Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Proses
Oleh
Kelas : 2B
2018
DINAMIKA PRESSURE SIMULATOR (DPS)
I. TUJUAN
Dari praktikum yang dilakukan mahasiswa mampu :
1. Memahami prinsip dinamika pressure simulator (DPS)
2. Melakukan uji karakteristik static
Unit kendali akhir bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi aksi atau
tindakan koreksi melalui pengaturan variabel pengendali atau manipulatd variable. Unit
ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu actuator dan elemen regulasi. Actuator atau
penggerak adalah piranti yang mampu melakukan aksi fisik. Fungsinya mengubah
sinyal kendali menjadi pengaturan fisik untuk pengendalian variabel proses. Jenis
penggerak yang penting dalam industri proses adalah pneumatik, elektrik, dan hidrolik.
Katup kendali (control valve) merupakan unit kendali akhir yang terdiri atas
penggerak (actuator) dan katup (valve). Sebagai energi penggerak yang umum adalah
udara tekan (pneumatik). Selain udara tekan juga bisa memakai penggerak listrik, baik
motor listrik (motorized valve) maupun solenoida (solenoide valve). Bukaan katup
diatur oleh penggerak.
Fungsi katup kencali adalah mengatur laju alir. Prinsipnya adalah bertindak
sebagai penyempitan variabel (variable restriction) dalam perpipaan proses. Dengan
mengubah bukaan akan mengubah hambatan (juga menguba beda tekanan), sehingga
laju alir berubah. Gambar 6 dan 7 manampilkan sebuah katup kencali dengan penggerak
pneumatik jenis air-to-close. Sinyal kendali 4-20 mA yang berasal dari pengendali
elektronik memerlukan sebuah konverter yang mengubah sinyal arus menjadi sinyal
tekanan udara (pnuematik) 3-15 psig (0,2-1 bar atau 20 - 100 kPa).
Gambar 6. Katup kendali pneumatik. Gambar 7 Rangkaian unit kendali akhir.
Berdasar aksi katup oleh adanya perubahan tekanan udara, katup kencali
dibedakan menjadi dua macam, yaitu air-to-open (AO) atau disebut fail-closed (FC)
dan air-to-close (AC) atau disebut fail-open (FO). Pada jenis air-to-open, katup akan
membuka jika mendapat tekanan udara. Atau dengan kata lain, bila terjadi kegagalan
pasokan udara hingga tekanan jatuh ke minimum, katup akan menutup. Sebaliknya,
pada jenis air-toclose, katup akan menutup jika mendapat tekanan udara. Atau dengan
kata lain, bila terjadi kegagalan pasokan udara hingga tekanan jatuh ke minimum, katup
akan membuka.
Di kalangan praktisi industri telah berlaku kaidah umum bahwa kenaikan stem berarti
katup membuka. Operator lebih berminat untuk mengetahui dan mengatur posisi katup, dan
bukan nilai sinyal kendali. Sehingga nilai sinyal kendali 0% pada tampilan panel kendali selalu
berarti katup kendali menutup, dan 100% membuka penuh, tanpa peduli jenis katup kendali.
Oleh sebab itu jenis katup kendali yang populer adalah jenis direct acting air-to-close dan
reverse acting air-to-open.
1.2.3 Unit Pengendali
Unit pengendali merupakan otak dalam sistem pengendalian. Pengendali adalah
piranti yang melakukan perhitungan atau evaluasi nilai error menurut algoritma kendali.
Evaluasi yang dilakukan berupa operasi matematika seperti, penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, integrasi dan diferensiasi. Hasil evaluasi berupa
sinyal kendali yang dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar
yang serupa dengan sinyal pengukuran.
Pengendali paling tidak memiliki tampilan nilai variabel proses (PV), tombol
pengatur dan tampilan setpoint (SP), pengatur dan tampilan nilai variabel pengendali
(MV), serta sakelar AUTO/MANUAL. Yang terakhir merupakan satu sakelar penting.
Sakelar ini menentukan operasi pengendali. Ketika sakelar pada posisi AUTO
(otomatik), sinyal kendali diperoleh dari hasil pengolahan nilai error. Ketika sakelar
pada posisi MANUAL, pengendali menghentikan pengolahan. Sinyal kendali diperoleh
dari penyetelan manual oleh operator. Hanya dalam posisi auto pengendali memberi
manfaat pengendalian proses.
Penentuan aksi algoritma pengendali, memerlukan pengetahuan bagaimana
kebutuhan proses yang dikendalikan dan aksi katup kendali (control valve). Kedua
pengetahuan tersebut mutlak harus dimiliki. Ahli proses dapat bertanya kepada diri
sendiri, misalnya, apa aksi pengendali yang tepat untuk pengendalian tinggi permukaan
cairan jika dipakai katup air-to-close dengan aliran keluar sebagai variabel pengendali.
Aksi pengendali biasanya dapat disetel dengan sakelar pada sisi panel pengendali
pneumatik atau elektronik.
Blok algoritma kendali dapat berupa perangkat keras atau perangkat lunak. Sinyal
kendali yang diperoleh selanjutnya diproses menjadi sinyal kendali standar (4 - 20 mA DC).
Hubungan antara pengukuran dan sinyal kendali bergantung pada modus langsung (direct
acting) atau berlawanan (reverse acting).
Pada sistem pengendali digital pada umumnya memisahkan kebutuhan aksi direct atau
reverse dari posisi kegagalan katup kendali (control valve). Sinyal kendali atau controller
output signal pada sistem kendali digital berkisar dari 0 hingga 100%, yang merepresentasikan
“persen bukaan” katup kendali (control valve). Oleh sebab itu, aksi direct atau reverse
merepresentasikan arah perubahan variabel proses dan katup (valve), tanpa memperhatikan
apakah katup kendali jenis fail-open atau fail-closed.
Sistem pengendalian terdiri atas: plant yang dikendalikan; sensor dan transmitter;
pengendali; serta control valve. Keluaran sistem adalah variabel proses terkendali. Masukan
sistem adalah SP (nilai variabel proses yang diinginkan) dan gangguan (beban). Dalam sistem
pengendalian umpan balik, variabel proses terkendali (PV) dipengaruhi oleh setpoint dan/atau
beban (gangguan). Perubahan setpoint dapat dilakukan oleh operator atau pengendali lain.
Sedangkan beban dapat berubah secara acak tergantung sistem proses dan lingkungannya. Pada
perubahan pada setpoint atau beban, variabel proses mungkin akan mengalami beberapa cara
perubahan, yaitu: sangat teredam (overdamped), redaman kritik (critically damped), teredam
(underdamped), osilasi kontinyu (sustained oscillation), atau tidak stabil (amplitudo
membesar).
Gambar 10. Bentuk respons variabel proses pada perubahan nilai setpoint.
Respons tanpa osilasi (sangat teredam) bersifat lambat namun stabil. Tanggapan
redaman kritik merupakan batas akan mulai terjadi osilasi teredam. Sedangkan tanggapan
osilasi teredam mengalami sedikit gelombang di awal perubahan, dan selanjutnya amplitudo
mengecil dan akhirnya stabil. Tanggapan ini cukup cepat meskipun sedikit terjadi
ketidakstabilan. Pada tanggapan dengan osilasi kontinyu, variabel proses secara terus menerus
bergelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang tetap. Terakhir, tanggapan tak stabil,
memiliki amplitudo membesar. Kondisi yang terakhir ini sangat berbahaya karena dapat
merusak sistem keseluruhan.
Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal, yaitu jenis uji dan kriteria
yang tepat. Uji dilakukan dengan cara memberi masukan berubah pada nilai setpoint atau
beban. Jenis masukan uji dapat berupa: impuls, step, sinusoida, atau acak (random). Cara uji
yang mudah adalah dengan memberi masukan step, yaitu mengubah dari satu kondisi steady-
state ke kondisi steady-state baru. Dari hasil uji, selanjutnya dianalisa apakah memenuhi
kriteria atau tidak. Kriteria yang umum dipakai adalah: redaman seperempat amplitudo dan
nilai dari integral galat absolut (integral absolute error, IAE). Di samping itu terdapat kriteria
lain seperi redaman kritik, integral kuadrat error (ISE), dan lain-lain.
1.3.1 Respons Terhadap Perubahan Setpoint
Nilai setpoint diubah dari satu nilai ke nilai lain (step input). Respons PV
diamati. Bilamana terjadi respons teredam, maka terdapat besaran sebagaimana dalam
Gambar 11.
Kriteria Nilai dari Integral Galat (Error) Absolut. Kriteria integral galat (error) absolut
menunjukkan luas total galat (error). Kriteria IAE lebih disukai di kalangan praktisi industri
karena kemudahan dalam mengukur.
Gambar 12. Nilai Integ Absolute Error (IAE).
Direct Acting dan Reverse Acting. Satu hal penting lainnya adalah arah kemiringan
perubahan variabel proses, yaitu langsung (direct acting atau respon positif) atau berlawanan
(reverse acting atau respon negatif). Pada direct acting, kenaikan sinyal kendali menghasilkan
kenaikan variabel proses. Dan sebaliknya, pada reverse acting kenaikan sinyal kendali
menghasilkan penurunan variabel proses.
Perilaku dinamik atau karakteristik dinamik adalah perilaku sistem yang dipengaruhi waktu.
Karakteristik dinamik dinyatakan oleh dynamic gain. Dengan mengetahui karakteristik
dinamik maka bagaimana cara mengendalikan sistem proses dapat diketahui. Salah satu cara
mengetahui karakteristik dinamik suatu sistem adalah dengan uji respon frekuensi (frequency
response). Masukan sistem berupa sinusoida. Keluaran sistem dibandingkan dengan masukan.
Dari sini diperoleh dua besaran, yaitu perbandingan amplitudo (Ar) dan kelambatan atau beda
fase (ɸ) antara masukan dan keluaran.
Gambar 16. Uji Respon Sinusoida.
Masukan sistem diubah dari satu nilai steady-state ke nilai steady-state lain. Penentuan
parameter sistem poses dapat dilakukan dengan metrode garis singgung atau metode Smith.
Disarankan memakai metode Smith karena lebih teliti dalam analisisnya.
b) Metode Smith
Mungkin model ini yang paling baik dikerjakan secara manual (Smith, 1985). Menurut
Smith, diperlukan dua pengukuran nilai waktu, yaitu y mencapai 28,3% dan 63,2% dari rentang
perubahan (Gambar 19). Waktu t1 dan t2 dihitung sejak masukan mulai berubah.
• time constant, τp = t2
• deadtime, θp = 0
Alat Bahan
Seperangkat alat pengendali tekanan Gas
Pengendali (komputer)
Memastikan udara instrument telah mengalir pada tekanan masuk 2 bar dengan
mengatur regulator V1
Pengoperasian Perangkat Lunak
Memastikan posisi tombol pada pilihan SIMULASI dan REAL TIME pada posisi
yang tepat. Jika hanya melakukan simulasi memastikan pada tombol simulasi.
Selanjutnya jika melakukan praktik dengan peralatan pengendalian mengatur
posisi tombol pada real time
Memastikan katup V3, V5 dan V6 terbuka (katup V6 terbuka jika simulasi beban
penuh).
Menekan tombol PAUSE kemudian menekan tombol EXCEL bisa juga dengan
menekan tombol STOP dan ekspor data ke EXCEL
Operasi Beban Maksimum
Menekan tombol PAUSE kemudian menekan tombol EXCEL bisa juga dengan
menekan tombol STOP dan ekspor data ke EXCEL
Operasi Beban Minimum
Tekan tombol PAUSE kemudian tekan tombol EXCEL. Bisa juga dengan
menekan tombol STOP dan ekspor data ke EXCEL.
Penentuan Karakteristik Dinamik pada Satu Titik Operasi
START
FINISH
Penentuan Karakteristik Dinamik pada Dua Titik Operasi
Setelah tekanan yang ditunjukkan stabil dan konstan, buat step-input sebesar 10%.
(Dari 35% ubah ke 45%)
Setelah tekanan yang ditunjukkan stabil dan konstan, buat step-input sebesar 10%.
(Dari 49% ubah ke 59%)
1. Karakteristik Statik
Operasi Beban Normal = Operasi Beban Maksimum
10
0
0 100 200 300 400 500 600
-2
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500 600
Berdasarkan hasil kurva diperoleh :
Δy = 8,3
Δx = 80
MV (%) PV
10 0
20 0
30 2
40 4,7
50 7
60 9
70 9,9
80 9,9
90 9,9
100 9,9
Kurva PV Terhadap MV
14
y = 0.1306x - 0.9533
12
R² = 0.8795
10
8
PV
6 Series1
4 Linear (Series1)
0
0 20 40 60 80 100 120
-2
MV
Operasi Beban Minimum
grafik MV vs PV
12
y = 0.1225x - 0.9505
10 R² = 0.8889
6
PV(psi)
Series1
4
Linear (Series1)
2
0
0 20 40 60 80 100 120
-2
MV(%)
mv psi
0 -0,17
10 -0,25
20 -0,16
30 1,1
40 4
50 6,7
60 8,7
70 9,1
80 9,27
90 9,3
100 9,35
MV = 20% - 30%
100%
Span =
10 𝑝𝑠𝑖
150 10
100
5
50
0
0
0 100 200 300 400
0 100 200 300 400 -5
-50
2. Karakteristik Dinamika
Pada Satu Titik dan Dua Titik
12
10
8
6
4
2
0
-2 0 100 200 300 400 500
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
2. Pengendalian Tekanan pada P = 3 psi
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 0 50 100 150 200
60
50
40
30
20
10
0
-10 0 50 100 150 200
3.
3. Pengendalian Tekanan pada P = 7 psi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 50 100 150 200
70
60
50
40
30
20
10
0
0
PENGOLAHAN DATA
50 100 150 200
Grafik Hubungan antara PV dan MV dalam fungsi
waktu pada tekanan 3 psi
51,700
41,700
31,700
21,700
11,700
1,700
105 115 125 135 145 155 165 175 185
Waktu (detik)
MV PV
PV MV
MV PV
PERHITUNGAN
MV Kp ꞇp Θp
3 0.257 2.46 0.51
5 0.242 3.27 0.67
7 0.194 4.035 0.835
IV. PEMBAHASAN
Karakteristik Statik
1) Operasi Beban Maksimum
NIM : 161411047
Untuk menentukan karakteristik statik dilakukan tiga kali pengukuran yaitu pada
operasi beban normal, operasi beban maksimum dan operasi beban minimum. Namun
pengukuran yang diuji untuk menentukan karakteristik statik yaitu hanya pengukuran operasi
beban maksimum. Dari penentuan karakteristik statik diperoleh parameter Kp (steady state
static gain). Nilai Kp yang diperoleh sebesar 1,04. Untuk menentukan kurva karakteristik statik
linier atau non linier melihat hubungan antara PV dan MV.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kurva karakteristik statik operasi beban
maksimum menunjukkan hubungan PV terhadap MV yaitu non linier. Namun, secara literatur
seharusnya menunjukkan kurva linier. Hal ini disebabkan karena nilai Kp yang diperoleh besar
sekitar 1,04. Nilai Kp menentukan kepekaan sistem proses terhadap perubahan sinyal kendali.
Nilai Kp berpengaruh terhadap PV dan MV. Semakin tinggi nilai Kp maka PV semakin tinggi
pula dan MV berbanding terbalik. Maka jika nilai Kp besar mengakibatkan nilai tidak konstan
sehingga tidak berlangsung secara statik. Maka diperlukan nilai Kp yang kecil sehingga
berlangsung statik.
Nama : Ranggi Octaviani Pratiwi
NIM : 161411046
Dengan aksi pengendali langsung (direct acting) dan fail open (FO).
Hal yang dapat dibahas adalah hasil penentuan karakteristik statis. Dalam penentuan
karakteristik ini, terdapat tiga jenis operasi yang dilakukan, yaitu operasi beban normal, operasi
beban maksimum, dan operasi beban minimum. Tujuan dari melakukan uji ketiga operasi
tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh beban terhadap tekanan yang diperoleh dari nilai
manipulated variable. Dapat dilihat bahwa beban akan mempengaruhi nilai tekanan yang
diperoleh ketika manipulated variable diatur.
Pengukuran yang dilakukan pada praktikan hanya menentukan karakteristik statik yaitu
pada pengukuran operasi beban maksimum saja. Dari penentuan karakteristik statik diperoleh
parameter Kp (steady state static gain). Dimana nilai Kp yang diperoleh dari grafik yang
terlampir di pengamatan dan pengolahan data sebesar 1,04. Dari ;
𝛥𝑦 8,3 0,104 psi 100 %
Kp = 𝛥𝑥 = = × = 1,04
80 % 10 psi
Dari data yang ada bahwa saat MV di (10% dan 20%) didapat PV 0 tetapi saat MV
diperbesar 70% sampai 100% maka PV yang didapat bukaan katup yang semakin besar juga.
Namun saat data MV di 70%-100% PV yang dihasilkan data konstan. Maka dari data dapat
diolah sehingga diketahuinya sifat sistemnya, maka dibuat kurva karakteristik statik linier atau
non linier pada hubungan antara PV dan MV.
Secara teori/literatur seharusnya menunjukkan kurva linier. Tetapi dari data yang
diperoleh kurva karakteristik statik operasi beban maksimum pada hubungan PV terhadap MV
yaitu non linier. Hal ini dikarenakan nilai Kp yang didapat dari perhitungan sebesar 1,04.
Seharusnya nilai Kp tidak boleh lebih dari 1. Dan nilai Kp sangat berpengaruh terhadap PV dan
MV. Semakin tinggi (besar) nilai Kp maka PV semakin tinggi pula tetapi berbanding terbalik
MV. Jika nilai Kp tinggi (besar) mengakibatkan nilai tidak konstan sehingga tidak berlangsung
secara statik. Maka diperlukan nilai Kp yang kecil sehingga berlangsung statik. Seharusnya,
semakin bertambahnya beban yang diberikan maka nilai tekanan yang diperoleh akan semakin
kecil. Sehingga untuk memperoleh nilai tekanan yang efektif, maka beban yang diberikan harus
seminimum mungkin sehingga dapat mencapai nilai tekanan yang diinginkan dengan lebih
mudah.
2) Operasi Beban Minimum
Nama : Arya Wibisono
NIM : 161411033
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan dinamika system tekanan, dengan
tujuan melakukan uji step, mempelajari perilaku dinamika system tekanan sebagai model
FOTDT, dan memepelajari perilaku non linier. Untuk mencapai tujuan tersebut dilkakukan
beberapa pengujian , salah satunya kali ini adalah penentuan karakteristik statik dengan beban
minimum, dengan membandingkan nilai masukan (MV) atau (beban) dan nilai keluaran (PV)
sehingga akan didapatkan steady state gain, steady state gain ini adalah perbandingan antara
nilai keluaran terhadap masukan setelah tercapainya steady state yang sering disebut Kp,
MV(manipulated variable) pada system ini adalah aliran gas masuk dan PV (proses variable)
adalah tekanan gas dalam aliran pipa . dari hasil pengolahan data didapatakan nilai Kp sebesar
1,46 dari nilai masukan pada 20%-30% dikarenakan memilki grafik yang cukup bagus, besar
kecilnya nilai kp menentukan kemantapan suatu proses atau steady state, semakin tinggi nilai
kp nya maka perbandingan antara nilai keluaran dan masukan akan semakin besar yang akan
menyebabkan proses berjalan tidak mantap sedangakan untuk Kp yang menunjukan
perbandingan nilai masukan dan keluaran yang kecil sehingga kondisi operasi dapat berjalan
mantap. Grafik MV vs PV antara beban maksimum dan beban minimum terdapat sedikit
perbedaan pada nilai PV, nilai PV pada MV yang sama (bukaan katup) pada beban minimum
memiliki nilai keluaran (PV) yang lebih besar dibanding pada beban normal karena gangguan
yang terjadi akan minum pada pengujian karakteristik statik beban minimun, sehingga nilai
kelauran (PV) akan lebih besar.
Nama : Cahya Handayani
NIM : 161411034
Pada percobaan dinamika tekanan dilakukan penentuan karakteristik statik dan dinamik.
Karakteristik statik adalah perilaku sistem yaitu berupa hubungan masukan (manipulated
variable) dan keluaran (variable process) yang tidak bergantung waktu. Pada penentuan
karakteristik statik terdapat beban minimum yaitu dengan membandingkan MV (Manupulated
Variable) dengan PV (Process Variable). MV pada pengendalian tekanan adalah aliran gas
masuk dan PV adalah tekanan gas dalam pipa dan pengendali akhir yang digunakan adalah jenis
FO (Fail Open). Parameter yang digunakan pada penentuan karakteristik statik ini adalah Kp
(static gain). Kp menentukan kepekaan sistem proses terhadap sinyal kendali.
Pada percobaan beban minimum didapat nilai Kp sebesar 1,47 dari nilai masukan 20%
- 30%. Nilai Kp yang didapat adalah lebih besar dari nol itu menunjukan bahwa aksi pengendali
adalah direct acting. Nilai Kp berpengaruh terhadap nilai MV dan PV. Semakin kecil nilai Kp
maka akan semakin kecil pula nilai PV, sedangkan semakin kecil nilai Kp maka akan semakin
besar nilai MV. Pada kurva MV vs PV menunjukan hasil yang tidak linear hal tesebut terjadi
karena nilai yang terukur tidak konstan. Nilai tidak konstan terjadi akibat terlalu besarnya nilai
Kp.
Karakteristik Dinamika
Setelah melakukan percobaan penentuan karakteristik dinamik pada satu titik operasi dan
dua titik operasi didapatkan data Kp (static gain), τp (time constant) dan ϴp (dead time) untuk
nilai masukan / MV sebesar 3, 5 dan 7 psi yaitu sebagai berikut :
Ketiga hasil parameter diatas menunjukkan perbedaan > 5% hal ini berarti sistem tekanan
berperilaku non-linier. Sistem non-linier merupakan suatu sistem yang sifatnya tidak tetap,
mudah berubah, sulit dikontrol, dan sulit diprediksi. Sistem seperti ini memiliki ke-sensitivitas-
an yang sangat tinggi. Sehingga bisa dipastikan jika sistem tekanan yang berada disebuah
industri memiliki sistem tekanan non-linier maka akan sangat berbahaya karena sistem ini sulit
untuk dikontrol atau dalam kata lain sulit untuk dikendalikan sehingga dalam sebuah industri
sistem tekanan linier sangat diharapkan untuk mencegah bahaya yang timbul akibat sistem sulit
dikontrol / dikendalikan.
Nilai Kp (static gain) menentukan kepekaan sistem proses terhadap perubahan sinyal
kendali. Dampak nilai Kp terhadap pengendalian adalah jika nilai Kp besar dan perubahan MV
kecil maka akan menghasilkan nilai PV yang besar pula, namun sebaliknya jika nilai Kp kecil
dan perubahan MV besar maka akan menghasilkan nilai PV yang kecil. Nilai Kp dalam sebuah
proses diharapkan kecil agar prosesnya berlangsung statis. Nilai τp (time constant) menentukan
respons dinamik sistem, semakin besar nilainya maka respons semakin lambat. Jika dilihat dari
hasil percobaan uji karakteristik dinamik semakin besar nilai MV maka nilai τp (time constant)
juga semakin besar hal ini berarti semakin besar nilai MV maka responsnya semakin lambat.
Proses yang lamban atau memiliki waktu tunda (ϴp / dead time ) yang besar sang sulit dikontrol,
karena jika terjadi gangguan, baik pada beban, MV atau set-point, akibat yang ditimbulkan oleh
gangguan tersebut tidak langsung dirasakan, tetapi setelah beberapa saat selama waktu tunda
tersebut. Hal ini mengakibatkan aksi yang diambil oleh controller untuk mengatasi akibat dari
gangguan tersebut juga terlambat, maka variable yang dikontrol tidak akan pernah berada pada
set-point nya. Hasil percobaan menunjukkan semakin tinggi nilai MV maka dead-time juga
semakin besar.
Dalam aspek parameter proses terdapat nilai ϴp/τp. Setelah dilakukan perhitungan nilai
ϴp/τp untuk nilai MV sebesar 3, 5 dan 7 psi berturut-turut adalah 0,207 ; 0,204 dan 0,207.
Terdapat ketentuan jika nilai ϴp/τp ≤ 0,5maka sistem proses mudah dikendalikan, sehingga
dapat dikatakan bahwa sistem proses dalam percobaan kali ini adalah mudah dikendalikan
karena nilainya ≤ 0,5 untuk setiap nilai MV.
NIM : 161411043
Pada praktikum yang kami lakukan kami menganalisa perilaku dinamika tekanan untuk
1 titik. Faktor yang berpengaruh ialah nilai Kp, τp ,θp. Kp disebut juga “how far” variabel karena
mendeskripsikan seberapa jauh PV akan berpindah untuk setiap perubahan yang diberikan,
terkadang disebut juga proses sensitif. Jika Kp besar maka perubahan kecil saja akan membuat
PV berubah besar, dan hal tersebut tidak diharapkan. Proses akan berarti jika nilai Kp kecil
karena dengan hal itu PV tidak akan terlalu sensitif dengan sedikit perubahan.
MV Kp ꞇp Θp
3 0.257 2.46 0.51
5 0.242 3.27 0.67
7 0.194 4.035 0.835
Berdasarkan data yang kami peroleh dari ketiga parameter yaitu Kp, τp ,θp diperoleh
perbedaan dari data lebih dari 5% sehingga sistem tekanan dianggap non linear. Dikatakan non
linear karena sifatnya tidak tetap, mudah berubah, sulit dikontrol, dan sulit diprediksi. Sistem
nonlinear ini memiliki tingkat ke sensitivitasan yang tinggi. Untuk input-input yang berlainan
dalam suatu proses dapat menghasilkan output yang sama, dan dapat juga satu input yang ada
dalam suatu proses dapat memberikan output yang sama. Untuk τp (Time constant) adalah
waktu yang diperlukan untuk output suatu instrument mencapai 63,2% dari steady state jika
diberi input step kami memeroleh 3,27 detik Dan untuk θp (dead time) adalah waktu mulai dari
terjadi perubahan input hingga input terukur oleh sistem kami mendapatkan 0,67 detik.
2. Pada Saat Dua Titik
NIM : 161411036
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan Dinamika Tekanan dengan tujuan
melakukan uji step untuk menentukan karakteristik dinamik, dan menentukan sistem proses
linier atau non linier. Manipulated Variabel (MV) pada proses ini adalah aliran gas masuk dan
Proses Variabel (PV) pada proses ini adalah aliran gas keluar.
Untuk Manipulated Variabel (MV) titik pertama adalah 3 psi dan setelah dilakukan
step-input sebesar 10% didapatkan nilai Proses Variabel (PV) sebesar 4,7 psi. Sedangkan untuk
titik kedua Manipulated Variabel nya sebesar 7 psi, dan setelah dilakukan step-input sebesar
10% didapatkan nilai PV sebesar 7,7 psi. Setelah percobaan dilakukan dapat diketahui nilai Kp
( dinamic gain) yaitu nilai yang mempengaruhi sensitivitas alat atau perbandingan antara nilai
masukan (MV) dengan nilai keluaran (PV). Selain itu dapat diketahui juga nilai dead time (ϴp)
yaitu waktu jeda alat untuk merespon gangguan/beban, serta didapat nilai Time Constant (Ƭp)
yaitu waktu respon alat terhadap masukan atau waktu antara mulai masukan dan timbulnya
keluaran.
MV (psi) Kp Ƭp ϴp
3 0,257 100% 2,46 61% 0,51 61%
5 0,242 94% 3,27 81% 0,67 80%
7 0,194 75% 4,035 100% 0,835 100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dinamic gain, time constant, dan dead time
memiliki perubahan nilai yang lebih besar dari 5%, yang berarti proses ini adalah bersifat non-
linier. Sifat non-linier berarti bahwa proses ini sulit stabil/steady, sulit dikendalikan, dan
sensitif. Hal ini bisa dilihat dari nilai time constant, dan dead time yang tidak konstan,
seharusnya nilai time constant, dan dead time tetap konstan walaupun MV dirubah (max
perubahan 5%)
Namun jika dilihat dari tiap titik percobaan nilai dinamic gain, time constant, dan dead time
memiliki nilai yang cukup baik. Semakin kecil nilai Kp maka sensitivitas/kepekaan alat
semakin kecil terhadap perubahan MV/masukan, sedangkan semakin kecil nilai time constant
semakin kecil jeda respon alat antara masukan dan keluaran dengan kata lain alat merespon
dengan cepat, dan nilai time constant, berbanding lurus dengan dead time semakin cepat alat
merespon maka waktu tunda untuk merespon gangguan/beban akan semakin cepat pula dan
mudah untuk dikendalikan.
Namun jika dibandingkan dengan beberapa titik percobaan nilai dinamic gain, time constant,
dan dead time tidak konstan.
NIM : 161411035
Uji step dilakukan dengan cara memberi perubahan step pada masukan (MV) dari suatu
kondisi steady-state. Dimana pada praktikum ini dilakukan perubahan pada MV dengan
tekanan pada dua titik yaitu 3 psi dan 7 psi yang kemudian diberikan step-input sebesar 10%
sehingga tekanan yang dihasilkan pada masukan dan keluaran berubah.
Dari data dan kurva praktikum dapat dihitung dinamika sistem tekanannya (FOPDT)
yang terdiri dari nilai Static Gain (Kp) dimana adanya perbandingan antara perubahan nilai
keluaran terhadap masukan setelah mencapai steady-state, Konstanta Waktu (ꞇ p) yaitu waktu
yang diperlukan output dan Waktu Mati (θp) yaitu waktu yang digunakan sistem untuk memulai
respons. Sehingga dari hasil pengolahan data dapat dilihat di tabel berikut:
MV (psi) Kp ꞇp θp
3 0.257 2.46 0.51
5 0.242 3.27 0.67
7 0.194 4.035 0.835
terlihat bahwa semakin besar tekanan pada MV maka nilai Kp akan semakin rendah, nilai ꞇ p
dan θp semakin besar. Hal ini disebabkan karena saat MV atau beban ditambahkan maka nilai
PV atau keluaran akan kecil berarti bahwa gas yang melewati saluran buang akan lebih kecil
karena membutuhkan tekanan yg besar. Sedangkan nilai ꞇ p seiring dengan bertambahnya nilai
MV maka akan semakin besar sehingga responya semakin lambat. Begitu pula dengan nilai Kp
yang dihasilkan akan kecil berarti bahwa proses tersebut berlangsung statis.
Kemudian untuk mengetahui proses tersebut belangsung linier atau tidaknya dapat
dilihat dari tabel berikut:
MV (psi) Kp ꞇp θp
3 0.257 100% 2.46 61% 0.51 61%
5 0.242 94% 3.27 81% 0.67 80%
7 0.194 75% 4.035 100% 0.835 100%
dimana dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem tekanan terjadi secara non-linier
karena dari nilai Kp, ꞇ p dan θp terlihat bahwa perbedaannya melebihi 5%. Dan dapat dilihat
pula pada penyediaan data bahwa setiap perbedaan nilai MV maka nilai ꞇ p dan θp berubah,
hal ini harus dihindari karena dapat membahayakan. Apabila tekanan semakin tinggi sedangkan
kondisi sistem yang non linier maka saat terjadi kenaikan variabel masukan akan berpengaruh
pada waktu tingal dan time constantnya akan berubah.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik Statik
Operasi Beban Maksimum
Kp = 1,04
Operasi Beban Minimum
Kp = 1,46
2. Karakteristik Dinamik
MV (psi) Kp ꞇp θp
3 0.257 100% 2.46 61% 0.51 61%
5 0.242 94% 3.27 81% 0.67 80%
7 0.194 75% 4.035 100% 0.835 100%
DAFTAR PUSTAKA
Wade, H.L. (2004). Basic and Advanced Regulatory Control : System Design and
Application.Ed. 2, ISA, NC.