Kebutuhan air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun
industri memiliki kualifikasi tersendiri agar layak dan aman untuk digunakan. Disisi lain,
ketersediaan air baku yang murni mulai menipis. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang
tepat bagi air baku yang melimpah agar air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga maupun industri.
Air laut merupakan sumber energi yang besar dan tersedia dalam jumlah yang sangat
banyak. Sehingga air laut banyak digunakan sebagai air baku dalam suatu industri. Namun
tentu saja harus mengalami pengolahan terlebih dahulu dengan cara menghilangkan garam-
garam mineral, TDS, TSS, dan menurunkan DHL sesuai dengan kebutuhan unit indusri.
Reverse Osmosis merupakan teknik yang banyak digunakan untuk desalinasi air payau
maupun air laut. Teknologi ini dapat menghilangkan kandungan TDS dan DHL yang tinggi
pada air laut dan juga banyak digunakan untuk mengolah air demineralisasi. Oleh karena itu,
teknologi ini perlu dipelajari karena manfaatnya yang sangat banyak dalam
pengaplikasiannya di industri.
Selain itu, terdapat pula kekurangan dari penggunaan reverse osmosis, sebagai
berikut:
Membran sensitif atau tidak efisien bila digunakan berlebihan
Air umpan harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan partikulat-partikulat
Operasi RO membutuhkan material dan alat dengan kualitas standar yang tinggi
Ada kemungkinan terjadi pertumbuhan bakteri pada membran itu sendiri
Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat semakin murni.
(Ghozali,2008)
2.6 Aplikasi Reverse Osmosis
Menurut Ghozali (2008), beberapa aplikasi penggunaan reverse osmosis dalam industri
antara lain :
Desalinasi air payau (brackish) atau air laut(sea water)
Demineralisasi untuk air umpan boiler (boiler feed water)
Pemisahan protein dari whey
Treatment khusus untuk industri kimia, makanan, tekstil, kertas dan lainnya
Pervaporasi, seperti pada pemisahan alkohol-air
(a) (b)
Gambar 2.2 Skema fenomena (a) Alat reverse osmosis skala laboratorium di Laboratorium Pengolahan
Limbah Industri Jurusan Teknik Kimia POLBAN, (b) Alat Reverse osmosis skala industri (Sumber: Said,2016)
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Mempelajari alat Reverse Osmosis dan memastikan semua aliran (influen, permeat, dan
konsentrat) berjalan dengan benar.
Membuka semua valve di aliran influen dan menghitung TDS dan DHL air umpan
Mengukur TDS dan DHL pada rentang waktu 0 - 50 menit setiap 10 menit. Pengukuran
ini dilakukan setelah aliran berjalan normal dan stabil
Melakukan percobaan yang sama untuk tiga jenis laju alir yang berbeda
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
RUN-1
RUN-2
300
250
200
TDS (mg/L)
150 RUN-1
RUN-2
100
RUN-3
50
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
700
600
500
DHL (µS/cm)
400
RUN-1
300
RUN-2
200 RUN-3
100
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
20
DHL (µS/cm)
15
RUN-1
10 RUN-2
RUN-3
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
c. Efisiensi %Reject
RUN -1
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = × 100%
𝐶𝑚
210 − 0
%𝑅 = × 100%
210
%R = 100%
% Reject berdasarkan konsentrasi TDS
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = × 100%
𝐶𝑚
397 − 19,06
%𝑅 = × 100%
397
%R = 95,2 %
RUN-2
% Reject berdasarkan konsentrasi TDS
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = × 100%
𝐶𝑚
210 − 0
%𝑅 = × 100%
210
%R = 100%
% Reject berdasarkan konsentrasi TDS
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = × 100%
𝐶𝑚
397 − 18,11
%𝑅 = × 100%
397
%R = 95,44 %
RUN-3
% Reject berdasarkan konsentrasi TDS
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = × 100%
𝐶𝑚
210 − 0
%𝑅 = × 100%
210
%R = 100%
% Reject berdasarkan konsentrasi TDS
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = × 100%
𝐶𝑚
397 − 16,99
%𝑅 = × 100%
397
%R = 95,72 %
4.3 Pembahasan
Prinsip kerja dari reverse osmosis ini adalah dengan mengalirkan larutan melalui pori
filter atau membrane dengan memakai perbedaan tekanan sehingga akan dihasilkan air yang
tidak mengandung kation. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah berasal dari air
kran yang langsung dialirkan ke alat reverse osmosis. Variasi yang digunakan untuk
percobaan ini adalah variasi laju alir dengan cara menganalisis air yang laju alir saat kran
dibuka penuh, dibuka setengahnya, dan dibuka tigaperempatnya agar dapat dibandingkan
hasil pemurniannya.
Pada praktiknya, umpan atau influen berasal langsung dari air keran, dan efluen yang
dihasilkan ada 2, yaitu permeat yang merupakan air yang telah lolos dari membrane atau air
murni, dan konsentrat yang merupakan air yang tidak lolos dari membrane yang merupakan
campuran air beserta ion-ion yang tidak lolos. Pada proses RO menggunakan membran semi
permeable karena membran ini memiliki ukuran pori < 1 nm, sehingga air (larutan) akan
mudah lewat namun ion – ion yang terkandung dalam air akan tertahan pada membran.
Pemberian tekanan bertujuan untuk memindahkan air melewati membran atau dengan kata
lain driving force dari proses RO ini adalah perbedaan tekanan. Variabel yang diamati
diamati dalam proses ini adalah TDS, DHL, dan pH. Serta mencari nilai % Rejection alat
Reverse Osmosis.
Dari data yang didapatkan, percobaan pertama dilakukan dengan membuka kran
setengahnya, dapat diketahui laju alir sebesar 129 ml/dtk; 138,7 ml/dtk; dan 140,2 ml/dtk,
nilai TDS air kran sebesar 210 mg/L, dan nilai DHL air kran sebesar 397 µS/cm.
Nilai TDS antara umpan dan permeat menunjukkan nilai TDS permeat jauh lebih kecil
daripada umpan dengan nilai TDS permeat 0 mg/L untuk disetiap laju alir. Untuk nilai DHL
antara umpan dan permeat menunjukkan nilai DHL permeat fluktuatif terhadap waktu namun
tetap stabil. Pada permeat yang dihasilkan memiliki nilai TDS dan DHL yang relatif kecil,
ini menandakan bahwa ion-ion dalam efluen permeat sangat kecil, yang berarti bahwa
permeat memiliki kemurnian yang relatif baik, sehingga proses Reverse Osmosis pun
dapat dikatakan baik. Hal ini dipengaruhi salah satunya oleh tekanan yang cukup besar
sehingga pemurnian menjadi baik. Ini sesuai dengan landasan teori bahwa semakin
besar tekanan, kualitas permeat semakin baik.
Nilai TDS umpan dan konsentrat menunjukkan nilai TDS konsentrat yang lebih besar
daripada umpan. Hal ini disebabkan kandungan TDS yang tertahan dalam pori keluar melalui
aliran konsentrat, sedangkan air umpan yang lolos dari membran dan membawa lebih sedikit
ion – ion yang terkandung didalamnya keluar sebagai permeat.
Hubungan TDS dan DHL adalah berbanding lurus karena semakin banyak kandungan
zat terlarut maka semakin banyak daya listrik yang dihasilkan.Hal ini disebabkan ion-ion zat
terlarut yang dapat menghasilkan daya listrik.Oleh karena itu sama halnya dengan TDS ,pada
aliran permeat DHL mengalami penurunan sedangkan pada konsentrat akan mengalami
kenaikan.
Persen rejection dapat dicari dengan membandingkan selisih konsentrasi awal dengan
konsentrasi permeat (TDS) dengan konsentrasi awal. Didapatkan bahwa % Rejection dari alat
RO yaitu 95,2%, 95,44%, dan 95,72%.Hal ini menunjukkan bahwa alat RO dapat menyaring
padatan terlarut dengan efisien. Persen reject tersebut menunjukan kinerja dari alat RO
semakin tinggi persen reject berarti semakin bagus alat tersebut bekerja karena semakin TDS
pada aliran permeat semakin sedikit.
Agit Fajar Sukmana (151411066)
Percobaan pada praktikum kali ini dititik beratkan dengan penggunaan variasi laju alir
air baku yang masuk kedalam alat RO. Ada tiga variasi laju alir yang digunakan sehingga
percobaan pun dilakukan sebanyak tiga kali. Mekanisme dari alat reverse osmosis ini yaitu
mengalirkan air bertekanan kedalam membrane semipermeabel yang sangat selektif dan
membagi aliran menjadi permeat dan konsentrat. Dalam percobaan pertama, laju alir air baku
masuk adalah sebesar 129 ml/dtk dengan jumlah padatan terlarut adalah sebesar 210 ppm.
Pengambilan data konsentrasi padatan terlarut dan volume pada permeat dan konsentrat
dilakukan setiap 10 menit. Pada aliran permeat jumlah padatan terlarut menunjukkan angka 0
ppm namun masih menunjukkan adanya sedikit sekali daya hantar yang dihasilkan. Daya
hantar listrik yang dihasilkan pada menit ke 0, 10, 20, 30, 40, 50 pada percobaan pertama ini
masing-masing sebesar 23.8 μS, 19.7 μS, 18.2 μS, 17.68 μS, 17.66 μS, 17.37 μS. Dalam
percobaan pertama ini dapat dilihat bahwa masih ada padatan terlarut namun jumlahnya jauh
lebih kecil dari ppm sehingga tidak terbaca pada TDS-meter. Namun dilihat dari indicator
daya hantar listriknya, jumlah padatan terlarut pada permeat semakin berkurang setiap
waktunya yang ditandai dengan semakin menurunnya DHL pada permeat. Sementara itu daya
hantar listrik yang dihasilkan di aliran konsentrat bertambah setiap waktunya dikarenakan
akumulasi dari padatan terlarut yang semakin banyak tertahan.
Pada percobaan kedua, laju alir yang digunakan bertambah menjadi 138,7 ml/dtk dan
konsentrasi padatan terlarut awal sama yaitu sekitar 210 ppm. Data yang diperoleh pada
percobaan kedua ini hampir sama dengan percobaan pertama, namun yang menjadi pembeda
adalah daya hantar listrik di aliran permeat sebesar 20.7 μS, 18.1 μS, 17.33 μS, 18.4 μS,
17.15 μS, 16.97 μS. Dapat dilihat bahwa pada menit yang sama, terjadi pengurangan padatan
terlarut lebih besar dibandingkan dengan percobaan pertama. Indikator daya hantar listrik ini
dijadikan patokan dikarenaka satuan ppm tidak bisa digunakan dan menghasilkan nilai 0 ppm
sehingga indicator ppm tidak bisa dilihat untuk variasi pengaruh laju alir terhadap
pengurangan konsentrasi padatan terlarut dialiran permeat. Sama halnya pada percobaan
pertama, konsentrasi padatan terlarut pada konsentrat semakin lama semakin besar yaitu
sebesar 546 ppm di akhir percobaan. Kualitas air pada percobaan kedua ini termasuk air
lunak.
Selanjutnya percobaan terakhir yaitu percobaan ketiga yang menggunakan laju alir
paling besar diantara dua percobaan yang telah dilakukan yaitu sebesar 140,2 ml/dtk dengan
kisaran konsentrasi padatan terlarut awal sebesar 210 ppm. Pada percobaan ketiga ini dapat
dilihat perbedaannya dengan dua percobaan sebelumnya yaitu terletak pada pengurangan
konsentrasi padatan terlarut dalam permeat sebesar 17.66 μS, 16.84 μS, 16.65 μS, 17.02 μS,
16.77 μS, 17.03 μS. Ketika aliran permeat keluar pertama kali, daya hantar yang dihasilkan
jauh lebih rendah pada waktu yang sama dibandingkan dengan dua percobaan sebelumnya.
Sementara itu konsentrat yang dihasilkan pada akhir percobaan ketiga ini mencapai 617 ppm,
merupakan hasil yang lebih besar dari percobaan 1 dan 2. %Reject untuk setiap laju alir
adalah 95,2%, 95,44%, dan 95,72%. Hal ini sesuai dengan dasar teori dimana laju semakin
besar laju alir yang digunakan maka semakin baik pula proses pemisahan padatan terlarut
tersebut. Namun pada umumnya kualitas air yang dihasilkan dari ketiga percobaan ini sudah
termasuk kedalam air lunak. Dengan demikian tujuan dari praktikum ini telah tercapai dan
praktikum berhasil dilaksanakan.
Anisa Fitriani Rosyadi (151411067)
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja pemisahan ion dalam air
baku dengan reverse osmosis, membuat kurva/grafik hubungan antara kadar zat terlarut
(solut) di aliran peremeat dan konsentrat terhadap waktu atau volume permeat, menghitung
persen zat terlarut yang ditolak (% Reject), mengetahui pengaruh perbedaan laju alir terhadap
efisiensi pengolahan air dengan reverse osmosis.
Praktikum reverse osmosis dilakukan dengan mengalirkan air baku yang dilewatkan
pada serangkaian alat reverse osmosis untuk kemudian dilihat kandungan TDS dan DHL
pada aliran permeat maupun konsentrat. Prinsip kerja alat reverse osmosis yaitu air umpan
dialirkan dan diberikan tekanan untuk melewati suatu membran semipermeable. Cairan yang
menembus membrane ini disebut permeat (cairan pelarut yang rendah konsentrasi solutnya)
dan yang tidak menembus membrane disebut konsentrat (cairan yang tinggi konsentrasi
solutnya). Permeat dapat menembut membrane semipermeabel dikarenakan adanya tekanan
yang telah diberikan. Permeat merupakan produk yang diinginkan karena tidak mengandung
ion (kation), TDS dan DHL yang rendah sehingga dapat digunakan sebagai aquades untuk
keperluan praktikum. Reverse osmosis ini bertujuan unuk meningkatkan kualitas kejernihan
dan kebersihan air dari kandungan zat terlarut seperti ion-ion garam yang paling banyak
terkandung didalam air baku. Pada proses ini zat terlarut atau konsentrat akan mengendap
pada membrane sedangkan larutan yang murni atau permeatnya akan lolos ke lapisan
berikutnya.
Air baku yang digunakan dalam praktikum ini merupakan air kran dengan TDS 210
mg/L dan DHL 397 µS/cm. Reverse osmosis ini dilakukan selama tiga kali RUN dengan laju
alir yang divariasikan, dimana tekanan juga akan ikut berbada. RUN-1 yaitu dengan laju alir
rata-rata 129 ml/dtk dan tekanan 100 psi, RUN-2 dengan laju alir rata-rata 138,7 ml/dtk dan
tekanan 102,5 psi, dan RUN-3 dengan laju alir rata-rata 140,2 ml/dtk dan tekanan 105 psi.
Pengaruh laju alir ini dapat dilihat pada grafik 4.1 sampai 4.4, yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi tekanan dan laju alir maka efisiensi %Reject semakin besar. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil %Reject berdasarkan konsentrasi DHL yaitu 95,2%, 95,44%, dan
95,72%. Sedangkan %Reject berdasarkan TDS adalah 100%, hal ini karena semua permeat
yang terukur pada alat memiliki TDS 0 mg/L. Sedangkan DHL didalam permeat dapat
terhitung, hal ini karena kandungan terlarut di dalam permeat amat sangat kecil.
Adapun konsentrasi TDS dan DHL di permeat berdasarkan grafik yaitu diplotkan
TDS dan DHL terhadap waktu untuk permeat maupun konsentrat. Permeat menunjukkan
DHL dan TDS yang sangat rendah, terutama untuk TDS terukur 0 mg/L karena pengukuran
yang dapat dicapai oleh alat dalam bentuk ppm, tapi masih mengandung DHL yang sangat
rendah menunjukkan bahwa masih ada konsentrasi terlarut didalam aliran permeat. Semakin
lama waktu operasi maka TDS dan DHL di aliran permeat semakin kecil dan ini
menunjukkan bahwa aliran semakin murni. Sedangkan konsentrasi TDS dan DHL di
konsentrat semakin lama waktu operasi maka TDS dan DHL di aliran konsentrat semakin
besar, hal ini menunjukkan bahwa Reverse osmosis berjalan dengan baik. Konsentrat
menunjukkan aliran yang tidak diinginkan karena mengandung banyak TDS dan DHL.
Aprilia Nur Kholifah (151411068)
Pada praktikum pengolahan limbah industri kali ini, dilakukan percobaan filtrasi
secara reverse osmosis dengan tujuan untuk mengurangi padatan terlarut dalam air kran di
laboratorium. Reverse osmosis merupakan teknik filtrasi yang memiliki prinsip kerja yang
berkebalikan dengan osmosis, yaitu berpindahnya molekul air dari konsentrasi rendah
menuju konsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel. Agar proses reverse osmosis
terjadi, maka perlunya penambahan tekanan pada bagian larutan yang memiliki konsentrasi
lebih tinggi (dalam hal ini air umpan) hingga tekanan tersebut melebihi tekanan osmosis
larutan. Penambahan tekanan dipenuhi oleh penggunaan pompa pada alat dalam mengalirkan
air umpan. Terdapat dua aliran di dalam alat reverse osmosis, yaitu konsentrat dan permeat.
Permeat merupakan aliran air yang berhasil lolos melewati membran semipermeabel,
sedangkan konsentrat merupakan bahan baku yang tidak lolos, atau buangan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja alat reverse osmosis, antara lain
tekanan, lajur alir umpan, ketahanan membran dan pengolahan awal (pretreatment). Dalam
percobaan yang dilaksanakan, dilakukan variasi laju alir yang berdampak pula pada variasi
tekanan air umpan. Dikarenakan laju alir saluran air umpan yang tidak terukur secara
langsung, maka variasi laju alir dilakukan dengan variasi bukaan katup air umpan, yaitu buka
penuh, ¾ buka dan ½ buka. Bahan baku yang digunakan adalah air kran dengan nilai DHL(
Daya Hantar Listrik) awal sebesar 397 μS/cm dan TDS( total dissolved solid) sebesar
210mg/L.
Pada run pertama, dilakukan proses reverse osmosis dengan valve ½ terbuka. Laju
alir yang terukur sekitar 7,74 x 10-3 m3/menit, dengan tekanan sebesar 100 psi atau 0,7 Mpa
(sekitar 7 bar). Hasil pengamatan TDS dan DHL disajikan pada tabel 1 berdasarkan grafik 4.1
dan grafik 4.2 menunjukkan bahwa nilai DHL konsentrat semakin besar seiring dengan
semakin lamanya proses reverse osmosis, meskipun nilai TDS yang terukur naik di awal dan
selanjutnya konstan. Sedangkan nilai DHL permeat semakin menurun hingga menit ke 30
dan selanjutnya konstan. Hal ini menunjukkan bahwa proses reverse osmosis berjalan, di
mana terjadi penurunan nilai DHL. Hal ini diperkuat kembali dengan nilai TDS yang terukur
di aliran permeat bernilai 0. Hal ini bukan berarti karena tidak ada sama sekali padatan
terlarut pada aliran permeat, melainkan jumlahnya yang sangat kecil, di bawah mg/L,
sehingga tidak terukur oleh alat.
Pada run kedua, dilakukan proses reverse osmosis dengan valve ¾ terbuka. Laju alir
yang terukur sebesar 8,322 x 10-3 m3/menit, dengan tekanan sebesar 102,5 psi atau 0,71 Mpa
(sekitar 7,1 bar). Hasil pengamatan TDS dan DHL disajikan pada tabel 2 .Perubahan DHL
konsentrat dan permeat terhadap waktu pada grafik 4.3 serta perubahan TDS permeat dan
konsentrat terhadap waktu yang disajikan pada grafik 4.4 menunjukkan hasil yang tidak beda
jauh dengan run pertama, dimana TDS dan DHL konsentrat yang semakin tinggi serta nilai
TDS dan DHL pada permeat semakin rendah, meskipun penurunan yang terjadi tidak sebesar
pada run pertama. Hal ini disebabkan karena padatan yang berhasil tersaring pada run
pertama tidak sepenuhnya terbawa oleh aliran konsentrat, ada sebagian padatan yang
terperangkap di membran dan menutup lubang membran. Selain itu, terdapat fluktuasi di
beberapa titik, baik pada konsentrat maupun permeat. Terjadinya fluktuasi disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain air baku yang masuk tidak memiliki nilai DHL dan TDS yang
tetap, serta beaker glass yang digunakan sempat tersentuh bagian dalamnya, sehingga ketika
sampel dimasukkan, terjadi penambahan padatan terlarut dari luar sistem.
Pada run ketiga, dilakukan proses reverse osmosis dengan valve terbuka penuh. Laju
alir yang terukur sebesar 8,412x 10-3 m3/menit, dengan tekanan sebesar 105 psi atau 0,72
Mpa (sekitar 7,2 bar). Hasil pengamatan TDS dan DHL disajikan pada tabel 3 Perubahan
DHL konsentrat dan permeat terhadap waktu pada grafik 4.5 menunjukkan kenaikan nilai
hampir di setiap titik, serta perubahan DHL permeat berada di posisi yang konstan di angka
16,5-17,5 μS/cm.
Hasil keluaran konsentrat pada seluruh run sebagian besar memiliki konsentrasi
padatan serta nilai daya hantar listrik yang lebih besar daripada nilai pada bahan baku. Hal ini
disebabkan karena aliran konsentrat membawa padatan terlarut yang tidak lolos membran,
ditambah lagi dengan terbawanya padatan terlarut yang tertahan di membran, sehingga
jumlah padatan terlarut pada aliran konsentrat semakin besar.
Hasil pengamatan yang diperoleh ditinjau dari nilai DHL pada permeat,run pertama
memiliki rentang nilai DHL 23,8-17,37 μS/cm,run kedua memiliki rentang nilai DHL 20,7-
16,97 μS/cm dan run ketiga memiliki rentang nilai DHL 17,66-16,65 μS/cm. Berdasarkan
nilai tersebut, maka proses reverse osmosis paling optimum pada alat reverse osmosis di
laboratorium dilakukan pada run ketiga, ketika valve terbuka penuh dengan laju alir 8,412 x
10-3 m3/menit dan tekanan sebesar 105 psi atau 0,72 Mpa. Hal ini diperkuat pula dengan hasil
efisiensi reject pada RUN ke tiga yang memiliki persentasi paling tinggi, yaitu sebesar
95,72%.
Dengan nilai DHL yang semakin kecil menunjukkan air tersebut semakin murni atau
bersih dari padatan terlarut. Dari hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan semakin besar
laju alir dan tekanan yang diterapkan pada alat reverse osmosis, maka proses filtrasi semakin
baik. Meskipun pada kenyataannya, pada setiap unit reverse osmosis memiliki rentang laju
alir dan tekanan operasi optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti,D dan Widiasa.2011. “Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis Untuk Pemurnian Air
Skala Rumah Tangga”, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang
Eckenfelder, W Wesley, Jr, 2000, ”Industrial Water Pollution Control”, Third edition, Mc
Graw-Hill, Inc, New York.
Ghozali, Mukhtar.2008. “ Modu.l Praktikum Reverse Osmosis (RO)”. Program D-IV Teknik
Perancangan Sanitasi Permukiman. Polteknik Negeri Bandung
Maulana, Abdul Malik dan Ariyanto S. Widodo.2009. “ Pengolahan Air Produk Reverse
Osmosis Sebagai Umpan Boiler Dengan Menggunakan Ion exchange”. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang
Pinem, Jhon Armedi dan Marina Hayati Adha.2008. “Kinerja Membran Reverse Osmosis
Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan
Umpan”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru.
Said, Nusa Idaman.2016. “ Pengolahan Payau Menjadi Air Minum dengan Teknologi
Reverse Osmosis”. Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung.
Yusuf,Etikasari,dkk.2009. “Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih Dengan Menggunakan
Membran Reverse Osmosis”. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.