Sebagai Persyaratan :
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Pengelolaan Limbah Industri
Dan B3
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum...............................................................................................1
1.2 Landasan Teori.........................................................................................................1
1.2.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit (Farmasi).......................................................1
1.2.2 Limbah Perwarna Tekstil (Batik).......................................................................1
1.2.3 Decolouring Agent................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
METODE PELAKSANAAN.............................................................................................4
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................................4
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................4
3.4 Metode Pelaksanaan Praktikum...............................................................................4
BAB III..............................................................................................................................6
HASIL KEGIATAN..........................................................................................................6
1.1 Data Hasil Titrasi...............................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN................................................................................................................8
BAB VI............................................................................................................................12
KESIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
LAMPIRAN.....................................................................................................................15
Lampiran 1. Dokumentasi Foto....................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1
contoh sampah farmasi adalah obat–obatan, vaksin, serum, yang tidak digunakan
lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi dapat berupa senyawa kimia
toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap.
2
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, definisi dari
air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Pengertian limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh
kegiatan industri. Limbah dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Sunu (2001) menjelaskan bahwa ada beberapa komponen pencemaran air
antara lain limbah padat, limbah bahan makanan, limbah bahan organik, limbah
anorganik dan limbah zat kimia. Komponen pencemaran air akan menentukan
terjadinya indikator pencemaran air. Komponen yang berhubungan dengan
pencemaran air karena limbah tekstil adalah limbah anorganik dan limbah zat
kimia.
Limbah zat kimia dapat berupa insektisida, bahan pembersih, larutan
penyamak kulit dan zat warna kimia. Kandungan zat warna kimia yang ada di
dalam air akan mempengaruhi pH air lingkungan dan kandungan oksigen. Hampir
semua zat warna kimia bersifat racun dan jika masuk ke dalam tubuh manusia
akan ikut merangsang tumbuhnya kanker (Sunu, 2001).
3
BAB II
METODE PELAKSANAAN
4
No
Formulasi Pengenceran Volume Total
.
10x
1. Formulasi 1 (Limbah awal 40 mL + 440 mL
Aquades 400 mL)
20x
2. Formulasi 2 (Limbah awal 20 mL + 420 mL
Aquades 400 mL)
50x
3. Formulasi 3 (Limbah awal 5mL + Aquades 255 mL
250 mL)
Formulasi 4
20x
(campuran limbah
4 (Limbah awal 10 mL + 210
Rhemasol dan
Aquades 200 mL)
Naptol)
5
BAB III
HASIL KEGIATAN
6
(Cenderung lebih
Rhemasol + gelap) dan air limbah
Naptol (1:1) berwarna putih
keruh.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
8
menkontaminasi lingkungan
dikarenakan
setelah pewarna masuk ke
dalam badan air,
pewarna tersebut akan
semakin stabil dan
lebih sulit terurai
Remazol Brilliant Blue
merupakan
salah satu zat warna yang
banyak digunakan.
Polutan pewarna dari
industri tekstil adalah
salah satu sumber pencemar
yang
menkontaminasi lingkungan
dikarenakan
9
setelah pewarna masuk ke
dalam badan air,
pewarna tersebut akan
semakin stabil dan
lebih sulit terurai
Remazol Brilliant Blue
merupakan
salah satu zat warna yang
banyak digunakan.
Polutan pewarna dari
industri tekstil adalah
salah satu sumber pencemar
yang
menkontaminasi lingkungan
dikarenakan
setelah pewarna masuk ke
dalam badan air,
10
pewarna tersebut akan
semakin stabil dan
lebih sulit terurai
Dalam limbah industry batik terdapat remazol, zat warna remazol banyak
digunakan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan tidak terdegradasi pada
kondisi aerob biasa. Sebagian besar zat warna sengaja dibuat supaya mempunyai
ketahanan terhadap pengaruh lingkungan seperti efek pH, suhu dan mikroba.
Ketahanan senyawa remazol terhadap perubahan tersebut menjadikan remazol
sebagai bahan kimia sintetis yang berpotensi mencemari lingkungan apabila tidak
dilakukan pengelolaan dan pengolahan secara komprehensif, remazol tidak
memiliki kandungan koloid jadi hal tersebut merupakan penyebab saat titrasi
dilakukan hanya terjadi perubahan warna dan tidak ada flock yang terbentuk. Air
limbah zat warna remazol dapat mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan,
dari penyakit kulit ringan hingga kanker kulit merupakan salah satu zat warna
yang banyak digunakan. Polutan pewarna dari industri tekstil adalah salah satu
sumber pencemar yang menkontaminasi lingkungan dikarenakan setelah pewarna
masuk ke dalam badan air, pewarna tersebut akan semakin stabil dan lebih sulit
terurai
Volume
Pengenceran
No Jenis Total Volume
(Limbah + Hasil
. Limbah Limbah Koagulan
Aquades)
Pengenceran
1. 40 mL limbah + 400 Tidak Terlihat
Naptol 440 mL 20 mL
mL Aquades Perubahannya.
40 mL limbah + 400 Tidak Terlihat
Rhemasol 440 mL 20 mL
mL Aquades Perubahannya.
Farmasi 40 mL limbah + 400 440 mL 2,5 mL Timbul Flock dan
mL Aquades warna menjadi
11
berubah putih.
Terbentuk flock halus
20 mL limbah + 400
Naptol 420 mL 2 mL dan warna berubah
mL Aquades
menjadi terang.
Limbah tidak
20 mL limbah + 400
2. Rhemasol 420 mL 17 mL berubah, karena
mL Aquades
limbah masih pekat.
Timbul flock besar,
20 mL limbah + 400
Naptol 420 mL 1 mL warna berubah
mL Aquades
menjadi putih keruh.
Warna berubah
5 mL limbah + 250
Rhemasol 255 mL 1 mL menjadi hijau bening,
mL Aquades
tidak ada flock.
3.
Warna hijau bening,
5 mL limbah + 250
Rhemasol 255 mL 4 mL lebih terang dan tidak
mL Aquades
ada flock.
Timbul flock
Campuran
berwarna hitam
limbah 10 mL limbah + 200
4. 210 mL 0,5 mL (Cenderung lebih
Rhemasol + mL Aquades
gelap) dan air limbah
Naptol (1:1)
berwarna putih keruh.
Pada titrasi formulasi pertama yang terdapat 3 macam jenis limbah yaitu
Naptol, Remasol, dan Farmasi dimana mula-mula pada masing - masing limbah
dilakukan pengenceran 10 kali yang akan dititrasi menggunakan koagulan DCA,
pada limbah naptol hasilnya tidak terlihat perubahannya yang disebabkan karena
limbah naptol tersebut terlalu pekat sehingga tidak kelihatan perubahannya,
12
jadinya pada limbah naptol dilakukan pengenceran lagi pada formulasi kedua
dengan pengenceran menjadi 20 kali, setelah pengenceran 20 kali limbah yang
ditetesi koagulan terlihat perubahannya terbentuk flock halus dan warna berubah
menjadi terang, jadi pengenceran yang cocok dan tepat untuk limbah naptol itu
sebanyak 20 kali pengenceran.
Pada limbah remasolpun saat pengenceran 10 kali tidak terlihat perubahan
dikarenakan terlalu pekatnya limbah remasol tersebut sehingga harus dilakukan
pengenceran kedua dengan pengenceran 20 kali agar dapat mencapai titik
optimum namun masih belumterlihat ada perubahan sehingga pada limbah
remasol dilakukan pengenceran lagi 50 kali dengan 2 sampel hingga akhirnya
muncul perubahan pada sampel 1 ketika titrasi 1 ml warna berubah menjadi hijau
bening, tidak ada flock dan pada sampel 2 ketika titrasi 4 ml warna berubah
menjadi hijau bening, lebih terang dan tidak ada flock, jadi pada limbah remasol
itu pengenceran yang tepat adalah 50 kali karena pada pengenceran 50 kali setelah
ditetesi koagulan DCA sudah kelihatan perubahannya.
Kemudian pada limbah farmasi formulasi pertama yaitu pengenceran 10 kali
sudah terlihat perubahannya saat titrasi 2,5 ml dari warna coklat tua menjadi putih
keruh dan menghasilkan flock ketika mencapai titik optimum, sehingga tidak
dilakukan pengenceran lagi, jadi pada limbah farmasi pengenceran yang tepat
adalah 10 kali karena sudah kelihatan perubahannya.
Lalu pada formulasi ke 4 yaitu campuran Limbah Remasol dan Naptol
dengan pengenceran 20 kali sudah mencapai titik optimum dengan perubahan
timbulnya flock berwarna hitam (Cenderung lebih gelap) dan air limbah berwarna
putih keruh, jadi pada limbah campuran remasol dan naptol yang biasanya ada
pada industry batik atau tekstil ini pengenceran yang tepat adalah 20 kali.
13
BAB VI
KESIMPULAN
14
3. Pada limbah farmasi banyaknya koagulan DCA yang cocok yaitu saat
titrasi mencapai 2,5 ml.
4. Pada limbah campuran naptol dan remasol banyaknya koagulan DCA
yang cocok yaitu saat titrasi mencapai 0,5 ml.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.grinvirobiotekno.com/C_product/detail_product/296-2-2/water-
treatment-water-decoloring-agent-dca
16
LAMPIRAN
17
18