlukan zat pembantu
yaitu kostik soda (Rambe, 2009).
Zat warna remazol merupakan zat warna reaktif dari golongan azo. Zat
warna remazol banyak digunakan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan
tidak terdegradasi pada kondisi aerob biasa (Pavlostathis, 2001). Qodri (2011)
juga menambahkan, bahwa sebagian besar zat warna sengaja dibuat supaya
mempunyai ketahanan terhadap pengaruh lingkungan seperti efek pH, suhu dan
mikroba. Ketahanan senyawa remazol terhadap perubahan pH, suhu dan mikroba,
menjadikan remazol sebagai bahan kimia sintetis yang berpotensi mencemari
lingkungan apabila tidak dilakukan pengelolaan dan pengolahan secara
komprehensif. Air limbah zat warna remazol dapat mengakibatkan beberapa
gangguan kesehatan, dari penyakit kulit ringan hingga kanker kulit (Sugiharto,
1987).

2
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, definisi dari
air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Pengertian limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh
kegiatan industri. Limbah dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Sunu (2001) menjelaskan bahwa ada beberapa komponen pencemaran air
antara lain limbah padat, limbah bahan makanan, limbah bahan organik, limbah
anorganik dan limbah zat kimia. Komponen pencemaran air akan menentukan
terjadinya indikator pencemaran air. Komponen yang berhubungan dengan
pencemaran air karena limbah tekstil adalah limbah anorganik dan limbah zat
kimia.
Limbah zat kimia dapat berupa insektisida, bahan pembersih, larutan
penyamak kulit dan zat warna kimia. Kandungan zat warna kimia yang ada di
dalam air akan mempengaruhi pH air lingkungan dan kandungan oksigen. Hampir
semua zat warna kimia bersifat racun dan jika masuk ke dalam tubuh manusia
akan ikut merangsang tumbuhnya kanker (Sunu, 2001).

1.2.3 Decolouring Agent


Water Decoloring Agent (DCA) sangat familiar bagi industri yang banyak
menggunakan pewarna. Water Decoloring Agent (DCA) merupakan solusi bagi
industri untuk menghilangkan warna dalam proses air limbah. water decoloring
agent ini biasanya digunakan dalam proses pemgelolahan air limbah di pabrik
textile, tinta, pertambangan, pabrik cat, pabrik kertas dll. Decoloring agent dapat
juga dipakai untuk produksi dalam pabrik kertas sbg retention agent. Manfaat
decolouring agent itu sendiri diantaranya yaitu sangat kuat dalam proses
penghilang warna (lebih dari 95%), dapat menetralisir COD dengan lebih baik,
dapat mempercepat proses pengendapan dan proses flocculation, tidak
mengandung bahan2 polusi seperti: aluminum, klroine, dan zat zat ion berat
lainnya).

3
BAB II
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Dalam kegiatan praktikum “Penentuan Konsentrasi Optimum Koagulan


Colouring Agent (Dca) Pada Limbah Batik Dan Farmasi” ini dilaksanakan di
Laboratorium Politeknik Negeri Cilacap dengan waktu yang dibutuhkan selama 1
hari.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan Praktik Bahan Praktikum
a) Buret a) Aquades/Air Suling
b) Magnetic Stirer b) Limbah Farmasi (Stikes Al-
c) Gelas Ukur 100 mL Irsyad Cilacap)
d) Gelas Beker 500 mL c) Limbah Industri Batik
e) Gelas Beker 250 mL (Naptol)
f) Gelas Ukur 100 mL d) Limbah Industri Batik
g) Gelas Ukur 50 mL (Rhemasol)
h) Gelas Ukur 25 mL e) Koagulan DCA
i) Corong (Decolouring Agent)
j) Pipet
k) Pengaduk
l) Klem dan Statif

3.4 Metode Pelaksanaan Praktikum


a) Siapkan limbah yang akan digunakan dalam praktik,limbah yang
digunakan berua limbah farmasi, limbah batik naptol, limbah batik
rhemasol.
b) Lakukan pengenceran pada setiap limbah denga formulasi sebagai
berikut:

4
No
Formulasi Pengenceran Volume Total
.
10x
1. Formulasi 1 (Limbah awal 40 mL + 440 mL
Aquades 400 mL)
20x
2. Formulasi 2 (Limbah awal 20 mL + 420 mL
Aquades 400 mL)
50x
3. Formulasi 3 (Limbah awal 5mL + Aquades 255 mL
250 mL)
Formulasi 4
20x
(campuran limbah
4 (Limbah awal 10 mL + 210
Rhemasol dan
Aquades 200 mL)
Naptol)

Note : Sehingga berdasarkan 4 formulasi diatas terdapat 10 sampel dalam


percobaan praktik ini.
- Limbah Farmasi Pengeceran : 10x (2 sampel)
- Limbah Rhemasol Pengenceran : 10x (1 sampel), 20x (2 sampel)
- Limbah Naptol Pengenceran : 10x (1 sampel), 20x (1 sampel), 50x (2 sampel)
- Campuran Limbah Rhemasol dan Naptol : 20x (1 sampel)

c) Lakukan titrasi menggunakan koagulan DCA sampai ditemukan titik


optimal (catat koagulan yang dibutuhkan).
Note : Titik optimal adalah dimana penambahan koagulan mampu
membuat limbah menurun kepekatan warnanya dan timbul flok.
d) Jika sudah muncul flok tunggu beberapa menit untuk proses
mengendapkan flok yang sudah terbentuk setelah penambahan koagulan
DCA.

5
BAB III
HASIL KEGIATAN

1.1 Data Hasil Titrasi

Pengenceran Volume Total Volume


No Jenis
(Limbah + Limbah Koagula Hasil
. Limbah
Aquades) Pengenceran n
40 mL limbah + 400 Tidak Terlihat
Naptol 440 mL 20 mL
mL Aquades Perubahannya.
40 mL limbah + 400 Tidak Terlihat
Rhemasol 440 mL 20 mL
1. mL Aquades Perubahannya.
Timbul Flock dan
40 mL limbah + 400
Farmasi 440 mL 2,5 mL warna menjadi
mL Aquades
berubah putih.
Terbentuk flock
20 mL limbah + 400 halus dan warna
Naptol 420 mL 2 mL
mL Aquades berubah menjadi
terang.
Limbah tidak
2. 20 mL limbah + 400
Rhemasol 420 mL 17 mL berubah, karena
mL Aquades
limbah masih pekat.
Timbul flock besar,
20 mL limbah + 400
Naptol 420 mL 1 mL warna berubah
mL Aquades
menjadi putih keruh.
Warna berubah
5 mL limbah + 250 menjadi hijau
Rhemasol 255 mL 1 mL
mL Aquades bening, tidak ada
3. flock.
Warna hijau bening,
5 mL limbah + 250
Rhemasol 255 mL 4 mL lebih terang dan
mL Aquades
tidak ada flock.
4. Campuran 10 mL limbah + 200 210 mL 0,5 mL Timbul flock
limbah mL Aquades berwarna hitam

6
(Cenderung lebih
Rhemasol + gelap) dan air limbah
Naptol (1:1) berwarna putih
keruh.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini di lakukan percobaan Penentuan Konsentrasi Optimum


Pada Limbah Batik Dan Farmasi, yang mana praktikum tersebut menggunakan
koagulan Colouring Agent (DCA), koagulan DCA ini berfungsi untuk
menghilangkan warna dalam proses air limbah sangat kuat dalam proses
penghilang warna (lebih dari 95%), dapat menetralisir COD dengan lebih baik,
dapat mempercepat proses pengendapan dan proses flocculation, tidak
mengandung bahan2 polusi seperti: aluminum, klroine, dan zat zat ion berat
lainnya yang dapat mencemari lingkungan sehingga dalam praktikum ini dapat
menjadi penentu konsentrasi optimum suatu limbah. Namun dikarenakan
koagulan tersebut sangat kuat maka dalam praktikum ini kelemahan koagulan
DCA ini apabila sedang dilakukan titrasi dan cairan DCA turun terlalu banyak
pada limbah maka titik optimumnya akan berlebihan, warna limbah akan kembali
ke warna awal sehingga titrasi harus dimulai kembali dari awal.

Remazol Brilliant Blue


merupakan
salah satu zat warna yang
banyak digunakan.
Polutan pewarna dari
industri tekstil adalah
salah satu sumber pencemar
yang

8
menkontaminasi lingkungan
dikarenakan
setelah pewarna masuk ke
dalam badan air,
pewarna tersebut akan
semakin stabil dan
lebih sulit terurai
Remazol Brilliant Blue
merupakan
salah satu zat warna yang
banyak digunakan.
Polutan pewarna dari
industri tekstil adalah
salah satu sumber pencemar
yang
menkontaminasi lingkungan
dikarenakan

9
setelah pewarna masuk ke
dalam badan air,
pewarna tersebut akan
semakin stabil dan
lebih sulit terurai
Remazol Brilliant Blue
merupakan
salah satu zat warna yang
banyak digunakan.
Polutan pewarna dari
industri tekstil adalah
salah satu sumber pencemar
yang
menkontaminasi lingkungan
dikarenakan
setelah pewarna masuk ke
dalam badan air,

10
pewarna tersebut akan
semakin stabil dan
lebih sulit terurai
Dalam limbah industry batik terdapat remazol, zat warna remazol banyak
digunakan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan tidak terdegradasi pada
kondisi aerob biasa. Sebagian besar zat warna sengaja dibuat supaya mempunyai
ketahanan terhadap pengaruh lingkungan seperti efek pH, suhu dan mikroba.
Ketahanan senyawa remazol terhadap perubahan tersebut menjadikan remazol
sebagai bahan kimia sintetis yang berpotensi mencemari lingkungan apabila tidak
dilakukan pengelolaan dan pengolahan secara komprehensif, remazol tidak
memiliki kandungan koloid jadi hal tersebut merupakan penyebab saat titrasi
dilakukan hanya terjadi perubahan warna dan tidak ada flock yang terbentuk. Air
limbah zat warna remazol dapat mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan,
dari penyakit kulit ringan hingga kanker kulit merupakan salah satu zat warna
yang banyak digunakan. Polutan pewarna dari industri tekstil adalah salah satu
sumber pencemar yang menkontaminasi lingkungan dikarenakan setelah pewarna
masuk ke dalam badan air, pewarna tersebut akan semakin stabil dan lebih sulit
terurai

Data hasil pengamatan titrasi

Volume
Pengenceran
No Jenis Total Volume
(Limbah + Hasil
. Limbah Limbah Koagulan
Aquades)
Pengenceran
1. 40 mL limbah + 400 Tidak Terlihat
Naptol 440 mL 20 mL
mL Aquades Perubahannya.
40 mL limbah + 400 Tidak Terlihat
Rhemasol 440 mL 20 mL
mL Aquades Perubahannya.
Farmasi 40 mL limbah + 400 440 mL 2,5 mL Timbul Flock dan
mL Aquades warna menjadi

11
berubah putih.
Terbentuk flock halus
20 mL limbah + 400
Naptol 420 mL 2 mL dan warna berubah
mL Aquades
menjadi terang.
Limbah tidak
20 mL limbah + 400
2. Rhemasol 420 mL 17 mL berubah, karena
mL Aquades
limbah masih pekat.
Timbul flock besar,
20 mL limbah + 400
Naptol 420 mL 1 mL warna berubah
mL Aquades
menjadi putih keruh.
Warna berubah
5 mL limbah + 250
Rhemasol 255 mL 1 mL menjadi hijau bening,
mL Aquades
tidak ada flock.
3.
Warna hijau bening,
5 mL limbah + 250
Rhemasol 255 mL 4 mL lebih terang dan tidak
mL Aquades
ada flock.
Timbul flock
Campuran
berwarna hitam
limbah 10 mL limbah + 200
4. 210 mL 0,5 mL (Cenderung lebih
Rhemasol + mL Aquades
gelap) dan air limbah
Naptol (1:1)
berwarna putih keruh.

Note : Sehingga berdasarkan 4 formulasi diatas terdapat 10 sampel dalam


percobaan praktik ini.
- Limbah Farmasi Pengeceran : 10x (2 sampel)
- Limbah Rhemasol Pengenceran : 10x (1 sampel), 20x (2 sampel), 50x (2
sampel)
- Limbah Naptol Pengenceran : 10x (1 sampel), 20x (1 sampel)
- Campuran Limbah Rhemasol dan Naptol : 20x (1 sampel)

Pada titrasi formulasi pertama yang terdapat 3 macam jenis limbah yaitu
Naptol, Remasol, dan Farmasi dimana mula-mula pada masing - masing limbah
dilakukan pengenceran 10 kali yang akan dititrasi menggunakan koagulan DCA,
pada limbah naptol hasilnya tidak terlihat perubahannya yang disebabkan karena
limbah naptol tersebut terlalu pekat sehingga tidak kelihatan perubahannya,

12
jadinya pada limbah naptol dilakukan pengenceran lagi pada formulasi kedua
dengan pengenceran menjadi 20 kali, setelah pengenceran 20 kali limbah yang
ditetesi koagulan terlihat perubahannya terbentuk flock halus dan warna berubah
menjadi terang, jadi pengenceran yang cocok dan tepat untuk limbah naptol itu
sebanyak 20 kali pengenceran.
Pada limbah remasolpun saat pengenceran 10 kali tidak terlihat perubahan
dikarenakan terlalu pekatnya limbah remasol tersebut sehingga harus dilakukan
pengenceran kedua dengan pengenceran 20 kali agar dapat mencapai titik
optimum namun masih belumterlihat ada perubahan sehingga pada limbah
remasol dilakukan pengenceran lagi 50 kali dengan 2 sampel hingga akhirnya
muncul perubahan pada sampel 1 ketika titrasi 1 ml warna berubah menjadi hijau
bening, tidak ada flock dan pada sampel 2 ketika titrasi 4 ml warna berubah
menjadi hijau bening, lebih terang dan tidak ada flock, jadi pada limbah remasol
itu pengenceran yang tepat adalah 50 kali karena pada pengenceran 50 kali setelah
ditetesi koagulan DCA sudah kelihatan perubahannya.
Kemudian pada limbah farmasi formulasi pertama yaitu pengenceran 10 kali
sudah terlihat perubahannya saat titrasi 2,5 ml dari warna coklat tua menjadi putih
keruh dan menghasilkan flock ketika mencapai titik optimum, sehingga tidak
dilakukan pengenceran lagi, jadi pada limbah farmasi pengenceran yang tepat
adalah 10 kali karena sudah kelihatan perubahannya.
Lalu pada formulasi ke 4 yaitu campuran Limbah Remasol dan Naptol
dengan pengenceran 20 kali sudah mencapai titik optimum dengan perubahan
timbulnya flock berwarna hitam (Cenderung lebih gelap) dan air limbah berwarna
putih keruh, jadi pada limbah campuran remasol dan naptol yang biasanya ada
pada industry batik atau tekstil ini pengenceran yang tepat adalah 20 kali.

13
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari Praktikum Penentuan Konsentrasi Optimum Menggunakan


Koagulan DCA Pada Limbah Batik Dan Farmasi ini yaitu meliputi :
a) Pengenceran yang paling tepat untuk setiap limbah:
1. Pada limbah naptol pengenceran yang paling tepat yaitu pengenceran 20
yang perubahannya terlihat dari limbah yang berwarna awal merah tua
menjadi terbentuk flock halus dan warna berubah menjadi terang.
2. Pada limbah remasol pengenceran yang paling tepat adalah 50 kali karena
pada pengenceran 50 kali setelah ditetesi koagulan DCA sudah kelihatan
perubahannya warna limbah awal yaitu hujau pekat berubah menjadi hijau
bening, tidak ada flock.
3. Pada limbah farmasi pengenceran yang paling tepat cukup 10 kali
pengenceran sudah kelihatan perubahan warnanya dari warna coklat tua
menjadi putih keruh dan menghasilkan flock ketika mencapai titik
optimum.
4. Pada limbah campuran naptol dan remasol pengenceran yang paling tepat
adalah 20 dengan perubahan timbulnya flock berwarna hitam (Cenderung
lebih gelap) dan air limbah berwarna putih keruh.
b) Banyaknya koagulan yang cocok untuk setiap limbah:
1. Pada limbah naptol saat mencapai titik optimum yaitu ketika titrasi
koagulan DCA mencapai 2 ml apabila melebihi maka warna limbah akan
kembali seperti semula. Maka banyaknya koagulan yang cocok pada
limbah naptol adalah 2 ml.
2. Pada limbah remasol saat mencapai titik optimum yaitu ketika titrasi
koagulan DCA mencapai 4 ml namun pada saat 1 ml limbah memang
sudah menunjukan perubahan akan tetapi saat koagulan mencapai 4 ml
itulah banyaknya koagulan yang cocok untuk titik optimum limbah
remasol.

14
3. Pada limbah farmasi banyaknya koagulan DCA yang cocok yaitu saat
titrasi mencapai 2,5 ml.
4. Pada limbah campuran naptol dan remasol banyaknya koagulan DCA
yang cocok yaitu saat titrasi mencapai 0,5 ml.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fajar Hadyan Utama. (2017). Laporan Praktikumteknik Pengolahan


Limbahkunjungan Pabrik Batik R Sokaraja. Kementerian Riset, Teknologi,
Dan Pendidikan Tinggiuniversitas Jenderal Soedirmanfakultas
Pertanianpurwokerto.

Karmanto dan Riana Sulistya (2014). Elektrodekolorisasi Zat Warna Remazol


Violet 5r Menggunakan Elektroda Grafit, J. Kaunia Vol. X No. 1, April
2014/1435: 11-19 ISSN 1829-5266 (print) ISSN 2301-8550 (online)

Syafitrianispurbani. (2012). Pengolahan Limbah Farmasi Rumah Sakit

https://www.grinvirobiotekno.com/C_product/detail_product/296-2-2/water-
treatment-water-decoloring-agent-dca

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Foto

17
18

Anda mungkin juga menyukai