Suhu yang dilangsungkan berkisar di 60 hingga 70o C. Air yang dihasilkan sekitar 20
kali lipat dari jumlah asam karboksil yang digunakan. Dilakukan pemisahan dengan cara
filtrasi. Komposisi dari NaCl pun diturunkan hingga mencapai 1% dengan cara dicuci, dan
metal soap dikeringkan dengan evaporator vakum. Bentuk yang dihasilkan berupa bubuk
halus. Tahapan pada metode ini cukup banyak dan mengakibatkan tingginya biaya operasi
yang harus dikeluarkan.
Yang kedua adalah fusion process, dimana proses ini dilangsungkan tanpa
menggunakan NaOH, melainkan mereaksikan metal oksida atau metal hidroksida secara
langsung dengan asam lemak. Gambar 3.2 menunjukkan reaksi yang dilakukan.
Reaksi dilangsungkan dalam suhu yang berkisar diantara 162 hingga 204 o C. Reaktan
yang digunakan dalam bentuk kering atau dalam bentuk lelehan. Kondisi lelehan ini didapat
dari asam lemak yang dibuat suhunya diatas titik leleh, kondisi ini dapat dijaga hingga
produk dihasilkan sehingga air yang dalam proses dapat teruapkan karena suhu yang tinggi.
Bentuk yang dihasilkan bergantung pada titik leleh produk metallic soap, bisa berupa bubuk ,
prills, atau flakes. Proses ini dilaksanakan dalam waktu berkisar 3-5 jam.
Yang ketiga adalah metal-acid reaction, dimana proses ini dilangsungkan dengan
mereaksikan metal murni dengan asam lemak. Gambar 3.3 menunjukkan reaksi yang
dilakukan.
Safety dalam proses harus ditingkatkan karena hasil reaksi yang diberikan terdapat
hidrogen dan bersifat mudah terbakar. Reaksi ini berkisar 8 hingga 12 jam.
Rogers, Park, and Opem (1962) menemukan metode yang dapat mempercepat reaksi
hingga hitungan menit. Proses yang dilakukan dengan cara mereaksikan metal hidroksida
dengan adanya monohydric/polyhydric alkohol yang sedikit dan mempunyai titik didih diatas
93.3o C. Jumlah alkohol ini berada di rentang 1-2.66%-b dari berat total dan suhu reaksi yang
dilangsungkan adalah 93.3o C dengan suhu akhir yang berkisar diantara 120-160 o C. metal
hidkosida ini sebaiknya dalam bentuk anhidrat, dan berjumlah sekitar 159-224% diatas
stokiometrik. Hasil yang didapat akan mempunyai kelembaban yang rendah.
4. Ekstraksi Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu produk samping yang dapat diperoleh dari
pengolahan limbah refinary yaitu PFAD. Kadar vitamin E pada PFAD berkisar 0.5%-b. Pada
dasarnya vitamin E terdiri dari -, -, -, -tokoferol dan -, -, -, -tokotrienol,. Vitamin E
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, karena vitamin E dapat digunakan sebagai
senyawa antikanker yaitu memecah rantai pada radikal bebas karena tokoferol dapat
mentransfer ion H+ ke radikal peroksi, sedangkan tokoferol menjadi radikal yang tidak aktif
(Eitenmiller, 2004), lalu mencegah penuaan dini, mencegah penyakit kardiovaskuler, dan
lainnya. Penentuan kadar vitamin E dapat menggunakan instrumen HPLC dengan
menggunakan pembanding , tokoferol. Metode yang dapat digunakan pada ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu Solvent Extraction, Enzymatic Process, Chemical Modified,
Adsorption, Molecular Distillation, Microwave-assisted Extraction, maupun Membrane
Technology.
Menurut Maarasyid, Muhamad, Supriyanto (2014) Salah satu cara ekstraksi yang
dilakukan adalah pressure liquid exctraction (PLE). Proses ini menggunakan pelarut nheksane dengan tekanan yang tinggi dan temperatur yang melebihi titik didih. Tekanan
digunakan untuk memperbesar kontak antara fluida yang akan mengekstraksi dengan sampel,
sedangkan temperatur berguna untuk melepas ikatan analit. Efisiensi dalam ekstraksi dapat
ditingkatkan dengan cara menaikkan temperatur karena laju difusi akan meningkat. Skema
PLE ditunjukkan pada gambar 4.1.