PENGOLAHAN BIOLOGIS
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini, antara lain :
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip pengolahan air limbah secara biologis.
b. Mahasiswa mampu memahami proses konversi senyawa organik, nutrien terlarut dan
koloid menjadi material tersuspensi yaitu biomassa.
c. Menentukan nilai koefisien kinetika pengolahan biologis.
2. Prinsip Percobaan
3. Dasar Teori
Menurut Winkler (1981), pengolahan air limbah dengan bantuan alat dilakukan
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga
tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan
kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan). Primary treatment merupakan
pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan
menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah
saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal filter,
mikrostaining, dan vacum filter. Secondary treatment merupakan pengolahan kedua,
bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat
organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi
kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor. Penguraian bahan organik ini
dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme
dengan bantuan oksigen sebagai electron acceptor dalam air limbah. Selain itu, aktivitas
aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak
mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air,
dan excess sludge.
a) Keuntungan:
1. Sudah dikenal dan banyak digunakan pada umumnya digunakan untuk kapasitas
kecil sampai besar
2. Diterapkan dalam pengolahan air limbah dengan konsentrasi BOD dan COD
rendah pada temperatur 5 - 30 oC.
3. Mampu menanggulangi Loading Fluctuation.
4. Effluen dapat langsung dibuang ke badan penerima (sungai, dsb).
b) Kekurangan:
1. Membutuhkan area yang lebih luas
2. Pemakaian energi lebih tinggi dengan adanya aerator
3. Lumpur yang dihasilkan banyak
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (David dan Cornwell, 1985)
adalah sebagai berikut :
Parameter ini merupakan indikasi beban organik yang masuk ke dalam sistem
lumpur aktif dan diwakili dalam kilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan
Hawkes, 1983). Formulasinya sebagai berikut :
F BOD x Q
=
M MLSS x V
Dimana :
4. Rasio F/M
Rasio F/M dikontrol oleh laju sirkulasi lumpur aktif. Lebih tinggi laju sirkulasi
lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M nya. Untuk tangki aerasi konvensional rasio
F/M adalah 0,2 0,5 lb BOD5 / hari / lb MLSS, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 lb
BOD5 / hari / lb MLSS digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio F/M yang
rendah mencerminkan bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar,
semakin rendah rasio F/M pengolah limbah semakin efisien.
1 V
HRT = =
D Q
Dimana :
D = Laju pengenceran
( MLSS x V )
Umur Lumpur ( hari )=
( SSe x Qe)+(SSw x Qw )
Dimana :
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 15 hari dalam konvensional lumpur aktif.
Pada musim dingin lebih lama dibandingkan musim panas (EPA, 1987). Parameter
penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif adalah laju pemuatan organik, suplai
oksigen dan pengendalian dan operasi tangki pengendapan akhir. Tangki ini mempunyai
dua fungsi : penjernih dan penggemukan mikroba. Untuk operasi rutin, orang harus
mengukur laju pengendapan lumpur dengan menentukan indeks volume lumpur (SVI =
Sludge Volume Indeks).
4. Prosedur Percobaan
Peralatan :
Alat yang dibutuhkan untuk praktikum ini, antara lain :
1. Volumetric cylinder 1000 mL (1 buah) Pyrex ;
2. Volumetric cylinder 25; 50; 100 mL Pyrex ;
3. Erlenmeyer 1000 mL (6 buah) dilengkapi dengan diffuser udara
4. Peralatan analisis PV
5. Peralatan analisis MLSS
Bahan :
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini, antara lain :
1. Lumpur pengolahan biologis aerobik dari sistem IPAL yang telah ada (tangki
aerasi atau oxidation ditch)
Cara Kerja
Terdapat beberapa langkah dalam menjalani praktikum ini, antara lain :
1. Persiapkan 6 beaker glass sebagai rektor dengan volume efektif masing masing 1
L dan isi dengan air limbah sintesis sebanyak 800L dengan konsentrasi air limbah
yaitu sebesar 900 mg/L.
2. Aduk lumpur aktif (dari tangki aerasi atau oxidation ditch), masukkan ke dalam
masing masing 6 reaktor sebanyak 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3 ; dan 3,5 mL.
3. Jalankan aerator untuk semua beaker glass yang telah diisi air lmbah dan mikroba.
Setelah 5 menit, ambil sampel dari masing masing beaker glass sebanyak 50 mL.
4. Ukur konsentrasi PV, MLSS dan MLVSS dari masing masing sampel tersebut.
5. Jalankan aerator, amati dan catat perubahan yang terjadi. Ambil sampel sebanyak
50 mL setelah 2, 6, 24 dan 48 jam.
6. Ukur konsentrasi PV, MLSS dan MLVSS dari masing masing sampel tersebut.
7. Plot hasil analisis pada grafik dan hitung coeficient biokinetic (, m, Ks, Y dan Kd)
5. Hasil Pengamatan
a) Tabel Pengamatan