Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PENGOLAHAN MINYAK BUMI

ZIO KANDAKA KAELANI / 1706038222

Pertamina Unit Pengolahan II Dumai/Sei Pakning, Riau (Kapasitas Kilang Dumai 127 ribu
barel/hari, Kilang Sungai Pakning 50 ribu barel/hari)
a) Lokasi, Kapasitas Produksi dan Sejarah Kilang Pertamina RU II Dumai
Lokasi unit pengolahan (UP) atau saat ini dibahasakan refinery unit (RU) II berada
di Kabupaten Bengkalis (sekarang sudah menjadi Kota Dumai), Provinsi Riau. Kilang
Dumai persisnya terletak di tepi Selat Rupat, sebelah Timur Kota Dumai. Mulai dibangun
pada tahun 1969 (CDU) oleh Kontraktor Jepang, Ishikawajima Harima Industries Co.
Peresmian pengoperasian kompleks kilang seluas 360 hektare ini dilakukan oleh Presiden
Soeharto, 8 September 1971. Selanjutnya pada tahun itu dibangun dua Unit Proses, yaitu
Naptha Rerun Unit dan Hydrocarbon Platforming Unit. Dua unit ini selesai dan
dioperasikan tahun 1973. Sementara itu Kilang Sei Pakning terletak di tepi pantai Sungai
Pakning dengan areal seluas 40 hektare. Kilang minyak ini dibangun pada November 1968
oleh Kontraktor Refican Ltd. (Refining Associates Canada Limited). Selesai dibangun dan
mulai berproduksi pada bulan Desember 1969. Pada awal beroperasi kapasitas produksi
25.000 barel per hari. Pada September 1975 seluruh operasi Kilang Sei Pakning beralih
dari Refican kepada Pertamina. Selanjutnya kilang ini mulai mengalami penyempurnaan
secara bertahap sehingga kapasitas produksinya dapat lebih ditingkatkan. Pada akhir 1977
kapasitas produksi meningkat menjadi 35.000 barel per hari dan April 1980 naik menjadi
40 barel per hari. Kemudian mulai 1982 kapasitas produksi sesuai dengan design, yaitu
50.000 barel per hari. Bagian operasi Kilang Sungai Pakning terdiri atas: CDU, ITP
(Instalasi Tanki dan Pengapalan), utilities, dan laboratorium.
b) Komdisi Saat Ini
PT Pertamina (Persero) berpotensi menyerap 3.000 ton minyak kelapa sawit (crude
palm oil/CPO) per hari atau menembus 1 juta ton per tahun untuk pengembangan green
refinery di Kilang Dumai dan Plaju. Saat ini, pengolahan minyak sawit menjadi bahan
bakar nabati ditempuh Pertamina dengan cara co-processing dan standalone. Co-
processing merupakan pencampuran regum CPO dengan stream kilang (diesel) untuk
diolah secara bersama-sama di unit yang ada di kilang Pertamina. Untuk green diesel, telah
dilakukan uji coba di Kilang Dumai pada 2015 dan tahun ini. Pendekatan ini akan
menghasilkan green diesel seperti penjajakan yang dilakukan Pertamina dan Eni.
Rencananya, green diesel akan dikonversi di Kilang Dumai dan Kilang Plaju. Sejauh ini,
masih dilakukan kajian teknis dan ekonomis. Untuk Kilang Dumai, akan dilakukan
konversi total, konversi sebagian, dan membangun unit baru. Menurut direktur pengolahan
pertamina, Budi Santoso, dengan penyerapan optimal CPO untuk bahan bakar nabati, akan
memangkas impor crude oil Pertamina sebesar 160.000 barel per hari. Dia menambahkan
pencarian alternatif baru selain crude oil wajib dilakukan secara masif dan intensif,
mengingat cadangan minyak dunia akan habis dalam tiga dekade mendatang.
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses
Kilang UP II Dumai memiliki 14 unit proses produksi pengolahan dan dua unit
penunjang proses produksi. Kilang minyak UP II Dumai terdiri atas kilang lama (Existing
Plant) dan kilang baru (New Plant). Existing Plant terdiri atas 3 unit proses, yaitu Topping
Unit/Crude Distilling Unit (CDU), Naptha Rerun Unit (NRU), dan Hydrobon Platforming
Unit (Platforming I). New Plant (Hydrocracker Complex) merupakan perluasan dari
Existing Plant yang dibangun pada tahun 1981. Pengoperasiannya diresmikan oleh
Presiden Soeharto, 16 Februari 1984. New Plant terdiri atas 11 unit proses produksi, yaitu
High Vacuum Unit (HVU), Delayed Coking Unit (DCU), Hydrocracking Unit (HCU),
Naptha Hydrotreating Unit (NHDtU), CCR Platforming Unit, Destillate Hydrotreating
Unit (DHDtU), Amine & LPG Recovery Unit, Hydrogent Plant, Nitrogen Plant, dan Sour
Water System Plant. Sedangkan dua unit penunjang produksi adalah Instalasi Tanki dan
Pengapalan dan Utilities Unit. Nantinya, akan dibangun unit baru, yaitu Hydrocracker
Complex. Dibangunnya Kilang Hydrocracker Complex ini bertujuan untuk memproses
lebih lanjut LSWR (Low Sulfur Waxy Residu) yang dihasilkan oleh Crude Distilling Unit
(CDU) Dumai dan CDU Sungai Pakning, sehingga dapat menghasilkan produk-produk
BBM yang siap pakai. Dari 100 persen minyak mentah yang diolah (100 persen Crude
Intake) hanya dapat dihasilkan sekitar 37,5 persen produk BBM, 62 persen LSWR
(Residu), dan sisanya sekitar 0,5 persen gas. Sedangkan dengan mengolah LSWR lebih
lanjut di unit proses produksi Hydrcocracker Complex dapat dihasilkan produk BBM
sekitar 93,34 persen dan sisa berupa produk gas yang digunakan sebagai bahan bakar (fuel)
di unit-unit proses produksi kilang. Selain itu dihasilkan produk padat berupa green coke
dan calcined coke. Produk ini digunakan kalangan industri untuk bahan elektroda dalam
proses peleburan biji alumunium. Kilang Dumai mengolah minyak mentah jenis Sumatera
Light Crude (SLC) dan jenis Duri Crude Oil (DCO) yang dihasilkan oleh PT Caltex Pacific
Indonesia.
Kilang Dumai menghasilkan berbagai macam produk BBM dan produk non BBM.
Jenis-jenis produk BBM yang dihasilkan adalah premium, kerosene, avtur, JP-5 (bahan
bakar khusus), dan solar/diesel. Sedangkan jenis-jenis produk non BBM yang dihasilkan
adalah Elpiji (LPG), green coke, dan calcined coke. Produk BBM yang dihasilkan Kilang
Minyak UP II Dumai memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, khususnya daerah
operasi UPms I (Provinsi-provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, dan Kepulauan Riau). Sementara produk non BBM (coke) diarahkan untuk
ekspor.

Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatra Selatan (Kapasitas 145 ribu barel/hari)
a) Lokasi, Kapasitas Produksi dan Sejarah Kilang Pertamina RU III Plaju
PT. PERTAMINA (Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong merupakan satu dari
tujuh unit pengolahan yang dimiliki oleh PT.PERTAMINA. Daerah operasi PERTAMINA
RU-III ini meliputi kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong. Kilang minyak Plaju didirikan
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903. Kilang ini mengolah minyak mentah yang
berasal dari Prabumulih dan Jambi. Kilang ini mempunyai kapasitas produksi 100 MBCD
(Million Barrel per Calendar Day). Pada tahun 1957, kilang ini diambil alih oleh PT. Shell
Indonesia dan pada tahun 1965 pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT.
Shell Indonesia. Kilang Sungai Gerong didirikan oleh STANVAC pada tahun 1926. Kilang
yang berkapasitas produksi 70 MBCD ini kemudian dibeli oleh PERTAMINA pada tahun
1970. Dengan adanya penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka kapasitas produksi
kilang Sungai Gerong menjadi 25 MBCD. Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami
proses integrasi. Kedua kilang ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang ini berada
di bawah pengawasan RU-III PERTAMINA dan bertanggung jawab dalam pengadaan
BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan
Lampung.
b) Kondisi Saat Ini
Sejak awal Desember lalu, kilang yang berada di propinsi Sumatera Selatan
tersebut telah mampu mengolah CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah menjadi
Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG dengan teknologi
co-processing. Yakni menggabungkan sumber bahan bakar alami dengan sumber bahan
bakar fosil untuk diproses di dalam kilang sehingga menghasilkan bahan bakar ramah
lingkungan. proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residue Fluid Catalytic
Cracking Unit (RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 MBSD
(Million Barel Steam Per Day). Adapun CPO yang digunakan adalah jenis crude palm oil
yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil). RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan
sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan
bahan bakar bensin ramah lingkungan. Hasil implementasi co-processing tersebut telah
menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 MB/Bulan atau setara 64.500 Kilo
Liter/Bulan dan produksi Green LPG sebanyak 11.000 ton per bulan.
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses
PT. PERTAMINA (Persero) RU-III melakukan pengolahan minyak mentah
menjadi produk-produk seperti bahan bakar minyak (BBM), non-bahan bakar minyak
(NBM), dan petrokimia. Pada kilang BBM, minyak bumi mengalami dua proses utama,
yaitu primary process (distillation, treating, blending) dan secondary process
(polymerization, alkylation, utilities).
Proses primer merupakan proses pemisahaan komponen-komponen minyak
mentah yang dilakukan secara fisik, yaitu dengan cara distilasi pada tekanan atmosferik
maupun tekanan vakum. Sebagian dari hasil distilasi ada yang menjadi produk langsung
dan sebagian lagi harus melewati tahapan secondary process untuk pengolahan lebih
lanjut. Unit operasi yang digunakan pada proses ini adalah Crude Distiller (CD) dan
Redistiller bertekanan atmosferik. Unit ini terdiri dari unit CD II, CD III, CD IV, CD V,
dan CD VI. Unit Redistiller terdiri dari Redistiller I dan II yang pada awalnya digunakan
untuk mengolah slop oil (minyak sisa yang tidak memenuhi standar, off spec). Namun, saat
ini redistiller telah tidak beroperasi lagi (idle). Unit lain yang termasuk dalam primary
process adalah High Vacuum Unit (distilasi bertekanan vakum), Stabilizer C/A/B, dan BB
Distiller (Butane-Butylene Distiller).
Proses sekunder melibatkan terjadinya perubahan struktur kimia dari suatu
senyawa fraksi minyak bumi. Proses yang bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi dari hasil
proses primer ini meliputi dekomposisi molekul (cracking), kombinasi molekul
(polimerisasi dan alkilasi), dan perubahan struktur molekul (reforming). Unit–unit yang
beroperasi pada proses ini adalah RFCCU (Riser Fluid Catalytic Cracking Unit), Unit
Polimerisasi, dan Unit Alkilasi. Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-
senyawa yang tidak diinginkan dari produk BBM seperti senyawa belerang dan merkaptan.
Proses treating ini dilakukan pada unit CTU (Caustic Treating Unit) dan Doctor Treater
(untuk menghilangkan merkaptan). Proses blending atau pencampuran bertujuan untuk
memenuhi spesifikasi produk yang telah ditentukan. Proses pencampuran dilakukan
dengan penambahan zat aditif atau dengan pencampuran dua produk atau lebih yang
berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah pencampuran HOMC (High
Octane Mogas Component) dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium
dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk. Bahan baku kilang polypropylene
adalah raw propaneee-propylene dari hasil perengkahan di RFCCU. Proses pengolahannya
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pemurnian bahan mentah menggunakan proses adsorpsi,
distilasi dan pengeringan, polimerisasi dan peletisasi serbuk polypropylene menjadi bijih
plastik.
Unit pengolahan III ini dapat mengolah minyak mentah (crude oil)
dan intermediate product (Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC, Long residue, Raw PP)
menjadi produk jadi, diantaranya BBM (Premium, Kerosene, Solar &Fuel Oil), NBBM
(LPG, Musicool, HAP, LAWS, SBPX, LSWR), BBK (Avtur, Pertalite, Pertamax,
Pertamax Racing) dan produk lainnya seperti LSFO dan Polypropylene (Polytam).

Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap (Kapasitas 348 ribu barel/hari)

a) Lokasi, Kapasitas Produksi dan Sejarah Kilang Pertamina RU IV Cilacap


Terdapat dua buah kilang minyak pada RU IV Cilacap. Pembangunan Kilang
Minyak I dimulai tahun 1974 dan mulai beroperasi pada 24 Agustus 1976 setelah
diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell International
Petroleum Maatschappij (SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc. yang
dibantu oleh beberapa sub kontraktor dari perusahaan Indonesia dan asing. Selaku
pengawas dalam pelaksanaan proyek ini adalah Pertamina. Kilang ini dirancang dengan
kapasitas pengolahan 100.000 barel/hari., akan tetapi karena meningkatnya kebutuhan
konsumen, kapasitas kilang ini ditingkatkan menjadi 118.000 barrel/hari melalui
Debottlenecking Project pada tahun 1997/1998.
Pembangunan kilang minyak kedua dimulai tahun 1981 dan mulai beroperasi
setelah diresmikan pada 4 Agustus 1983 dan merupakan perluasan dari kilang minyak
pertama. Perluasan ini dilakukan mengingat peningkatan konsumsi BBM yang menjadi
tidak seimbang lagi dengan produksi yang ada. Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di
kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) sedangkan Kompleks Bahan Dasar
Minyak Pelumas (Lube Oil Complex II dan III) dirancang oleh Shell International
Petroleum Maatschappij (SIPM), dan offsite facilities oleh Fluor Eastern Inc. Kontraktor
utama untuk pembangunan kilang ini adalah Fluor Eastern Inc. Dan dibantu oleh
kontraktor- kontraktor nasional. Sebelum diadakan Debottlenecking Project pada tahun
1997/1998, kapasitas Kilang minyak kedua yang berkapasitas 200.000 barel/hari tetapi
setelah diadakan proyek tersebut, kapasitasnya meningkat menjadi 230.000 barrel/hari.
b) Kondisi Saat Ini
Pertamina memproyeksi investasi proyek kilang Cilacap mencapai US$ 5 miliar.
Dengan investasi tersebut, kapasitas kilang Cilacap diharapkan meningkat dari 348 ribu
barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari. Adapun spesifikasi produk, mencakup Euro
V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.
Pertamina dan Aramco sebenarnya telah membentuk perusahaan patungan sejak 22
Desember 2016 untuk proyek tersebut. Pertamina memegang saham sebesar 55% dan
Saudi Aramco sebesar 45%. Kala itu, Pertamina dan Aramco menargetkan proyek RDMP
Cilacap bisa dimulai pada 2021. Namun, hingga kini, proyek kilang Cilacap tak kunjung
dibangun karena tak ada kesepakatan terkait valuasi dan spin off aset. Di sisi lain, Aramco
justru begitu gencar berinvestasi kilang di negara lain, seperti Tiongkok dan Malaysia.
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses
Produk dari kedua kilang minyak pada RU IV Cilacap adalah aspal, heavy aromate,
lube based oil, LSWR, minarex, parrafinic oil, paraxylene, slack wax, dan toluene.
Terdapat dua buah kilang pada RU IV Cilacap yang masing-masing mengolah jenis crude
oil yang berbeda.
Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan NBM (minyak
dasar pelumas dan aspal). Oleh karena itulah bahan baku kilang ini adalah minyak mentah
dari Timur Tengah , yaitu Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup tinggi
(sekitar 1,88% / berat). Kandungan sulfur dalam minyak mentah dibutuhkan untuk menjaga
stabilitas oksidasi pada komponen Lube Base Oil. Kandungan sulfur dalam aspal juga
dapat meningkatkan ketahanan aspal terhadap deformasi dan cuaca yang berubah- ubah.
Namun, kandungan sulfur tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada
peralatan proses. Sementara untuk saat ini, bahan baku kilang bukan hanya ALC melainkan
juga Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC). Unit proses pada kilang
satu meliputi crude distiller, napthta hydrotreater, gas oil HDS, platformer, propane
manufacturing, kerosene merox treater, sour water stripper, CRP unit, high vacuum unit,
propane deasphalting unit, furfural extraction unit, dan MEK dewaxing unit.
Kilang minyak kedua ini dirancang untuk mengolah minyak mentah dalam negeri
yang memiliki kadar sulfur lebih rendah dari pada ALC. Minyak mentah ini merupakan
campuran dengan komposisi 80 % Arjuna Crude dan 20 % Attaka Crude yang pada
perkembangan selanjutnya menggunakan crude lain dengan komposisi yang menyerupai
rancangan awal. Unit proses yang ada pada kilang ini meliputi crude distiller, naphta
hydrotreater, CCR Platformer, LPG recovery, AH Unibon, Visbreaker, Thermal Distillate
HDT, Naphta Merox Treater, High Vacuum Unit, Propane Deasphalting Unit, Furfural
Extraction Unit, dan MEK Dewaxing Unit.

Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas 260 ribu


barel/hari)
a) Lokasi, Kapasitas Produksi dan Sejarah Kilang Pertamina RU V Balikpapan, Kalimantan
Timur.
Kilang minyak PT PERTAMINA (Persero) RU V terletak di kota Balikpapan
provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi teluk Balikpapan berdiri tahun 1922. Memiliki
luas area sekitar 889 Ha yang terdiri atas luas area kilang sebesar 339,2 Ha dan area sarana
dan prasarana umum sebesar 549,8 Ha. Sejarah kilang minyak Pertamina (Persero) RU V
Balikpapan berawal dari ditemukannya sumber minyak di daerah Sanga-sanga pada tahun
1987. Dimana sebelumnya juga ditemukan sumber-sumber minyal di Tarakan (1899),
Samboja (1911) dan Bunyu (1922). Sehingga dengan adanya penemuan minyak bumi
tersebut mendorong dibangunnya kilang minyak mentah menjadi Bahan Bakar Minyak
(BBM) dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. Kilang Unit Pengolahan RU V
Balikpapan terletak pada tepi teluk Balikpapan dengan area seluas kurang lebih 2,5 km2 .
Kilang Balikpapan mengolah 260 M (1000) Barrel Stream Day (MBSD) minyak mentah.
Kilang Balikpapan terdiri dari dua kilang yaitu Kilang Balikpapan I dan Kilang Balikpapan
II. Kilang Balikpapan I memiliki kapasitas 60 MBSD dan Kilang Balikpapan II memiliki
kapasitas 200 MBSD. Kilang ini mengolah minyak mentah dah memproduksinya hingga
dapat dipasarkan. Produk bahan bakar minyak yang dihasilkan meliputi avtur premium,
kerosin, solar, minyak dan fuel oil serta Non bahan bakar minyak seperti naptha, LPG dan
lilin (wax).
b) Kondisi Saat Ini
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses
Unit-unit produksi yang ada di PT PERTAMINA (Persero) RU-V terdiri dari
beberapa unit produksi. Unit produksi dibagi menjadi dua kilang, yaitu Kilang Balikpapan
I dan II. Kilang Balikpapan I merupakan kilang lama yang di-upgrade pada tahun 1997.
Saat ini, Kilang Balikpapan I mengolah 60 MBSD minyak mentah parafinik. Kilang ini
terdiri atas 5 unit pengolahan, yaitu Crude Distillation Unit, Heavy Vacuum Unit,
Dehydration Plant, Wax Plant, dan Effluent Water Treatment Plant.
Kilang Balikpapan II mengolah 200 MBSD cocktail crude. Kilang ini terdiri atas 2
pengolahan kompleks, yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracker Complex
(HCC), dan masing-masing kompleks pengolahan terdiri dari beberapa unit pemroses.
Kedua unit ini memproduksi bahan bakar minyak dan LPG.
Produk yang dihasilkan dari kilang minyak RU-V Balikpapan adalah produk BBM,
BBK, dan NBM. Produk BBM yang dihasilkan diantaranya adalah premium, kerosine, dan
solar. Produk BBK yang dihasilkan adalah avtur, pertamax, pertalite, pertadex, IDO, dan
MGO-05. Sedangkan produk NBM yang dihasilkan adalah LPG, YBW, HSR, OBM SF-
05, LAWS-05, NBF, Naphta, LSFO, dan LSWR.

Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat (Kapasitas 125 ribu barel/hari)
a) Lokasi, Kapasitas Produksi dan Sejarah Kilang Pertamina RU VI Balongan, Jawa Barat.
Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan Balongan,
kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon). Daerah Balongan
dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan proyek EXOR I (Export
Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun 1991. Pada perkembangan selanjutnya,
pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan.
Start Up kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober
1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini
sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue
Catalytic Cracking (RCC) mengalami kerusakan. Unit RCC ini merupakan unit terpenting
di kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 %
dari total feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan sangat
besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan.
Kapasitas unit ini yang sekitar 125.000 BPSD.
b) Kondisi Saat Ini
Kilang Minyak Refinery Unit (RU) VI Balongan saat ini jumlah produksinya masih
125 ribu Barel Per Hari (Bph). Setelah dikembangkan kilang ini bakal produksi hingga 300
ribu BPH. RU VI Balongan mempunyai nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan
BBM ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat dan sekitarnya yang merupakan sentra
bisnis dan pemerintahan Indonesia.
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses
Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak
mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual yang
relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baiksebagai bahan baku kilang. Kualitas
yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat
tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi.
Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak
mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari
lapangan Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode SecondaryRecovery.
Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri,
Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24.
Terdapat empat buah unit proses pada kilang minyak ini. Pertama, Distillation
Treating Unit. Unit ini terbagi lagi menjadi Crude Distillation Unit, Amine Treating Unit,
Source Water Stripper Unit, Sulphur Plant Unit, Naphta Processing Unit, Naphta
Hydrotreating Unit, Platforming, Continous Catalyst Regeneration, dan Penex. Unit yang
kedua adalah Distillation and Hydrotreating Complex yang terbagi menjadi Atmospheric
Residue Hydrodemetallization Unit dan Hydrotreating Unit. Unit yang ketiga adalah
Residue Catalytic Cracker Complex yang terbagi menjadi Residue Catalytic Cracker Unit
dan Light End Unit. Unit yang keempat adalah Propylene Olefin Complex yang terdiri dari
Low Pressure Recovery Unit, Selective C4 Hydrogenation, Olefin Conversion, dan
Regeneration System.
Produk yang dihasilkan oleh kilang minyak ini diantaranya adalah Premium,
Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene, LPG, dan Propylene.

Pertamina Unit Pengolahan VII Kasim, Sorong, Irian Jaya Barat (Kapasitas 10 ribu
barel/hari)
a) Lokasi, Kapasitas Produksi dan Sejarah Kilang Pertamina RU VII Sorong, Irian Jaya.
Kilang BBM Kasim dibangun diatas areal seluas kurang lebih 80 HA. dan terletak
di desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua bersebelahan dengan Kasim
Marine Terminal (KMT) Petro China, kurang lebih 90 km sebelah selatan kota Sorong.
Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli 1997 sampai saat ini. Kilang BBM Kasim
mempunyai kapasitas 10.000 barrel / hari, dirancang untuk mengolah Crude (minyak
mentah) Walio (60%) dan Salawati (40%).
b) Kondisi Saat Ini
PT Pertamina (Persero) berencana melakukan upgrade kilang Kasim di Sorong
untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah Papua dan sekitarnya.
Upgrade sangat diperlukan karena produksi kilang saat ini maksimal hanya 6 ribu-7 ribu
barel per hari (bph) sementara kebutuhan BBM di Papua mencapai 24 ribu bph. Selain
memperbesar kapasitas pengolahan serta jumlah tangki, sumber minyak juga akan
ditambah tidak hanya didatangkan dari sumber-sumber minyak di sekitar Sorong. Selama
ini kebutuhan kilang Kasim dipasok dari Petrogas serta PT Pertamina EP.
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses
Refinery Unit VII Sorong di design mengolah Walio – Salawati crude yang bersifat
asphaltine dengan komposisi 60 %- 40 % dengan sulfur content 0,56 % wt, salt 2,0 ptb, BS
& W 0,10 % vol. Unit proses yang terdapat pada kilang minyak ini adalah Crude
Distillation Unit, Naphta Hydrotreater Unit, Catalytic Reforming Unit, Boiler, Water
Treatment Unit, dan Pembangkit Listrik. Jenis produk yang dihasilkan adalah Fuel Gas,
Premium, Kerosine, Solar, dan Residu.

Pusdiklat Migas Cepu, Jawa Tengah (Kapasitas 45 ribu barel/hari)


a) Lokasi, Kapasitas Produksi, dan Sejarah Kilang Pertamina Pusdiklat Migas Cepu, Jawa
Tengah.
PPSDM Migas berlokasi di Jalan Sorogo No. 1 Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora,
Desa Karang boyo, Provinsi Jawa Tengah dan menempati area ± 1.410.304 m2. Sejarah
salah satu ladang minyak tertua di dunia ini dimulai saat Belanda datang di Indonesia
sekitar tahun 1870. Setelah berbagai pemindahan kekuasaan Blok Cepu pertama kali
dieksplorasi oleh perusahaan minyak Royal Dutch/Shell DPM (Dordtsche Petroleum
Maatschappij) sebelum Perang Dunia II. Dulu konsesi minyak di daerah ini bernama
Panolan. Sumur Ledok-1 dibor pada bulan Juli 1893 merupakan sumur pertama di daerah
Cepu. Setelah sempat dijadikan tempat pendidikan Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas
Bumi) tahun 1965, drama ladang minyak yang termasuk dalam cekungan Jawa Timur-Laut
itu dimulai –tepatnya setelah pemerintah memberikan izin Technical Evaluation Study
(TES) kepada Humpuss Patragas pada tahun 1990. Humpuss Patragas adalah perusahaan
milik Tommy Soeharto, anak bungsu mantan Presiden Soeharto.
Dalam perjanjian tersebut, Humpuss Patragas memiliki izin untuk melakukan
eksplorasi ulang di sumur-sumur tua yang sudah ditemukan minyaknya dan tempat-tempat
baru yang belum ada sumur minyaknya. Namun karena keterbatasan dana dan teknologi
saat itu, Humpuss Patragas tidak bisa melakukan penggalian lebih dalam, sehingga yang
diambil adalah minyak-minyak yang berada di lapisan dangkal. Terbayang mendapatkan
limpahan minyak, akhirnya Humpuss menggandeng Ampolex, perusahaan eksplorasi
minyak dari Australia untuk bekerjasama –dengan perjanjian Ampolex mendapatkan 49
persen dan Humpuss masih menjadi operator Blok Cepu. Namun, sayangnya eksplorasi
tidak berjalan dengan baik dan Ampolex diakuisisi oleh Mobil Oil, anak perusahaan Exxon
Mobil. Setelah kegagalan tersebut kemudian ExxonMobil membeli hak eksplorasi
lapangan Cepu, lalu dengan menggunakan resolusi tinggi melakukan seismik 3-D untuk
pemetaan lapisan bawah permukaan. Berita mengejutkan terdengar ketika pada Februari
2001 Mobil Cepu Ltd –anak perusahaan dari ExxonMobil yang bekerjasama dengan
Pertamina menemukan sumber minyak mentah dengan kandungan 1,478 miliar barel dan
gas mencapai 8,14 miliar kaki kubik di lapangan Banyu Urip. Ini merupakan penemuan
sumber minyak paling signifikan dalam dekade terkahir.
Total cadangan minyak di Blok Cepu menurut konsultan dari Amerika mencapai 2
miliar barel. Perlu diketahui 25 persen sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui
berupa minyak yang diambil dari bumi Indonesia adalah minyak-minyak yang berada di
lapisan dangkal. Saat ini, total produksi dari kilang minyak Blok Cepu mencapai 45 ribu
barrel per hari.
b) Kondisi Saat Ini
Selain digunakan untuk produksi minyak, kilang minyak Pusdiklat Migas
peninggalan belanda ini saat ini digunakan sebagai sarana pelatihan nyata untuk
peningkatan kompetensi sumber daya manusia sektor migas.
c) Jenis Crude, Jenis Produk, dan Unit Proses.
Minyak mentah yang diolah di kilang PUSDIKLAT MIGAS Cepu berasal dari
sumur-sumur minyak di sekitar Cepu yaitu Lapangan Kawengan dan Ledok yang berada
di bawah naungan Pertamina UEP III Cepu. Crude oil yang berasal dari Ledok bersifat
asphalthis sedangkan crude oil yang dari Kawengan bersifat parrafinis. Jenis crude oil yang
diolah di Unit Destilasi PUSDIKLAT MIGAS Cepu berupa crude oil campuran antara
crude oil Kawengan yang mempunyai titik tuang tinggi (High Pour Point Oil/HPPO) dan
crude oil Ledok yang mempunyai titik tuang rendah (Low Pour Point Oil/LPPO) dengan
perbandingan 75 % : 25 %. Kapasitas kilang adalah 600 m3/hari, kapasitas operasi kilang
saat ini adalah 350 m3/hari. Produk yang dihasilkan oleh unir pengolahan pudiklat migas
adalah Petrasol, Kerosine, Solar, Paraffin High (Wax), dan Residu. Unit proses yang
terdapat pada kilang minyak ini cukup simpel, yaitu Crude Distillation Unit dan Treating
Unit.
REFERENSI
Pertamina, Media & Informasi Refinery Unit. [Online] Available at: www.pertamina.com.
[Accessed 3 April 2020]

Riauone. 2016. Sejarah Kilang Pertamina RU II Dumai. [Online] Available at:


https://riauone.com/nusantara/Sejarah-Kilang-Pertamina-RU-II--Dumai--Riau. [Accessed 3 April
2020]

Anonym. 2018. Kilang Refinery Plaju Olah Minyak Sawit Jadi Green Gasoline. [Online]
Available at: http://www.bumn.go.id/ptpn13/berita/1-Sejak-Desember-2018-Kilang-Refinery-
Plaju-Olah-Minyak-Sawit-Jadi-Green-Gasoli. [Accessed 3 April 2020]

Anonym. Laporan Kerja Praktek Pertamina RU IV Cilacap. Semarang. Universitas Diponegoro.

Winasis, Y. S., Rachmawati, M. I. 2017. Laporan Kerja Praktek Pertamina RU VI Balongan-


Indramayu. Surabaya. Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.

Basri, M. Laporan Kerja Praktek Pertamina RU V Balikpapan. Kota Balikpapan. Universitas


Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai