Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN BIOLOGIS

1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini, antara lain :
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip pengolahan air limbah secara biologis.
b. Mahasiswa mampu memahami proses konversi senyawa organik, nutrien terlarut dan
koloid menjadi material tersuspensi yaitu biomassa.
c. Menentukan nilai koefisien kinetika pengolahan biologis.

2. Prinsip Percobaan

Percobaan pada praktikum biologis menggunakan 6 bioreaktor aerobik dengan


kondisi yang telah ditentukan untuk pertumbuhan mikroorganisme (pH, suhu, rasio BOD :
N : P = 100 : 5 : 1) di dalamnya. Kemudian dilakukan proses aerasi (transfer oksigen)
selama 48 jam. Dilakukan analisa PV dan MLSS pada setiap reaktor. Data yang diperoleh
kemudian dikonversi ke dalam COD, BOD dan MLVSS. Dibuat grafik dari data yang
sudah diperoleh dan dihitung masing-masing nilai koefisien kinetika.

3. Dasar Teori

Menurut Winkler (1981), pengolahan air limbah dengan bantuan alat dilakukan
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga
tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan
kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan). Primary treatment merupakan
pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan
menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah
saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal filter,
mikrostaining, dan vacum filter. Secondary treatment merupakan pengolahan kedua,
bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat
organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi
kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor. Penguraian bahan organik ini
dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme
dengan bantuan oksigen sebagai electron acceptor dalam air limbah. Selain itu, aktivitas
aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak
mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air,
dan excess sludge.

Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Industri

Beberapa keuntungan dan kelebihan menggunakan pengolahan limbah secara


aerobic yaitu:

a) Keuntungan:
1. Sudah dikenal dan banyak digunakan pada umumnya digunakan untuk kapasitas
kecil sampai besar
2. Diterapkan dalam pengolahan air limbah dengan konsentrasi BOD dan COD
rendah pada temperatur 5 - 30 oC.
3. Mampu menanggulangi Loading Fluctuation.
4. Effluen dapat langsung dibuang ke badan penerima (sungai, dsb).
b) Kekurangan:
1. Membutuhkan area yang lebih luas
2. Pemakaian energi lebih tinggi dengan adanya aerator
3. Lumpur yang dihasilkan banyak

Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (David dan Cornwell, 1985)
adalah sebagai berikut :

1. Mixed Liqour Suspended Solids (MLSS)


Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur aktif disebut sebagai mixed liqour yang
diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSS adalah jumlah total dari padatan
tersuspensi yang berupa material organik dan mineral, termasuk didalamnya adalah
mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan cara menyaring lumpur campuran dengan
kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada temperatur 105, dan berat
padatan dalam contoh ditimbang.

2. Mixed Liqour Volatile Suspended Solids (MLVSS)


Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh MLVSS, yang berisi material
organik bukan mikroba, mikroba hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan
Lawrence, 1980). MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang telah
kering pada 600 - 650, dan nilainya mendekati 65% - 75% dari MLSS.

3. Food to Microorganism Rasio (F/M Rasio)

Parameter ini merupakan indikasi beban organik yang masuk ke dalam sistem
lumpur aktif dan diwakili dalam kilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan
Hawkes, 1983). Formulasinya sebagai berikut :
F BOD x Q
=
M MLSS x V

Dimana :

Q = Debit air limbah (MGD)


BOD5 = BOD5 (mg/L)
MLSS = Mixed Liqour Suspended Solid (mg/L)
V = Volume tangki aerasi (Liter)

4. Rasio F/M

Rasio F/M dikontrol oleh laju sirkulasi lumpur aktif. Lebih tinggi laju sirkulasi
lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M nya. Untuk tangki aerasi konvensional rasio
F/M adalah 0,2 0,5 lb BOD5 / hari / lb MLSS, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 lb
BOD5 / hari / lb MLSS digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio F/M yang
rendah mencerminkan bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar,
semakin rendah rasio F/M pengolah limbah semakin efisien.

5. Hydraulic Retention Time (HRT)


Waktu tingga hidrolik (HRT) adalah waktu rata rata yang dibutuhkan oleh larutan
influen masuk dalam tangki aerasi untuk proses lumpur aktif, nilainya berbanding
terbalik dengan laju pengenceran (D), sebagai berikut :

1 V
HRT = =
D Q

Dimana :

V = Volume tangki aerasi

Q = Laju influen air limbah ke dalam tangki aerasi

D = Laju pengenceran

6. Umur Lumpur (Sludge Age)


Umur lumpur adalah waktu tinggal rata rata mikroorganisme dalam sistem. Jika
HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu tinggal sel mikroba dalam tangki aerasi
dapat dalam hari lamanya. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan
mikroba. Umur lumpur dihitung dengan formula sebagai berikut (Curds dan Hawkes,
1983; Hammer, 1986) :

( MLSS x V )
Umur Lumpur ( hari )=
( SSe x Qe)+(SSw x Qw )

Dimana :

MLSS = Mixed Liqour Suspended Solids

V = Volume tangki aerasi (Liter)

SSe = Padatan tersuspensi dalam efluen (mg/L)

SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur limbah (mg/L)

Qe = Debit efluen limbah (m3/hari)

Qw = Laju influen limbah (m3/hari)

Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 15 hari dalam konvensional lumpur aktif.
Pada musim dingin lebih lama dibandingkan musim panas (EPA, 1987). Parameter
penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif adalah laju pemuatan organik, suplai
oksigen dan pengendalian dan operasi tangki pengendapan akhir. Tangki ini mempunyai
dua fungsi : penjernih dan penggemukan mikroba. Untuk operasi rutin, orang harus
mengukur laju pengendapan lumpur dengan menentukan indeks volume lumpur (SVI =
Sludge Volume Indeks).

4. Prosedur Percobaan
Peralatan :
Alat yang dibutuhkan untuk praktikum ini, antara lain :
1. Volumetric cylinder 1000 mL (1 buah) Pyrex ;
2. Volumetric cylinder 25; 50; 100 mL Pyrex ;
3. Erlenmeyer 1000 mL (6 buah) dilengkapi dengan diffuser udara
4. Peralatan analisis PV
5. Peralatan analisis MLSS

Bahan :
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini, antara lain :
1. Lumpur pengolahan biologis aerobik dari sistem IPAL yang telah ada (tangki
aerasi atau oxidation ditch)

2. Reagen untuk analisa PV


3. Glucose atau surcose atau gula dengan komposisi BOD : N : P = 100 : 5 : 1
(dengan konsentrasi PV = 100 mg/L)

Cara Kerja
Terdapat beberapa langkah dalam menjalani praktikum ini, antara lain :
1. Persiapkan 6 beaker glass sebagai rektor dengan volume efektif masing masing 1
L dan isi dengan air limbah sintesis sebanyak 800L dengan konsentrasi air limbah
yaitu sebesar 900 mg/L.
2. Aduk lumpur aktif (dari tangki aerasi atau oxidation ditch), masukkan ke dalam
masing masing 6 reaktor sebanyak 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3 ; dan 3,5 mL.
3. Jalankan aerator untuk semua beaker glass yang telah diisi air lmbah dan mikroba.
Setelah 5 menit, ambil sampel dari masing masing beaker glass sebanyak 50 mL.
4. Ukur konsentrasi PV, MLSS dan MLVSS dari masing masing sampel tersebut.
5. Jalankan aerator, amati dan catat perubahan yang terjadi. Ambil sampel sebanyak
50 mL setelah 2, 6, 24 dan 48 jam.
6. Ukur konsentrasi PV, MLSS dan MLVSS dari masing masing sampel tersebut.
7. Plot hasil analisis pada grafik dan hitung coeficient biokinetic (, m, Ks, Y dan Kd)
5. Hasil Pengamatan

a) Tabel Pengamatan

NO GAMBAR PERLAKUAN PENGAMATAN


.
Persiapan Sampel
1. Diambil gula sebanyak 5,4 Sifat fisik gula :
gram menggunakan beaker - Wujud padat
glass. - Berwarna putih

2. Dilarutkan dengan 6 Liter air Sifat fisik air kran :


kran dalam wadah plastik 10- Wujud cair
Liter. - Tidak berwarna
- Tidak berbau
Perubahan yang terjadi :
- Gula menjadi larutan dengan
konsentrasi 900 mg/L
3. Disiapkan 6 reaktor dan Tidak ada perubahan yang
larutan gula dimasukkan ke terjadi.
dalam masing masing
beaker glass yang telah
disediakan dengan volume
800 mL.
4. Dimasukkan lumpur IPLT ke Sifat fisik lumpur :
dalam masing masing- Wujud cair
beaker glass dengan variasi- Warna coklat kental
konsentrasi antara lain 1;- Bau tidak sedap
1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3 ; dan 3,5 mL. Perubahan yang terjadi :
- Larutan dalam masing
masing reaktor menjadi keruh
dengan tingkat kekeruhan
berbeda tergantung kadar
lumpur yang ditambahkan.
5. Dijalankan aerator pada Pengamatan dilakukan pada
reaktor berisi sampel, diamati variasi waktu 5 menit, 2, 6, 24
dan diambil sampel sebanyak dan 48 jam.
50 mL dan dimasukkan ke Perubahan yang terjadi :
dalam wadah plastik kecil. - t = 5 menit, air sedikit keruh
- t = 2 jam, air keruh
- t = 6 jam, air keruh
- t = 24 jam, air keruh
- t = 48 jam, air keruh

Perhitungan Permanganat Value (PV)


1. Diambil sampel air yang Sifat fisik sampel :
telah diaerasi dengan variasi- Wujud cair
waktu 5 menit, 2, 6, 24 dan- Warna coklat keruh
48 jam.

2. Dilakukan penyaringan Perubahan yang terjadi :


dengan kertas saring dan- Kekeruhan pada larutan
vacuum pump kemudian (filtrat) berkurang
cairan hasil penyaringannya
(filrat) di masukkan kedalam
botol kecil 25 mL.
3. Diambil 1 mL filtrat larutan Perubahan yang terjadi :
sampel yang sudah di- Larutan semakin encer
vacuum pump kemudian di
encerkan dengan air kran
hingga 100 mL.

4. Ditambah 2,5 mL Asam Sifat fisik Asam Sulfat 4N :


Sulfat 4 N. - Wujud cair
- Berbau menyengat
- Tidak berwarna
- Suhu normal
Tidak ada perubahan yang
terjadi
5. Ditambah beberapa tetes Sifat fisik Kalium
larutan Kalium Permanganat Permanganat:
(KMnO4) 0,01 N hingga- Warna ungu
larutan sampel berubah- Wujud cair
warna menjadi merah muda Perubahan yang terjadi :
untuk pertama kali. - Warna menjadi merah muda
tipis
6. Dipanaskan hingga mendidih Perubahan yang terjadi :
selama 10 menit dengan- Warna larutan agak memudar
kompor listrik. - Suhu meningkat

7. Ditambah 1 mL Asam Sifat fisik Asam Oksalat :


Oksalat 0,1 N dan ditunggu- Wujud cair
sampai menjadi jernih. - Bersifat asam
- Tidak berwarna
Perubahan yang terjadi :
- Larutan sampel menjadi tidak
berwarna
8. Dititrasi dengan Kalium Perubahan yang terjadi :
Permanganat (KMnO4) 0,01- Warna larutan menjadi merah
N hingga timbul warna muda tipis
merah muda pertama kali. Data dilampirkan di
Kemudian dihitung PV pembahasan.
dengan menggunakan rumus.
Perhitungan MLSS dan MLVSS
1. Cawan porselen dan kertas Data pengamatan dilampirkan
saring kosong dimasukkan di pembahasan
oven pada suhu 105
selama 15 menit dan
didesikator selama 15 menit
kemudian ditimbang dengan
neraca analitik.
2. Dilakukan penyaringan Perubahan yang terjadi :
menggunakan vacuum filter- Padatan tersuspensi pada
dan kertas saring pada 25 mL larutan menempel pada kertas
sampel. saring

3. Kertas saring berisi padatan Perubahan yang terjadi :


tersuspensi larutan diletakkan- Suhu meningkat
di cawan porselen dan
dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 105 selama 1
jam.
4. Cawan porselen dan kertas Perubahan yang terjadi :
saring dengan dimasukkan ke- Suhu menjadi normal
dalam desikator selama 15
menit.

5. Cawan porselen dan kertas Data pengamatan dilampirkan


saring ditimbang di pembahasan.
menggunakan neraca analitik.

6. Cawan dan kertas saring Perubahan yang terjadi :


dimasukkan ke dalam oven- Suhu meningkat
pada suhu 105 selama 30
menit

7. Cawan dan kertas saring Perubahan yang terjadi :


dimasukkan ke dalam furnace- Suhu meningkat
dengan suhu 550 selama 1- Terbentuk abu
jam.
8. Cawan dimasukkan ke dalam Perubahan yang terjadi :
oven pada suhu 105- Suhu menurun
selama 30 menit. - Kertas saring dan padatan
tersuspensi berubah menjadi
abu

9. Cawan dimasukkan ke dalam Perubahan yang terjadi :


desikator selama 15 menit - Suhu menjadi normal

10. Cawan ditimbang Data pengamatan dilampirkan


menggunakan neraca analitik. di hasil perhitungan

Anda mungkin juga menyukai