Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH PERPINDAHAN PANAS

Disusun Oleh:
Marchselius Jonathan (D1121171010)

Dosen Pengampu:
Riysan Octy Shalindry, S.Si., M.Eng.

Teknik Kimia
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat


Allah SWT, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada
hamba-Nya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa
rahmat serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah
kehidupan muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi
Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah ’’PROSES
PERPINDAHAN’’ sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan
ilmu kepada penulis.
Penulis memohon kepada dosen khususnya, umumnya para pembaca
barang kali menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini baik dari
segi bahasan maupun isinya harap maklum. Selain itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih
baiknya karya-karya tulis yang akan datang.

Pontianak, 1 Juli 2020

Marchselius Jonathan
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
1.2 TUJUAN ....................................................................................................... 2
1.3 MANFAAT ................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 PERPINDAHAN PANAS ............................................................................. 3
2.2 HUKUM DASAR PERPINDAHAN PANAS .............................................. 4
2.3 CARA-CARA PERPINDAHAN PANAS .................................................... 8
2.3.1 RADIASI ................................................................................................ 8
2.3.2 KONDUKSI............................................................................................ 9
2.3.3 KONVEKSI .......................................................................................... 13
2.4 ALAT PENUKAR KALOR ........................................................................ 15
2.4.1 JENIS-JENIS ALAT PENUKAR PANAS........................................... 16
2.4.2 ALAT PENUKAR (Heat Exchanger)................................................... 19
2.5 APLIKASI TRANSFER PANAS PADA BIDANG TEKNIK KIMIA ...... 38
2.5.1 Aplikasi Perpindahan Panas pada Thermos .......................................... 38
2.5.2 Aplikasi Perpindahan Panas Konveksi Dalam Medan Aliran Paksa
Menggunakan Algoritma Simple ................................................................... 38
2.5.3 Aplikasi dalam Computational Fluid Dynamics (CFD) ....................... 40
2.5.4 Aplikasi di bidang pangan .................................................................... 41
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 42
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 42
3.2 Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
kalor atau panas, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan
sewaktu proses berlangsung. Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu
bentuk energi. Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem
yang suhunya berbeda disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi.
Proses ini disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer).
Proses perpindahan panas adalah salah satu faktor yang sangat menentukan
operasional suatu pabrik kimia. Penyelesaian masalah-masalah perpindahan panas
secara kuantitatif didasarkan pada neraca energi dan perkiraan laju perpindahan
panas. Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2
bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang
lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi dan
radiasi. Pada peristiwa konduksi, panas akan berpindah tanpa diikuti aliran
medium perpindahan panas. Panas akan berpindah secara estafet dari satu partikel
ke partikel yang lainnya dalam medium tersebut. pada peristiwa konveksi,
perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika,
konveksi dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas. Pada peristiwa
radiasi, energi berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Dari titik pandang
teknik (engineering), analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir
biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan
sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas,
mesin pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas
yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada
kondisi-kondisi yang ditentukan.

1
1.2 TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah membahas jenis-jenis perpindahan
panas, alat perpindahan panas dan aplikasi perpindahan panas pada kehidupan
sehari-hari dan di bidang industri lainnya.

1.3 MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis perpindahan panas, alat-alat
perpindahan panas dan aplikasi perpindahan panas pada kehidupan sehari-hari dan
di bidang industri.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERPINDAHAN PANAS


Ilmu perpindahan panas diperlukan untuk menganalisa proses perpindahan
panas dari suatu benda ke benda lainnya. Pada dasarnya perpindahan panas terjadi
akibat adanya ketidakseimbangan termal (adanya perbedaan temperatur). Proses
perpindahan panas merupakan proses berpindahnya kalor atau panas dari bahan
yang mempunyai suhu tinggi ke bahan yang mempunyai suhu rendah.
Perpindahan panas merupakan suatu fenomena perpindahan energi.
Peningkatan panas akan menyebabkan molekul-molekul bergerak lebih
cepat, sehingga dengan diserapnya panas energi kinetik molekul akan meningkat.
Bila molekul dengan kecepatan tinggi bertumbukan dengan molekul yang
bergerak dengan kecepatan lebih rendah, maka panas akan dipindahkan,
sehingga molekul yang cepat kehilangan energy, sedangkan molekul
lambat memperoleh tambahan energi (Wirakartakusumah, 1992). Pemindahan
panas merupakan suatu fenomena pemindahan energi. Peningkatan panas akan
menyebabkan molekul-molekul bergerak lebih cepat, sehingga dengan
diserapnya panas energy kinetika molekul akan meningkat. Bila molekul
dengan kecepatan tinggi bertumbukan dengan molekul yang bergerak
dengan kecepatan lebih rendah, maka panas akan dipindahkan, sehingga molekul
yang cepat kehilangan energi, sedangkan molekul yang lambat memperoleh
tambahan energi. Perubahan energi panas dari bahan diketahui dari perubahan
suhunya. Skala suhu umum yang digunakan adalah derajat celcius dan Fahrenheit
serta skala-skala absolut derajat Kelvin dan Rankine (Wirakartakusumah, 1992).
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran ka1or, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan
yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus
berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan ja1an
pemasukan atau pengeluaran ka1or. Kondisi kedua yaitu mempertahankan

3
keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan
eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat
juga merupakan pengerjaan secara a1ami. Dengan demikian. pada pengembunan
dan penghabluran (krista1isasi) ka1or harus dikeluarkan. Pada penguapan dan
pada umumnya juga pada pelarutan, ka1or harus dimasukkan. Ada1ah hukum
a1am bahwa ka1or itu suatu bentuk energi. Ka1or mengalir dengan sendirinya
dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk a1iran
ini ada1ah perbedaan suhu. Bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus
dimi1iki sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian pula ha1nya jika ingin
mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin. Hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah yaitu seperti hukum
asas yang lain, contohnya hukum kekekalan masa dan momentum, ini artinya
kalor tidak hilang. Energi hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke
bentuk yang ke dua. Bila diperhatikan misalnya jumlah energi kalor api unggun
kayu yang ditumpukkan, semua ini .menyimpan sejum1ah energi dalam yang
ditandai dengan kuantitas yang lazim disebut muatan kalor bahan. Apabila api
dinyalakan, energi terma yang tersimpan di dalam bahan tadi akan bertukar
menjadi energi kalor yang dapat kita rasakan. Energi kalor ini mengalir jika
terdapat suatu perbedaan suhu. Bila diperhatikan sebatang logam yang dicelupkan
ke dalam suatu tangki yang berisi air kalor. Karena suhu awal logam ialah T1 dan
suhu air ialah T2, dengan T2 >> T1, maka logam dikatakan lebih dingin daripada
air. Ha1 yang penting dalam sistem yang terdiri dari air dan logam ialah adanya
suatu perbedaan suhu yang nyata yaitu (T2- T1). Proses perpindahan panas terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu radiasi, konduksi dan konveksi.

2.2 HUKUM DASAR PERPINDAHAN PANAS


A. Konduksi
Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi diusulkan
oleh ilmuan perancis , J.B.J. Fourier, tahun 1882. Hubungan ini
menyatakan bahwa q laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu
bahan, sama dengan hasil kali dari tiga buah besaran berikut :
1. k, konduktivitas termal bahan

4
2. A, luas penampang dimana panas mengalir dengan cara konduksi yang
harus diukur tegak lurus terhadap arah aliran panas
3. dT/dx, gradien suhu terhadap penampang tersebut, yaitu perubahan
suhu T terhadap jarak dalam arah aliran panas x.
Untuk menulis persamaan konduksi panas dalam bentuk matematik, kita
harus mengadakan perjanjian tentang tanda. Kita tetapkan bahwa arah
naiknya jarak x adalah arah aliran panas positif. Persamaan dasar untuk
konduksi satu dimensi dalam keadaan tunak ( stedi ) ditulis :

Untuk konsistensi dimensi dalam persamaan diatas, laju aliran panas qk


dinyatakan dalam (Btu/h), luas A dalam ft dan gradien suhu dT/dx dalam
F/ft. Konduktivitas termal k adalah sifat bahan dan menunjukkan jumlah
panas yang mengalir melintasi satuan luas jika gradien suhunya satu. Jadi
bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi dinamakan
konduktor (conductor), sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya
rendah disebut isolator (insulator).
Tabel 2.1 Orde Besaran Konduktivitas Termal k
Bahan Btu/h ft F W/mK
Gas pada tekanan atmosferik 0,004-0,10 0,00069-0,17
Bahan bisolasi 0,02-0,12 0,034-0,21
Cairan bukan logam 0,05-0,40 0,086-0,69
Zat padat bukan logam (batu, bata, semen) 0,02-1,5 0,034-2,6
Logam cair 5,0-45 8,6-76
Paduan 8,0-70 14-120
Logam murni 30-240 52-410

B. Radiasi
Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas
radiasi tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut.
Radiator sempurna atau benda hitam (black body) memancarkan energi
radiasi dari permukaannya dengan laju qr yang diberikan oleh
5
Btu/h, jika A luas permukaan dalam ft persegi, T1 suhu permukaan dalam
derajat rankine (R) dan konstanta dimensional dengan nilai 0,1714 x 10-8
Btu/h ft2 R4 dalam satuan SI laju aliran panas qr mempunyai satuan watt,
jika luas permukaan A dalam m2, suhu mutlak dalam derajat Kelvin, dan
(σ)5,67 x 10-8 watt/m2 k4. Besaran σ dinamakan konstanta Stefan–
Boltzmann. Jika benda hitam tersebut beradiasi ke sebuah penutup yang
sepenuhnya mengurungnya dan yang permukaanya juga hitam, yaitu
menyerap semua energi radiasi yang datang padanya , maka laju bersih
perpindahan panas radiasi diberikan oleh.

Dimana T2 adalah suhu permukaan penutup dalam derajat Fahrenheit


mutlak.
Jika pada suhu yang sama dengan benda hitam benda nyata
memancarkan sebagian yang konstan dari pancaran benda hitam pada
setiap panjang gelombang, maka benda itu disebut benda kelabu ( gray
body ). Laju bersih perpindahan panas dari benda kelabu dengan suhu T ke
benda hitam dengan suhu T2 yang mengelilinginya adalah

Dimana ε adalah emitansi (emittance) permukaan kelabu dan sama dengan


perbandingan pancaran (emission) dari permukaan kelabu terhadap
pancaran dari radiator sempurna pada suhu yang sama. Jika kedua benda
tersebut bukan radiator sempurna dan jika kedua benda itu mempunyai
hubungan geometrik tertentu satu sama lain, maka perpindahan panas
bersih diantara kedua benda tersebut diberikan oleh

C. Konveksi
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan
suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan :

Dimana qc = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h;


A = luas perpindahan panas, ft2
6
ΔT = beda antara permukaan suhu Ts dan suhu fluida T∞
dilokasi yang ditentukan (biasanya jauh dari
permukaan), F;
h = Konduktansi termal satuan konveksi rata – rata (sering
disebut koefisien permukaan perpindahan panas atau
koefisien perpindahan panas konveksi), Btu/h ft2 F
Tabel 2.2 Orde besaran koefisien perpindahan panas konversi
Bahan Btu/ft2F W/m2K
Udara, konveksi bebas 1-5 6-30
Uap panas, konveksi paksa 5-50 30-300
Minyak, konveksi paksa 10-300 60-1800
Air, konveksi paksa 50-2000 300-6000
Air, mendidih 500-10000 3000-60000
Uap, mengembun 1000-20000 6000-120000
D. Azas Black
Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan
oleh Joseph Black. Bunyi Azas Black adalah sebagai berikut :

“Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang
suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang
suhunya lebih rendah.”
Dirumuskan :

Azas ini menjabarkan :


 Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan,
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin
sehingga suhu akhirnya sama.
 Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor
yang dilepas benda panas.
 Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan
kalor yang diserap bila dipanaskan.

7
2.3 CARA-CARA PERPINDAHAN PANAS

2.3.1 RADIASI
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan tenaga oleh
penjalaran (rambatan) foton yang tak terorganisir. Setiap benda yang terus
memancarkan foton-foton secara serampangan di dalam arah dan waktu, dan
tenaga netto yang dipindahkan oleh foton-foton ini diperhitungkan sebagai
kalor. Bila foton-foton ini berada di dalam jangkauan panjang gelombang
0,38 sampai 0,76 μm, maka foton-foton tersebut mempengaruhi mata kita
sebagai sinar cahaya yang tampak (dapat dilihat). Bertentangan dengan itu,
maka setiap tenaga foton yang terorganisir, seperti transmissi radio, dapat
diidentifikasikan secara mikroskopik dan tak dipandang sebagai kalor.
(Reynold dan Perkins,1983). Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini
baru terbukti setelah suhumeningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan
kalor radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang
elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan
bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu
akan menyinari sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan
tadi makasemakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi
adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam
suatu bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal
yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energikalor menimpa suatu permukaan,
sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan
sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari
perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan.
Perpindahan panas radiasi dapat dikatakan sebagai proses perpindahan
panas dari satu media ke media lain akibat perbedaan temperatur tanpa
memerlukan media perantara. Peristiwa radiasi akan lebih efektif terjadi pada
ruang hampa, berbeda dari perpindahan panas konveksi dan konduksi yang
mengharuskan adanya media perpindahan panas. Bahan yang dianggap
mempunyai ciri yang sempurna adalah barang berwarna hitam. Disamping
itu, sama seperti cahaya lampu, ada kalanya tidak semua sinar mengenai

8
permukaan yang dituju. Jadi dalam masalah ini kita mengenal satu faktor
pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah kalor yang
diterima dari satusumber akan berbanding langsung sebagiannya terhadap
faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat terma permukaan bahan juga penting.
Berbeda dengan proses konveksi, medan aliran fluida disekeliling permukaan
tidak penting, yang penting ialah sifat termal saja. Dengan demikian, untuk
memahami proses radiasi dari satupermukaan kita perlu memahami juga
keadaan fisik permukaan bahan yang terlibat dengan proses radiasi yang
berlaku.
Rumus untuk menentukan perpindahan panas secara radiasi menerapkan
hukum Stefan, yaitu:

Keterangan:
e = emisivitas
σ = Konstanta Stefan-Boltzeman (5,67x10-8 W/m2K4)
T = Suhu (oK)
Persamaan ini disebut hukum Stefan-Boltzeman tentang radiasi termal dan
berlaku hanya untuk radiasi benda hitam saja. Benda hitam adalah benda
yang memancakan energi secara sempurna menurut hukum T4.

Gambar 2.1 Proses perpindahan panas secara radiasi

2.3.2 KONDUKSI
Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas yang
terjadi secara merambat dari satu molekul ke molekul lainnya, tanpa
berpindahnya molekul-molekul benda. Perpindahan panas cara ini terjadi
pada benda padat. Jika salah satu ujung sebuah batang logam diletakkan di
9
dalam nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, bagian batang
yang dipegang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun tidak
kontak langsung dengan nyala api. Dalam hal ini dikatakan bahwa panas
sampai di ujung batang yang lebih dingin secara konduksi sepanjang atau
melalui bahan batang itu. Konduksi panas hanya dapat terjadi dalam suatu
benda apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada suhu yang tidak sama,
dan arah alirannya selalu dari titik yang suhunya lebih tinggi ke titik yang
suhunya lebih rendah (Fellows, 1990). Konsep yang ada pada konduksi
merupakan suatu aktivitas atomik dan molekuler. Sehingga peristiwa yang
terjadi pada konduksi adalah perpindahan energy dari partikel yang lebih
energetik (molekul yang lebih berenergi atau bertemperatur tinggi) menuju
partikel yang kurang energetik (molekul yang kurang berenergi atau
bertemperatur lebih rendah), akibat adanya interaksi antara partikel-partikel
tersebut.
Persamaan laju konduksi dikenal dengan Hukum Fourier (Fourier Law of
Heat Conduction) tentang konduksi, persamaan matematisnya ditulis sebagai
berikut (Kreith, 1997):

Keterangan:
qkond = Laju perpindahan panas konduksi (W)
k = Konduktivitas thermal bahan (W/mK)
A = Luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m2)

Gradien temperatur pada penampang (K/m)

Tanda (-) diselipkan agar memenuhi hukum Thermodinamika II, yang


menyebutkan bahwa, panas dari media bertemperatur lebih tinggi akan
bergerak menuju media yang bertemperatur lebih rendah.
Persamaan diatas merupakan persamaan dasar tentang konduktivitas
termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran
dalam percobaan untuk menentukan konduktivitas termal berbagai bahan.
Untuk gas-gas pada suhu agak rendah, pengolahan analitis teori kinetik gas
dapat dipergunakan untuk meramalkan secara teliti nilai-nilai yang diamati
10
dalam percobaan. (Bejan dan Kraus, 1948). Mekanisme konduksi termal pada
gas cukup sederhana. Energi kinetic molekul dutunjukkan oleh suhunya, jadi
pada bagian bersuhu tinggi molekul-molekul mempunyai kecepatan yang
lebih tinggi daripada yang berada pada bagian bersuhu rendah. Molekul-
molekul itu selalu berada dalam gerakan rambang atau acak, saling
bertumbukkan satu sama lain, di mana terjadi pertukaran energi dan
momentum. Jika suatu molekul bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah
bersuhu rendah, maka molekul itu mengangkut energy kinetik ke bagian
sistem yang suhunya lebih rendah, dan di sini menyerahkan energinya pada
waktu bertumbukkan dengan molekul yang energinya lebih rendah. Jika
aliran kalor dinyatakan dalam watt, satuan untuk konduktivitas termal itu
ialah watt per meter per derajat Celsius. Nilai konduktivitas termal itu
menunjukkan berapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu.
Energi termal dihantarkan dalam zat padat menurut salah satu dari dua
modus berikut : melalui getaran kisi ( lattice vibration) atau dengan angkutan
melalui elektron bebas. Dalam konduktor listrik yang baik, dimana terdapat
electron bebas yang bergerak di dalam struktur kisi bahan-bahan, maka
elektron, disamping dapat mengangkut muatan listrik, dapat pula membawa
energi termal dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah,
sebagaimana halnya dalam gas. Energi dapat pula berpindah sebagai energi
getaran dalam struktur kisi bahan. Namun, pada umumnya perpindahan
energi melalui getaran ini tidaklah sebanyak dengan cara angkutan elektron.
Karena itu penghantar listrik yang baik selalu merupakan penghantar kalor
yang baik pula, seperti halnya tembaga, aluminium dan perak. Sebaliknya
isolator listrik yang baik merupakan isolator kalor. (Holman,1983). Nilai
kondukitivitas thermal suatu bahan menunjukkan laju perpindahan panas
yang mengalir dalam suatu bahan. Konduktivitas thermal kebanyakan bahan
merupakan fungsi suhu, dan bertambah sedikit kalau suhu naik, akan tetapi
variasinya kecil dan sering kali diabaikan. Jika nilai konduktivitas thermal
suatu bahan makin besar, maka makin besar juga panas yang mengalir
melalui benda tersebut. Karena itu, bahan yang harga k-nya besar adalah

11
penghantar panas yang baik, sedangkan bila k-nya kecil bahan itu kurang
menghantar atau merupakan isolator.
Tabel 2.3 Nilai Konduktivitas Bahan
Bahan Logam k(W/m.C)
Perak 410
Tembaga 385
Aluminium 202
Nikel 93
Besi 71
Baja karbon 43
Timbal 35
Baja krom nikel 16,3
Emas 314
Bahan Non Logam
Kuarsa 41,6
Magnesit 4,15
Marmer 2,08-2,94
Batu pasir 1,83
Kaca dan jendela 0,78
Kayu 0,08
Serbuk gergaji 0,059
Wol kaca 0,038
Karet 0,2
Polystyrene 0,157
Polyethylene 0,33
Polipropilene 0,16
Polivinil klorida 0,09
Kertas 0,166
Zat Cair
Air raksa 8,21
Air 0,556

12
Amonia 0,540
Minyak lumas 0,147
Freon 12 0,073
Gas
Hidrogen 0,175
Helium 0,141
Udara 0,024
Uap air 0,0206
Karbondioksida 0,0146

Gambar 2.2 Proses perpindahan panas secara konduksi

2.3.3 KONVEKSI
Perpindahan panas konveksi adalah proses perpindahan panas dari daerah
yang mempunyai suhu tinggi ke daerah yang mempunyai suhu rendah disertai
berpindahnya molekul-molekul bahan yang bergerak karena adanya
dorongan. Kecepatan gerakan atau aliran memegang peranan penting, dan
cara ini terjadi pada fluida cair maupun gas. Perpindahan panas dari satu
tempat ke tempat lain akibat perpindahan bahannya sendiri. Tungku udara
panas dan sistem pemanasan dengan air panas adalah dua contohnya. Jika
bahan yang dipanaskan dipaksa bergerak denga alat peniup atau pompa,
prosesnya disebut konveksi yang dipaksa, kalau bahan itu mengalir akibat
perbedaan rapat massa, prosesnya disebut konveksi alamiah atau konveksi

13
bebas (Fellows, 1990). Suatu fluida memiliki temperatur (T) yang bergerak
dengan kecepatan (V), diatas permukaan benda padat (Gambar 2.3).
Temperatur media padat lebih tinggi dari temperatur fluida, maka akan terjadi
perpindahan panas secara konveksi dari benda padat ke fluida yang mengalir.

Gambar 2.3 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat


ke fluida yang mengalir
Laju perpindahan panas konveksi mengacu pada Hukum Newton tentang
pendinginan (Newton’s Law of Cooling), dimana:

Keterangan:
Qkonv = Laju perpindahan panas konveksi
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
As = Luas permukaan perpindahan panas (m2)
Ts = temperatur permukaan (K)
T∞ = temperatur fluida (K)

Gambar 2.4 Proses perpindahan panas secara konveksi

Menurut perpindahan panas konveksi, aliran fluida dapat diklasifikasikan


menjadi:

14
a) Konveksi paksa (forced convection). Terjadi bila aliran fluida
disebabkan oleh gaya luar. Seperti: blower, pompa, dan kipas angin.
b) Konveksi alamiah (natural convection). Terjadi bila aliran fluida
disebabkan oleh efek gaya apungnya (bouyancy forced effect). Pada
fluida, temperatur berbanding terbalik dengan massa jenis (density).
Dimana, semakin tinggi temperatur suatu fluida maka massa
jenisnya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.

2.4 ALAT PENUKAR KALOR


Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa
dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air
biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa
mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding
yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact).
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik
kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah
satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana
cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
1) Parallel flow/co-current /flow (aliran searah)
2) Cross flow (aliran silang)
3) Cross counter flow (aliran silang berlawanan)
4) Counter current flow (aliran berlawanan arah)
Apabila kita berhubungan dengan dua macam zat cair atau gas di da1am
proses yang akan saling bertukar ka1ornya, maka kita perlu membincangkan
tentang atat penukar ka1or yang bersesuaian dengan material yang akan kita
pindahkan. Pada industri-industri kimia, a1at penukar ka1or biasanya digunakan
untuk pemanasan dan pendinginan proses serta a1iran produk. Ana1isa dan desain
yang dilakukan digunakan untuk mengaplikasikan secara praktis prinsip-prinsip

15
dasar yang sudah dibahas sebelumnya. Lazimnya a1at penukar ka1or adalah
sistim yang digunakan penukaran ka1or diantara dua fluida yang dibatasi oleh
dinding pemisah. Pada kebanyakan sistem kedua fluida ini tidak mengalami
kontak langsung. Kontak langsung a1at penukar ka1or terjadi sebagai contoh pada
gas kalor yang terfluidisasi da1am cairan dingin untuk meningkatkan temperatur
cairan atau mendinginkan gas. Sa1ah satu a1at penukar ka1or yang sederhana
terdiri dari pipa panjang di da1am suatu pipa kedua. Kalor akan bertukar diantara
fluida di da1am dan di luar pipa yaitu yang berada pada daerah anulus. Kemudian
di estimasi koefisien perpindahan kalor diantara kedua a1iran.
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
a. Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang
terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran
steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat
bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding
pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

2.4.1 JENIS-JENIS ALAT PENUKAR PANAS


Alat penukar kalor berdasarkan fungsinya dapat digolongkan menjadi beberapa
alat, yaitu:
C. Chiller,
Chiller adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk
mendinginkan fluida sampai pada temperature yang rendah.
Temperature fluida hasil pendinginan didalam chiller yang lebih rendah
bila dibandingkan dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan
pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan
amoniak atau Freon.

16
D. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang digunakan untuk
mendinginkan uap atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi
cairan. Media pendingin yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau
campuran uap akan melepaskan panas atent kepada pendingin,
misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan
condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan dimasukkan
kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.

E. Cooler
Cooler adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk mendinginkan
cairan atau gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin.
Disini tidak terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi
dewasa ini maka pendingin coler mempergunakan media pendingin
berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
F. Evaporator
Evoporator adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk penguapan
cairan menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi
(penguapan) suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan
alat ini adalah panas latent dan zat yang digunakan adalah air atau
refrigerant cair.
G. Reboiler
Reboiler adalah alat penukar kalor yang berfungsi mendidihkan
kembali (reboil) serta menguapkan sebagian cairan yang diproses.
Adapun media pemanas yang sering digunakan adalah uap atau zat
panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada
penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan sebuah reboiler
dengan mempergunakan minyak (6650F) sebagai media penguap,
minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

17
Gambar. 2.5 Thermosiphon Reboiler

H. Heat Exchanger
Heat exchanger adalah alat penukar kalor yang bertujuan untuk
memanfaatkan panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi
dua fungsi sekaligus, yaitu:
a. Memanaskan fluida
b. Mendinginkan fluida yang panas
Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger,
dimana fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari
tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang semuanya berada
didalam shell.

Gambar 2.6 Konstruksi Heat Exchanger

18
2.4.2 ALAT PENUKAR (Heat Exchanger)
A. Penukar Kalor Pipa Ganda (Double Pipe)
Heat exchanger pipa ganda adalah a1at perpindahan ka1or yang terdiri
dari dua pipa konsentris (pipa kecil sebagai sentra1, yang dibungkus oleh pipa
yang lebih besar). Dimana satu fluida menga1ir lewat pipa da1am sedangkan
fluida yang lain menga1ir lewat anutus, antara dinding pipa da1am dan
dinding pipa luar. Alat pemanas ini dapat dibuat dari pipa yang panjang dan
dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe heat
exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju
aliran yang kecil (Geankoplis, 1983). Alat ini digunakan da1am industri
ska1a kecil. dan umumnya digunakan da1am ska1a laboratorium. Pipa ganda
terdiri dari beberapa bagian:
 Grand (sambungan)
 Return head
 Return bend
 Tee
Ukuran standar yang biasa terdapat pada heat exchanger pipa ganda:
Diameter luar, out Diameter dalam, in
2 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam
jenis penukar panas dapat digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran,
baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruangan
nular dan cairan lainnya dalam pipa. Alat penukar panas pipa rangkap terdiri
dari dua pipa logam standart yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau
dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam
pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar
dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju
alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk

19
kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan
buluh (shell and tube heat exchanger). Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa
pipa mempunyai shell sendiri- sendiri. Untuk menghindari tempat yang
terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi U. pada keperluan
khusus, untuk meningkatkan kemampuan memindahkan panas, bagian diluar
pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar dan
sebagainya.
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak
langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara
kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki
suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan
fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar
(pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi
pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada
dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida
yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor penting
adalah jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas pipa
ganda biasanya akan baik berlawanan arah / counterflow atau aliran paralel.
Crossflow hanya tidak bekerja untuk penukar panas pipa ganda. Pola yang
aliran dan tugas panas yang dibutuhkan pertukaran memungkinkan
perhitungan log mean perbedaan suhu. Yang bersama-sama dengan
perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien memungkinkan
perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan. Kemudian
ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat ditentukan.
A Cold fluit in

B A’

Hot fluit out

Cold fluit out B’

20
Gambar 2.7 Aliran double pipe heat exchanger

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft
Panjang efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana
terjadi perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati
the exchanger section. (Kern, 1983). Susunan dari concentric tube ditunjukan
pada gambar di bawah ini. Aliran dalam type heat exchanger dapat bersifat
cocurrent atau counter current dimana aliran fluida panas ada pada inner pipe dan
fluida dingin pada annulus pipe.

T2 T1 T1 T2

t1 t2 t2
t1

T T

T1
T1

T2 T2
t2

t1
L L
(a) (b)

T
T

T1

t2
T2
t1

L L
(c) (d)

Gambar 2.8 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner
tubes) maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa
cabang. Sedangkan pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan
fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada
gambar 2.9 dan gambar 2.10.

21
Gambar 2.9 Double-pipe heat exchangers in series

Gambar 2.10 Double-pipe heat exchangers in series–parallel

Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari cairan
dengan temperature yang lebih tinggi ke cairan yang memiliki temperatur
lebih rendah. Dalam percobaan kali ini, aliran panas (steam) dialirkan pada
bagian dalam pipa konsentris sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari
pipa konsentris ini (bagian anulus).
Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada
pengotor didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya menjadi
terganggu. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir,
juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat
pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini
dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran
tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir
juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien perpindahan panas
menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat
pengotoran antara lain : Temperatur fluida, Temperatur dinding tube dan
Kecepatan aliran fluida.

22
Gambar 2.11 Heat exchanger jenis double pipe

B. Penukar Kalor Pipa Tabung (Shell and Tube)


Pada Gambar 2.8 terlihat suatu sketsa secara bagan dari jenis penukar
ka1or ini. Seluruh alat terdiri dari seberkas pipa yang dipasang diantara plat
pipa. Kadang-kadang medium yang akan didinginkan dibawa mela1ui pipa
dan medium yang akan dipanaskan dibawa seke1i1ing pipa. Adakalanya hal
yang sebaliknya berlaku. Pilihan ini bergantung kepada berbagai keadaan
yaitu sifat ada media (cair atau gas), viskositas, terdapatnya kotoran padatan,
dan sebagainya. Dinding ba1ik vertikal di sekitar pipa, memaksa medium
yang mengalir di sekeliling pipa, untuk berubah arah beberapa ka1i. Dengan
demikian dapat dicegah sudut mati dalam aparat, akan tetapi dengan demikian
dapat pula memperbesar kecepatan aliran, yang dapat lebih memperlancar
lagi pertukaran kalor. Untuk menyangga beda muai antara pipa dan mantel,
terdapat berbagai macam sistem. Gambar 2.8 memperlihatkan beberapa
penyelesaian yang mungkin di1akukan. Kesemuanya dibedakan berdasarkan
jalur pemasukan dan pengeluaran bahan yang akan dipanaskan atau

23
didinginkan. Untuk luas per1ukan perpindahan kalor antara 100-200 ft2
digunakan penukar kalor jenis pipa ganda.
Sedangkan untuk luas lebih besar dari 200 ft2 pemakaian pipa ganda
akan memerlukan tempat yang luas, dan karena banyaknya sambungan, titik
tempat terjadinya kebocoran semakin banyak. Industri ska1a besar
memerlukan alat perpindahan kalor dengan luas perpindahan kalor yang
besar. Untuk itu lebih sesuai digunakan penukar kalor pipa tabung.
Keuntungan dari tipe ini:
 Konfigurasi alat ini memberikan luas permukaan yang besar dalam
volume yang kecil.
 Mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan.
 Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah baik.
 Dapat dikonstruksi dari sejumlah besar material.
 Mudah dibersihkan.
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam
industry perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder
besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan
diameter yang relative kecil. Alat penukar panas cangkang dan buluh
terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan
ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu
mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar
pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa
tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar
panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence
time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi
dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang
dipertukarkan panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat
merancang tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:

24
a. Diameter pipa: Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat
penukar panas baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin
untuk heat exchanger untuk mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran
kecil membuat mekanik membersihkan fouling yang sulit. Untuk
menang atas masalah fouling dan pembersihan, diameter tabung yang
lebih besar dapat digunakan. Jadi untuk menentukan diameter tabung,
ruang yang tersedia, biaya dan sifat fouling dari cairan harus
dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk
memastikan:
• Ada ruang yang cukup untuk korosi

• Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan

• Axial kekuatan

• Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya

Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan


maksimum di dinding.
c. Panjang tabung: penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka
memiliki diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang.
Dengan demikian, biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas
selama mungkin. Namun, ada banyak keterbatasan untuk ini, termasuk
ruang yang tersedia di situs mana akan digunakan dan kebutuhan untuk
memastikan bahwa ada tabung tersedia dalam panjang yang dua kali
panjang yang dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan diganti).
Juga, itu harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk
mengambil dan mengganti.
d. Tabung pitch: ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk
memastikan bahwa tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung
sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali diameter luar tabung.

Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set
dari tabung berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan

25
kedua berjalan lebih dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan
sehingga dapat menyediakan panas atau menyerap panas yang dibutuhkan.
Satu set tabung disebut berkas tabung dan dapat terdiri dari beberapa jenis
tabung: polos, bersirip longitudinal dll Shell dan penukar panas tabung
biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar
dari 30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 ° C. Hal ini karena shell dan penukar
panas tabung yang kuat karena bentuknya.

Pemilihan Material Tabung


Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung harus
mempunyai thermal conductivity. Karena panas ditransfer dari suatu sisi yang
panas menuju sisi yang dingin melalui tabung, terdapat perbedaan temperature
sepanjang lebar tabung. Karena ada kecenderungan material tabung untuk
mengembang berbeda-beda secara thermal pada berbagai temperature thermal
stresses muncul selama operasi. Hal ini sesuai terhadap tegangan dari tekanan
tinggi dari fluida itu sendiri. Material tabung juga harus sesuai dengan kedua
hal yaitu sisi shell dan sisi tube yang dialiri untuk periode lama dibawah
kondisi-kondisi operasi (temperature, tekanan, pH, dan lain-lain) untuk
memperkecil hal yang buruk seperti korosi. Semua yang dibituhkan yaitu
melakukan pemilihan seksama atas bahan yang kuat, thermalconductive,
corrosion resistant, material tabung bermutu tinggi, yang secara khas berbahan
metal. Pilihan material tabung yang buruk bisa mengakibatkan suatu
kebocoran melalui suatu tabung antara sisi shell dan tube yang menyebabkan
fluida yang lewat terkontaminasi dan kemungkinan hilangnya tekanan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida
dalam shell side dan Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :
a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka
pembersihan sisi shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih
biasanya dialirkan di sebelah shell dan fluida yang kotor melalui Tube.
b. Korosi

26
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan
dari paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida
dialirkan melalui Tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena
kerusakan shell. Jika terjadi kebocoran pada Tube, heat exchanger masih
dapat difungsikan kembali. Hal ini disebabkan karena Tube mempunyai
ketahanan terhadap korosif, relatif murah dan kekuatan dari small diameter
Tube melebihi shell.
c. Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan
diperlukan dinding yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal.
Untuk mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan tinggi lebih baik dialirkan
melalui Tube.
d. Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih
tinggi pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah
permukaan luar Tube atau ke arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya
oleh fluida yang mengalir di shell. Jika fluida dengan temperatur lebih tinggi
dialirkan padashell side, maka transfer panas tidak hanya dilakukan ke arah
Tube, tapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah luar shell (ke
lingkungan).
e. Sediment/ Suspended Solid / Fouling
Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang
menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube
dengan mudah dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment
dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada
stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi
tidak mungkin dilakukan tanpa mencabut Tube bundle Viskositas.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat
Exchanger) terutama Heat exchanger tipe shell & tube:
1. Penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar
panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan
panas.
27
2. Pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat
hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. Dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,
efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat
dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell.
Jarak baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan
kurang menyimpang dari aliran melintang.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas Heat exchanger tipe shell and tube:
1. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan
efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan
koefisien perpindahan panas.
2. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell,
efektifitas meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian
berkurang.
3. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung
konsentris, efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin
meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara
meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell.
Jarak baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan
kurang menyimpang dari aliran melintang.
Keuntungan dari shell and tube (Sitompul,1993):

1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang


besar dengan bentuk atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk
operasi bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).

28
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih
jenis material yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan
operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti
(diketahui oleh para operator yang berlatar belakang pendidikan
rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan
satu kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar
jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin
sulit perawatannya (Kern, 1983).

29
Gambar 2.12 Heat exchanger shell and tube

C. Penukar Kalor Plate dan Frame


Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang
terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain,
yang dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat
ini dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat
ditentukan oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang
berbentuk empat persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara

30
lubang-lubang ini media yang satu disalurkan masuk dan keluar pada satu
sisi, sedangkan media yang lain karena adanya sekat mengalir melalui ruang
antara disebelahnya. Dalam hal itu hubungan ruang yang satu dan yang
lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang dibentuk sesuai kebutuhan dan
umumnya terbuat dari baja (stainless steel type 304, 316, 317) atau logam
lainnya. Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat
tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus
dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat
disatukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 (
kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari
lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan
fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya
karena ada sekat.
Alat penukar ka1or ini terdiri dari beberapa pelat yang tersusun di da1am
bingkai yang besar. Zat yang satu menga1ir mela1ui rusuk-rusuk diantara
kedua pelat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.9 Biasanya a1at ini
digunakan terutama pada industri makanan dan minuman karena alat ini mudah
dibersihkan dan diperiksa kembali.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang
kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi
dengan adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang
lainnya. Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian
mengalirkan produk dan medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak
akan dialiri oleh komponen lain. Cairan panas yang melintasi bagian bawah
head dialirkan ke atas melintas diantara setiap plae genap sementara cairan
dingin pada bagian puncak head dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah
aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat biasanya berbeda atau
boleh dikatakan mengalir secara berlawanan. Pada umumnya produk akan
masuk melalui saluran atas dan mengalir kebawah melewati pelat, sehingga
aliran keluaran produk akan berada dibawah, sedangkan medium pemanas
akan masuk melalui saluran yang berkebalikan dari produk, yaitu masuk
31
melalui saluran bawah dan mengalir ke atas melewati pelat, sehingga aliran
pengeluaran medium pemanas akan berada diatas. Arah aliran yang
berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan dapat lebih cepat
berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat
memanas karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas.
Produk yang telah menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu
pelat akan mengalir keluar. Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk
ada dua macam tergantung dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri
maupun paralel. Pada rangkaian seri produk yang masuk dan keluar akan
melewati ports pada bagian front head yang sama. Sedangkan pada rangkaian
paralel produk dan medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian
yang berbeda, yaitu masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar
melalui ports pada bagian belakangnya.
Kelebihan Plate Heat Exchanger
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat
yang kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan
(Stainless Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan
sedimentasi
Kekurangan Plate Heat Exchanger
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate
and Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih
dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
32
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan
performa dari material gasket yang sesuai.

Gambar 2.13 Penukar kalor plat

D. Heat Exchanger Coil


Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan
didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan
untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini
disebut juga sebagai box cooler jenis ini biasanya digunakan untuk
pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida yang didalam shell yang akan
diproses lanjut. HE jenis ini disusun dari tabung-tabung (tubes) dengan jumlah
besar mengelilingi tabung inti, dimana setiap HE terdiri dari lapisan-lapisan
tabung sepanjang arah aksial maupun radial. Aliran tekanan tinggi diberikan
pada tube diameter kecil, sementara untuk tekanan rendah dialirkan pada
bagian luar tube diameter kecil. HE jenis ini memiliki keuntungan untuk
kondisi suhu rendah antara lain:
1. Perpindahan kalor dapat dilakukan lebih dari dari dua aliran secara
simultan.
2. Memiliki jumlah unit Heat transfer yang tinggi
3. Dapat dilakukan pada tekanan tinggi.
Geometri HE Coiled Tube sangat bervariasi, tergantung pada kondisi
aliran dan drop pressure yang dibutuhkan. Parameter yang berpengaruh antara
33
lain: kecepatan aliran pada shell dan tube, diameter tube, jarak antar tube (tube
pitch), layer spacer diameter. Faktor lain yang juga harus diperhitungkan yaitu
jumlah fasa aliran, terjadinya kondensasi dan evaporasi pada shell atau tube.
Aplikasi HE Coiled Tube untuk skala besar telah banyak diterapkan pada LNG
Plant, dimana alat HE ini memiliki kapasitas 100,000 m3/h pada 289 K dan
0.101 Mpa.

Gambar 2.14 Heat exchanger coil pipe

E. Penukar Kalor Pendingin Udara


Pemakaian alat ini adalah apabi1a air pendingin yang digunakan terbatas,
sehingga udara digunakan sebagai pcndingin. (Gambar 2.15)

Gambar 2.15 Penukar kalor pendingin udara


34
F. Heat Exchanger Open Tube
Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam
shell, tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan
air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang.
Untuk pendinginan dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-
sirip untuk memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis
coil pipa, perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas
yang lebih kecil dari jenis shell and tube. Pada heat exchanger ini pipa-pipa
tidak ditempatkan lagi didalam shell, tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan
dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa
itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara biasanya
bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan
perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas yang
terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and
tube.

Gambar 2.16 Heat exchanger jenis open tube section

G. Pillow Plate Heat Exchanger


Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu
untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal
stainless steel. Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir
daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas
ke bagian luar tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari
logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam.

35
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin
garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang
cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan,
menyediakan ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan
penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.

H. Dynamic Scraped Surface Heat Exchanger


Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat
exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan
tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling
aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores
permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan
transfer panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.

Gambar 2.17 Dynamic surface heat exchanger


I. Phase Change Heat Exchanger
Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar
panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau
mendidih) atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan
mengembun ke cairan. Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan
untuk memanaskan umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas.
Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk mengkondensasikan
uap distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki
uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk
mendidihkan air menjadi uap.

36
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang
sering disebut boiler atau generator uap.Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir
yang disebut reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang
melewati panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap)
sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut generator
uap.Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan
uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk mengubah
uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali. Untuk
menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan tanaman
lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer panas
dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti
pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.

Gambar 2.18 Heat exchanger jenis phase change


J. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer
Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air
panas, instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin

37
dalam vessel dipanaskan dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida
panas. Pengaduk dan baffle disediakan untuk proses pencampuran isi vessel.
Volume isi tangki dapat divariasikan dengan pengaturan tinggi pipa overflow.
Temperatur diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi vessel
Hot inlet

Hot outlet

Hot outlet Hot inlet

Cold Cold
inlet outlet

Gambar 2.19 Skema jacketed vessel with coil and stirrer

2.5 APLIKASI TRANSFER PANAS PADA BIDANG TEKNIK KIMIA


2.5.1 Aplikasi Perpindahan Panas pada Thermos
Pada saat mendidihkan air panas, berarti kita mendapatkan air panas.
Bagaimana caranya agar air ini tetap panas? Tentunya kita masukkan ke dalam
thermos. Thermos merupakan salah satu alat untuk menyekat kalor.
Bagaimanakah cara kerja thermos hingga dapat menyekat kalor agar air tetap
panas. Pada thermos terdapat dinding kaca di mana bagian dalam dan bagian
luarnya dibuat mengkilap. Bagian dalam kaca dibuat mengkilap agar kalor dari air
panas tidak terserap pada dinding.Sementara bagian luar dinding kaca dibuat
mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi perpindahan kalor secara radiasi.
Ruang hampa diantara bagian dalam dan luar berfungsi untuk mencegah
perpindahan kalor secara konveksi. Tutup thermos terbuat dari bahan isolator,
seperti gabus, untuk mencegah terjadinya perpindahan kalor secara konduksi.
Dengan demikian air di dalam thermos tetap panas.

2.5.2 Aplikasi Perpindahan Panas Konveksi Dalam Medan Aliran Paksa


Menggunakan Algoritma Simple
Aplikasi ini merupakan aplikasi pada geometri dua plat datar. Perpindahan
kalor konveksi dalam medan aliran merupakan gejala yang dipengaruhi oleh
distribusi kecepatan aliran dan sifat-sifat fluida setempat. Distribusi kecepatan
38
dalam medan aliran ini harus memenuhi dua persamaan secara serentak.
persamaan momentum dan persamaan kontinuitas. Bila harga tekanan yang tepat
disubstitusi ke dalam persamaan momentum, maka medan kecepatan yang
dihasilkan akan memenuhi persamaan kontinuitas. Algoritrna SIMPLE (Semi-
Implicit Method for Pressure-Linked Equalioiis, Patankar, 1972) merupakan
salah satu metoda untuk mendapatkan medan tekanan yang tepat yang diawali
dengan menebak medan tekanan dan kecepatan pada awal iterasi. Substitusi harga
tebakan ini ke dalam persamaan momentum memberikan medan kecepatan yang
selanjutnya dikoreksi agar memenuhi persamaan kontinuitas. Medan tekanan juga
dikoreksi dengan suatu faktor relaksasi yang harus ditentukan untuk mendapatkan
konvergensi solusi. Algoritma SIMPLE, diterapkan ke dalam sistem aliran udara
diantara dua plat datar yang dipanaskan. Simulasi dilakukan pada berbagai
kondisi kecepatan aliran serta temperatur dan jarak antar plat. Persyaratan
konvergensi yang dipilih untuk menghentikan iterasi adalah bahwa selisih harga
antara kecepatan dari persamaan momentum dan kecepatan dari persamaan
kontinuitas tidak melebihi 1% (relatif terhadap kecepatan setempat) untuk seluruh
titik grid dalam medan aliran. Dari simulasi ini dapat diperoleh distribusi
temperatur dan kecepatan pada seluruh titik dalam medan aliran udara diantara
dua plat datar (sepanjang domain simulasi). Distribusi temperatur yang telah
diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung distribusi bilangan
Nusselt sepanjang arah aliran udara. Sebagai hasilnya, diperoleh distribusi
bilangan Nusselt yang berubah secara asimtotik menuju harga yang bervariasi di
sekitar 7,534-7,542. Hasil ini cukup dekat dengan data yang terdapat di dalam
referensi (Ozisik, Iieul Iiwi/erj) di mana bilangan Nusselt berubah secara
asimtotik menuju harga 7,541.

39
2.5.3 Aplikasi dalam Computational Fluid Dynamics (CFD)
Aplikasi Computational Fluid Dynamics atau CFD adalah analisis sistem yang
melibatkan aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena-fenomena terkait
seperti reaksi kimia dengan carasimulasi berbasis komputer. Berikut adalah
aplikasi CFD dalam berbagai bidang, yaitu:
1) Perancangan instalasi perpipaan
Aplikasi dari piranti lunak berbasis metoda nemrik adalah dalam
perancangan instalasi perpipaan. Dengan bantuan piranti lunak ini proses
perancangan menjadi lebih mudah karena analisis terhadap rancangan
langsung dapat diketahui hanya dengan menggambarkan instalasi
rancangan. Umumnya piranti lunak yang tersedia di pasaran menyediakan
fasilitas untuk berbagai boundary conditions seperti single atau double
acting displacement, single atau double acting rotational, translational
dengan bilinear stiffness, snubbers, guide dan limit stop, tie-rod assembly,
gap dan friksi, dan lain-lain.
2) Aplikasi pada Industri
 Bidang Aerospace: memperkirakan aliran fluida pada pesawat dan juga
menentukan material yang akan dipakai oleh pesawat, simulasi bagian
mana dari pesawat yang akan menerima kalor dan tekanan paling tinggi
akibat gesekan dengan atmosfir saat meninggalkan atau menuju bumi,
merancang dan mendisain bentuk pesawat, drag force dan lift force.
 Bidang proses industri: design dan analisa pipa padai ndustri oil dan
gas, analisa blade pompa, proses terjadinya kavitasi pada pompa
maupun pipa, heat exchanger, water mixer, milk heater dan lain-lain.
3) Aplikasi di bidang otomotif
 Bidang Otomotif: penentuan sifat aerodinamik pada bagian kendaraan,
pergerakan kendaraan pada terowongan, system wiper, fuel rail,
muffler, catalytic converter, natural convection with radiation (head
lamp), alternator dan lain-lain.
 Powerplant: simulasi keadaan yang terjadi selama proses generasi
4) Aplikasi di bidang listrik berlangsung, yang umumnya terjadi pada boiler
(PLTU), sehingga dapat mengetahui erosi partikel, korosi, perpindahan
40
panas terutama didalam tube (pipa), particle drying (pengeringan partikel),
ignition (pengapian), dan burnout dynamics (pergerakan api pembakaran).
Mengetahui karakteristik api, karakteristik turbin, keadaan didalam boiler,
pipa, efisiensi optimal cooling tower, optimasi waste (PLTG).
5) Aplikasi di bidang Elektronika
Analisa aliran thermal di dalam assembli computer, pada tata letak server
database.
6) Aplikasi di bidang HVAC (Heat Ventilating Air Conditioner)
Perpindahan kalor dan distribusi kontaminan dalam dimensi ruang (tiga
dimensi), distribusi aliran udara dan tempratur, parameter kenyaman tata
letak ruangan, air conditioner, duct system pada mass transport, building
dan lainnya.
7) Aplikasi di bidang kesehatan
Simulasi aliran darah dalam pembuluh darah arteri dan vena, menjelaskan
efek pernapasan dari partikael-partikel berukuran berbeda dalam tubuh
manusia, kontaminasi udara, air atau fluida lainnya.

2.5.4 Aplikasi di bidang pangan


1) Pasteurisasi merupakan perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku
dengan beberapa metode seperti pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu
singkat, pasteurisasi suhu rendah dan waktu lama, pasteurisasi suhu sangat
tinggi (Ultra High Temperature). Metode ini digunakan dengan tujuan
untuk mengawetkan bahan pangan yang tidak tahan suhu tinggi seperti
pada susu. Pasteurisasi tidak mematikan mikroorganisme, tetapi hanya
yang bersifat pategon dan tidak membentuk spora.
2) Sterilisasi yaitu proses membebaskan bahan pangan dari semua
mikroorganisme termasuk bakteri, spora bakteri, kapang dan virus
menggunakan kombinasi suhu tinggi dan waktu tertentu. Proses streilisasi
lebih intens dari proses pasteurisasi yang menggunakan suhu diatas
1000oC dengan waktu yang cukup lama sehingga dapat berpengaruh
terhadap penampakan dan rasa dari produk.

41
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah transfer panas ini, dapat disimpulkan bahwa
perpindahan panas merupakan proses perpindahan energi atau kalor yang akan
terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2 bagian benda. Panas akan
berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Panas dapat
berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Pada peristiwa
konduksi, panas akan berpindah tanpa diikuti aliran medium perpindahan panas.
Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida.
Perpindahan panas secara radiasi terjadi melalui gelombang elektromagnetik
tanpe memerlukan media perantara. Perpindahan panas memiliki banyak manfaat
yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari seperti pembuatan thermos
dan pada beberapa bidang industri seperti proses streilisasi dan pasteurisasipada
industri pangan.

3.2 Saran
Menurut pendapat saya, di era Globalisasi dimana sumber daya energi seperti
bahan bakar minyak dan fosil sangat dibutuhkan guna menunjang setiap kegiatan
industri. Namun penggunaan bahan bakar yang meningkat tidak sebanding dengan
ketersediaannya saat ini sehingga kita memerlukan energi alternatif untuk mulai
mengganti bahan bakar yang lama. Salah satu energi alternatif yang mulai banyak
digunakan adalah panel surya yang memanfaatkan energi matahari. Namun,
masalahnya adalah besarnya radiasi surya yang tersedia dipengaruhi oleh waktu,
cuaca dan posisi lintang. Sehingga untuk memecahkan masalah tersebut
memerlukan teknologi lain dalam memperoleh enegi alternatif seperti teknologi
penyimpanan energi thermal (Thermal Energy Storage, TES). Sistem teknologi ini
terdiri material-material dengan massa tertentu yang mampu menyimpan energi
thermal dalam bentuk panas atau dingin.

42
DAFTAR PUSTAKA

Djunaidi. 2009. Pemeliharaan Tube-Side Penukar Kalor Rsg-Gas Jangka Pendek


Dan Jangka Panjang. Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN. Kawasan
Puspitek Serpong Tangerang : Banten
Eka, dkk. 2011. Laporan Praktikum Heat Exchanger (online). Ekstensi Teknik
Kimia Universitas Indonesia: Depok. Tersedia di :
http://www.scribd.com/doc/72839539/Laporan-HE-Eka-Gefin-Krisna-
Laili-Final. (Diunduh 27 juni 2020).
Endri, G. K. 2018. Modul Perpindahan Panas Untuk Politeknik. Jurusan Teknik
Mesin Kapal. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya: Jawa Timur.
Holman, J.P. dan Jasjfi. 1997. Perpindahan Kalor. Edisi keenam. Erlangga:
Jakarta.
Incropera, F.P. dan Dewitt, D.P. 2002. Fundamental of Heat and Mass Transfer,
John Wiley & Sons, 2002.
Kern, D.Q. 1950. Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York.
Kreith, Frank dan Arko Prijono. 1997. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas. Edisi
ketiga. Erlangga: Jakarta.
Marsoem. Modul Alat Penukar Panas. Jurusan Teknik Kimia UNDIP. hal 9
dan17.
Masyithah, Z. Dan Haryanto B. 2006. Perpindahan Panas. Universitas Sumatera
Utara: Medan.
McCabe, Smith dan Harriots. 1985. Unit Operations in Chemical Engineering,
Mc Graw Hill.
Muchtadi, Tien. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.

43

Anda mungkin juga menyukai