00
Kelompok 1
1. Miftakhul Hidayah (5213415015)
2. Lu’lu’ Fitriana (5213415023)
3. Dwi Nuryana (5213415034)
4. Aditia Dwipawarman (5213415053)
Kelompok 2
1. Ayu Fatikha Sari (5213415007)
2. Siti Ermi (5213415011)
3. Aditya Bagas K. (5213415024)
4. Anisa Witri S. (5213415046)
5. Evin Fajri I. (5213415049)
Kelompok 3
1. Afiati Estrina Akhir (5213415013)
2. Septyani Fitrianingsih (5213415017)
3. Adityo Nurcahyo (5213415018)
4. Yola Antika (5213415031)
5. Mira Melina (5213415033)
Kelompok 4
1. Dian Widyaningsih (5213415003)
2. Gita Anggoro Putri (5213415059)
3. Annisa Itsnain Nurusyifa (5213415057)
4. Reki Wicaksono (5213415056)
Kelompok 5
1. Viona Widya Anugrahani (5213415006)
2. Desi Puryani (5213415021)
3. Saras Primandita (5213415043)
4. Shakin Ervita (5213415047)
Kelompok 6
1. Yuyun Margiyanti (5213415001)
2. Muslimatul Mufidati (5213415005)
3. Winda Nuramalia (5213415009)
4. Ilham Yaumika Nahri (5213415025)
5. Muhammad Fahrul Rahman A(5213415060)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Pengendalian Proses
Proses dalam kata pengendalian proses dan industri proses menunjuk pada “cara
perubahan” materi atau energi untuk memperoleh produk akhir.
Mengendalikan (kata kerja) adalah “memperoleh” keadaan yang diinginkan
dengan cara mengatur variabel tertentu dalam sistem.
Sistem pengendalian atau sistem kontrol adalah susunan beberapa komponen
yang terangkai membentuk aksi pengendalian.
Pengendalian proses adalah “cara memperoleh” keadaan proses agar sesuai
dengan yang diinginkan
Dari keempat kemungkian tadi, yang paling dihindari, bahkan sama sekali tidak
boleh terjadi adalah tanggapan tidak stabil (amplitudo membesar). Sedangkan
tanggapan osilasi kontinyu dalam beberapa hal masih bisa diterima, meskipun
cukup berbahaya.
Tujuan Ideal yaitu mempertahankan nilai variabel proses agar sama dengan
setpoint. Tujuan praktis yaitu mempertahankan nilai variabel proses di sekitar
setpoint dalam batas yang ditetapkan. Kualitas pengendalian diharapkan sebagai
berikut:
1.8 TERMINOLOGI
Setpoint , Titik Setel, atau Nilai Acuan (reference) adalah nilai variabel
proses yang diinginkan atau nilai acuan variabel proses.
BAB-2
INSTRUMEN SISTEM PENGENDALIAN INSTRUMEN SISTEM
PENGENDALIAN
Instrumen atau piranti utama dalam pengendalian proses adalah: sensor,
transmiter, pengendali, transduser/konverter (bila diperlukan), dan katup kendali.
Pada pengendali pneumatik, seluruh sinyal pengendalian memakai tekanan udara.
Sehingga instrumen pengendalian hanya terdiri atas tiga macam. Sensor/
transmiiter , pengendali, dan katup kendali pneumatik. Berbeda dengan sistem
pengendalian pneumatik, pada pengendali elektronik, sinyal pengendalian
memakai arus listrik. Oleh karena katup kendali biasanya jenis pneumatik, maka
diperlukan konverter atau transduser I/P (arus ke pneumatik). Sehingga instrumen
yang diperlukan adalah: sensor/ transmiiter , pengendali, transduser I/P, dan katup
kendali pneumatic.
1.8.1 Unit Pengukuran
Unit pengukuran berfungsi mengubah informasi besaran fisik
terukur (variabel proses) menjadi sinyal standar. Unit ini terdiri atas dua
bagian besar yaitu sensor dan transmiter.
Gambar 2.10 Pengendali reverse acting dan katup kendali fail-closed (air-to-
open).
Pada sistem pengendali digital pada umumnya memisahkan kebutuhan
aksi direct atau reverse dari posisi kegagalan katup kendali (control valve). Sinyal
kendali atau controller output signal pada sistem kendali digital berkisar dari 0
hingga 100%, yang merepresentasikan “persen bukaan” katup kendali (control
valve). Oleh sebab itu, aksi direct atau reverse merepresentasikan arah perubahan
variabel proses dan katup (valve), tanpa memperhatikan apakah katup kendali
jenis fail-open atau fail-closed.
Gabungan dua strategi ini menghasilkan pengendalian suhu yang lebih sempurna
∆y
K=
∆x
Diagram blok dan respon variabel keluaran diperlihatkan pada gambar 3.17.
Di sini respon variabel keluaran terjadi seketika tanpa keterlambatan dan dapat
mencapai kestabilan baru, sehingga termasuk sistem mantap (dengan regulasi diri).
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
26
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Sebagai ilustrasi diperlihatkan pada gambar 3.21. Suhu cairan dalam tangki
dapat diatur melalui keran pencampur. Tergantung pada volume tangki, suhu cairan
hanya dapat berubah secara berangsur setelah bukaan keran diubah.
• Waktu tunda, t d , (delay time) adalah waktu pertama yang dibutuhkan variabel
keluaran sistem untuk mencapai setengah dari nilai akhirnya.
• Waktu naik, t r, (rise time) adalah waktu yang dibutuhkan oleh variabelkeluaran
sistem untuk naik dari 10% ke 90%, atau 0% ke 100% dari nilai akhirnya. Untuk
sistem orde dua dengan osilasi teredam (underdamped) dipakai 0% ke 100% waktu
naik. Untuk sistem sangat teredam (overdamped) , biasa dipakai 10% ke 90% waktu
naik.
• Waktu puncak, t p, ( peak time) adalah waktu yang dibutuhkan variabel keluaran
sistem untuk mencapai puncak gelombang yang pertama.
• Overshoot adalah amplitudo maksimum dari variabel keluaran sistem dihitungdari
nilai akhirnya. Jika nilai akhir tidak sama dengan satu, biasanya overshoot dinyatakan
dalam persen overshoot . Besaran ini langsung menunjukkan kestabilan relatif dari
sistem. Semakin besar overshoot , sistem semakin tak stabil. Tetapi semakin kecil
overshoot , sistem semakin lambat.
dari sistem. Semakin besar overshoot , sistem semakin tak stabil. Tetapi semakin kecil
overshoot , sistem semakin lambat.
• Waktu mantap, t s, (settling time) adalah waktu yang dibutuhkan variabelkeluaran
sistem untuk mencapai nilai dengan penyimpangan di sekitar 5% (atau 2%) dari nilai
akhirnya untuk seterusnya berada dalam batas nilai tersebut. Waktu mantap
berhubungan erat dengan konstanta waktu sistem.
• Decay ratio adalah perbandingan antara amplitudo kedua dan pertama.
• Periode osilasi, Respon sistem orde dua sangat penting untuk difahami, karena
mirip dengan perilaku sistem pengendalian umpan balik. Dengan adanya umpan
balik, sistem dapat mengalami osilasi, baik teredam maupun kontinyu bahkan tidak
stabil.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
32
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Pada gambar 3.25, laju alir masuk ke tangki-2 tergantung pada perbedaaan
kedua tinggi air. Artinya, kecepatan perubahan tinggi air tangki-2 tergantung pada
tinggi air tangki-1, dan sebaliknya. Berbeda untuk sistem tanpa interaksi
sebagaiamana contoh pada gambar 3.26. Laju alir air ke tangki-2 hanya dipengaruhi
tinggi air tangki-1. Tinggi air tangki-2 tidak mempengaruhi kecepatan perubahan
tinggi air tangki-1.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
33
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Contoh sistem tak mantap atau integrator adalah tangki dengan aliran keluar
pada laju tetap. Jika terjadi perubahan laju alir masuk akan menyebabkan tinggi air
berubah terus menerus hingga tangki kosong atau air tumpah. Ini berarti, sistem tidak
dapat mencapai keseimbangan baru.
Gambar 3.31 menunjukkan respon step sistem tak mantap. Pada perubahan
masukan step, keluaran terus naik dengan kemiringan yang tergantung pada besar
waktu integral. Semakin kecil waktu integral, kemiringan semakin besar.
Contoh sistem dengan respon terbalik adalah proses pemanasan cairan dalam
alat penukar panas shell-and-tube yang disajikan pada gambar 3.33.
Jika laju alir cairan hangat bertambah besar, maka laju alir campuran yang
masuk penukar panas bertambah. Ini menyebabkan laju cairan yang berada dalam
penukar panas terdorong lebih cepat, sehingga pertukaran panas antara pemanas dan
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
35
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
cairan lebih singkat. Akibatnya suhu yang keluar dari penukar panas lebih dingin. Ini
ditandai dengan grafik penurunan suhu cairan panas. Setelah beberapa saat, campuran
yang lebih hangat masuk, sehingga beban pemanasan lebih ringan dan suhu keluar
naik dengan cepat.
Konstanta waktu adalah nilai terkecil antara t1 dan t2. Bila t1 lebih kecil dari
t2 maka konstanta waktu diambil t1, dan sebaliknya, diambil t2. Kasus pertama
adalah paling umum ditemui dalam industri proses. Bila t1 lebih besar dari t2 berarti
respon sangat cepat, kemudian melambat. Ini terjadi jika terdapat susunan paralel
beberapa waktu mati.
• deadtime, θ p = 0
BAB IV
Pengendali dua posisi, dahulu on-off , adalah jenis pengendali paling sederhana dan
murah. Keluaran pengendali hanya memiliki dua kemungkinana nilai, yaitu
maksimum (100%) atau minimum (0%).
Pengendali dua posisi mencatu energi atau massa ke dalam proses dengan bentuk
pulsa-pulsa, sehingga menimbulkan osilasi atau cycling pada variabel proses.
Amplitudo cycling bergantung pada tiga faktor, yaitu: konstanta waktu proses, waktu
mati, dan besar perubahan beban. Amplitudo osilasi menjadi kecil jika konstanta
waktu proses besar, waktu mati pendek, atau perubahan beban proses kecil.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
40
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Pada proses dengan konstanta waktu kecil, frekuensi osilasi menjadi besar. Keadaan
ini dapat mempercepat kerusakan peralatan kendali dan sistem proses. Untuk proses
demikian lebih baik memakai pengendali tiga posisi. Keluaran pengendali tiga posisi
memiliki tiga kemungkinan, yaitu: 0% - 50% - 100% (gambar 4.4).
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
41
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
1. Seberapa besar koreksi harus dilakukan? Besar koreksi atau perubahan nilai
sinyal kendali ditentukan oleh bagian proporsional.
2. Seberapa lama koreksi harus dilakukan? Lamanya koreksi ditentukan oleh
bagian integral.
3. Seberapa cepat koreksi harus dilakukan? Kecepatan koreksi ditentukan oleh
bagian derivatif.
dengan adalah waktu integral atau waktu reset yang memiliki satuan detik atau
menit tiap pengulangan.
Sebuah integrator adalah piranti ideal untuk mengatur nilai bias. Jika
pengaturan nilai bias dilakukan secara manual, disebut manual reset. Sebaliknya, jika
dilakukan secara otomatik dengan memakai integrator, disebut automatic reset atau
lebih populer dengan reset saja. Dengan demikian fungsi utama bagian integral
adalah menghilangkan offset.
Jika ingin mengembalikan variabel proses (level) ke setpoint, maka
manipulated variable (laju alir keluar) harus diperbesar melebihi kebutuhan. Setelah
mencapai setpoint aliran keluar dikembalikan hingga tercapai keseimbangan massa.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
44
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Penambahan laju alir keluar adalah untuk mengganti kehilangan volume dan
kemudian mengembalikan ke keseimbangan massa.
error ( ) sampai error hilang. Aksi integral pada pengendali PI secara kontinyu
menggeser letak proportional-band (PB) dalam usaha mengubah bias. Penggeseran
letak PB tidak mengubah besar PB. Mekanisme ini menyebabkan variabel proses
selalu sama dengan setpoint (SP) untuk segala perubahan dalam batas pengendalian.
Penambahan aksi integral menambah kelambatan dan ketidakstabilan sistem.
Pengaturan waktu integral ( ) tergantung pada waktu mati sistem proses. Waktu
integral tidak boleh lebih kecil dibanding waktu mati. Jika waktu integral lebih kecil
dari waktu mati, maka keluaran pengendali terlalu cepat berubah dibanding
tanggapan sistem proses. Hal ini mengakibatkan overshoot dan isolasi berlebihan.
Proses yang memiliki karakteristik cepat tidak perlu memakai derivatif untuk
lebih mempercepat respons. Sehingga laju alir dan tekanan gas tidak perlu memakai
derivatif. Sebaliknya, proses dengan respons lambat dan bebas noise, seperti pada
pengendalian suhu dan komposisi, perlu memakai derivatif. Demikian juga pada
proses tak stabil, seperti reaktor eksotermik, pengendalian suhunya lebih baik jika
ditambahkan derivatif untuk menstabilkan sistem. Tetapi, penambahan aksi derivatif
tidak sesuai utnuk proses yang memiliki waktu mati dominan (lebih dari setengah
konstanta waktu).
Pada setiap penerapan pengendalian pada sistem proses, dapat dibedakan dua macam
kriteria, yaitu kriteria tanggapan tunak dan kriteria tanggapan dinamik. Kriteria
tanggapan tunak biasanya dinyatakan dengan tidak adanya kesalahan atau galat
(error) pada saat keadaan tunak. Kriteria tanggapan dinamik didasarkan atas
tanggapan transien lingkar tertutup yang menghasilkan galat sekeci mungkin. Kriteria
ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu kriteria sederhana dan kriteria integral.
Kriteria sederhana didasarkan atas karakteristik tanggapan undak (step) lingkar
tertutup. Kriteria integrasi membutuhkan data tanggapan mulai dari t = 0 hingga
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
46
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
mencapai keadaan tunak. Kriteria yang paling sering digunakan adalah: ISE (integral
of square error), IAE (integral of absolute error), dan ITAE (integral of product of
time and the absolute error).
Jika ketelitian menjadi prioritas utama dapat digunakan urutan sebagai berikut.
Terdapat dua macam umpan balik yang mungkin dalam loop pengendalian proses,
yaitu positif positif atau negatif negatif. Umpan balik positif akan menyebabkan
proses tidak seimbang dan terjadi ketidakstabilan. Sebaliknya, laju pemanasan
berkurang jika suhu aliran proses di bawah setpoint. Loop dengan umpan balik positif
akan menyebabkan variabel proses berada pada satu posisi dari dua posisi ekstrim
yang mungkin. Umpan balik negatif bekerja untuk mencapai keseimbangan. Jika
suhu (variabel proses) terlalu tinggi, laju pemanasan (manipulated variable)
dikurangi. Aksi ini bersifat berlawanan dengan arah variabel proses.
Osilasi dalam loop tertutup terjadi bila sejumlah energi diumpan balikkan pada saat
yang tepat sedemikian hingga dapat mengatasi rugi-rugi sistem.
Periode osilasi bergantung pada karakterisitk proses dan pengendali yang dipakai atau
dengan kata lain tergantung pada kombinasi elemen dinamik di dalamnya. Pada
osilasi kontinyu, jika pergeseran fase hanya disebabkan oleh sistem proses maka
osilasi yang dihasilkan disebut osilasi alamiosilasi alami dan periode osilasinya
disebut periode alamiperiode alami. Dari ketergantungan ini, dapat diambil manfaat
berikut.
• Jika karakterisitk seluruh elemen diketahui, maka periode alami dapat dit entukan.
Disebabkan karena besar pergeseran fase oleh pengendali dapat diatur, dengan
mengatur nilai waktu integral dan waktu derivatif, maka dimungkinkan mengatur
besar periode osilasi
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
48
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
4.5.4. Kestabilan
Dalam kondisi normal, sistem pengendalian harus menghasilkan operasi yang stabil.
Artinya pengendali mampu mengembalikan penyimpangan variabel proses ke nilai
yang diinginkan dengan sesedikit mungkin overshoot dan osilasi
Metode kurva reaksi didasarkan atas tanggapan undak sistem proses. Asumsi yang
digunakan adalah, proses sebagai sistem orde satu disertai waktu mati. Langkah
metode kurva reaksi adalah sebagai berikut.
• Dilakukan sedikit perubahan mendadak pada sinyal kendali (sebaiknya kurang dari
10%), sehingga terjadi perubahan variabel proses (PV) yang dapat diamati.
• Tanggapan variabel proses direkam dan dari hasil yang diperoleh ditentukan nilai
waktu mati (θp), konstanta waktu sistem (tp), dan steady-state gain (Kp).
2) Aksi integral dan derivatif dimatikan, dengan membuat waktu integral maksimum,
waktu derivatif nol, dan proportional band (PB) maksimum.
4) Langkah nomor (3) diulang terus sampai muncul osilasi kontinyu pada variabel
proses (PV). Pada keadaan ini, proportional band sebagai proportional band kritik
(PB proportional gain sebagai proportional gain kritik (K), dan periode osilasi
sebagai periode osilasi kritik (Tu).
Metode coba-coba sangat efektif jika dikerjakan oleh operator yang berpengalaman.
Dengan bekal pengalaman bekerja dalam pengendalian proses, biasanya operator memiliki
intuisi tajam dan mampu melakukan penyetelan yang tepat. Meskipun demikian, metode ini
dapat dicoba oleh mereka yang belum berpengalaman dengan melaksanakan langkah
berikut.
(AUTO).
4) Sambil memberi gangguan perubahan 4) Langkah (2) dan (3) diulang, hingga
setpoint , PB diperkecil sepertiganya. diperoleh tanggapan transien sesuai yang
diinginkan.
Satu fungsi dasar yang sangat umum dan sering menjadi masalah dalam proses adalah
tinggi permukaan cairan (level) dalam tangki. Meskipun terdapat beberapa alasan
untuk mengendalikan tinggi permukaan, dalam kaitan dengan operasi dan dinamika
proses beberapa hal berikut menjadi dasar pertimbangan.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
53
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
1. Sejumlah volume cairan perlu dijaga tetap yang berfungsi sebagai penyangga
(buffer) atau penampung sementara untuk mencegah penghentian (shutdown)
proses kontinyu akibat kegagalan di bagian hulu atau hilir proses
2. Banyak fungsi unit proses berjalan baik jika volume cairan tetap. Proses-proses
ini biasanya memerlukan tinggi permukaan cairan secara ketat, hanya boleh
menyimpang beberapa persen dari setpoint
3. Pengendalian tinggi cairan dapat dipakai untuk memperhalus fluktuasi aliran
dalam sistem bertingkat, jika aliran keluar dari satu unit menjadi masukan unit
berikutnya. Sebagai contoh adalah umpan ke kolom distilasi. Agar operasi berjalan
baik, umpan tidak boleh berubah-ubah.
Contoh mengendalian level cairan dalam tangki:
Karakteristik lingkar pengendalian laju alir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain
sebagai berikut.
Wujud aliran yaitu apakah berupa fase cair, gas, cair dan uap, atau uap saja.
Cara pengukuran yaitu bagaimana laju alir diukur.
Cara memanipulasi laju yaitu bagaimana aliran dimanipulasikan melalui elemen
kendali akhir.
Hubungan antara elemen kendali akhir dan perpipaan.
Jenis pengendali
Terlepas dari hal-hal tersebut, secara ringkas, lingkar pengendalian laju alir memiliki
sifat:
relatif cepat;
tak linier; dan
biasanya banyak noise.
sebanding dengan akar laju alir. Jika sinyal dipakai sebagai variabel proses untuk
pengendali, maka hubungan akar laju alir menambah ketidalinieran lingkar
pengendalian. Katup kendali jenis persentase sama (equal-percentage) menghasilkan
perubahan besar pada gain proses sepanjang rentang bukaan katup. Pilihan yang lebih
baik adalah dengan memakai katup jenis bukaan cepat (quick-opening) jika tidak ada
perubahan tekanan jatuh melintas katup. Jenis linier dapat dipakai jika terjadi cukup
penurunan tekanan melintas katup saat kenaikan laju alir.
terjadi waktu tunda di antara dua perioda cuplik yang besarnya cukup berarti
dibanding dengan keterlambatan proses.
Pengendalian tekanan dibedakan untuk tekanan cair, uap dan gas. Untuk tekanan
aliran, dibedakan atas “regulator tekanan” ( pressure regulator ) dan “regulator
tekanan balik” (back pressure regulator ). Jika sensor tekanan terletak di bagian hilir
katup kendali, lingkar pengendalian disebut regulator tekanan. Sebaliknya, jika sensor
tekanan terletak di bagian hulu katup kendali, lingkar pengendalian disebut regulator
tekanan balik.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
58
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
BAB V
STRATEGI PENGENDALIAN LANJUT
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
60
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Keterangan:
TT-1 Transmiter suhu reaktor
TT-2 Transmiter suhu jaket
TC-1 Pengendali suhu reaktor
TC-2 Pengendali suhu jaket
sesuai dengan besar gangguan yang akan masuk tanpa perlu mengetahui nilai variabel
proses. Jadi tujuan utama pengendalian umpan maju adalah menganitisipasi atau
mengurangi pengaruh gangguan sebelum masuk ke dalam sistem proses.
Contoh:
Pengendalian suhu dalam alat penukar panas dengan memakai kukus sebagai medium
pemanas (gambar 5.1). Di sini terdapat gangguan yang disebabkan oleh perubahan
laju alir dan suhu fluida. Dengan mempertahankan laju alir dan suhu fluida, maka
diharapkan suhu fluida keluar tidak berubah
Gambar 5.5 Diagram instrumentasi pengendalian umpan balik dan umpan maju.
5.2.3 Algoritma Pengendali Umpan Maju
Pengendali umpan maju sering disebut sebagai kompensator atau
komponesasi umpan maju. Ini dapat berupa elemen statik saja atau elemen dinamik
lead-lag. Baik elemen static atau elemen dinamik, keduanya harus mampu
merepresantikan model sistem proses sebaik mungkin. Semakin jauh model sistem
dengan sistem sebenarnya, semakin buruk hasil pengendalian umpan maju. Pada
prinsipnya, elemen kompensasi harus dapat menyatakan model matematika yang
berupa hubungan antara variabel pengendali (manipulated variable) dan variabel
gangguan (disturbace variablei).
Variabel (c) dan (w) merupakan variabel relatif (dihitung terhadap kondisi nominal
steady-sate). Ini berarti pada kondisi itu c = 0 dan w = 0. Jika terdapat gangguan
maka (w) tidak sama dengan nol. Agar (c) tetap nol harus berlaku,
Gw + =G0t Gf Gv Gp (5.4)
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
64
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Sehingga diperoleh,
Persamaan (5.5) merupakan fungsi transfer pengendali umpan maju yang diperlukan.
dengan,
K = static gain
τ1 = Konstanta waktu-1
τ2 = Konstanta waktu-2
s = variabel Laplace
5.2.5 Penalaan Pengendali Umpan Maju ( Lead-Lag)
Penalaan unit lead-lag dimulai dengan penalaan kasar sebagau berikut.
a. Pengaturan gain (K) sesuai model proses sehingga tidak ada offset pada
perubahan gangguan.
b. Pengaturan nilai konstanta waktu lead (τ1) sebesar penjumlahan semua
konstanta waktu bagian pembilang.
c. Pengaturan nilai konstanta waktu lag (τ2) sebesar penjumlahan semua
konstanta waktu bagian penyebut.
Setelah diperoleh nilai-nilai tersebut di atas, selanjutnya dilakukan penalaan
halus ( fine tuning) sebagai berikut.
a. Konstanta waktu lead (τ1) diatur agar dihasilkan luas di atas dan di bawah
setpoint sama besar pada perubahan step gangguan.
b. Konstanta waktu lag (τ2) diatur agar dihasilkan osilasi sekecil mungkin
dengan selisih kedua konstanta waktu (τ1 - τ2) tetap.
Contoh:
1. Pengendalian suhu hotspot pada reaktor
2. Pengendalian tekanan steam header
3. Pengendalian level
Tujuan:
a) Mengendalian tinggi permukaan cairan dan laju alir keluaran.
b) Laju alir keluaran harus berada atas minimum untuk menghindari
pengendapan.
4. Pengendalian Level dan Laju pada Surge Tank
Tujuan:
a) Menjaga laju alir pad nilai yang diinginkan.
b) Laju alir harus di atas nilai minimum agar NPSH tidak terlalu kecil
sehingga terjadi kavitasi.
BAB 6
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN
b) Transformasi Integral
Fungsi transfer sistem linier tak berubah waktu adalah perbandingan antara
bentuk Laplace variabel keluaran dan bentuk Laplace variabel masukan, dengan
kondisi awal sama dengan nol. Meskipun fungsi transfer hanya dapat digunakan pada
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
69
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
sistem linier, tetapi lebih informatif dari pada bentuk persamaan diferensial. Bentuk
umum fungsi transfer adalah polinomial dalam variabel Laplace (s).
6.4.2 PENGENDALI
Sistem pengendalian umpan balik merupakan sistem lingkar tertutup. Diagram blok
sistem disajikan kembali tetapi seluruh variabel dan fungsi dituliskan dalam bentuk
Laplace.
Tanggapan sistem sangat penting dalam menentukan kinerja lingkar tertutup, sebab
sistem pengendalian bekerja atas dasar waktu. Kinerja sistem dinamik dalam ranah
(domain) waktu biasanya didasarkan atas tanggapan step (step response) atau
sinusoida.
6.4.5 KESTABILAN
Tujuan pengendalian adalah membawa variabel proses (c) dengan memakai sinyal
kendali (u) ke nilai yang dikehendaki. Jika dengan sinyal kendali terbatas dihasilkan
nilai variabel proses yang terbatas pula, sistem disebut stabil. Dengan kata lain sistem
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
71
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
akan stabil jika seluruh akar-akar persamaan karakteristik dari fungsi transfer bernilai
negatif.
Salah satu teknik untuk menentukan kestabilan sistem pengendalian adalah dengan
kriteria Routh-Hurwitz yang berdasar atas persamaan karakteristik fungsi transfer.
Teorema Routh
1. Sistem akan stabil jika seluruh elemen dalam kolom pertama berharga positif
dan bukan nol.
2. Jika dalam kolom pertama terdapat elemen yang berharga negatif, maka
terdapat harga kutub yang berharga positif dan perubahan tanda dalam kolom.
3. Jika terdapat sepasang akar yang berada pada sumbu imajiner, sedangkan
harga kutub yang lain negatif, maka seluruh elemen pada baris itu dan baris
sesudahnya menjadi hilang, dan sistem tak stabil.
6.4.5.KESTABILAN
Tujuan pengendalian adalah membawa variabel proses (c) dengan memakai sinyal
kendali (u) ke nilai yang dikehendaki. Jika dengan sinyal kendali terbatas dihasilkan
nilai variabel proses yang terbatas pula, sistem disebut stabil. Tanggapan variabel
proses akan terbatas, jika seluruh harga kutub (pole) dari persamaan karakteristik
berada di sebelah kiri sumbu imajiner dalam bidang-s. Dengan kata lain sistem akan
stabil jika seluruh akar-akar persamaan karakteristik dari fungsi transfer bernilai
negatif. Salah satu teknik untuk menentukan kestabilan sistem pengendalian adalah
dengan kriteria Routh-Hurwitz yang berdasar atas persamaan karakteristik fungsi
transfer,
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
73
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
Jika salah satu koefisien polinomial berharga negatif, maka sistem adalah stabil, dan
tidak
perlu melakukan tes Routh. Tetapi jika seluruh koefisien berharga positif, maka
sistem
dapat stabil atau tak stabil. Untuk kasus ini, maka dibuat tabel Routh sebagai berikut.
Teorema Routh
1. Sistem akan stabil jika seluruh elemen dalam kolom pertama berharga positif
dan bukan nol.
2. Jika dalam kolom pertama terdapat elemen yang berharga negatif, maka
terdapat harga kutub yang berharga positif dan perubahan tanda dalam kolom.
PENGENDALIAN PROSES PENGENDALIAN PROSES
74
Disusun oleh Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T.
3. Jika terdapat sepasang akar yang berada pada sumbu imajiner, sedangkan
harga kutub yang lain negatif, maka seluruh elemen pada baris itu dan baris
sesudahnya menjadi hilang, dan sistem tak stabil.