Anda di halaman 1dari 4

Produksi Magnesium Silikat Berbahan Baku Sekam Padi Dan Bitern Dengan Metode

Ekstraksi dan Presipitasi

Pungki Andri A, Burhanuddin Rabbani, Ketut Sumada, Srie Muljani


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pungkyandri1995@gmail.com

Abstrak
Magnesium silikat adalah komponen yang berasal dari magnesium oxide (MgO) dan silika (SiO2) yang berbentuk
bubuk putih, armorf, tidak berbau dan tidak larut dalam air. Magnesium silikat sering di gunakan dalam kehidupan
sehari hari seperti pembuatan pasta gigi, semen, kertas dan juga dapat di gunakan sebagai adsorben. Dalam proses
pembuatan magnesium silikat bahan utama yang di gunakan adalah magnesium okside yang kita dapatkan dari
bittern atau suatu limbah dari proses pembuatan garam dan silika yang berasal dari sekam padi yang keduanya
adalah suatu limbah yang memiliki nilai jual yang rendah. Pembuatan magnesium silikat dapat di buat dengan
beberapa metode seperti metode ekstraksi dan presipitasi. Pembentukan natrium silikat (Na2SiO3) di peroleh dari
proses ekstraksi abu sekam padi yang mengandung (SiO2) sebanyak 36 gram dengan larutan 1 L NaOH 1N pada
suhu 100 ºC selama 90 menit. Pembentukan magnesium silikat (MgSiO3) di perolah dari penambahan bittern yang
mengandung magnesium (Mg) ke dalam larutan natrium silikat (Na2SiO3). Larutan natrium silikat di peroleh dari
hasil ekstraksi abu sekam padi yang mengandung silika dengan NaOH melalui tahap mixing pada suhu 80-100 C
selama 90 menit. Proses presipitasi dengan cara menambahkan bittern dengan bantuan buret dan magnetic stirer.
Penambahan bittern bertujuan untuk mereaksikan SiO3 dengan Mg yang terdapat dalam natrium silikat dan bittern
sehingga menghasilkan presipitat magnesium silikat (MgSiO3). Dari hasil analisa XRF didapat Produk MgSiO3
yang di hasilkan memenuhi standart penjualan dapat di lihat dari kandungan SiO 2 79,7% dan kandungan MgO
15,1%, pH 9, dan kehilangan berat saat pembakaran di bawah 15% Variabel yang memenuhi standar penjualan
yaitu pada penambahan 30 ml bitern dalam 250 ml natrium silikat dan pembakaran pada suhu 600ºC. Dan
didapatkan didapatkan % Yield sebesar 86,37 %.
Kata Kunci: sekam padi, bittern, silika, presipitasi, magnesium silikat.

untuk memperoleh Natrium Silikat (Na2SiO3). Proses


PENDAHULUAN
ekstraksi dapat di lakukan dengan suhu 80 – 90 C dalam
Dalam proses pembuatan magnesium silikat
tekanan 1 atm selama 90 menit, dan reaksinya dapat di
bahan utama yang di gunakan adalah magnesium
tulis
okside yang kita dapatkan dari bittern atau suatu limbah
SiO2 (s) + 2 NaOH(aq)  Na2SiO3(aq) + H2O(l)
dari proses pembuatan garam dan silika yang berasal
Kita juga menggunakan metode presipitasi dalam
dari sekam padi yang keduanya adalah suatu limbah
proses pembentukan magnesium silikat karena metode
yang memiliki nilai jual yang rendah. Pembuatan
tersebut lebih simpel dan mudah. Metode presipitasi ini
magnesium silikat dapat di buat dengan beberapa
di lakukan dengan menggunakan sodium silikat yang di
metode seperti metode ekstraksi dan presipitasi.
dapatkan dari abu sekam padi dengan magnesium yang
Magnesium silikat dapat terbentuk dari reaksi antara
di dapatkan dari limbah garam (bittern) yang akan
SiO2 dan MgO. Menurut (Pinar terzioglu, 2012) yang
menghasilkan magnesium silikat.
penelitianya berjudul sintesis magnesium silikat dari
Proses ekstraksi dapat dituliskan pada reaksi berikut :
sekam padi dengan hasil kandungan MgO 0,99% dan
Na2SiO3 + MgCl2 MgSiO3 +2 NaCl
SiO2 43,22%. Selain itu ada juga dari (Reza pahlepi,
SiO2 + MgO MgSiO3
2010) dengan penelitianya yang berjudul pengaruh
(Iyad rashid, 2011)
penambahan MgO pada SiO2 berbasis silika sekam padi
terhadap karakteristik komposit MgSiO3 dan
METODE
kesesuaianya dengan bahan pendukung katalis
menghasilkan kandungan MgO 19,88% dan SiO2 16,91 Untuk mengambil silika dari sekam padi,
% dan berbentuk amorf.. Dalam penelitian ini di maka dilakukan ekstraksi dengan cara mereaksikan 36
lakukan untuk mensintesis MgO-SiO2 dengan gr sekam padi yang telah di furnace dengan 1000 ml
menggunakan silika yang berasal sekam padi dan larutan NaOH 1N pada suhu 1000C selama 90 menit.
magnesium yang berasal dari bittern yang selanjutnya Larutan natrium silikat yang diperoleh dari hasil
akan di jadikan suatu bahan yang memiliki nilai jual ekstraksi kemudian di ambil 250 ml dan di tambahkan
yang lebih tinggi. bitern sesuai variabel (30,40,50,60,70 ml) sedikit demi
Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi sedikit dan di aduk dengan bantuan alat buret dan
abu sekam padi dengan menggunakan pelarut NaOH magnetik stirer sampai terjadi proses presipitasi yang

1
akan menghasilkan presipitat berwarnah putih. Setelah volume bittern maka berat magnesium silikat yang di
itu di saring dan padatan sebagai magnesium silikat hasilkan semakin tinggi hal ini di sebabkan oleh
yang belom bersih dan di lakukan pencucian dengan air banyaknya senyawa SiO3 yang terikat pada Mg.
demineral sebanyak 2 liter dan di keringkan di dalam
oven pada suhu 100 0C selama 2 jam, setelah itu di
lanjutkan dengan proses pembakaran pada suhu sesuai
variabel yang telah di tentukan ( 300, 400, 500, 600,
700 0C).
hasil yang telah mengalami proses
pembakaran akan memadat dengan ukuran yang tidak
seragam sehingga dibutuhkan proses pengecilan
ukuran, pengecilan ukuran dilakukan dengan cara
ditumbuk kemudian diayak dengan screen 100 mesh.
Untuk mengetahui komposisi unsur dalam
produk Magnesium Silikat maka dilakukan analisa
XRF, dan untuk mengetahui karakteristik produk yang
dihasilkan maka menggunakan analisa XRD. Gambar 2. Pengaruh suhu furnace terhadap
presentase kehilangan berat pada produk
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada gambar 2 menunjukan pengaruh suhu
Larutan natrium silika hasil ekstraksi pembakaran magnesium silikat terhadap presentase
memiliki pH 13.5 dengan konsentrasi Na2O 14 % dan kehilangan berat dapat di ketahui bahwa semakin tinggi
SiO2 4 %. Dan pada analisa bitern di dapatkan : suhu pembakaran maka presentasse dari kehilangan
Kandungan Ion berat juga semakin tinggi hal ini di sebabkan karna
Jumlah (gram/L)
semakin tinggi suhu semakin banyak inpuritis dan
Magnesium (Mg2+) 36,45 magnesium silikat yang hilang. Hal ini di karenakan
Kalium (K+) 10,95 adanya kadar air yang menguap karena proses
Kalsium (Ca2+) 0,14 pembakaran.
Sulfat (SO42-) 52,1
Hasil analisa XRF produk
Pembentukan magnesium silikat (MgSiO3) di Volume Kadar MgO Kadar SiO2 (%)
perolah dari penambahan bittern yang mengandung (ml) (%)
magnesium (Mg) ke dalam larutan natrium silikat 30 ml 15,1 79,7
(Na2SiO3). Larutan natrium silikat di peroleh dari hasil 40 ml 14,3 80,7
ekstraksi abu sekam padi yang mengandung silika
dengan NaOH melalui tahap mixing pada suhu 80-100 50 ml 14,9 79,8
C selama 90 menit. Proses presipitasi dengan cara
menambahkan bittern dengan bantuan buret dan 60 ml 11,7 67,3
magnetic stirer. Penambahan bittern bertujuan untuk 70 ml 13,6 72,3
mereaksikan SiO3 dengan Mg yang terdapat dalam
natrium silikat dan bittern sehingga menghasilkan
presipitat magnesium silikat (MgSiO3) Tabel 1. Hasil analisa XRF pada MgSiO3 pada
suhu pembakaran 600 0C
Jika di bandingkan dengan peneliti sebelumnya
seperti (Reza pahlepi, 2010) dengan penelitianya yang
berjudul “pengaruh penambahan MgO pada SiO2
berbasis silika sekam padi terhadap karakteristik
komposit MgSiO3 dan kesesuaianya dengan bahan
pendukung katalis” menghasilkan kandungan MgO
19,88% dan SiO2 16,91 % dan berbentuk amorf dan
ada juga dari (Pinar terzioglu, 2012) dengan
penelitianya yang berjudul “Sintesis magnesium silikat
dari sekam padi” didapatkan hasil kandungan MgO
sebesar 0,99% dan SiO2 sebesar 43,22% dan pada
Gambar 1. Pengaruh volume bitern terhadap berat
penelitian kami menghasilkan kandungan MgO sebesar
magnesium silikat
15,1% dan SiO2 sebesar 79,7%. magnesium silikat
Pada gambar 1 menunjukan grafik dari yang kami hasilkan sudah memenuhi standar penjualan
pengaruh penambahan volume bittern terhadap berat terdapat pada variabel 30 ml karena standart kandungan
magnesium silikat sebelum di furnace dapat di ketahui magnesium silikat yaitu lebih besar 15% pada MgO dan
bahwa dengan semakin banyaknya penambahan lebih besar 67% pada SiO2.

2
Untuk mengetahui sifat kristalin atau
amourphous pada produk yang dihasilkan maka dapat
dilihat dengan analisa XRD. Gambar 4(a) menunjukan
pola difraksi X-Ray pada abu sekam padi yang
merupakan bahan dasar dalam pembuatan magnesium
silikat membentuk bukit yang lebih tinggi dan tajam
dibandingkan dengan pola difraksi X-Ray pada
MgSiO3 yang di tunjukan pada gambar 4 (b), 4 (c) dan
4 (d) . hal ini menunjukan bahwa susunan atom di
dalam abu sekam padi (gambar 4.a) menjadi lebih
teratur dengan peningkatan temperature (500°C) dan
Gambar 3. Pengaruh volume bitern terhadap sedang berada dalam proses perubahan struktur amorf
konsentrasi MgO menjadi kristalin (lanny sapei,2012). Sedangkan pada
magnesium silikat yang masing-masing berbeda
variable penambahan konsentrasi yang di furnace pada
suhu 600°C (gambar 4.b, 4.c, dan 4.d) magnesium
silikat masihn memiliki sifat amorf yang dapat di lihat
dari terbentuknya peak yang landai. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa pengotor inorganic lain
dalam abu sekam padi mengkatalis terjadinya
transformasi silika menjadi kristalin. Dan dari hasil
Analisa XRD pada silika dari abu sekam padi yang di
reaksikan dengan magnesium dari bittern yang
menghasilkan magnesium silikat (MgSiO3) dapat
mempertahankan struktur amorf dari magnesium
Gambar 4. Pengaruh volume bitern terhadap silikat walaupun di furnace pada temperature 600°C.
konsentrasi SiO2
berdasarkan gambar 3 dan 4 kita dapat melihat Analisa SEM produk
bahwa kandungan MgO dan SiO2 terlihat stabil. Hal ini
menunjukan berdasarkan stokiometri dari reaksi
pembentukan magnesium silikat dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan MgO untuk mengikat SiO2 sudah
jenuh pada variabel 30 ml sehingga dapat di lihat pada
variabel selanjutnya kandungan MgO dan SiO2 terlihat
stabil Hal ini di sebabkan karena pada variabel 30 ml
MgO yang di tambahkan pada SiO2 sudah jenuh atau
melewati kebutuhan dari MgO.
Analisa XRD produk (a) (b)
Gambar 6. (a) Hasil analisa SEM pada variable
konsentrasi 30ml bittern, (b) Hasil analisa SEM
pada variable konsentrasi 50ml bittern dengan
perbesaran 2500x
Analisa SEM pada MgSiO3 dapat di lihat bahwa
pada gambar 5(a) dan 5 (b) pembentukan magnesium
silikat masih belum sempurna sehingga partikel-
partikel tidak memiliki bentuk dan ukuran yang
seragam. Hal ini bisa di sebabkan karena masih terdapat
inpurities atau garam sisa yang masih terikat pada
produk MgSiO3 dan selain itu bisa di karenakan waktu
proses pengadukan pada saat pencucian tidak
terdispersi sempurna.

Gambar 5. (a) pola difraksi XRD pada abu sekam


padi, (b),(c), dan (d) pola difraksi XRD pada
MgSiO3 variabel 30 ml suhu 600 °C.

3
PENUTUP
Simpulan
1. Kandungan SiO2 di dalam abu sekam padi sebesar
87,5 %
2. Kandungan Mg di dalam bitern sebesar 35,54 g/l
3. Presentase kehilangan berat saat pembakaran pada
suhu 600ºC sebesar 2-14%
4. Produk MgSiO3 yang di hasilkan memenuhi
standart penjualan dapat di lihat dari kandungan
SiO2 79,7% dan kandungan MgO 15,1%, pH 9, dan
kehilangan berat saat pembakaran di bawah 15%
5. Produk magnesium silikat yang di hasilkan pada
variabel 30 ml masih mengandung inpurities K2O
sebesar 3,93% dan MgO sebesar 0,992%.
6. Variabel yang memenuhi standar penjualan yaitu
pada penambahan 30 ml bitern dalam 250 ml
NIP. 19620118 198803 1 001
natrium silikat dan pembakaran pada suhu 600ºC
7. Pada variable penambahan 30 ml dan suhu 600°C
didapatkan % Yield sebesar 86,37 %.

DAFTAR PUSTAKA
Bajirao dkk, 2016, “ Extraction of silica from rice
Husk”, data meghe collage of engineering.
Dian dahliana dkk, 2013, “Isolasi dan Karakteristik
Magnesium Silikat”, Universitas Katolik
Prahayangan.
JECFA, 2011, “Magnesium silicate (synthetic) is
manufactured by the precipitation reaction
between sodium silicate and a soluble
magnesium salt”, FAO JECFA
Kamisah D. Pandiangan, Simon Sembiring, Reza
Pahlepi, 2013, “Pengaruh Penambahan MgO
Pada SiO2 Berbasis Silika Sekam Padi
Terhadap Karakteristik Komposit MgO-SiO2
Dan Kesesuaiannya Sebagai Bahan Pendukung
Katalis”. Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lampung
Rashid Iyad, dkk, 2011. “Drug Substances,
Ekspicients, and Related Methodology”.
Chemical Enginering Transactions.
Sevil Yucel, Pinar Terzioglu, 2012, “Synthesis Of
Magnesium From Wheat Husk Ask: Effects Of
Parameters On Structure And Surface
Properties”, Bioenginering Departement,
Faculty of Chemistry and Metallurgy, Tecnical
University, Istanbul Turkey
Suminar Pratapa dan Kholifatunnisa Afida, 2015,
“Sintesis Keramik Komposit Berbasis Forstrerit
dengan Bahan Dasar Periklas dan Silika
Amorf”, Institute Teknologi Sepuluh Nopember

Anda mungkin juga menyukai