Anda di halaman 1dari 37

PEMBUATAN DAN ANALISIS POLY ALUMINIUM CHLORIDE

(PAC) DARI LIMBAH KALENG MINUMAN SEBAGAI


PENJERNIH AIR

Laporan Praktikum Kimia Terpadu (PKT) Tahun Ajaran 2017/2018

oleh Kelompok PKT 11, Kelas XIII-2:

Irani Bening Kinasih Aulia Adiwidjaja 14.60.07812

Erva Reva 14.60.07770

Mochamad Sulaeman Rizki 14.60.07839

Setiawan Aji 14.60.07919

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

SMK – SMAK Bogor

2017
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh,

Ir. Masyitah Yusah


NIP 19630216 199003 2001
Pembimbing

Disahkan oleh,

Ir. Tin Kartini, M.Si


NIP 19640416 199403 2003
Kepala Laboratorium Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor

i
KATA PENGANTAR

Laporan Praktikum Kimia Terpadu (PKT) dengan judul Pembuatan dan


Analisis Poly Aluminium Chloride (PAC) dari Limbah Kaleng Minuman sebagai
Penjernih Air ini disusun sebagai syarat melengkapi penilaian semester VII di
SMK-SMAK Bogor. Kegiatan PKT wajib dilaksanakan oleh siswa kelas XIII,
berlangsung sekitar 4 bulan. Kegiatan dimulai dari penyusunan proposal kegiatan,
praktik di laboratorium, pembuatan makalah, seminar, dan penyusunan laporan
hasil kegiatan praktik kimia terpadu yang telah dilaksanakan.

Adapun isi laporan ini meliputi pendahuluan mengenai latar belakang dan
pentingnya masalah serta tujuan, tinjauan pustaka, pembuatan dan metode
analisis, hasil dan pembahasan, kewirausahaan, simpulan dan saran, daftar
pustaka. Untuk menilai kelayakan produk, hasil analisis yang diperoleh
dibandingkan dengan standar acuan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) No.
06-3822-1995 tentang Poli Aluminium Klorida.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Ucapan terima kasih patut
disampaikan kepada :
1. Dwika Riandari, M.Si selaku Kepala Sekolah SMK-SMAK Bogor.
2. Ir. Tin Kartini, M.Si selaku Kepala Laboratorium SMK-SMAK Bogor.
3. Ir. Masyitah Yusah selaku pembimbing tim PKT-11 SMK-SMAK Bogor
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat.
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, dorongan, dan
dukungan baik moril maupun materil.
5. Siswa-siswi SMK-SMAK Bogor.
6. Semua pihak yang telah membantu, langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca akan sangat
membantu dalam penyempurnaan laporan PKT ini. Tim penulis pun berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat membantu kegiatan
penelitian selanjutnya.

Bogor, Desember 2017 Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ........................................................................ i


KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
A. Poly Aluminium Chloride (PAC) ............................................................................... 3
B. Penjernih Air ........................................................................................................... 3
C. Air ............................................................................................................................ 4
D. Limbah Kaleng ......................................................................................................... 5
E. Koagulasi dan Flokulasi ........................................................................................... 6
BAB III METODE PEMBUATAN DAN ANALISIS ..................................................................... 7
A. Metode Pembuatan Poly Aluminium Chloride (PAC) .............................................. 7
B. Metode Analisis....................................................................................................... 8
C. KEWIRAUSAHAAN ................................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21
LAMPIRAN 1 STANDAR ACUAN ......................................................................................... 22
LAMPIRAN 2 TEKNIS PEMBUATAN DAN PEMAKAIAN ...................................................... 23
LAMPIRAN 3 DATA DAN PERHITUNGAN ........................................................................... 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Syarat Mutu Poli Aluminium Klorida Cair ....................................................... 3


Tabel 2 Metode Analisis PAC Cair ................................................................................ 8
Tabel 3 Biaya Produksi ................................................................................................. 16
Tabel 4 Hasil Pengujian Air Baku ................................................................................ 19
Tabel 5 SNI No. 06-3822-1995 .................................................................................... 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Air ....................................................................................................................... 4


Gambar 2 Limbah Kaleng .................................................................................................... 5
Gambar 3 Diagram Alir Pembuatan PAC dari Limbah Kaleng ............................................. 7

v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air sangat penting bagi kesehatan manusia. Namun, populasi manusia
yang terus meningkat membutuhkan lebih banyak air, pangan, energi, dan
bahan baku sehingga semakin memperketat persaingan. Berdasarkan data
dari Kementerian Riset dan Teknologi, pada tahun 2000 secara nasional
ketersediaan air permukaan hanya mencukupi 23% dari kebutuhan penduduk.
Sementara itu Pulau Jawa dan Bali kondisinya sudah defisit air sejak tahun
1995. Saat musim kemarau di Jawa terjadi defisit air sekitar 130 ribu juta meter
kubik per tahunnya. Maka tidak aneh jika setiap musim kemarau di Jawa dan
Bali seringkali terjadi krisis air di beberapa daerah.

Di lain sisi, dengan berkembangnya industri kemasan, kaleng


merupakan salah satu wadah yang banyak dipergunakan oleh industri
makanan dan minuman. Praktis, mudah dibawa, dan menarik dengan aneka
lukisan atau gambar pada dinding luar kaleng. Meningkatnya penggunaan
kaleng sebagai wadah makanan atau minuman memberikan masalah
lingkungan yang menjadi perhatian bersama. Kaleng-kaleng tersebut menjadi
salah satu bahan bahan pencemar yang mengganggu lingkungan. Sampah
yang menimbulkan karat dan akan mengganggu terhadap kesuburan tanah.
Sampah padat yang lama mengalami proses penguraian dalam tanah.

Dalam perkembangannya sampah kaleng menjadi bahan yang dicari


para pemulung barang bekas untuk dijual ke pengepul barang bekas dan
diolah kembali dalam pabrik menjadi bahan baru. Oleh beberapa pengrajin
keleng bekas tersebut diolah menjadi barang berguna untuk keperluan rumah
tangga; parutan kelapa, cikrak, saringan penggorengan, asbakdan
sebagainya. Masih banyak yang bisa diperbuat untuk mengurangi sampah
atau limbah kaleng di lingkungan sekitar.

B. Rumusan Masalah
Pada umumnya, limbah kaleng minuman didaur ulang dengan cara
diubah menjadi barang lain yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Tetapi
pada akhirnya barang tersebut bisa saja rusak. Padahal limbah kaleng
minuman ini mengandung aluminium yang logamnya dapat dipisahkan dan

1
2

didapat aluminium murninya. Dimana aluminium murni ini digunakan sebagai


bahan baku pembuatan koagulan yang digunakan untuk menjernihkan air,
yang juga memiliki nilai jual.

C. Tujuan
1. Memanfaatkan limbah kaleng menjadi bahan bermanfaat.
2. Meningkatkan kualitas air dengan penjernihan.
3. Mengetahui proses pembuatan Poly Aluminium Chloride (PAC) dari
kaleng.
4. Mengetahui proses analisis produk sesuai standar.

.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Poly Aluminium Chloride (PAC)


Poli aluminium klorida merupakan salah satu koagulan–zat kimia yang
menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi– yang
bisa membantu untuk menjernihkan air. Secara umum PAC dapat digunakan
untuk mengolah air permukaan maupun air tanah untuk memperoleh air bersih
ataupun air minum. PAC mempunyai rumus Alm(OH)nCl(3m-n). PAC mempunyai
derajat polimerisasi yang tinggi, suatu bentuk polimer anorganik dengan bobot
molekul yang besar. PAC sangat baik digunakan untuk air yang mempunyai
alkalinitas rendah yang membutuhkan penghilangan warna dan waktu reaksi
cepat. Bentuk PAC dapat berupa cairan jernih kekuningan atau serbuk
berwarna kekuningan. PAC mengandung Al2O3 sebanyak 10-12% dan
kandungan basa minimal 50%.

Tabel 1 Syarat Mutu Poli Aluminium Klorida Cair

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Bobot Jenis (20oC) g/mL 1,19 - 1,25
2 Kadar Al2O3 % 10,0 - 11,0
3 Basisitas % 45 - 65
4 pH (larutan 1%b/b) - 3,5 - 5,0
5 Sulfat(SO42-) % Maks. 3,5
6 Besi (Fe) % Maks. 0,01
7 Kadar Nitrogen % Maks. 0,01
8 Klorda (Cl-) % 8,5 - 9,5
9 Logam berat
9.1 Arsen (As) ppm Maks. 5,0
9.2 Cadnium (Cd) ppm Maks. 2,0
9.3 Timbal (Pb) ppm Maks. 10,0
9.4 Raksa (Hg) ppm Maks. 0,2
9.5 Chromium (Cr) ppm Maks. 10,0
9.6 Mangan (Mn) ppm Maks. 25,0

B. Penjernih Air
Penjernihan air merupakan proses pengolahan air kotor menjadi air
bersih dan sehat. Penjernihan air didasarkan pada sifat-sifat koloid yaitu,
koagulasi dan adsorpsi. Koagulasi terjadi akibat tidak setabilnya sistem

3
4

koloid yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid


tersebut. Sedangkan adsorpsi adalah proses penyerapan zat dipermukaan
lain.

C. Air
Air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup.
Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan
Gambar 1 Air
baik oleh manusia serta mahluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air
harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat air dari keadaan normal,


bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah
terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah
tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan
yang turun di atasnya selalu mengandung bahan terlarut, seperti CO2, O2 dan
N2 serta bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel lainnya yang terbawa
air hujan dari atmosfir.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 –


Permenkes 416/1990 – Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Alasan kesehatan merupakan dasar bagi penentuan standar
kualitas air bersih. Standar kualitas tersebut ditunjukkan oleh parameter
kualitas air, yaitu fisika, kimia, mikrobiologi atau bakteriologi, dan radiologi.
Berdasarkan tujuan penggunaannya, pada dasarnya kebutuhan air bersih
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu kebutuhan domestik dan
kebutuhan nondomestik. White, et al. (1972) membagi kebutuhan air ke dalam
tiga kategori, yaitu: (1) konsumsi, seperti minum dan memasak; (2)
kesehatan/higiene, meliputi kebutuhan dasar untuk individu dan kebersihan
5

rumah tangga; dan (3) penggunaan untuk tujuan kesenangan (amenity use),
seperti mencuci mobil dan menyiram tanaman. Thompson, et al. (2001)
menambahkan kategori keempat, yaitu penggunaan produktif (productive
use), seperti konstruksi dan usaha hortikultura.

Air di bumi mengalami siklus hidrologi yang berlangsung terus


menerus, sehingga mahluk hidup tidak kekurangan air. Siklus hidrologi
menghasilkan berbagai macam sumber air, sehingga mahluk hidup
menggunakan air dari sumber air yang berbeda. Sumber air terbagi menjadi
4, yaitu: air hujan, air permukaan, air tanah, dan mata air.

D. Limbah Kaleng
Limbah adalah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya
karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah mengandung bahan pencemar yang
Gambar 2 Limbah Kaleng
bersifat racun dan bahaya. Limbah ini
dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini
dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai
potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang
bersumber dari pabrik industri.

Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Bagi orang awam,
kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat
dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk
lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari
aluminium. Kandungan aluminium dalam kaleng minuman ini adalah berkisar
antara 6,4%-15,8% tergantung kualitas kaleng minuman tersebut.Terkadang
lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu untuk mencegah reaksi
dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol dari
kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan
yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet.
6

Limbah kaleng adalah limbah yang tidak bisa diurai secara alami atau
proses biologi, limbah kaleng ini termasuk limbah anorganik.

E. Koagulasi dan Flokulasi


Koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan
partikel yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan Partikel ini tidak
dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani 9 secara fisik. Penambahan
koagulan akan mendestabilisasi partikel sehingga terbentuk mikroflok.
Mikroflok tersebut kemudian digumpalkan menjadi makroflok yang dapat
diendapkan melalui proses flokulasi. Proses penggumpalan ini tergantung
pada waktu dan pengadukan lambat dalam air. Koagulasi umumnya
mempunyai derajat agregasi yang tinggi dan mempermudah mekanisme
netralisasi. Kinerja dari koagulasi dan flokulasi bergantung pada banyak
faktor, beberapa diantaranya saling berkaitan sehingga akan menyulitkan
optimalisasi. Karakteristik dari sumber air, kondisi pengadukan, waktu
flokulasi, bahan kimia yang dipilih, dan penambahannya pada proses
koagulasi akan mempengaruhi kinerja dari koagulasi.

Flokulasi adalah proses penggumpalan menjadi massa yang lebih


besar. Pada pengolahan air limbah ataupun air sungai, proses koagulasi dan
flokulasi digunakan untuk menghilangkan materi koloidal yang dapat
menimbulkan warna dan kekeruhan.
BAB III METODE PEMBUATAN DAN ANALISIS

A. Metode Pembuatan Poly Aluminium Chloride (PAC)


1. Pemisahan Aluminium dari Limbah Kaleng

Kaleng Pocari Sweat dibersihkan dan digunting


kecil-kecil

Kaleng Pocari Sweat dilarutkan dengan NaOH 48%

Ditambahkan HCl 33% s/d pH netral (6-7)

Saring dengan kertas saring Whatman no.41

2. Pembentukan AlCl3 (Aluminium Klorida) sebagai monomer

Ditambahkan HCl 33%

3. Pembuatan Polimer Poly Aluminium Chloride

Ditambahkan Na2CO3 sedikit demi sedikit sambil


diaduk hingga tidak terbentuk lagi gelembung gas

Didiamkan 48 jam

Diperoleh Poly Aluminium Chloride

Gambar 3 Diagram Alir Pembuatan PAC dari Limbah Kaleng

7
8

Keterangan :
Persiapan bahan baku
1. Limbah kaleng minuman
a. Disiapkan 20 kaleng Pocari Sweat
b. Kaleng dicuci dengan sabun lalu dibilas dan dikeringkan
c. Kaleng yang sudah dicuci dibersihkan catnya dengan paint remover
d. Kaleng yang sudah dibersihkan digunting kecil-kecil
e. Kaleng siap digunakan sebagai bahan baku

B. Metode Analisis
Metode Analisis berdasarkan SNI nomor 06-3822-1995 tentang Poli
Aluminium Klorida
Tabel 2 Metode Analisis PAC Cair

No. Uraian Metode


1 Bobot Jenis Hidrometri
2 Kadar Al2O3 Volumetri
3 Basisitas Volumetri
4 pH pH metri
5 Sulfat (SO42-) Gravimetri
6 Besi (Fe) Spektrofotometri
7 Kadar Nitrogen Nessler
8 Klorida (Cl-) Volumetri
9 Logam berat
9.1 Arsen (As) SSA
9.2 Cadmium (Cd) SSA
9.3 Timbal (Pb) SSA
9.4 Raksa (Hg) SSA
9.5 Chromium (Cr) SSA
9.6 Mangan (Mn) SSA

1. Analisis Fisika
1. Bobot Jenis
a. Prinsip
Pengukuran contoh dengan menggunakan piknometer.
b. Cara Kerja
1) Piknometer dibersihkan dan dikeringkan.
2) Diukur bobot kosong piknometer.
3) Diukur bobot air dalam piknometer yang sama sambil dibaca
temperatur air pada saat pengukuran.
4) Diukur bobot sampel dalam piknometer 25 ml yang sebelumnya
sudah dibersihkan serta dikeringkan dan diketahui bobot
kosongnya.
9

c. Perhitungan
𝑤 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑎𝑞
𝑑= 𝑥 𝑑𝑡
𝑤 𝑎𝑖𝑟
2. Derajat Keasaman (pH)
a. Prinsip
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan, yang
dinyatakan sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan
potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH.
Elektroda gelas merupakan elektroda selektif khusus H+, sehingga
memungkinkan hanya untuk mengukur potensial yang disebabkan
kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan
elektroda pembanding (kalomer atau AgCl). Biasanya digunakan satu
elektroda yang sudah terdiri atas elektroda pembanding dan elektroda
gelas (elektroda kombinasi).
b. Cara Kerja
1) Pengukuran pH distandarkan dengan larutan penyangga yang
sesuai (kalibrasi dengan larutan penyangga pH). Dilakukan
setiap saat akan melakukan pengukuran.
2) Ditimbang teliti 1 gram contoh, dilarutkan dengan air suling,
dihimpitkan di dalam labu ukur 100 ml.
3) Dicelupkan elektroda yang telah dibersihkan dengan air suling ke
dalam contoh yang akan diperiksa.
4) Dicatat nilai pH (diamati petunjuk dari jarum pH meter).

2. Analisis Kimia
3. Kadar Al2O3 secara Titrasi Kompleksometri
a. Prinsip
Penambahan HNO3 1N akan mengubah poli aluminium oksida
menjadi ion aluminium kemudian ditambahkan larutan EDTA untuk
kelebihan aluminium.
b. Reaksi

Al2O3 + 6HNO3 → 2Al3+ + 6NO3- + 3H2O

Al3+ + H2Y2- → AlY- + 2H+

H2Y2- + Zn2+ → ZnY2- + 2H+

Zn2+ + Ind → ZnInd2+


10

c. Cara Kerja
1) Ditimbang contoh cair sebanyak 5 gram, dilarutkan dengan air
suling pada labu ukur 250 ml, ditambahkan 5 ml HNO3 1 N, dan
dihimpitkan.
2) Dipipet 25 ml larutan, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 ml.
3) Dididihkan 1 menit, kemudian didinginkan.
4) Ditambahkan 25 ml EDTA dengan pipet volum.
5) Diatur pH larutan dengan penambahan asam asetat glasial
sampai pH 5 – 6, digunakan pH universal untuk mengetahui pH.
6) Dididihkan 2 menit.
7) Didinginkan, lalu ditambahkan 10 ml larutan natrium asetat dan 2
– 5 tetes indikator xylenol orange.
8) Dititrasi dengan larutan ZnSO4 0,02 M hingga TA merah darah (a
ml).
9) Dikerjakan blanko, yaitu contoh cair diganti dengan air suling (b
ml).
d. Perhitungan
(𝑏−𝑎)𝑥 1,02
%Al2O3 = 20 𝑥100%
𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑥 1000
250

4. Basisitas secara Titrasi Kembali


a. Prinsip
Contoh cair diuraikan dengan menggunakan HCl 0,5 N dan
penambahan NaF 50%. Kemudian dititrasi menggunakan NaOH 0,5
N dengan penunjuk PP dan TA merah muda seulas.
b. Reaksi
~OH + NaF  NaOH + ~F
NaOH + HCl (berlebih terukur)  NaCl + H2O
HCl (sisa) + NaOH  NaCl + H2O
c. Cara Kerja
1) Ditimbang 2 gram contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml,
ditambahkan 30 ml air suling.
2) Ditambahkan 20 ml HCl 0,5 N.
3) Dipanaskan selama 10 menit.
4) Setelah dingin, ditambahkan 15 ml NaF 50%.
5) Ditambahkan 2-3 tetes PP.
11

6) Dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N, hingga TA larutan merah


muda seulas.
7) Dilakukan blanko dengan air suling.
d. Perhitungan
0,0085
(𝑏 − 𝑎)𝑥 𝑁 𝑥
𝐵𝑎𝑠𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 17 𝑥 100
𝐶 𝑥 𝐴 𝑥 0,5293
8,994 𝑥 100
b = ml NaOH blanko
a = ml NaOH contoh
N = Normalitas NaOH
C = gram contoh
A = Kadar Al2O3 hasil analisis
0.5293 = Faktor konversi Al2O3
8.994 = gram ekuivalen gugus hidroksil untuk 1ml larutan 0.5N
NaOH
0.0085 = Ekivalen
17 = gram ekuivalen gugus hidroksi

5. Kadar Sulfat (SO42-) secara Gravimetri


a. Prinsip
Dalam suasana asam dan panas sulfat dapat diendapkan dengan
BaCl2 10% menjadi BaSO4 yang berwarna putih. Setelah pemijaran,
endapan tetap sebagai BaSO4.
b. Reaksi
SO42- + BaCl2 → BaSO4 + 2Cl-
c. Cara Kerja
1) Ditimbang 5 gram contoh dalam piala gelas 200 mL ditambahkan
100 mL air suling.
2) Diasamkan dengan 2,5 mL HCl 4N.
3) Kemudian dipanaskan sampai mendidih, sambil diaduk.
4) Ditambahkan 10 mL BaCl2 10% setetes demi setetes di atas
penangas air selama 2 jam.
5) Endapan disaring dengan kertas saring tak berabu, dicuci dengan
air sampai bebas klorida (Cl-).
12

6) Kemudian dikeringkan, diabukan, didinginkan dan ditimbang


hingga bobot tetap.
d. Perhitungan
𝑚𝑔 𝐵𝑎𝑆𝑂4 𝑥 0,4116
%𝑆𝑂4 2− = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
6. Kadar Besi (Fe) secara Spektrofotometri Metode Tiosianat
a. Prinsip
Besi ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan
penambahan KCNS 25% membentuk kompleks [Fe(CNS)6]3-
berwarna orange merah, intensitas warna dibaca pada panjang
gelombang 490 nm.
b. Reaksi
Fe3+ + 6CNS- → [Fe(CNS)6]3-
c. Cara Kerja
1) Ditimbang 10 gram contoh, dilarutkan dengan air suling pada
labu ukur 250 ml, lalu dihimpitkan.
2) Dipipet 25 ml larutan ke dalam labu ukur 100 ml.
3) Diasamkan dengan 2 ml HNO3 4 N.
4) Ditambahkan 5 ml KCNS 25%, warna merah yang timbul
menunjukkan adanya besi.
5) Dihimpitkan dan dihomogenkan.
6) Dibaca serapannya pada panjang gelombang 460 nm
menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
7) Pembuatan larutan standar baku Fe. Ditimbang 0,8640 gram Feri
Amonium Sulfat, dilarutkan dalam air suling ditambahkan 10 mL
HCl pekat dan diencerkan dengan air suling sampai 100 mL (1
mL larutan baku = 0,1 mg Fe).
d. Perhitungan
𝐴𝑏𝑠 − 𝑖𝑛𝑡
𝑥 0,1 𝑥 𝑓𝑝
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
%𝐹𝑒 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
7. Kadar Nitrogen sebagai NH3 secara Spektrofotometri
a. Prinsip
Penambahan natrium karbonat pada contoh, akan membentuk
endapan Al(OH)3, kemudian dengan penambahan perekasi Nessler
13

pada cairan bening penyerapannya dapat diukur, dan kadar nitrogen


dapat ditentukan.
b. Reaksi
NH+ + K2[HgI4] → NH2Hg2I3 + NH3I
c. Cara Kerja
1) Ditimbang 10 gram contoh.
2) Dilarutkan dengan air suling pada labu ukur 500 ml, lalu
dihimpitkan lalu dihomogenkan.
3) Dipipet 25 ml larutan, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
ditambahkan 1,5 ml H2SO4 (1:35) diaduk, ditambahkan 5 ml
Na2SO4 3%, dihimpitkan lalu dihomogenkan.
4) Diendapkan larutan, dipipet 50 ml filtratnya, dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 ml.
5) Kemudian ditambahkan 2 ml natrium kalium tartrat dan 1 ml
perekasi Nessler, didiamkan 10 menit.
6) Penyerapannya diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 425,0 nm.
7) Dipipet larutan standar 1 ml sampai 7 ml ( 0,1 mg N/m),
dimasukkan ke labu ukur 50 ml dan ditambah air suling
sampai tanda garis lalu kocok, kemudian ditambahkan 2 ml
natrium kalium tartrat dan 1 ml pereaksi Nessler, didiamkan
10 menit dan dibaca penyerapannya.
8) Dikerjakan blanko dengan memakai air suling.
d. Perhitungan
𝐿
𝐷= 25 50 𝑥 100%
𝑆 𝑥 𝑥 𝑥 1000
500 100

D = %Nitrogen
L = mg Nitrogen
S = g Nitrogen
8. Kadar Klorida (Cl-) secara Titrasi Argentometri
a. Prinsip
Klorida dapat ditetapkan dengan metode Mohr dalam suasana netral
sampai basa yaitu pH 7 – 10. Titrasi contoh dengan AgNO3 0,1 N
dengan menggunakan indikator Kalium Kromat. Endapan AgCl yang
terbentuk merupakan titik ekivalen yang sesuai dengan kandungan
klorida.
14

b. Reaksi
Cl- + AgNO3 → AgCl + NO3-
c. Cara Kerja
1) Ditimbang 1 gram contoh ditambahkan 50 ml air dan 10 ml
H2SO4 pekat. Dipanaskan sampai larut sempurna kemudian
didinginkan.
2) Ditambahkan air suling, dihimpitkan pada labu ukur 250 ml.
3) Dipipet 25 ml larutan ke dalam erlenmeyer 50 ml.
4) Diasamkan dengan beberapa tetes asam nitrat sampai larutan
bereaksi asam terhadap merah metil.
5) Dinetralkan dengan natrium karbonat dan diencerkan dengan air
hingga 100 ml.
6) Ditambahkan 1 mL kalium kromat 5%.
7) Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1N hingga TA merah coklat.

d. Perhitungan
𝑚𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐶𝑙 −
𝐶𝑙 − = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

9. Kadar Logam Berat dengan Spektroskopi Serapan Atom


a. Prinsip
Ion logam dijadikan atom bebas dalam nyala pembakar dengan
bantuan atomizer. Atom yang dihasilkan mampu memberikan
serapan terhadap spektrum garis yang dihasilkan oleh Hollow
Cathode Lamp dengan nilai serapannya sebanding dengan
konsentrasi logam yang dibaca.
b. Reaksi
L+X-  L+X-  LX  LX
Larutan aerosol padatan gas
e- + L+
L + X
gas gas
Cu  Cu*
+ Ehv

L*  AAS

c. Cara Kerja
15

1) Timbang 5 gram contoh, tambahkan 1,5 ml HNO3 pekat


sambil dipanaskan, tepatkan sampai akuades.
2) Pipa penyerap dicelupkan ke dalam akuades yang telah
ditambah 1,5 mg/l HNO3 pekat, penyerapan diatur hingga
skala nol.
3) Pipa penyerapan dicelupkan ke dalam larutan contoh dan
penyerapan yang diperlukan dicatat.
d. Perhitungan
𝐴𝑏𝑠 − 𝐼𝑛𝑡
𝑝𝑝𝑚 = 𝑥 𝐹𝑝
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
Batas pengamatan dengan AAS Variant = 0,02 mg/L dan sensitivitas
AAS Shimadzu = 0,25 mg/L. Panjang gelombang 217,0 nm.
10. Penetapan Kekeruhan Secara Turbidimetri
a. Prinsip
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya bahan organk dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut, Prinsip dari kekeruhan
(turbidinitas) dpat ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bhan-bahan yang terdepat dalam air.
Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin
tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan
tingginya kekruhan. Dan semakin tinggi nilai turbidinitas mka kualitas
sampel air semakin buruk.
b. Cara Kerja
1) Pengerjaan sampel
a) Alat turbidimeter dikalibrasi dengan standar 5 NTU
b) Contoh dikocok dengan sempurna kemudian didiamkan
sampai gelembung air hilang, kemudian dituangkan contoh ke
dalam tempat sampel.
c) Dibaca nilai kekeruhan pada skala alat tersebut, untuk contoh
yang derajat kekeruhan >40, maka contoh diencerka dengan
air bebas kekeruhan sampai dicapai kekeruhan 30-40 NTU.
2) Prosedur Alat Turbidmeter
a) Disambungkan alat turbidimeter dengan listrik.
b) Disiapkan larutan standar.
c) Dimasukan larutan standar ke dalam alat turbidimeter.
16

d) Ditekan tombol ‘POWER’.


e) Dipilih ‘CAL’ untuk mengkalibrasi alat.
f) Ditekan ‘READ’ kemudian akan muncul angka yang sesuai
dengan standar yang dimasukan.
g) Tabung yang berisi standar dikeleuarkan.
h) Kuvet diisi sampel.

C. KEWIRAUSAHAAN
Tabel 3 Biaya Produksi

No. Bahan Jumlah Harga


1. Kaleng Pocari Sweat bekas 150 gram Rp0,-
2. NaOH pelet 432 gram Rp12.960,-
3. HCl 37% 670 ml Rp50.250,-
4. Na2CO3 300 gram Rp7.800,-
5. Kemasan 2000 Rp12.000,-
JUMLAH Rp83.010,-

a. Biaya Variabel
Biaya Produksi
Biaya Variabel = Jumlah Produksi
𝑅𝑝83.010,−
= 6 𝑢𝑛𝑖𝑡

= Rp13.835,-
Harga Jual = Rp15.000,-
b. Jumlah Biaya Produksi dan Penjualan
Jumlah Biaya Produksi = 10 unit x Rp13.835,- x 30
= Rp4.150.500,-
Jumlah Penjuualan = 10 unit x Rp15.000,- x 30
= Rp4.500.000,-
11. Keuntungan Bersih
Jumlah Penjualan = Rp4.500.000,-
Jumlah Biaya Prodyuksi = Rp4.150.500,-
Keuntungan Bersih = Rp349.500,-
17

% Keuntungan = Keuntungan x 100%


Biaya
= Rp349.500,- x 100%
Rp4.150.500,-
= 8,4%
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Di bawah ini adalah tabel hasil analisis poli aluminium klorida dibandingkan
dengan Standar Nasional Indonesia No. 06-3822-1995 tentang Poli Aluminium
Klorida

Tabel 3 Hasil Analisis Poli Aluminium Klorida Dibandingkan dengan SNI No. 06-3822-1995

Hasil
No Parameter Keterangan
Standar Produk

1,19 - 1,25
1 Bobot Jenis 1,192 g/ml Sesuai
g/ml
10,0 – 11,0
2 Aluminium Oksida (Al2O3) 7,65 % Tidak sesuai
%
3 Basisitas - Tidak sesuai
45 – 65 %
4 pH (1% larutan b/v) 2,01 Tidak sesuai
3,5 – 5,0
5 Sulfat (SO42-) Maks. 3,5% 0,9% Sesuai
Maks.
6 Besi (Fe) 0,0018% Sesuai
0,01%
Maks.
7 Nitrogen sebagai NH3 0% Sesuai
0,01%
8 Klorida (Cl-) 8,5 – 9,5 % 2,29% Tidak Sesuai
9 Logam Berat
Maks. 2,0
9.1 Arsen (As) 0 ppm Sesuai
ppm
Simplo : 0,41
ppm
Maks. 0,3
9.2 Kadmium (Cd) Tidak sesuai
ppm
Duplo : 0,44
ppm
Maks. 7,0
9.3 Timbal (Pb) 0 ppm Sesuai
ppm
Maks. 0,2
9.4 Raksa (Hg) 0,00103 ppm Sesuai
ppm
Maks. 7,0
9.5 Kromium (Cr) 0 ppm Sesuai
ppm
Maks. 10,0
9.6 Mangan (Mn) 7,33 ppm Sesuai
ppm

18
19

Pada produk PAC ini juga dilakukan pengujian sebagai penjernih air, dengan
menggunakan air kolam ikan, dan didapatkan hasil dosis optimum 4 ml untuk
menjernihkan 200 ml air. Pengujian ini dibandingkan dengan standar mutu air
bersih menurut Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4 Hasil Pengujian Air Baku

No. Parameter Sampel Hasil Standar


1. Air baku sebelum koagulasi 41,6
Turbiditas 5 NTU
2. Air baku setelah koagulasi 4,79

Dilihat dari data hasil analisis di atas, tidak semua parameter uji
menunjukkan hasil sesuai dengan SNI No. 06-3822-1995 tentang Poli Aluminium
Klorida, maka penjernih air dari limbah kaleng minuman ini tidak memenuhi
seluruh standar parameter.
Untuk uji pH sangat berpengaruh pada produk PAC ini, karena berhubungan
dengan penetapan basisitas. Pada pH rendah, konsentrasi OH dalam larutan juga
akan rendah. Maka dari itu, pada penentuan basisitas produk PAC ini tidak
didapatkan hasil karena produk PAC ini memiiki pH yang rendah pula.
Untuk penentuan konsentrasi pengotor Fe digunakan metode tiosianat,
karena pada metode tiosianat ini mengukur konsentrasi Fe(III). Fe dengan biloks
2 bersifat tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi Fe biloks 3, maka dari itu
yang ditentukan konsentrasinya adalah Fe dengan biloks 3.
Untuk penentuan konsentrasi pengotor N digunakan metode Nessler
dengan spektrofotometer. Pengunaan spektrofotometer dikarenakan unsur N ini
ditentukan konsentrasinya hanya sebagai pengotor yang berarti memiliki
konsentrasi yang rendah. Jika digunakan metode lain, seperti metode kjeldahl,
metode ini disebut juga penentuan konsentrasi N kasar menggunakan metode
yang konvensional. Metode ini kurang akurat dan biasanya digunakan untuk
sampel yang memiliki konsentrasi N yang tinggi.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Hasil pembuatan poli aluminium klorida dari limbah kaleng minuman


kelompok PKT 11 dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia Nomor 06-
3822-1995 tentang Poli Aluminium Klorida dapat disimpulkan bahwa PAC ini
belum memenuhi seluruh standar parameter.

Dari ketidaksesuaian hasil penelitian ini, beberapa saran perbaikan yang


dapat dilakukan oleh kelompok maupun perseorangan berikutnya antara lain:

1. Tetap menggunakan kaleng minuman yang spesifik dengan kadar aluminium


tertentu.
2. Dalam pembuatan formulasi digunakan perhitungan secara stoikiometri
secara teliti.
3. Dalam pengerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan formulasi yang telah
ditetapkan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dalam menjernihkan air
dan produk PAC yang dihasilkan dapat memenuhi seluruh standar parameter
analisis dalam SNI.
4. Jika produksi dilakukan dengan skala besar, diperlukan wadah yang sesuai
dan memadai.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al Mutairi NZ, Hamoda MF, Al Ghusain I, 2004. Coagulant And Sludge

Conditioning In A Slaughterhouse Wastewater Treatment Plant. Biores

Technol 95: 115-119.

Anonim. 2013. https://bisakimia.com/2013/12/01/penggunaan-polyaluminium-

chloride/ diakses di Bogor pada 20 Juli 2017 pukul 11.25 WIB.

Anonim. 2016 .https://www.bbia.go.id/tarif-pengujian.html. diakses di Bogor pada

20 Juli 2017 pukul 17.00 WIB

Badan Standarisasi Nasional [BSN]. 1995. SNI( Standar Nasional Indonesia ).6-

3822-1995. Poli Aluminium Klorida. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Kanisius.

Mulyadi dan Halawa. 2011. Karakterisasi Sifat Mekanis Kaleng Minuman (Larutan

Lasegar, Pocari Sweat dan Coca Cola). Padang: Jurusan FMIPA Universitas

Andalas.

Wanatabe M dan Ushiyama T. 2002. Characteristic and effective applicationmof

polimer coagulant [makalah pribadi]. Tokyo: Kurita Water Industries Ltd.

Yuliansyah, Adit. 2013. Pemanfaatan Limbah Kaleng Sebagai Bahan Dasar

Koagulan Berbasis Aluminium. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Priantieni, Eunike Yanny dan Hadiati Agustine. 2017. Panduan Keterampilan


Berkomunikasi. Bogor:SMK-SMAK Bogor.

21
LAMPIRAN 1 STANDAR ACUAN

Tabel 5 SNI No. 06-3822-1995

Persyaratan
No Jenis Uji Satuan
Cair Bubuk

1. Kerapatan curah g/ml - 0,8 – 0,9

2. Bobot jenis - 1,19 – 1,25 -

3. Aluminium oksida (Al2O3) % 10,0 – 11,0 30,0 – 33,0

4. Basisitas % 45 - 64 45 - 65

5. pH (1% larutan b/v) - 3,5 – 5,0 3,5 – 5,0

6. Sulfat (SO4)2- % Maks. 3,5 Maks. 10,5

7. Besi (Fe) % Maks. 0,01 Maks. 0,03

8. N sebagai NH3 % Maks. 0,01 Maks. 0,03

9. Klorida (Cl-) % 8,5 – 9,5 25,5 – 28,5

10. Logam berat

10.1 Arsen (As) ppm Maks. 2,0 Maks. 6,0

10.2 Kadmium (Cd) ppm Maks. 0,3 Maks. 0,9

10.3 Timbal (Pb) ppm Maks. 7,0 Maks. 21,0

10.4 Raksa (Hg) ppm Maks. 0,2 Maks. 0,6

10.5 Kromium (Cr) ppm Maks. 7,0 Maks. 21,0

10.6 Mangan (Mn) ppm Maks. 10,0 Maks. 30,0

22
LAMPIRAN 2 TEKNIS PEMBUATAN DAN PEMAKAIAN

1. Waktu dan Tempat Pembuatan Poli Aluminium Klorida (PAC)

Pembuatan PAC dilaksanakan di Laboratorium PKT-2 SMK-SMAK Bogor

pada tanggal sampai

2. Lokasi Pengambilan Sampel

Limbah kaleng minuman Pocari Sweat didapatkan dari teman-teman yang

mengonsumsi Pocari Sweat dan mencari di jalan/tempat sampah.

3. Lokasi Penganalisisan PAC

PAC ini dianalisis di Laboratorium SMK-SMAK Bogor, adapun laboratorium

yang digunakan meliputi :

- Laboratorium Proksimat

- Laboratorium Analisis Instrumen

- Laboratorium Analisis Parameter Lingkungan

4. Cara dan Dosis Pemakaian PAC

- Setiap air yang akan dijernihkan menggunakan PAC perlu dilakukan

Jar Test untuk mengetahui berapa dosis optimum yang diperlukan

untuk menjernihkan sejumlah air.

- Jika sudah diketahui berapa dosis optimumnya, PAC dicampurkan ke

dalam air yang akan dijernihkan, kemudian diaduk agar homogen,

flokulasi, dan ditunggu beberapa saat untuk proses mengendapnya

flok-flok hasil flokulasi.

23
LAMPIRAN 3 DATA DAN PERHITUNGAN

1. Penetapan Bobot Jenis

2. Penetapan kadar Aluminium Oksida

24
25

3. Penetapan Basisitas

4. Penetapan pH

5. Penetapan Kadar Sulfat


26
27

6. Penetapan Kadar Besi

7. Penetapan Kadar Nitrogen


28

8. Penetapan Kadar Klorida

9. Penetapan Logam Arsen


29

10. Penetapan Logam Kadmium

11. Penetapan Logam Timbal


30

12. Penetapan Logam Raksa

13. Penetapan Logam Kromium


31

14. Penetapan Logam Mangan

Anda mungkin juga menyukai