2
KELAYAKAN TERMODINAMIKA SUATU REAKSI KIMIA
3
KONVERSI MAKSIMUM SUATU REAKSI KIMIA
4
KONVERSI MAKSIMUM SUATU REAKSI KIMIA
5
Konstanta Kesetimbangan Reaksi
6
Konstanta Kesetimbangan Reaksi
7
Contoh
Kondisi reaksi berikut ini: elementer, reversibel dan endotermik terjadi di PFR. Dengan data-data
berikut: HRx=100 kJ/mol; UA=100; To=400 K; Ta=450K. Mukidi sebagai seorang enjiner
berpendapat bahwa reaktor harus dijalankan pada suhu setinggi mungkin agar mendapatkan
konversi setinggi mungkin. Namun rekanya yang bernama Sukidi menyatakan bahwa batas konversi
akan tercapai dan untuk konversi yang tinggi perlu reaktor jamak dengan interstage cooling.
Menurut anda sebagai mahasiswa yang sudah belajar TRK, siapakah yang benar dan mengapa?
kJ
Elementary, reversible, endothermic reaction H Rx 100
mol
UA 100 T0 400 K Ta 450 K
Jawab
Mukidi benar. Untuk reaksi endotermik, tidak ada limit (batas) untuk konversi karena Xe naik dengan suhu
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI
PANAS REAKSI KIMIA
10
PANAS REAKSI KIMIA
11
• Fakta
• Kasus 1: Kasus 2 :
Jawab:
Reaksi Homogen Elementer:
Mekanisme Reaksi
Mekanisme Reaksi
• Reaksi kimia tidak selalu berjalan pada satu langkah reaksi, pada kebanyakan
kasus dapat terjadi melalui sejumlah tahap. Untuk suatu hukum laju reaksi
sederhana, sangat mungkin terjadi dengan melibatkan sejumlah tahapan reaksi
yang hanya berkaitan dengan satu atau dua molekul saja.
• Tiap tahapan reaksi ini disebut dengan reaksi elementer.
• Sederetan reaksi elementer yang berkaitan dengan suatu reaksi keseluruhan
inilah yang disebut dengan mekanisme reaksi.
• Ditinjau dari molekularitas, yaitu jumlah molekul pereaksi dalam tahap
sederhana, maka tiap tahap mekanisme reaksi mungkin tergolong unimolekuler,
bimolekuler dan termolekuler tergantung pada apakah satu, dua, atau tiga
molekul yang terlibat sebagai pereaksi.
• Untuk reaksi elementer, molekuleritas (uni-,bi-, tri-) sama dengan order reaksi
(satu, dua atau tiga), tetapi tidak sama artinya dalam hukum laju keseluruhan.
Reaksi elementer
• Untuk reaksi elementer, molekuleritas (uni-,bi-, tri-) sama dengan order
reaksi (satu, dua atau tiga), tetapi tidak sama artinya dalam hukum laju
keseluruhan.
Unimolekular: A
Bimolekular : A + B
Trimolekular : A + B + C
• Reaksi bimolekuler :
H + Br2 HBr + Br
Artinya satu atom H tertentu akan menyerang molekul Br2 tertentu,
menghasilkan molekul HBr dan Br.
• Pada reaksi unimolekuler :
Molekul tunggal saling bertumbukan menjadi susunan molekul baru.
• Contoh : isomerisasi siklopropana menjadi propena
Hukum dasar laju reaksi elementer
• Supaya terjadi reaksi harus ada tumbukan.
• Laju reaksi tersebut dapat berupa yang kompleks karena hukum laju tersebut ternyata dapat berasal dari
mekanisme reaksi yang rumit.
• Pada dasarnya mekanisme reaksi harus menghasilkan hukum laju yang diamati dan harus sesuai dengan
perubahan kimia yang terjadi.
Contoh 1:
Reaksi : CO + Cl2 COCl2
• Laju reaksi eksperimental ternyata : - (d[CO]/dt) = k [CO] [Cl2]1/2
• Kesimpulan ? Reaksi tidak mengikuti keadaan seperti persamaan yang ditulis.
• Harus disusun suatu mekanisme reaksi yang terdiri dari beberapa reaksi elementer yang mampu
menjelaskan persamaan laju reaksi tersebut :
Cl2 → Cl + Cl (1) Reaksi peluruhan
Cl + CO → COCl (2) Reaksi tumbukan
COCl + Cl2 → COCl2 + Cl (3) Reaksi tumbukan
Cl + Cl → Cl (4) Reaksi tumbukan
• Reaksi penguraian nitrogen pentoksida (N2O5)
• Memiliki mekanisme reaksi :
2N2O5 4NO2 + O2
Memiliki mekanisme reaksi :
Penentuan Mekanisme Reaksi
• Harus melibatkan sejumlah gambaran empirik dan sejumlah teori
yang terlibat di dalamnya.
• Penggunaan data kinetika mutlak untuk penentuan suatu mekanisme.
• Penggunaan isotop (radiolabelling) khususnya untuk menentukan
jalan yang dilalui oleh berbagai atom selama reaksi
(6)
Pada setiap saat : (7)
Maka
(8)
Analisis reaksi berturutan
Andaikan dalam suatu proses industri dengan sistem batch, zat A
menghasilkan produk intermediat I yang diinginkan yang kemudian
meluruh menjadi produk C yang merupakan bahan tidak berguna.
Setiap tahapnya merupakan reaksi order pertama. Kapankah produk I
terdapat dalam konsentrasi maksimum ?
Jawab :
Ketergantungan produk I pada waktu dinyatakan dengan :
Nilai [I] maksimum jika turunannya adalah sama dengan nol, jika :
Hal ini berarti bahwa pembentukan P hanya bergantung pada konstanta laju yang lebih
kecil. Jadi laju pembentukan P hanya bergantung pada laju pembentukan I, tidak pada laju
perubahan I menjadi P.
Dengan demikian, tahap A I ini disebut tahap penentu dari laju reaksi tersebut.
Secara umum tahap penentu laju adalah tahap dengan konstanta laju reaksi yang terkecil.
Tahap penentu reaksi
• Tahap kedua merupakan langkah penentu
reaksi.
Sehingga :
Jika ka/kb << 1 maka substitusi ke nilai [I] diperoleh :
P terbentuk dari reaksi peluruhan A order satu dengan konstanta laju ka dan
merupakan langkah penentu reaksi. Penyelesaiannya adalah :
Pendekatan Steady State
Reaksi penguraian nitrogen pentoksida (N2O5)
• Dengan maka
Soal:
Turunkanlah hukum laju untuk dekomposisi ozon dalam reaksi order 2
untuk :
2 O3 (g) 3 O2 (g) berdasarkan mekansimen berikut :
Reaksi Homogen Elementer:
Pemodelan dan Analisis Data
Pertemuan ke-3
Teknik Reaksi Kimia 1
Tujuan
• Untuk mendapatkan hukum laju untuk sebuah reaksi spesifik dari
data-data yang dikumpulkan dalam eksperimen (contoh: konsentrasi-
waktu untuk batch ) Untuk mencari orde
reaksi
rA 0.24C CB 2
A
Untuk mencari
konstanta laju reaksi
spesifik, k
PERSAMAAN KINETIKA ATAU
KECEPATAN REAKSI
• Bagaimana persamaan kinetika sebuah reaksi dapat diperoleh?
PERCOBAAN KINETIKA REAKSI
Pendekatan umum:
1. Pemilihan spesies (reaktan atau produk) untuk memantau atau
mengamati keberlangsungan reaksi
2. Pemilihan jenis reaktor dan mode pengoperasiannya
3. Pemilihan metode untuk mengamati keberlangsungan reaksi terhadap
waktu
4. Pemilihan strategi percobaan, yakni bagaimana cara melakukan
percobaan kinetika, termasuk jumlah dan jenis percobaan yang
diperlukan; bagaimana mengantisipasi adanya kemungkinan reaksi-reaksi
samping; bagaimana kondisi operasinya; bagaimana menjamin supaya
data-data yang dihasilkan mempunyai reproducibility tinggi; dsb.
5. Pemilihan metode untuk menentukan harga-harga parameter
kecepatan reaksi secara kuantitatif/numerik.
Data Kinetika – Sistem Batch
A + B produk reaksi
CA vs t; nA vs t
XA vs t; 1-XA vs t
pA vs t
P vs t
V vs t (sistem volume berubah) dan lain-lain.
Perlu memahami hubungan antar
besaran tersebut di atas…!!!
Dari Neraca Massa A di Reaktor
PROSEDUR ANALISIS DAN
INTERPRETASI DATA KINETIKA
1. Metode Integral
2. Metode Diferensial
3. Regresi nonlinier
Metode Integral (Integrasi)
Didasarkan pada hasil integrasi persamaan kecepatan reaksi. Pada metode
ini, analisis data kinetika dilakukan dengan mengalurkan beberapa fungsi
konsentrasi reaktan versus waktu, dalam grafik-grafik yang bersesuaian.
Relatif mudah digunakan dan diterapkan, meskipun bersifat trial and error
Direkomendasikan untuk:
• pengujian sebuah mekanisme reaksi
• persamaan kinetika yang sederhana
• data kinetika yang persebarannya tidak cukup baik (atau tidak menentu)
METODE INTEGRAL
1. Metode grafik (atau grafik pembanding)
Trial & Error
2. Metode merata-ratakan harga k (k averaging
procedure)
Orde pertama:
Orde kedua:
Analisis Anda ?
Metode Grafik Pembanding
Jika orde yang
ditebak: n = 1
Analisis Anda ?
Metode Grafik Pembanding
Jika orde yang
ditebak: n = 2
Analisis Anda ?
Metode Grafik Pembanding
cek: n = 1.4
Analisis Anda ?
Metode Perata-rataan Harga k
Analisis Anda…?
Metode Perata-rataan Harga k
cek: n = 1.4
Kasus I Produk
Hukum
Laju
Untuk menentukan dan , pertama kali, lakukan eksperimen/lakukan rekasi dengan
B berlebih
1. Menentukan α
2. menentukan β
rA
3. Menentukan kA : kA
CA CA
Metode Diferensial (dengan Teknik Linierisasi)
Metode Diferensial
(secara Trial and Error)
Bentuk persamaan kecepatan:
1. Metode Grafik
Grafik diferensiasi
Metode garis singgung
Metode diferensiasi (sederhana; equal area)
2. Metode Numerik
Metode finite-divided difference Formula diferesnisasi numerik
Metode curve-fitting Polynomial fit
3. Metode diferensial yang lain:
Metode isolasi
Metode initial rate
Grafik diferensiasi
Tabulasi (CAi, ti) yang terobservasi dan untuk setiap interval
hitung : Cn = Cn – Cn-1 t = tn – tn-1
dC A
dt
Metode Garis Singgung
Tangents (garis-garis
singgung) pada titik-
titik data yang
bersesuaian
Formula Diferesnsiasi Numerik
Dapat digunakan ketika titik-titik data didalam variable bebas adalah
sama secara posisi (equally spaced), seperti t1 – t0 = t2 – t1
Polynomial fit
• Fit data-data konsentrasi-waktu ke sebuah polinomial orde ke n :
a) Berdasarkan data di atas, buktikan bahwa reaksi ini berorde 1,5. (Silakan
pilih sendiri metode yang akan Anda gunakan)
b) Apakah reaksi ini elementer? Berikan alasan singkat.
c) Tentukan nilai kecepatan reaksi spesifiknya! Tuliskan juga satuannya.
Soal
Dimerisasi butadiena (A): 2 A P dilangsungkan secara batch (sistem
bervolume konstan) pada 60oC, dengan reaktan awal berupa A murni.
Keberlangsungan reaksi diamati melalui pengukuran tekanan total
sebagai fungsi waktu sbb: