Anda di halaman 1dari 39

CHEMICAL PRECIPITATION

Kelompok 6:

1. Siti Ichuwa Ningrum M. (2315 105 002)


2. Tabroni Ali Bustomi (2315 105 003)
3. Teresia Dyah N. (2315 105 005)
4. Linda Putri L. (2315 105 008)
OUTLINE

Koagulasi- Chemical Metals


Studi Kasus
Flokulasi Presipitasi Removal
Koagulasi-Flokulasi

Koagulasi-flokulasi adalah salah satu


proses kimia yang digunakan untuk
menghilangkan bahan cemaran yang
tersuspensi atau dalam bentuk koloid,
dimana partikel-partikel koloid ini tidak
dapat mengendap sendiri dan sulit
ditangani oleh perlakuan fisik.
Koagulasi-Flokulasi

Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah
dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan
pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata
distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau
flok dapat terjadi secara merata pula.

Proses flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi dimana pada proses


flokulasi kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-
flok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi
(Eckenfelder Jr, W. Wesley, 2000).
Koagulasi

Karakteristik koagulan yang dapat digunakan, antara lain :


• Menetralkan partikel koloid
• Kation, dengan berat molekul rendah hingga medium
• Pemberian yang overdosis dapat menimbulkan pembalikan
muatan sehingga koloid menjadi stabil kembali
• Ukuran flok dan kekuatannya bervariasi tergantung jenis
limbah
• Diberikan selama atau dengan pengadukan cepat
Prosedur Kontrol Koagulasi
Zeta potensial
Merupakan salah satu metode untuk mengukur
kecepatan pergerakan partikel koloid dalam
membentuk gumpalan

Berikut persamaan zeta potensial :

4v 4EM
 
X 
Keterangan :
v  Kecepatan partikel
  Tetapan dielektrik media
  Viskositas medium
X  Potensial per panjang unit cell
EM  Pergerakan elektrophortik
Potensial Zeta
(a) Tempatkan 1.000 ml sampel ke dalam beaker gelas.
(b) Tambahkan koagulan sesuai variabel secara bertahap
(pH optimum harus dicapai dengan baik oleh potensial zeta
atau prosedur jar test)
(c) Pencampuran cepat sampel pada saat 3 menit setelah
setiap penambahan koagulan, kemudian diikuti dengan
pencampuran lambat.
(d) Tentukan potensial zeta setelah setiap penambahan
reagen dan plot hasil seperti yang ditunjukkan sesuai
grafik. Untuk mempertahankan volume konstan,
kembalikan sampel setelah setiap penentuan
Potensial Zeta

(e) Jika polielektrolit yang akan digunakan sebagai


bantuan koagulan, harus ditambahkan terakhir.
Prosedur Kontrol Koagulasi

Jar Test Coagulation Study


Jar Test
(a) Gunakan 200 ml sampel pada strirrer magnetik,
tambahkan koagulan sedikit demi sedikit pada pH 6,0.
Setelah penambahan masing-masing, lakukan 1 menit
pencampuran cepat diikuti dengan 3 menit
pencampuran lambat. Lanjutkan penambahan sampai
flok terlihat terbentuk.
(b) Gunakan dosis ini, tempatkan 1000 ml sampel di
masing-masing enam beaker gelas.
(c) Sesuaikan pH 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan alkali standar.
(d) Pencampuran cepat masing-masing sampel selama 3
menit; diikuti dengan 12 menit flokulasi dengan
kecepatan lambat.
Jar Test
(e) Mengukur konsentrasi limbah dari masing-masing
sampel yang selesai.
(f) Plot persen karakteristik penghilang COD terhadap pH
dan pilih dosis optimum
(g) Gunakan pH ini, ulangi langkah (b), (d), dan (e), dengan
bervariasi dosis koagulan.
(h) Plot persen penghilangan terhadap dosis koagulan dan
pilih dosis optimum.
Jar Test
(I) Jika polielektrolit yang digunakan, ulangi prosedur,
tambahkan polielektrolit menjelang akhir
pencampuran cepat.
Koagulasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga zeta potensial, antara lain :
1. Perubahan konsentrasi ion dalam larutan.
2. Adanya penambahan ion dengan muatan yang tidak sama.
3. Adanya kontraksi pada sistem difusi dilapisan kedua akibat
penambahan konsentrasi ion-ion dalam larutan.

Mekanisme Koagulasi
Proses koagulasi bisa terjadi melalui dua mekanisme :

1. Perikinetik (Elektrokinetik),dimana zeta potensial diturunkan dengan


penambahan ion dengan mutan berlawanan dengan koloid dalam larutan.

2. Orthokinetik,dimana pada proses ini ditambahkan partikel dalam bentuk


gumpalan dan gumpalan ini akan menangkappartikel koloid didalamnya.
Coagulation

Diusahakan dengan :
Pengadukan yang cepat
• motor driven impellers yang dipasang
diperlukan untuk pada kolam kecil dimana koagulan
dimasukkan ke dalamnya
mendistribusikan koagulan • Memberikan koagulan pada beberapa
titik turbulensi
secara uniform dalam cairan
• in-line static mixers
• Menggunakan baffled chambers atau
channels atau hydraulic jumps
Jenis Koagulan
a) Alumunium Sulfat (Alum)
■ Alumunium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan yang
umum digunakan karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas
yang ada di dalam air bereaksi dengan alumunium sulfat (alum)
menghasilkan alumunium hidroksida sesuai dengan persamaan:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 → 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 6CO2 + 14H2O
■ Bila air tidak mangandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka
alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion
hidroksida (Ca(OH)2) dengan reaksi:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 → 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 14H2O
■ Alkalinitas bisa juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan
penambahan natrium karbonat. Nilai pH optimum untuk alum sekitar 4,5-
8,0.
b) Ferrous Sulfate (FeSO4)
■ Ferrous Sulfate membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida
agar menghasilkan reaksi yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 dan NaOH
biasanya ditambahkan untuk meningkatkan pH sampai titik tertentu
dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai Fe(OH)3. Reaksinya adalah:
2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + ½ O2 → 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O
■ Agar reaksi diatas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 7.0 sampai 9,5.
Selain itu, ferrous sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan
klorin dengan reaksi:
3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 → Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O
■ Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.
c) Ferric Sulfate dan Ferric Chloride

Reaksi sederhana ferric sulfate dengan  pH kerja ferri sulfat : 3 – 13


alkalinitas bikarbonat alami (NORDEL E. )
membentuk ferric hydroxide dengan
reaksi:  pH kerja optimum pada 3,5 –
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH)3 + 5,5 dan pH > 9
3CaSO4 + 6CO2  Korosif  perlu peralatan
Sedangkan reaksi ferric chloride dengan
yang tahan asam
alkalinitas bikarbonat alami yaitu:  Pada suasana alkalis :
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 → 2Fe(OH)3 +  Fe+3 + 3 OH- 
3CaSO4 + 6CO2 Fe(OH)3
Apabila alkalinitas alami tidak cukup  dengan hasil kali
untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan kelarutan : K = 10-36
untuk membentuk hidroksida.
Reaksinya adalah:
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 → 2Fe(OH)3 +
3CaCl2
Koagulan

SODIUM ALUMINAT, NaAlO2

 Koagulan ini baik dipakai bersama alum, dan dapat menurunkan pemakaian
alum sehingga menghilangkan warna serta memberikan residual hardness
yang lebih rendah
KAPUR (LIME), sebagai CaO, atau Ca(OH)2

 Koagulan ini dapat bereaksi dalam air yang mengandung CO2 dan terbentuk
endapat CaCO3

 Tujuan penambahan koagulan ini untuk menghilangkan suspended matter


dan untuk pengaturan pH (menaikan pH)
CHLORINATED COPPERAS, FeCl3.Fe(SO4)3

Dibuat dengan mengalirkan Cl2 kedalam larutan FeSO4 (Copperas) dengan


perbandingan :
Cl2 : FeSO4 = 1 : 7,8

Koagulan ini lebih efektif dan lebih korosif dibanding copperas saja, serta
tidak memerlukan alkalinitas yang tinggi
Koagulan

CHLORINATED COPPERAS, FeCl3.Fe(SO4)3

Keuntungan :
 Menghasilkan flok yang kuat
 Flok mengendap sangat baik, sehingga mengurangi beban filter
 pH koagulasi yang bail pada pH 6 – 9 dan pada pH 3,5 juga terjadi flok
yang kompak dari hidrat ferric oxide yang tidak larut dalam air yang
alkalis
 Efektif untuk menghilangkan warna
Koagulan Bantu (Coagulant Aid)
 Untuk meningkatkan efisiensi proses koagulasi utama

 Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan sebagai koagulan bantu :

 Lempung (clays  bentonit)

 Activated Silica

 Polyelektrolit

 Natrium Alginat

 Etc..
Koagulan Bantu
Clay (Bentonit)
 Digunakan untuk pengolahan air yang berwarna

Activated
 Untuk pengolahan air yang keruh, berwarna, kandungan zat organik >> &
suspended matter >>

 Digunakan bersama Alum atau garam ferri dengan kondisi operasi pH 9

Polyelektrolit
 Senyawa polymer yang mempunyai gugus karboksil, amino atau sulfonat

 Ada 3 tipe : Kationik, Anionik dan Non-Ionik

 Polyelektrolit anionik dan non-ionik kurang efektif, namun untuk anionik sangat
efektif digunakan bersama alum dan garam ferri sebagai koagulan utama

a. Polyelektrolit Kationik n+
CH2

CH CH CH2
CH2 + CH2
N
CH3 CH3
Koagulan Bantu
Polyelektrolit non-ionik : Polyelektrolit anionik :
Polyakrilamida (PAM) Polyetilen Oksida Asam Polyaknilik (PAA)
-n
CH2 CH2 CH2 CH2

CH2 O CH2 CH2 O CH2 O


n
NH2 n O- n

Faktor yang Berpengaruh pada Koagulasi – Flokulasi

 Macam / jenis koloid dalam air


 pH larutan
 Jenis & dosis koagulan yang ditambahkan
 Penambahan koagulan bantu
 Waktu operasi, pengadukan pada bak koagulasi-flokulasi

 Data jenis & dosis koagulan yang diperlukan : JAR TEST

 Data jenis muatan partikel koloid diperoleh dengan metode :

 Pergerakan Bidang Batas Elektroforesis (MOVING BOUNDARY


ELECTROPHORESIS METHOD)  Pipa U-BURTON
Tahapan Pada Proses Koagulasi dan Flokulasi
Mekanisme
Koagulasi
Secara alami, muatan partikel
adalah negatif dan saling tolak
menolak satu dengan yang lainnya.
Ion yang bermuatan positip
menetralisir muatan listrik dan
mengkoagulasi partikel-partikel
tersebut. Ion-ion ini dinamakan
koagulan. Partikel-partikel kecil
cenderung untuk mengambang
dalam cairan dan tidak
mengendap. Partikel partikel
sekecil 10-3 mm disebut koloid
yang tidak terlihat. Partikel-partikel
terkoagulasi tumbuh menjadi lebih
besar, bertambah berat dan
menjadi mudah untuk mengendap,
sehingga diperoleh air bersih.
Mekanisme Koagulasi
Tabel 2.2. Penerapan Dosis Koagulan
Rentang Dosis
Proses Kimia pH Keterangan
(mg/L)
Soda 150-500 9,0-11,0
(Ca(OH)2) Untuk koagulasi koloid dan penghilangan P. Air limbah
dengan kebasaan rendah dan tinggi kandungan P nya.
Reaksi dasar:

Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 → 2CaCO3 +2H2O


MgCO3 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2+ CaCO3

75-250 4,5-7,0
Alumunium Sulfat Untuk koagulasi koloid dan penghilangan P. Air limbah
dengan kebasaan tinggi dan P rendah stabil. Reaksi
Al2(SO4)3. 18.H2O dasar :

Al2(SO4)3 + 6H2O → 2Al(OH)3 + 3H2SO4

Ferri Chloride 35-150 4,0-7,0 Untuk koagulasi koloid dan penghilangan P. Reaksi dasar
FeCl3. 6.H2O :
FeCl3 + 3H2O → Fe(OH)3 + 3HCl

Ferro Sulfat 70-200 4,0-7,0


Air limbah dengan kebasaan tinggi dan P rendah stabil.
FeSO4.7H2O
Sisa air besi (Leaching) di efluen dapat dikontrol, dan
limbah besi diizinkan.

Polyalumunium 75-250 4,5-7,0


Chloride
Al13(OH)22.
(SO4)2.Cl15
Sumber: Eckenfelder Jr, W. Wesley, 2000
Faktor-faktor yang mempengaruhi
koagulasi
1) pH
Pada proses koagulasi ada daerah optimum, dimana koagulasi akan terjadi secara
singkat dengan dosis koagulan tertentu. Kegagalan dalam menentukan pH
optimum dapat disebabkan terlalu banyak kandungan kimia dari air.
2) Suhu
Selama proses koagulasi berlangsung pengendapan flok-flok yang terbentuk
semakin berkurang. Dengan turunnya suhu, maka viskositas air semakin tinggi
sehingga kecepatan flok untuk mengendap semakin turun. Penurunan suhu
menyebabkan kecepatan reaksi berkurang sehingga flok lebih sukar mengendap.
3) Kondisi Pengadukan
Pengadukan ini diperlukan agar tumbukan partikel untuk netralisasi menjadi
sempurna. Dalam proses koagulasi ini, pengadukan dilakukan dengan cepat. Air
yang memiliki turbiditas rendah memerlukan pengadukan yang banyak
dibandingkan dengan air dengan turbiditas tinggi.
Koagulasi
limbah industri

Koagulasi dapat digunakan


untuk klarifikasi limbah
industri yang mengandung
koloid dan padatan
tersuspensi.
Flocculation

Proses pembentukan partikel-partikel kecil menjadi flok yang


lebih besar
• Dengan kata lain merupakan proses penggabungan
partikel-partikel terkoagulasi
• Pengadukan yang pelan diperlukan untuk memungkinkan
pertikel-partikel kecil tsb meningkatkan ukurannya dan
mengendap lebih cepat.
• Pengaduk mekanik atau mixer umumnya dipilih karena
dapat diatur kecepatannya untuk menyesuaikannya dgn
rate arus dan karakter pembentukan flok
• Dapat juga menggunakan kolam berpengaduk yang
dimodifikasi arah arusnya

Wastewater Treatment Course, 27 – 30 Juni 2006


Mekanisme Flokulasi
Flocculants Characteristics

Ø Bisa berupa kation,anion atau non


ion.
Ø Berupa bubuk,larutan atau latex.
Ø Dengan berat molekul yang
sangat besar
Ø Dapat membawa sistem koloid
dengan beragam muatan ditiap
rantai polymer.

Wastewater Treatment Course, 27 – 30 Juni 2006


Chemical Precipitation

Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara


penambahan bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan
terbentuknya padatan – padatan.

Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk


menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia
yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium
klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam - garam
besi.

(Wastewater Technology Fact Sheet, 2009)


Chemical Precipitation Pada
Penghilangan Logam Berat

■ Ada sejumlah teknologi


yang tersedia untuk
penghilangan logam
berat dari air limbah yang
di dirangkum dalam tabel
4.7.
■ Presipitasi kimia ini
paling sering digunakan
untuk sebagian besar
logam. Logam
diendapkan sebagai
hidroksida melalui
penambahan kapur.
Arsen

■ Senyawa arsenic dan arsenical hadir di air limbah dari


industry metalurgi, produksi keramik dan barang pecah
belah, produksi zat warna, produksi kimia organic dan
organic, penyulingan minyak bumi. Arsenic dihilangkan dari
pengolahan air dengan pengendapan kimia.
■ Level limbah arsenic diperoleh 0,05 mg/l dengan
pengendapan arsenic sebagai sulfida oleh penambahan
sodium atau hydrogen sulfide pada pH 6 sampai 7. Arsenic
hadir pada konsentrasi rendah yang dapat dikurangi dengan
filtrasi melalui karbon aktivasi.
■ Pengendapan kimia dengan menggunakan Ferric
Sulfate

Fe2(SO4)3 + 2H3AsO4 2FeAsO4 + 3H2SO4

Koagulan ferric sulfate lebih effisien daripada ferrous


sulfate dan kurang efisien bila dibandingkan dengan
koagulan ferric chloride, sehingga ferric chloride lebih
efisien dalam penghilangan arsenate dari air dengan
menggunakan dosis yang rendah bila dibandingkan
dengan koagulan lainnya (Bilici Baskan, 2010).
Nikel

■ Limbah air mengandung nikel dari industri logam,


peleburan baja, kendaraan bermotor, dan industri kimia.
Penambahan kapur (pH 11,5) diperkirakan dapat
mengurangi konsentrasi nikel 0,15 mg/l setelah
sedimentasi dan filtrasi.
■ Pengendapan kimia dengan menggunakan ferric
chloride
3Ni + 2FeCl3 3NiCl2 + 2Fe
Penambahan ferric chloride dapat mengurangi
konsentrasi nikel menjadi 0,01 mg/l.
Chemical Presipitasi Pada
Penghilangan Lemak, Minyak dan Greases

■ Lemak, minyak, dan greases termasuk jenis zat organik yang


cenderung bead (manik-manik) bersama-sama atau membentuk
"Slicks“ (licin) pada permukaan larutan encer.
■ Karena densitasnya cenderung lebih kecil dari pada air, mereka
cenderung mengapung ke permukaan dibandingkan mengendap
ke bawah.
■ Dalam kondisi dimana substansi berminyak mengapung bebas
di slicks, skimming (penyaringan) permukaan larutan adalah
solusi terbaik yang sering digunakan untuk menghilangkan
sebagian besar lemak, minyak, dan greases.
■ Jika yang terjadi adalah minyak dan greases teremulsi, untuk
menghilangkan emulsi tersebut harus dipecah dengan
mendestabilisasi muatan listrik yang menjaga lokalisasi gugus
molekul berminyak yang stabil dalam larutan. Hal ini bisa
diselesaikan dengan penambahan polimer yang dirancang untuk
netralisasi muatan.
Chemical Precipitation Pada
Penghilangan fosfor

■ Tujuan penghilangan fosfor adalah untuk mengeliminasi


kelebihan fosfor dari air limbah yang di buang dan dapat
diterima perairan. Fosfor biasanya berasal dari industri
pupuk, industri kimia, dan limbah domestik. Fosfor hadir
dalam air limbah dalam bentuk larutan. Kelebihan kosentrasi
fosfor di perairan akan menyebabkan eutrofikasi yang dapat
menurunkan kualitas air, sehingga diperlukan penghilangan
fosfor dan dipertahankan jumlah konsentrasi fosfor sebesar 2
mg/l maksimum. Penghilangan fosfor dengan presipitasi
kimia yaitu dengan penambahan koagulan.
• Presipitasi dengan aluminum salt
Secara teori 0,87 pon aluminum dapat menghilangkan 1
pon fosfor (P). Alum menggunakan sekitar 0,5 mg/l dari
alkalinitas untuk setiap mg/l alum yang ditambahkan. pH
optimum yang digunakan adalah 6,5.
Al3+ + PO43- Al(PO4)
• Presipitasi dengan Iron Salt
Secara teori 1,8 pon besi dapat menghilangkan 1 pon
fosfor (P). Sekitar 1 mg/l dari alkanitas yang dikonsumsi
untuk setiap mg/l besi yang ditambahkan. pH optimum
yang digunakan 10,5.
FeSO4 + PO4 Fe3(PO4)2 + H2SO4
Dari pencucian gasoline
pada ethylene plant
- NaOH
- Na2CO3
Kontaminasi
OXIDIZED
- Na2S2O3
minyak SPENT - Na2SO3
- Tumpahan minyak CAUSTIC - BOD, COD
SLOP OIL CONTAMINATED WATER

NUETRALIZATION TANK H2SO4

SURGE
API SEPARATOR DOMESTIC Limbah perkantoran &
Laut BASIN WASTE
sanitasi (BOD, COD)
EQUILIZATION BASIN

Minyak DS BLOW Bod, COD


DOWN
SLOP OIL
WASTE OIL PIT
TANK
COAGULATION TANK

- Na2CO3
- Na2S2O3
FLOCCULATION TANK
- Na2SO3 SLUDGE

AIR FLOATION TANK

INCENERATOR SLUDGE PIT


AERATION BASIN

SLUDGE
SETTLER
Bahan organik,
cell baru
AIR

LAUT
FINAL CHECK BASIN
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai