Anda di halaman 1dari 80

KINETIKA KIMIA

Ketergantungan laju reaksi pada


temperatur
Teknik Reaksi Kimia 1
Pertemuan ke-3
TINJAUAN ULANG
TERMODINAMIKA REAKSI KIMIA
Cakupan yang dipelajari dalam termodinamika reaksi kimia:
1. Menaksir atau memperkirakan kelayakan suatu reaksi kimia untuk
dilakukan secara komersial.
2. Menentukan konversi maksimum reaksi (konversi pada
kesetimbangan/equilibrium, Xe) pada suatu kondisi tertentu.
3. Menentukan panas atau kalor yang terlibat dalam (atau menyertai)
sebuah reaksi kimia (tinjauan ulang panas reaksi).

2
KELAYAKAN TERMODINAMIKA SUATU REAKSI KIMIA

3
KONVERSI MAKSIMUM SUATU REAKSI KIMIA

4
KONVERSI MAKSIMUM SUATU REAKSI KIMIA

5
Konstanta Kesetimbangan Reaksi

6
Konstanta Kesetimbangan Reaksi

7
Contoh
Kondisi reaksi berikut ini: elementer, reversibel dan endotermik terjadi di PFR. Dengan data-data
berikut: HRx=100 kJ/mol; UA=100; To=400 K; Ta=450K. Mukidi sebagai seorang enjiner
berpendapat bahwa reaktor harus dijalankan pada suhu setinggi mungkin agar mendapatkan
konversi setinggi mungkin. Namun rekanya yang bernama Sukidi menyatakan bahwa batas konversi
akan tercapai dan untuk konversi yang tinggi perlu reaktor jamak dengan interstage cooling.
Menurut anda sebagai mahasiswa yang sudah belajar TRK, siapakah yang benar dan mengapa?
kJ
Elementary, reversible, endothermic reaction H Rx  100
mol
UA  100 T0  400 K Ta  450 K

Jawab

Mukidi benar. Untuk reaksi endotermik, tidak ada limit (batas) untuk konversi karena Xe naik dengan suhu
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI
PANAS REAKSI KIMIA

10
PANAS REAKSI KIMIA

11
• Fakta
• Kasus 1: Kasus 2 :

• Laju suatu reaksi kimia sangat sensitif terhadap perubahan suhu.


• Pengamatan empiris : Laju suatu reaksi kimia akan meningkat dua kali
lipat apabila suhu naik 10 0C (pada suhu 300 K).
Tinjauan berdasarkan teori tumbukan
• Temperatur meningkat maka laju reaksi juga bertambah.
Teori tumbukan
• Model tumbukan : Supaya molekul dapat terjadi reaksi maka harus mengalami tumbukan.
• Jumlah tumbukan semakin tinggi maka laju reaksi akan semakin cepat.
• Semakin banyak jumlah molekul yang tersedia, maka probabilitas tumbukan semakin tinggi dan laju reaksi akan meningkat.
• Pada temperatur yang lebih tinggi maka energi molekul akan semakin besar dan konsekuensinya laju reaksi meningkat.
• Komplikasi : Tidak semua tumbukan efektif menghasilkan produk reaksi. Dalam kenyataannya hanya sedikit sekali tumbukan
yang mampu menghasilkan produk.
• Tidak semua tumbukan efektif menghasilkan produk reaksi. Dalam
kenyataannya hanya sedikit sekali tumbukan yang mampu
menghasilkan produk.
Energi aktivasi
Arrhenius: Molekul harus memiliki sejumlah energi tertentu untuk dapat bereaksi. Mengapa ?
• Supaya dapat menghasilkan molekul produk, maka ikatan dalam reaktan harus ada yang terpecah.
• Pemecahan ikatan kimia akan memerlukan energi.
• Energi aktivasi, Ea, adalah energi minimum yang diperlukan untuk menginisiasi reaksi kimia
• Perbedaan distribusi molekul dengan nilai energi kinetik pada dua temperatur yang berbeda
Gambaran Energi Aktivasi (Ea) dan Panas Reaksi (H) untuk Kasus
Reaksi Sederhana
Penentuan Energi Aktivasi Reaksi berdasarkan Percobaan
PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA KECEPATAN REAKSI
Persamaan Arrhenius
Arrhenius mengamati bahwa pada kebanyakan reaksi ternyata mengikuti hubungan
empiris yang dinyatakan dalam persamaan Arrhenius :

• k adalah konstanta laju reaksi


• Ea adalah energi aktivasi
• R adalah konstanta gas (8.314 J/K-mol)
• T adalah temperatur dalam K.
• A adalah faktor frekuensi dan merupakan ukuran probabilitas untuk kemudahan
terjadinya tumbukan.
• Parameter A dan Ea merupakan parameter spesifik untuk satu reaksi yang diberikan.
Persamaan Arrhenius
Variasi hubungan laju reaksi
terhadap temperatur
a) adalah tipe yang paling
banyak dijumpai akan
dibicarakan secara detail;
b) tipe reaksi dengan
peledakan dimana ada
kenaikan laju reaksi
dengan tiba-tiba karena
terjadi peledakan;
c) satu tipe reaksi
hidrogenasi katalisis akan
dalam reaksi enzym
sedang tipe
d) reaksi pada NO dengan O2.

Nilai faktor pre eksponensial (A)


Apabila diplot k lawan T maka diperoleh grafik dimana k akan
mendekati harga A sebagai konstanta dengan bentuk asimtot.
Reaksi yang mengikuti Arrhenius
• Laju reaksi umumnya meningkat menjadi dua atau tiga kali lebih besar
dengan kenaikan suhu 10 oC.
• Secara empiris dapat dinyatakan sebagai :
Plot persamaan Arrhenius
• Menggunakan plot ln K lawan 1/T, maka akan diperoleh slope = -Ea/R
dan intersep = ln A
Contoh :
Perhitungan persamaan Arrhenius
• Jika data tidak mencukupi maka perhitungan dapat menggunakan dua
buah data dengan hasil penjabaran :
Contoh
Konstanta laju reaksi untuk rekasi orde kedua pada 3000K adalah 2.5 dan energi aktivasinya
sebesar 20,000 J/mol. Apa unit dari konstanta laju reaksinya? Kemudian pada suhu berapa
laju menjadi 3 kalinya dari semula untuk reaksi ini?

Jawab:
Reaksi Homogen Elementer:
Mekanisme Reaksi
Mekanisme Reaksi
• Reaksi kimia tidak selalu berjalan pada satu langkah reaksi, pada kebanyakan
kasus dapat terjadi melalui sejumlah tahap. Untuk suatu hukum laju reaksi
sederhana, sangat mungkin terjadi dengan melibatkan sejumlah tahapan reaksi
yang hanya berkaitan dengan satu atau dua molekul saja.
• Tiap tahapan reaksi ini disebut dengan reaksi elementer.
• Sederetan reaksi elementer yang berkaitan dengan suatu reaksi keseluruhan
inilah yang disebut dengan mekanisme reaksi.
• Ditinjau dari molekularitas, yaitu jumlah molekul pereaksi dalam tahap
sederhana, maka tiap tahap mekanisme reaksi mungkin tergolong unimolekuler,
bimolekuler dan termolekuler tergantung pada apakah satu, dua, atau tiga
molekul yang terlibat sebagai pereaksi.
• Untuk reaksi elementer, molekuleritas (uni-,bi-, tri-) sama dengan order reaksi
(satu, dua atau tiga), tetapi tidak sama artinya dalam hukum laju keseluruhan.
Reaksi elementer
• Untuk reaksi elementer, molekuleritas (uni-,bi-, tri-) sama dengan order
reaksi (satu, dua atau tiga), tetapi tidak sama artinya dalam hukum laju
keseluruhan.
Unimolekular: A 
Bimolekular : A + B 
Trimolekular : A + B + C 
• Reaksi bimolekuler :
H + Br2 HBr + Br
Artinya satu atom H tertentu akan menyerang molekul Br2 tertentu,
menghasilkan molekul HBr dan Br.
• Pada reaksi unimolekuler :
Molekul tunggal saling bertumbukan menjadi susunan molekul baru.
• Contoh : isomerisasi siklopropana menjadi propena
Hukum dasar laju reaksi elementer
• Supaya terjadi reaksi harus ada tumbukan.

• Laju reaksi unimolekul order pertama terhadap reaktan :

• Laju reaksi bimolekul order kedua terhadap reaktan :

• Laju reaksi tersebut dapat berupa yang kompleks karena hukum laju tersebut ternyata dapat berasal dari
mekanisme reaksi yang rumit.
• Pada dasarnya mekanisme reaksi harus menghasilkan hukum laju yang diamati dan harus sesuai dengan
perubahan kimia yang terjadi.
Contoh 1:
Reaksi : CO + Cl2  COCl2
• Laju reaksi eksperimental ternyata : - (d[CO]/dt) = k [CO] [Cl2]1/2
• Kesimpulan ? Reaksi tidak mengikuti keadaan seperti persamaan yang ditulis.
• Harus disusun suatu mekanisme reaksi yang terdiri dari beberapa reaksi elementer yang mampu
menjelaskan persamaan laju reaksi tersebut :
Cl2 → Cl + Cl (1) Reaksi peluruhan
Cl + CO → COCl (2) Reaksi tumbukan
COCl + Cl2 → COCl2 + Cl (3) Reaksi tumbukan
Cl + Cl → Cl (4) Reaksi tumbukan
• Reaksi penguraian nitrogen pentoksida (N2O5)
• Memiliki mekanisme reaksi :
2N2O5  4NO2 + O2
Memiliki mekanisme reaksi :
Penentuan Mekanisme Reaksi
• Harus melibatkan sejumlah gambaran empirik dan sejumlah teori
yang terlibat di dalamnya.
• Penggunaan data kinetika mutlak untuk penentuan suatu mekanisme.
• Penggunaan isotop (radiolabelling) khususnya untuk menentukan
jalan yang dilalui oleh berbagai atom selama reaksi

• Penggunaan teknik spektroskopi untuk menentukan intermediet.


• Pendekatan kimia komputasi dan pemodelan molekul untuk
penyusunan hipotesis.
Mekanisme reaksi elementer berturutan
Reaksi dekomposisi A menjadi C dengan melewati intermediat B.
Laju dekomposisi A :
(1)
Laju pembentukan intermediat I :
(2)

Laju pembentukan produk P :


(3)
Penyelesaian pers (1)
(4)
Disubstitusikan ke pers (2), sehingga
(5)
Jika diatur [I]0 = 0, maka penyelesaiannya adalah :

(6)
Pada setiap saat : (7)

Maka
(8)
Analisis reaksi berturutan
Andaikan dalam suatu proses industri dengan sistem batch, zat A
menghasilkan produk intermediat I yang diinginkan yang kemudian
meluruh menjadi produk C yang merupakan bahan tidak berguna.
Setiap tahapnya merupakan reaksi order pertama. Kapankah produk I
terdapat dalam konsentrasi maksimum ?
Jawab :
Ketergantungan produk I pada waktu dinyatakan dengan :

Nilai [I] maksimum jika turunannya adalah sama dengan nol, jika :

Dengan demikian, waktu saat I maksimum adalah :


Tahap penentu reaksi
Contoh pada kasus, andaikan kb >> ka, maka setiap molekul I yang terbentuk, molekul itu
akan segera meluruh menjadi P. karena :
e-kb.t << e-ka.t dan kb – ka ≈ kb
Maka persamaan (8) disederhanakan menjadi :

[P] = ( 1 - e-ka.t) [A]0

Hal ini berarti bahwa pembentukan P hanya bergantung pada konstanta laju yang lebih
kecil. Jadi laju pembentukan P hanya bergantung pada laju pembentukan I, tidak pada laju
perubahan I menjadi P.
Dengan demikian, tahap A  I ini disebut tahap penentu dari laju reaksi tersebut.
Secara umum tahap penentu laju adalah tahap dengan konstanta laju reaksi yang terkecil.
Tahap penentu reaksi
• Tahap kedua merupakan langkah penentu
reaksi.

• Tahap pertama merupakan langkah


penentu reaksi.

• Mengingat reaksi relatif sudah berlangsung


cukup cepat, sehingga tahapan reaksi yang
kedua meskipun lebih lambat dikatakan
bukan sebagai langkah penentu reaksi
Pendekatan Steady State
Untuk kinetika reaksi yang terkait dengan suatu mekanisme yang terdiri dari beberapa
tahapan, maka penyelesaian analisisnya semakin rumit.
Untuk membantu penyelesaian maka diperlukan pendekatan yang disebut sebagai
keadaan steady state (keadaan tunak) :
Kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tak berubah dengan berjalannya waktu
atau dengan kata lain, konstan.
Secara kinetik, hal ini diasumsikan bahwa selama bagian terbesar reaksi, konsentrasi
dan laju perubahan semua zat antara (intermediat) adalah konstan dan bernilai kecil
kecil.
Pendekatan Steady State
Untuk kasus reaksi konsekutif, pers (2) akan menjadi :

Sehingga :
Jika ka/kb << 1 maka substitusi ke nilai [I] diperoleh :

P terbentuk dari reaksi peluruhan A order satu dengan konstanta laju ka dan
merupakan langkah penentu reaksi. Penyelesaiannya adalah :
Pendekatan Steady State
Reaksi penguraian nitrogen pentoksida (N2O5)

Memiliki mekanisme reaksi :

Persamaan laju untuk zat antara (intermediat) NO3 dan NO adalah :

Persamaan laju netto untuk N2O5 menjadi :

• Dengan maka
Soal:
Turunkanlah hukum laju untuk dekomposisi ozon dalam reaksi order 2
untuk :
2 O3 (g) 3 O2 (g) berdasarkan mekansimen berikut :
Reaksi Homogen Elementer:
Pemodelan dan Analisis Data
Pertemuan ke-3
Teknik Reaksi Kimia 1
Tujuan
• Untuk mendapatkan hukum laju untuk sebuah reaksi spesifik dari
data-data yang dikumpulkan dalam eksperimen (contoh: konsentrasi-
waktu untuk batch ) Untuk mencari orde
reaksi
 rA  0.24C CB 2
A

Untuk mencari
konstanta laju reaksi
spesifik, k
PERSAMAAN KINETIKA ATAU
KECEPATAN REAKSI
• Bagaimana persamaan kinetika sebuah reaksi dapat diperoleh?
PERCOBAAN KINETIKA REAKSI
Pendekatan umum:
1. Pemilihan spesies (reaktan atau produk) untuk memantau atau
mengamati keberlangsungan reaksi
2. Pemilihan jenis reaktor dan mode pengoperasiannya
3. Pemilihan metode untuk mengamati keberlangsungan reaksi terhadap
waktu
4. Pemilihan strategi percobaan, yakni bagaimana cara melakukan
percobaan kinetika, termasuk jumlah dan jenis percobaan yang
diperlukan; bagaimana mengantisipasi adanya kemungkinan reaksi-reaksi
samping; bagaimana kondisi operasinya; bagaimana menjamin supaya
data-data yang dihasilkan mempunyai reproducibility tinggi; dsb.
5. Pemilihan metode untuk menentukan harga-harga parameter
kecepatan reaksi secara kuantitatif/numerik.
Data Kinetika – Sistem Batch
A + B produk reaksi
CA vs t; nA vs t
XA vs t; 1-XA vs t
pA vs t
P vs t
V vs t (sistem volume berubah) dan lain-lain.
Perlu memahami hubungan antar
besaran tersebut di atas…!!!
Dari Neraca Massa A di Reaktor
PROSEDUR ANALISIS DAN
INTERPRETASI DATA KINETIKA
1. Metode Integral
2. Metode Diferensial
3. Regresi nonlinier
Metode Integral (Integrasi)
Didasarkan pada hasil integrasi persamaan kecepatan reaksi. Pada metode
ini, analisis data kinetika dilakukan dengan mengalurkan beberapa fungsi
konsentrasi reaktan versus waktu, dalam grafik-grafik yang bersesuaian.

Relatif mudah digunakan dan diterapkan, meskipun bersifat trial and error

Direkomendasikan untuk:
• pengujian sebuah mekanisme reaksi
• persamaan kinetika yang sederhana
• data kinetika yang persebarannya tidak cukup baik (atau tidak menentu)
METODE INTEGRAL
1. Metode grafik (atau grafik pembanding)
Trial & Error
2. Metode merata-ratakan harga k (k averaging
procedure)

3. Metode fractional life (metode ini hanya bisa


diterapkan untuk model kinetika hukum pangkat)
Prosedur Umum Metode Integral
Metode 1 Integral: Grafik Pembanding
• Kelengkungan positif: orde
reaksi yang ditebak (atau
diasumsikan) lebih besar
daripada orde reaksi
sebenarnya.
• Kelengkungan negatif: orde
reaksi yang ditebak (atau
diasumsikan) lebih kecil
daripada orde reaksi
sebenarnya.
Trial & error untuk
Data Reaktor Batch mendapatkan orde reaksi. Jika
orde benar maka plotnya
seharusnya linerar
Metode integral (linear plot)

Neraca mol Orde nol:

Plot CA sebagai fungsi dari t akan linear


Kombinasi
dengan slope (-k)
Data Reaktor Batch

Orde pertama:

Plot ln (CA0/CA) sebagai fungsi dari t


Kombinasi
akan linear dengan slope (k)

Orde kedua:

Kombinasi Plot 1/CA sebagai fungsi dari t akan


linear dengan slope (k)
Metode 2 Integral: Perata-rataan Harga k
• Grafik (a): harga-harga k tidak konsisten (karena adanya variasi yang cukup lebar
antara harga-harga k yang dihitung pada pasangan-pasangan data yang berbeda).
• Grafik (b): harga-harga k relatif konsisten (karena harga-harga k yang dihitung
pada pasangan-pasangan data yang berbeda tidak terlalu bervariasi).
Metode 3 Integral: Fractional Life
Hubungan antara fractional life suatu reaksi (tF) dengan konsentrasi
awal reaktan (CA0):
Metode WAKTU-PARUH
 Reaksi waktu aruh (half-life), t1/2 , didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan
untuk konsentrasi dari reaktan mencapainya setengah nilainya
  dan k dapat ditentukan dengan analisis t1/2 dari reaksi vs konsentrasi awal
Contoh Soal 1:
Di dalam sebuah reaktor batch bervolume-tetap, reaktan A terdekomposisi
menurut persamaan reaksi homogen berikut: A produk Komposisi A dalam
reaktor (CA) yang diukur pada berbagai variasi waktu t disajikan sebagai
berikut:

Tentukan persamaan kinetika reaksi yang merepresentasikan data-data


kinetika tersebut di atas, dengan menggunakan metode integral

Persamaan kecepatan reaksi dianggap mengikuti model hukum pangkat:


Sumber: Levenspiel, 1999
Metode Grafik Pembanding
Jika orde yang
ditebak: n = 0

Analisis Anda ?
Metode Grafik Pembanding
Jika orde yang
ditebak: n = 1

Analisis Anda ?
Metode Grafik Pembanding
Jika orde yang
ditebak: n = 2

Analisis Anda ?
Metode Grafik Pembanding
cek: n = 1.4

Analisis Anda ?
Metode Perata-rataan Harga k

Analisis Anda…?
Metode Perata-rataan Harga k
cek: n = 1.4

Jadi: krata-rata = …………………..


Metode Fractional Life (F = ½)
Penentuan n dan k:
Dengan demikian, n dan
k dapat ditentukan
berdasarkan nilai-nilai
slope dan intercept.

Jangan lupa: Satuan k:


…..?
Metode Diferensial (Diferensiasi)
• Didasarkan pada diferensiasi data-data percobaan (konsentrasi versus
waktu) untuk memperoleh kecepatan reaksi yang sebenarnya. Pada
metode ini, analisis data kinetika dilakukan dengan menduga beberapa
hubungan antara kecepatan reaksi sebagai fungsi konsentrasi, dan menguji
dugaan-dugaan tersebut melalui grafik-grafik yang bersesuaian.
• Terkait langsung dengan persamaan kecepatan reaksi dalam bentuk
diferensial.
• Mengevaluasi harga-harga turunan dCi/dt atau dpi/dt atau dP/dt dalam
persamaan kecepatan reaksi (dari data-data percobaan)
• Dapat digunakan untuk persamaan-persamaan kinetika yang lebih
kompleks
• Memerlukan data-data yang banyak dan akurat
Metode Diferensial : Data Reaktor Batch

Kasus I Produk

Hukum Laju Neraca Mol

Penentuan Ambil log natural, ln, di kedua sisi:


Metode Diferensial : Data Reaktor Batch
Kasus II Produk

Hukum
Laju
Untuk menentukan  dan , pertama kali, lakukan eksperimen/lakukan rekasi dengan
B berlebih

1. Menentukan α

Kedua, lakukan ekperimen.reaksi dilakukan dengan A berlebih:

2. menentukan β

 rA
3. Menentukan kA : kA   
CA CA
Metode Diferensial (dengan Teknik Linierisasi)
Metode Diferensial
(secara Trial and Error)
Bentuk persamaan kecepatan:

dengan f(CA) ditebak atau


diasumsikan

Bentuk persamaan kecepatan


reaksi tebakan tersebut
dianggap sesuai jika plot
tersebut menghasilkan bentuk
yang linier.
Prosedur Umum Metode Diferensial
Smooth-Curve atau Freehand-Curve
Contoh smooth-curve atau freehand-curve ditunjukkan pada kurva (a). Smooth-
curve harus dibuat secara hati-hati, dengan pandangan mata. Pada umumnya kurva
ini tidak akan melewati semua titik data, tetapi mampu menunjukkan
kecenderungan (trendline) data. Bandingkanlah dengan kurva (b), yang melewati
semua titik data, tetapi justru tidak menunjukkan kecenderungan data.
METODE DIFERENSIAL
dC A
Bagaimana menedapatkan  jika kita hanya memiliki data berikut
dt
konsentrasi dan waktu ?
Waktu (min) 0 50 100 150

CA (mol/dm3) 0.05 0.038 0.0306 0.0256

1. Metode Grafik
Grafik diferensiasi
Metode garis singgung
Metode diferensiasi (sederhana; equal area)
2. Metode Numerik
Metode finite-divided difference Formula diferesnisasi numerik
Metode curve-fitting Polynomial fit
3. Metode diferensial yang lain:
Metode isolasi
Metode initial rate
Grafik diferensiasi
Tabulasi (CAi, ti) yang terobservasi dan untuk setiap interval
hitung : Cn = Cn – Cn-1  t = tn – tn-1

Plot sebuah histogram


Plot nilai-nilai tadi sebagai sebuah histogram.
Gambar garis halus.
Baca estimasi dari (dCA/dt) pada t1, t2, ...

Gambar kurva halus dengan


cara berikut :
A=B
A+C=B+D

dC A

dt
Metode Garis Singgung
Tangents (garis-garis
singgung) pada titik-
titik data yang
bersesuaian
Formula Diferesnsiasi Numerik
Dapat digunakan ketika titik-titik data didalam variable bebas adalah
sama secara posisi (equally spaced), seperti t1 – t0 = t2 – t1
Polynomial fit
• Fit data-data konsentrasi-waktu ke sebuah polinomial orde ke n :

C A  a0  a1t  a2t 2  ...ant n Pers. 1

• Temukan nilai terbaik dari ai


• Pers. Diferensial fungsi waktu :
dC A
 a1  2a2t  3a3t 2 ...nant n 1
dt
Contoh Soal 2:
Data berikut ini diperoleh melalui eksperimen reaksi dekomposisi
reaktan A pada 0oC dalam sebuah reactor batch bervolume-tetap
menggunakan gas murni (reaktan) A:

Jika stoikiometri reaksinya dituliskan sebagai: A 2,5 R

tentukan persamaan kecepatan reaksi yang merepresentasikan data-


data di atas!
Levensvile Soal Nomor 40
Contoh Soal:
Sucrose is readily hydrolysed to glucose and fructose in acidic solution.
The hydrolysis can be monitored by measuring the angle of rotation of
plane-polarized light passing through the solution. From the angle of
rotation the concentration of sucrose can be determined. An
experiment on the hydrolysis of sucrose in 0.50 M HCl (aq) produced
the following data:
Soal
Reaksi homogen: A  1,5 P berlangsung dalam sebuah reaktor sistem batch
bervolume-tetap pada kondisi isotermal. Mula-mula: CA0 = 100 mmol/liter,
dan pada berbagai waktu (t) dicatat nilai konversi reaktan A (XA) seperti
tersaji pada tabel berikut ini:

a) Berdasarkan data di atas, buktikan bahwa reaksi ini berorde 1,5. (Silakan
pilih sendiri metode yang akan Anda gunakan)
b) Apakah reaksi ini elementer? Berikan alasan singkat.
c) Tentukan nilai kecepatan reaksi spesifiknya! Tuliskan juga satuannya.
Soal
Dimerisasi butadiena (A): 2 A  P dilangsungkan secara batch (sistem
bervolume konstan) pada 60oC, dengan reaktan awal berupa A murni.
Keberlangsungan reaksi diamati melalui pengukuran tekanan total
sebagai fungsi waktu sbb:

• Jika persamaan kinetika mengikuti model umum: -rA = k CAn, tentukan


harga-harga n (orde reaksi) dan k.

Anda mungkin juga menyukai