Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

BATCH CHEMICAL REACTOR

DISUSUN OLEH :
NURANI LEGAHATI 05161057
SENDY RAMADANI 05161068
VIRGINIA SITOMPUL 05161073
WING WIRYAWAN 05161077
WYNNE ROSA 05161078

DOSEN : FADHIL MUHAMMAD TARMIDZI, S.T., M. T.


ASISTEN : AZWAR AZHARY MUHAMMAD

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI DAN PROSES
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2019
ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum Batch Chemical Reactor yang bertujuan untuk


mengaplikasikan konsep kinetika reaksi pada suatu reaksi kimia. Praktikum
dilakukan untuk mencari konversi dan yield produk biodiesel dan menghitung
kinetika reaksi transesterifikasi yang meliputi orde dan konstanta kecepatan
reaksi. Alat dan bahan yang digunakan adalah heat mantle stirrer, magnetic
stirrer bar, labu leher dua, termometer, cooling water system, kondensor Alihn,
heating mantle, stopwatch, statif dan klem holder, corong pemisah 250 ml dan
500 ml, viscometer micro ostwald, piknometer, beaker glass 250 ml dan 500 ml,
gelas ukur 50 ml dan 100 ml, karet penghisap, gelas arloji, pipet ukur 10 ml, botol
pencuci, spatula, aquadest, KOH 6,92 gram, ethanol 250 ml, dan minyak goreng
jelantah 200 ml. Langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan.
Lalu beberapa peralatan dirangkai sesuai dengan gambar dimodul. Selanjutnya,
katalis KOH 6,92 gram dilarutkan ke dalam ethanol 250 ml hingga larut
sempurna. Kemudian, larutan katalis dicampur dengan minyak jelantah 50 ml tiap
variabel waktu di dalam labu leher dua. Magnetic stirrer lalu dimasukkan ke
dalam labu takar. Selanjutnya, air pendingin dialirkan ke dalam kondensor.
Setelah itu, pemanas pada heating mantle dinyalakan dan kecepatan pengadukan
reaksi diatur. Tunggu reaksi berlangsung sesuai dengan variabel waktu reaksi.
Setelah waktu reaksi tercapai, pemanasan dan pengadukan dihentikan dan
ditambahkan aquadest sekitar 20 ml. Larutan dikeluarkan dari labu leher dua dan
dimasukkan ke dalam corong pemisah lalu tambahkan aquadest 20 ml dan
diamkan selama 12 jam. Kemudian setelah 12 jam buang gliserol dan biodiesel
yang telah terbentuk diambil. Hasil dari percobaan biodiesel didapat nilai. Dan
pada waktu 15 menit -rA = 6,5286 mol/min.m3, %konversi 0,465 dan %Yield
0,3580. Pada 30 menit diperoleh konsentrasi, -rA= 7,3863 mol/min.m3, %konversi
0,5471, dan %Yield 0,3774. Pada 45 menit diperoleh konsentrasi, -rA= 7,9710
mol/min.m3, %konversi 0,6005 dan %Yield 0,4077. Pada 60 menit diperoleh
konsentrasi -rA = 8,2118 mol/min.m3, %konversi 0,6204 dan %Yield 0,4286.
Sehingga dapat kesimpulan persen konversi berbanding terbalik terhadap variabel
waktu operasi.

Kata kunci : (Batch Chemical Reactor, Biodiesel dan Gliserol)

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR NOTASI ................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Tujuan Percobaan .............................................................................. 1
1.2 Dasar Teori ........................................................................................ 1
1.2.1 Transesterifikasi ....................................................................... 1
1.2.2 Reaktor Batch .......................................................................... 2
1.2.3 Biodisel .................................................................................... 3
1.2.4 Katalis ...................................................................................... 4
1.2.5 Kinetika Reaksi ........................................................................ 5
BAB 2 METODOLOGI PERCOBAAN ............................................................... 6
2.1 Alat dan Bahan................................................................................... 6
2.2 Prosedur Percobaan............................................................................ 7
2.3 Diagram Alir ...................................................................................... 8
2.4 Variabel Percobaan .......................................................................... 10
BAB 3 PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
3.1 Perhitungan ...................................................................................... 11
3.2 Pembahasan ..................................................................................... 13
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 23
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 23
4.2 Saran ................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Syarat Mutu Biodiesel SNI 7128 – 2015 ................................................ 3


Tabel 3.1 Data Literatur ........................................................................................ 13
Tabel 3.2 Data Produk Gliserol dari Perhitungan ................................................. 13
Tabel 3.3 Data Produk Biodiesel dari Perhitungan ............................................... 13
Tabel 3.4 Data Fraksi Mol Ester dan Minyak Jelantah ......................................... 14
Tabel 3.5 Data Mol Biodiesel dari Perhitungan .................................................... 14
Tabel 3.6 Data Mol FAEE dan Mol Minyak Jelantah dalam Biodiesel............... 15
Tabel 3.7 Data %Konversi dan Yield .................................................................... 15
Tabel 3.8 Data Kinetika Reaksi ............................................................................ 15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertukaran dari Kelompok Alkohol (Alkoholisis) .............................. 1


Gambar 1.2 Pertukaran dari Kelompok Asam (Asidolisis) .................................... 1
Gambar 1.3 Pertukaran Antar Ester ........................................................................ 1
Gambar 1.4 Reaktor Batch ...................................................................................... 2
Gambar 1.5 Jalur Reaksi yang Melibatkan Katalis ................................................. 5
Gambar 2.1 Skema Alat Percobaan Batch Chemical Reactor ................................ 7
Gambar 2.2 Pengendapan Larutan Setelah Reaksi ................................................. 7
Gambar 2.3 Pencucian Biodiesel ............................................................................ 7
𝑥𝑒𝑞
Gambar 3.1 Perbandingan Antara antara ln 𝑥 vs t………………….…….....18
𝑒𝑞 − 𝑥

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Antara % Yield dengan Waktu (t) ........................ 19
Gambar 3.3 Grafik Hubungan Antara Konversi (XA) dengan Waktu (t) .............. 20

iv
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


CAO Konsentrasi Awal Minyak mol/L
Jelantah
CA Konsentrasi Minyak Jelantah mol/L

V Volume m3
CC Konsentrasi Biodiesel mol/L
 Massa Jenis gr/cm3
T Waktu Sekon
BM Berat Molekul gr/mol
N Mol Mol
Viskositas cSt
Μ
Viskositas Campuran cSt
μmix
Viskositas Ester cSt
μ1
Viskositas Minyak Jelantah cSt
μ2
T Space Time Sekon
-rA Laju reaksi mol/L.min
X Fraksi Mol -
K Konstanta Laju Reaksi min-1

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan batch chemical reactor yaitu Praktikan dapat
merancang persamaan kinetika reaksi pada suatu reaksi kimia (reaksi
transesterifikasi).

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Transesterifikasi
Ketika ester dipanaskan dengan alkohol, asam, ataupun dengan ester yang
lain, alkohol dan kelompok dari asam kurang lebih bertukar secara sempurna.
Proses inilah yang biasa disebut dengan transeseterifikasi.
Ada 3 tipe dari transesterifikasi yang telah diketahui :
a. Alkoholisis, merupakan reaksi antara ester dengan alkohol membentuk ester
yang baru.

Gambar 1.1 Pertukaran dari kelompok alkohol (alkoholisis)


b. Asidolisis, merupakan reaksi antara ester dengan asam membentuk ester yang
baru.

Gambar 1.2 Pertukaran dari kelompok asam (asidolisis)


c. Interesterifikasi, merupakan suatu reaksi ester dengan ester lainnya disebut juga
ester interchange. Pada trigliserida, interterifikasi dapat dilakukan dengan dua
proses yaitu pertukaran interamolekuler dan intermolekuler. Reaksi
interesterifikasi meliputi penataan ulang dan randomisasi residu asil dalam

1
trigliserol dan selanjutnya menghasilkan lemak atau minyak dengan sifat yang
baru (Sreenivasan, 1978)

Gambar 1.3 Pertukaran antar ester


Reaksi transesterifikasi memainkan peran penting dalam industri dan
sangat penting di praktik laboratorium dan analisis kimia. Proses ini dapat
digunakan untuk mengurangi titik didih dari ester dengan menukar rantai panjang
dari kelompok alkohol.
Proses transesterifikasi juga dapat digunakan jika proses esterifikasi sangat sulit
untuk dilakukan karena sifat fisik dari suatu komponen (Riemenschneider, 2005).
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang relatif lambat. Untuk
mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan hasil, proses dilakukan dengan
pengadukan yang baik, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar
reaksi bergeser ke kanan. Pemilihan katalis dilakukan berdasarkan kemudahan
penanganan dan pemisahannya dari produk (Groggins, 1958).
1.2.2 Reaktor Batch
Reaktor batch adalah sebuah wadah atau tempat yang berfungsi untuk
menampung fluida yang berekasi atau tempat terjadinya suatu reaksi kimia
tunggal.
Pada gambar 1.4 reaktan dimasukkan kedalam tangki berpengaduk, dan
kemudian larutan diaduk dan dibiarkan bereaksi dalam periode tertentu. Sehingga
dalam reaktor batch tidak ada perubahan masa selama proses reaksi terjadi dan
terdapat waktu tinggal di dalam tangki. Kemudian campuran yang dihasilkan
dikeluarkan. Reaktor batch bereaksi secara unsteady-state karena komposisi
berubah sebagai fungsi waktu, biasanya reaktor ini cocok digunakan untuk
produksi dalam kapasitas kecil (Levenspiel, 1999).

2
Gambar 1.4 Reaktor Batch
Sumber : sites.google.com/site/reactoresbatch/reactor-adiabatic
Dalam reaktor batch tidak ada massa yang masuk dan tidak ada massa yang
keluar, sehingga neraca massa dalam reaktor batch adalah :
Input = Output + Generasi + Akumulasi
𝑑𝑁𝐴
0=0+ + (−𝑟𝐴 )V ……………….……..…..(1)
𝑑𝑡
𝑑𝑁𝐴
− = (−𝑟𝐴 )V ………………….………..…..(2)
𝑑𝑡
1 𝑑𝑋𝐴
(−𝑟𝐴 ) = 𝑉 −𝑁𝐴𝑜 ……………….….………....(3)
𝑑𝑡

Sehingga,
𝑋 𝑑𝑋
t = −𝑁𝐴𝑜 ∫0 𝐴 (−𝑟 𝐴)𝑉 ……………….….………....(4)
𝐴

persamaan diatas adalah persamaan karakteristik untuk batch reactor pada sistem
isothermal dan volume konstan.
1.2.3 Biodiesel
Secara umum, Biodiesel dikatakan sebagai pengganti minyak diesel yang
merupakan turunan dari bimassa yang terbarukan, tetapi secara spesifik, Biodiesel
adalah suatu produk yang terbuat dari minyak sayur atau lemak hewani dan
alkohol, seperti methanol atau ethanol dan Biodiesel ini biasa disebut sebagai
alkil ester atau asam lemak. Salah satu proses pembuatan biodiesel yang sering
dijumpai, yaitu transesterifikasi. (Sheehan, 1998)

3
Tabel 1.1 Syarat Mutu Biodiesel SNI 7128 – 2015
No Parameter uji Satuan,min/maks Persyaratan
Massa Jenis pada
1. kg/m3 850-890
40 o C
Viskositas
2. kinematic pada mm2/s(cSt) 2,3-6,0
o
40 C
3. Angka setana Min 51
Titik
o
4. nyala(mangkok C, min 100
tertutup)
o
5. Titik kabut C, maks 18

Korosi lempeng
6. tembaga (3 jam Nomor 1
pada 500C)

Residu karbon
-dalam percontoh
0,05
7. asli; atau %massa,maks
-dalam 10%ampas
0,3
distilasi

8. Air dan sedimen %volume,maks


0,05
Temperatur o
9. C,maks 360
distilasi 90%
10. Abu Tersulfatkan %massa,maks 0,02
11. Belerang Mg/kg,maks 50
12. Fosfor Mg/kg,maks 4
13. 0,5
Angka Asam Mg-KOH g,maks
14. Gliserol Bebas %massa,maks 0,02
15. Gliserol Total %massa,maks 0,24
16. Kadar ester metil %-massa, min 96,5
%massa(g-
17. Angka iodium 115
12/100g),maks
Kadar
18. %massa,maks
monogliserida 0,8
Kestabilan
oksidasi periode 360
induksi metode
19. Menit
rancimat,atau
periode induksi
metode petro okssi 270
Sumber: btbrd.bppt.go.id

4
1.2.4 Katalis
Katalis merupakan salah satu substansi yang mempengaruhi laju dari suatu
reaksi dan muncul dari proses tanpa merubah bentuk dan komposisi dari zat
tersebut. Katalis biasanya mengubah laju reaksi dengan mengembangkan
mekanisme atau jalur yang berbeda dari suatu reaksi. Pengembangan katalis dan
penggunaannya menjadi salah satu hal yang penting dalam mencari jalur baru
untuk meningkatkan yield dan selektivitas produk dalam suatu reaksi kimia.
Koordinat reaksi ditunjukkan pada Gambar 1.5 adalah ukuran kemajuan
sepanjang jalur reaksi dimana garis hitam menunjukkan jalur reaksi tanpa katalis
dan garis merah putus putus menunjukkan jalur reaksi dengan katalis. Katalis
kimia sangat penting. Karena katalis memungkinkan produk akhir dengan jalur
atau mekanisme yang berbeda, hal ini dapat mempengaruhi yield dan
selektivitasnya. (Fogler, 1999)

Gambar 1.5 Jalur reaksi yang melibatkan katalis

1.2.5 Kinetika Reaksi


Dalam suatu reaksi kimia, dimisalkan basis perhitungan dari suatu reaktan
A, di mana reaktan tersebut habis karena adanya suatu reaksi. Reaktan yang habis
selalu dijadikan acuan atau basis dalam suatu perhitungan. Laju menghilangnya
A, -rA , bergantung pada suhu dan komposisi. Untuk berbagai macam reaksi,

5
dapat dituliskan produk dari konstanta laju reaksi k, dan juga fungsi konsentrasi
dari berbagai macam komponen yang terlibat dalam suatu reaksi.
-rA=[ kA (T)] [fn (CA, CB, ……] …………………………….(5)
Nilai dari konstanta laju reaksi k sebenarnya bukanlah selalu konstan,
tetapi hanya bersifat independen terhadap konsentrasi dari komponen yang terlibat
dalam reaksi. Nilai ini biasa juga disebut dengan konstanta spesifik laju reaksi.
Ketergantungan laju reaksi -rA terhadap konsentrasi dari suatu komponen,
hampir tanpa pengecualian ditentukan oleh eksperimental pengamatan. Meskipun
ketergantungan fungsional dapat dipostulasikan dari teori, eksperimen diperlukan
untuk mengkonfirmasi formulir yang diusulkan. Salah satunya bentuk umum yang
paling umum dari ketergantungan ini adalah produk dari konsentrasi dari individu
bereaksi spesies, yang masing-masing ditingkatkan dengan pangkat, contoh :
-rA=kA CAα CBβ.......……...…………….(6)
Nilai pangkat dari persamaan ini, mengarah ke konsep orde reaksi. Orde
reaksi adalah nilai diimplikasikan sebagai nilai yang mengarah pada konsentrasi
dari suatu reaktan dalam hukum kinetika reaksi (Fogler, 1999).

6
BAB 2
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun skema alat percobaan Batch Chemical Reactor yaitu

Gambar 2.1 Skema Alat Percobaan Batch Chemical Reactor

Gambar 2.2 Pengendapan Larutan Setelah Reaksi

Gambar 2.3 Pencucian Biodiesel

7
Pada percobaan Batch Chemical Reactor alat yang digunakan diantaranya
adalah Stirring Heating Mantle , Hotplate Stirrer , Magnetic Stirrer Bar , Labu leher
dua, Termometer , Kondensor alihn , Cooling Water System, Stopwatch ,Statif, klem
holder dan klem universal ,Gelas ukur, Corong pemisah, Viscometer dan piknometer.
Adapun bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan batch reactor, yaitu
ethanol (C2H5-OH), kalium hidroksida (KOH), minyak jelantah dan aquadest.

2.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan dalam praktikum Batch Chemical Reactor adalah
pertama siapkan alat dan bahan sebelum praktikum dimulai. Kedua peralatan
eksperimen disusun sesuai dengan skema alat yang ada di modul. Ketiga, katalis
basa dilarutkan ke dalam larutan alkohol sesuai dengan variabel pada hotplate
stirrer. Kemudian dilakukan pengadukan selama minimal 15 menit dengan
kecepatan pengadukan level menengah. Katalis harus dipastikan telah terlarut
sempurna. Agar katalis dapat cepat larut, dapat dilakukan dengan pemanasan pada
level menengah. Keempat, minyak dalam labu reaktor dipanaskan dengan stirring
heating mantle pada level menengah. Magnetic stirrer bar dimasukkan ke dalam
labu tersebut. Dan setelah itu alirkan air pendingin ke dalam kondensor dan
masukkan larutan katalis ke dalam reaktor. Setelah itu, reaksi dibiarkan
berlangsung sesuai dengan variabel waktu yang ditentukan adalah 15, 30, 45, dan
60 menit. Setelah reaksi tercapai, reaksi dihentikan dengan ditambahkan aquadest
sebanyak yang ditentukan adalah 30 ml dan hentikan pemanasan dan
pengaduknya. Kemudian larutan di dalam labu dikeluarkan dan dimasukkan ke
dalam corong pemisah. Kemudian, larutan didiamkan selama minimal 12 jam dan
diambil lapisan esternya, dan lapisan ester dicuci dengan aquadest dan dipisahkan
dengan corong pemisah selama 12 jam. Kemudian terakhir ambilah ester yang
telah terbentuk dan lakukan pengujian densitas dan viskositas, setelah itu rapikan
dan bersihkan seluruh alat praktikum.

8
2.3 Diagram Alir
Adapun diagram alir percobaan yang digunakan pada praktikum Batch
Chemical Reactor yaitu:

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Susun peralatan eksperimen sesuai sketsa

Ambil etanol 250 ml ke dalam gelas beaker atau gelas ukur dan
tutup gelas beaker menggunakan aluminium foil

Ambil padatan KOH sebanyak 6,92 gram ke dalam gelas


beaker menggunakan spatula

Pindahkan larutan etanol ke dalam gelas beaker yang berisi


padatan KOH

Masukkan magnetic stirrer bar ke dalam gelas beaker dan tutup


kembali gelas beaker menggunakan aluminium foil

Letakkan gelas beaker diatas hotplate stirrer

Pengadukan dilakukan dengan kecepatan level


menengah hingga KOH larut sempurna

9
A

Masukkan minyak jelantah 50 ml dan magnetic stirrer bar ke


dalam labu leher dua

Panaskan minyak jelantah dengan stirring heating mantle


hingga suhu 65-70°C

Ambil larutan KOH+etanol 50 ml dan campurkan dengan


minyak jelantah yang ada di dalam labu leher dua

Reaksi berlangsung sesuai dengan variabel waktu reaksi

Hentikan reaksi setelah waktu reaksi tercapai dengan


penambahan aquadest

Larutan di dalam labu leher dua dikeluarkan

Larutan dimasukkan ke dalam corong pemisah menggunakan


corong kaca

Diamkan larutan tersebut selama minimal 12 jam

Ambil lapisan ester dan lakukan pengujian densitas dan


viskositas

Biodisel yang tersisa di dalam corong pemisah dicuci dengan


aquadest dan diamkan selama 12 jam

Ambil lapisan aquadest yang tidak larut dengan biodisel

10
B

Ambil lapisan biodisel dan lakukan pengujian densitas dan


viskositas

Mencatat data yang telah didapatkan

Rapikan dan bersihkan seluruh alat eksperimen

Reaksi berlangsung sesuai dengan variabel waktu reaksi

Selesai

Gambar 2.4 Diagram Alir Percobaan

2.4 Variabel Percobaan


Adapun variabel percobaan yang digunakan pada praktikum reactor batch
yaitu:
a. Rasio volume minyak : alkohol = 1 : 1
b. Berat katalis basa = 4 % (w/w minyak)
c. Volume total reaktan = 100 ml
d. Suhu reaksi = 65-70 ◦C
e. Waktu reaksi = 15, 30, 45, 60 menit
f. Volume aquadest = 30 ml

11
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Perhitungan


Berikut merupakan data literatur dan hasil perhitungan,
Tabel 3.1 Data Literatur

Komponen Murni BM ρ Μ
(gr/mol) (gr/cm3 ) (cSt)
Air (40°C) 18,02 0,9922 0,6560
Minyak Jelantah 282,00 0,902 35,41
Ethanol 46,07 0,790 1,20
Fatty Acid Ethyl Ester
(FAEE) 73,07 0,845 3,96

Gliserol 92,09 1,260 1500

Tabel 3.2 Data Produk Gliserol Diperoleh dari Hasil Perhitungan


Variabel
t, pada
Waktu Volume Massa ρ μ
Viskosmeter
Reaksi (mL ) (gram) (gr/cm3 ) (cSt)
(s)
(min)
15 95 80 72,65 0,9081 3,968

30 106 100 70,63 0,7063 4,427

45 101 75 64,01 0,8535 4,218

60 135 80 48,34 0,6043 5,639

Tabel 3.3 Data Produk Biodiesel Diperoleh dari Hasil Perhitungan


Variabel
t, pada
Waktu Volume Massa ρ μ
Viskosmeter
Reaksi (mL ) (gram) (gr/cm3 ) (cSt)
(s)
(min)
184 36 31,1472 0,8652 7,0989
15
160 38 32,8396 0,8642 6,1730
30

12
Tabel 3.3 Data Produk Biodiesel Diperoleh dari Hasil Perhitungan (continued)
Variabel
t, pada
Waktu Volume Massa ρ μ
Viskosmeter
Reaksi (mL ) (gram) (gr/cm3 ) (cSt)
(s)
(min)

148 41 35,4732 0,8652 5,7100


45
144 43 37,2896 0,8672 5,5560
60

Tabel 3.4 Data Fraksi Mol Ester (x1) dan Fraksi Mol Minyak Jelantah (x2)
x2
Variabel ln μmix ln μ1 ln μ2 x1 Fraksi
Waktu (cst) (cSt) (cSt) Fraksi mol
Reaksi mol Ester RBD
(min) Olein
1,960 0,733 0,267
15
1,820 0,797 0,203
30 1,3762 3,567
1,742 0,833 0,167
45
1,715 0,846 0,154
60

Tabel 3.5 Data Mol Biodiesel Diperoleh dari Hasil Perhitungan


Variabel Massa Mol Bobot Mol
Waktu Minyak Minyak Massa Molekul Biodiesel
Reaksi Jelantah Jelantah Biodiesel Biodiesel (mol)
(min) Awal Awal (gram) (gram/mol)
(gram) (mol)

15 31,1472 128,738 0,2419

30 32,8396 115,409 0,2844


47,25 0,1675
45 35,4732 107,974 0,3285

60 37,2896 105,361 0,3539

13
Tabel 3.6 Data Mol FAEE dan Mol Minyak Jelantah dalam Biodiesel
Variabel Waktu Mol FAEE Mol Minyak Jelantah
Reaksi dalam Biodiesel dalam Biodiesel
(min) (mol) (mol)

15 0,1774 0,0644

30 0,2268 0,0576

45 0,2736 0,0549

60 0,2992 0,0547

Tabel 3.7 Data %Konversi dan %Yield


Variabel Waktu
Reaksi
(min) % Konversi % Yield

15 0,4656 0,3580

30 0,5471 0,3774

45 0,6005 0,4077

60 0,6204 0,4286

Tabel 3.8 Data Kinetika Reaksi

-rA
t CA CAo CC 𝒎𝒐𝒍
XA Orde K1 K2 ( )
(min) (mol/L) (mol/L) (mol/L) 𝒎𝒊𝒏.𝑳

15 1,7907 0,4656 6,7205 6,5286

30 1,5175 0,5471 7,4880 7,3863


3,3500 2 0,2348 1,0340
45 1,3387 0,6005 8,0128 7,9710

60 1,2722 0,6204 8,2305 8,2118

14
3.2 Pembahasan
Pada praktikum modul Batch Chemical Reactor dilakukan eksperimen
pembuatan biodiesel dengan tujuan dapat merancang persamaan kinetika reaksi
pada suatu reaksi kimia (reaksi transesterifikasi). Sasaran yang harus dicapai
antara lain menghitung konversi dan yield produk biodiesel dan menghitung
kinetika reaksi transesterifikasi yang meliputi orde dan konstanta kecepatan
reaksi.
Melalui proses transesterifikasi minyak kelapa sawit (RBD Olein) yang
direaksikan dengan ethanol, sehingga menghasilkan produk FAEE (Fatty Acid
Ethyl Ester) dan Gliserol. Produk utama atau yang diinginkan adalah biodiesel
terbentuk oleh senyawa trigliserida yang bereaksi dengan ethanol, mekanisme
reaksinya adalah satu gugus H dari ethanol lepas dan mengisi gugus OCH atau
OCH2 dalam trigliserida sehingga membentuk gugus OCH3, dan diperoleh
biodiesel.
Pada percobaan praktikum Batch Chemical Reactor kali ini alat yang
digunakan antara lain heating mantel stirrer sebagai pemanas dengan tambahan
magnetic stirrer bar sebagai alat bantu pengadukan selama reaksi, kemudian labu
leher 2 sebagai tempat terjadinya reaksi transesterifikasi, kondensor alihn
berfungsi untuk mengkondesasikan uap ethanol selama raksi karena reaksi terjadi
pada boiling point ethanol, cooling water system digunakan sebagai media
pendingin pada kondensor alihn, termometer digunakan untuk mengukur suhu
selama reaksi, suhu yang digunakan adalah 65 oC -70oC, stopwatch digunakan
untuk menentukan waktu reaksi. Selanjutnya klem dan statif digunakan sebagai
penyangga dan penahan kondensor alihn agar tetap pada posisi vertikal, corong
pemisah digunakan untuk memisahkan campuran heterogen, yaitu biodiesel
dengan Gliserol setelah reaksi selesai dengan memanfaatkan gravitasi untuk
pemisahannya dimana senyawa dengan masa jenis yang lebih berat akan berada
dibawah. Selanjutnya ada viscometer micro ostwald yang digunakan untuk
mengukur viskositas, dan alat terakhir adalah piknometer yang digunakan untuk
mengukur massa jenis larutan.
Bahan yang digunakan antara lain adalah ethanol (C2H5-OH), kalium
hidroksida (KOH), minyak dan aquadest. Ethanol digunakan sebagai pelarut

15
katalis KOH. Lalu, katalis basa KOH digunakan sebagai zat yang mempercepat
laju reaksi dan menurunkan energi aktifasi reaksi serta memberi suasana basa
pada reaksi karena proses transesterifikasi pada trigliserida menjadi biodiesel.
Selanjutnya, minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pemakaian rumah
tangga yang diugnakan sebagai bahan baku yang nantinya akan membentuk
biodiesel. Dan bahan terakhir adalah aquadest yang digunakan untuk
menghentikan reaksi. Dengan variabel percobaan yang digunakan adalah rasio
minyak dengan ethanol 1:1, katalis KOH 4% w/w minyak untuk semua variabel,
suhu reaksi 70oC, dan variabel waktu selama 15, 30, 45, dan 60 menit, sehingga
dalam percobaan ini terdapat 4 sampel eksperimen.
Prosedur kerja yang dilakukan pertama, menyusun perlatan percobaan
sesuai sketsa. Kedua, melarutkan kristal katalis KOH kedalam ethanol sesuai
variabel dengan bantuan hot plate stirrer untuk mempermudah pelarutan kristal
KOH dalam ethanol. Ketiga, menyalakan air pendingin kondensor alihn.
Selanjutnya, memasukkan minyak jelantah ke dalam labu leher 2 yang sudah
disusun. Dipanaskan heating mantel pada suhu konstan reaksi yaitu pada boilling
point ethanol. Keempat masukkan larutan katalis kedalam labu leher 2 yang berisi
minyak jelantah, masukkan juga magnetic stirrer bar kedalam labu. Diatur
kecepatan pengadukan pada heat mantel.
Selanjutnya, dilakukan reaksi sesuai variabel waktu yang sudah
ditentukan. Setelah waktu reaksi tercapai hentikan pemanasan dan pengadukan,
keluarkan larutan dari labu leher 2 ke dalam corong pemisah, tambahkan 50 ml
aquadest, pemberian aquadest bertujuan untuk menghentikan reaksi dan
memisahkan komponen produk antara Gliserol dan biodiesel dan sisa minyak
yang belum terkonversi. Diamkan campuran selama minimal 12 jam agar dapat
terpisah secara heterogen sempurna, pada percobaan ini gliserol dan air berada
pada layer bagian bawah karena memiliki densitas lebih besar 0.9-0.95 g/ml
dibandingkan dengan biodiesel 0.85-0.89 g/ml. Setelah dipisahkan ukur viskositas
dan densitas masing masing biodiesel dan gliserol pada tiap variabel pada suhu
40oC, amati dan catat setiap data yang diperoleh. Setelah selesai rapikan dan
bersihkan seluruh peralatan eksperimen.

16
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan data densitas dan viskositas
untuk gliserol dan biodiesel tiap variabel waktu serta data densitas dan viskositas
minyak, ethanol, dan air. Data-data ini kemudian diolah dan dihitung untuk
mencari nilai konversi dan yield tiap variabel waktu. Selain itu data yang
diperoleh dapat dicari nilai konstanta laju reaksi dan orde reaksi untuk
mendapatkan konsentrasi akhir dari RBD (refined, bleached, and deodorized)
Olein dalam senyawa biodiesel dan laju reaksi pembentukan biodiesel dan
gliserol.

50
45 y = 14,265x - 3,1275
40 R² = 0,9761
35
30
t (menit)

25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4
𝑥𝑒𝑞
ln
𝑥𝑒𝑞 − 𝑥
𝑥𝑒𝑞
Gambar 3.1 Grafik perbandingan antara ln 𝑥 vs t
𝑒𝑞 − 𝑥

𝑋𝑒𝑞
Pada gambar 3.1 menunjukan bahwa hubungan antara ln 𝑋 dengan variable
𝑒𝑞 −𝑋

waktu, yaitu memberikan informasi nilai laju reaksi (k) yang dapat dihitung
dengan persamaan regresi yang didapatkan. Dari rumus yang ada pada buku
Levenspiel untuk orde 2 reaksi reversibel didapatkan persamaan, yaitu y = a + bx
𝐶𝐴𝑂 1 𝑋𝑒𝑞
atau t = 𝑘1 𝐶𝐴𝑂 ln 𝑋𝑒𝑞 −𝑋
dan untuk regresi yang didapatkan sebesar y = 76
𝐶𝐴𝑂−𝑋𝑒𝑞

14,265x - 3,1275, maka dapat diketahui nilai k1 sebesar 0,2349 dan nilai k2
sebesar 0,1034.
Maka dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi berlangsung cepat.
Konstanta reaksi dipengaruhi dengan jumlah rasio reaktan dan diikuti dengan

17
jumlah katalis, jika semakin besar jumlah reaktan dan katalis maka semakin besar
pula nilai konstanta laju reaksi yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka, dimana peningkatan jumlah katalis mengakibatkan jumlah active site
semakin banyak yang akan memberikan peluang terjadinya reaksi pembentukan
metil ester semakin banyak atau konversi minyak semakin tinggi (Sidabutar,
2013).

0,5
y = 0,0016x + 0,3324
0,45
R² = 0,9929
0,4
0,35
0,3
%Yield

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 10 20 30 40 50 60 70
t (menit)

Gambar 3.2 Grafik perbandingan %yield terhadap variabel waktu

Pada gambar 3.2 terlihat bahwa %yield biodiesel semakin meningkat


seiring bertambahnya variabel waktu. Pada waktu ke-15 menit nilai yield sebesar
35,80 %, menit ke-30 nilai yield sebesar 37,75 %, menit ke- 45 nilai yield sebesar
40,77% dan pada waktu ke-60 menit nilai yield sebesar 42,86%. Semakin lama
waktu reaksi transesterifikasi berlangsung, maka yield biodiesel yang dihasilkan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama reaksi maka kemungkinan
kontak antar zat akan semakin banyak sehingga konversi semakin tinggi. Selain
itu, terdapat pengaruh konsentrasi KOH terhadap yield biodiesel. Secara teori
katalis berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi. Semakin banyak jumlah katalis
yang ditambahkan akan meningkatkan laju reaksi. Semakin besar konsentrasi
katalis dalam larutan, maka energi aktivasi suatu reaksi semakin kecil, sehingga
produk akan semakin banyak terbentuk. Meningkatnya konsentrasi katalis
meyebabkan meningkatnya yield biodiesel (Hingu, 2010).

18
0,7
0,6
0,5 y = 0,0035x + 0,429
%Konversi

0,4 R² = 0,9336

0,3
0,2
0,1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
t (menit)

Gambar 3.3 Grafik hubungan antara %konversi minyak jelantah terhadap


waktu

Pada gambar 3.3 merupakan grafik hubungan antara %konversi terhadap


waktu dimana pada variabel waktu proses operasi semakin lama maka akan
menghasilkan nilai konversi yang semakin meningkat. Dapat dilihat pada waktu
operasi 15 menit didapatkan %konversi minyak jelantah sebesar 61,52%, pada
waktu operasi 30 menit didapatkan %konversi minyak jelantah sebesar 65,58%,
pada waktu operasi 45 menit didapatkan %konversi minyak jelantah sebesar
67,24%, dan pada waktu operasi 60 menit didapatkan %konversi minyak jelantah
sebesar 67,35%. Peningkatan %konversi minyak jelantah dapat terjadi
dikarenakan semakin lama waktu reaksi maka kontak antar zat semakin besar
sehingga menghasilkan konversi yang besar. Namun pada percobaan ini belum
mencapai equilibrium atau kesetimbangan karena belum mengalami penurunan
%konversi minyak jelantah. Kesetimbangan sudah tercapai jika bertambahnya
waktu reaksi tidak akan memperbesar hasil konversi (Anisah, 2018).
Laju pembentukan biodisel dapat menurun jika telah mencapai keadaan
setimbangan. Hal ini disebabkan oleh faktor tabrakan antara molekul alkohol dan
minyak berkurang ketika molekul diubah menjadi biodisel (Samad dkk, 2018).
Menurut penelitian Rachmaniah (2009) menyebutkan bahwa penambahan co-

19
solvent dalam proses reaksi sebaiknya tidak mengandung air karena untuk
mengatasi masalah keterbatasan transfer massa yang menyebabkan lag time pada
transesterifikasi dengan alkohol. Oleh karena itu, dengan penambahan aquadest
dapat menyebabkan keterbatasan transfer massa sehingga dapat menghentikan
produk kembali ke reaktan. Aquadest, alkohol, dan biodisel merupakan senyawa
polar sedangkan minyak jelantah dan gliserol merupakan senyawa non-polar.
Suatu senyawa bersifat polar bercirikan molekulnya mengandung ikatan ganda,
gugus karbonil dan atom elektronegatif sedangkan senyawa non-polar
berkebalikan dengan senyawa polar (Houghton dan Raman, 1998).
Aquadest merupakan pelarut yang mempunyai kemampuan tinggi
melarutkan suatu senyawa (Azizah, 2011). Senyawa polar akan bercampur dengan
senyawa yang polar juga sehingga etanol larut dengan aquadest. Gliserol
merupakan senyawa non-polar. Pembuatan biodiesel atau reaksi transesterifikasi
minyak goreng bekas dihasilkan produk samping berupa gliserol dengan tingkat
kemurnian yang rendah, yang bisa disebut dengan crude glycerol yang dihasilkan
sekitar 10-20% dari total produk (Darnoko, D dan Cheryan, M., 2000). Densitas
gliserol murni adalah sekitar 1,2620 g/ml (Groggins, 1958), sedangkan rata-rata
densitas gliserol yang didapatkan pada percobaan ini adalah 0,76805 g/cm3.
Perbedaan ini disebabkan adanya senyawa lain yang terdapat di dalam gliserol
kotor seperti sisa etanol dan minyak goreng bekas yang tidak bereaksi.

20
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Batch Chemical Reactor adalah
sebagai berikut :
1
1. Diperoleh nilai konstanta kinetika reaksi (K1) adalah 0,2348 dan (K2)
𝑚𝑖𝑛
1
adalah 1,0340𝑚𝑖𝑛 . Kemudian di dapat orde reaksi 2.
𝑚𝑜𝑙
2. Pada saat waktu reaksi 15 menit diperoleh laju reaksi, -𝑟𝐴 = 6,5286 (𝑚𝑖𝑛.𝑚3 ),

%konversi 0,465 dan %Yield 0,3580. Pada saat waktu reaksi 30 menit
𝑚𝑜𝑙
diperoleh laju reaksi, -𝑟𝐴 = 7,3863 (𝑚𝑖𝑛.𝑚3 ), %konversi 0,5471, dan %Yield

0,3774. Pada saat waktu reaksi 45 menit diperoleh laju reaksi, -𝑟𝐴 = 7,9710
𝑚𝑜𝑙
(𝑚𝑖𝑛.𝑚3 ), %konversi 0,6005 dan %Yield 0,4077. Pada saat waktu reaksi 60
𝑚𝑜𝑙
menit diperoleh laju reaksi -𝑟𝐴 = 8,2118 (𝑚𝑖𝑛.𝑚3 ), %konversi 0,6204 dan

%Yield 0,4286.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah lebih berhati-hati dalam suhu pada
saat mengukur viskometer biodiesel harus konstan, lalu untuk cairan hidroskopis
sebaiknya diperhatikan dalam penutupan larutannya menggunakan aluminium
foil, dan yang terakhir pada saat pengambilan biodiesel hingga tetes terakhir
sangat diperhitungkan untuk mendapat volumenya yang diinginkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rut Nobalia R.S., & Dahlena A. 2017. “Conversion of palm oil sludge
to biodiesel using alum and KOH as catalysts”. ScienceDirect: Sustainable
Environment Research 27 (2017) 291-295
Anisah, Putri M., Drs. Suwandi, M.Si & Egi Agustian M. Eng. “Pengaruh Waktu
Transesterifikasi Terhadap Konversi Minyak Jelantah Menjadi Biodisel”.
E-Proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 | Page 916
Azizah, U. 2011. “Air Sebagai Pelarut”. Available at : www.chem-is-try.org
(diakses tanggal 26 Maret 2019)
Badan Standarisasi Nasional. 2006. “Persyaratan Kualitas Biodiesel”. Available
at : www.bsn.com (diakses tanggal 20 Maret 2019)
Darnoko, D dan Cheryan M. 2000. “Kinetics of Palm Oil Transesterification in a
Batch Reactor”. J. Am.OilChem.Soc., 77, 1263-1267
Fogler H. Scott.1999. “Elements of Chemical Reaction Engineering – 3rd Edition”.
India: Prentice-Hall.
Groggins, P.H.1958. “Unit Processes in Organic Synthesis – 5th Edition”.
Mcgraw Hill Book Company: New York.
Hingu, S.M., Gogate, P.R., Rathod, & V.K. 2010. “Synthesis of from Waste
Cooking Oil using Sonochemical Reactors”. Ultrasonics Sonochemistry 17:
827–832
Hougton, P.J & A. Rahman. 1998. “Laboratory Handbook For The Fractination
of Natural Extraxt”. Chapman & Hall: London
Levenspiel, O.1999. “Chemical Reaction Engineering, Ed. 3rd”. John Wiley and
Sons: New York.
Prihanto, A., Pramudono, B. & Santosa, H. 2013. “Peningkatan Yield Biodisel
dari Minyak Biji Nyamplung Melalui Transesterifikasi Dua Tahap”.
Momentum 9 :46 - 53
Rachmaniah O., Baidawi A., & Latif I. 2009. “Produksi Biodiesel Berkemurnian
Tinggi dari Crude Palm Oil (CPO) Dengan Tetrahidrofuran-Fast Single-
Phase Process”. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(Reaktor, Vo. 12 No. 3, Juni 2009, Hal. 166-174)

22
Riemenschneider, Wilhelm. 2005.“Ullman’s Encyclopedia of Chemical Industries
– Esters and Organic Volume 13”. Jerman.
Samad, Alan T.P., Dwini N.P., Meka S.P., Tania S.U., Rita A., & Heri H. 2018.
“Design of portable biodiesel plant from waster cooking oil”.
ScienceDirect: Energy Procedia 153 (2018) 263-268
Sheeha Joh .1998. “An Overview of Biodiesel and Petroleum Diesel Life Cycles”.
USA: National Renewable Energy Laboratory.
Sreenivasan, B. 1978. Interesterification of Fats. J. Am. Oil Chem.
Sudarmaji, Slamet., Suhardi., & Bambang Haryono. 1989. “Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian”. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta bekerja sama
dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

23
LAMPIRAN
 Cara perhitungan
Kondisi Operasi
Suhu (°C) Tekanan (atm)
70 1

1. Data literatur

Komponen Murni BM ρ μ
(gr/mol) (gr/cm3 ) (cSt)
Air (40°C) 18,02 0,9922 0,6560
Minyak Jelantah 282,00 0,902 35,41
Ethanol 46,07 0,790 1,20
Fatty Acid Ethyl Ester
(FAEE) 73,07 0,845 3,96

Gliserol 92,09 1,260 1500

2. Data Eksperimen
a. Data Produk Gliserol Diperoleh dari Hasil Perhitungan
Variabel
t, pada
Waktu Volume Massa ρ μ
Viskosmeter
Reaksi (mL ) (gram) (gr/cm3 ) (cSt)
(s)
(min)
15 95 80 72,65 0,9081 3,968

30 106 100 70,63 0,7063 4,427

45 101 75 64,01 0,8535 4,218

60 135 80 48,34 0,6043 5,639

b. Data Produk Biodiesel Diperoleh dari Hasil Perhitungan


Variabel
t, pada
Waktu Volume Massa ρ μ
Viskosmeter
Reaksi (mL ) (gram) (gr/cm3 ) (cSt)
(s)
(min)
15 184 36 31,1472 0,8652 7,0989

24
Data Produk Biodiesel Diperoleh dari Hasil Perhitungan (continued)
Variabel
t, pada
Waktu Volume Massa ρ μ
Viskosmeter
Reaksi (mL ) (gram) (gr/cm3 ) (cSt)
(s)
(min)

30 160 38 32,8396 0,8642 6,1730

45 148 41 35,4732 0,8652 5,7100

60 144 43 37,2896 0,8672 5,5560

3. Perhitungan
a. Perhitungan x1 dan x2

Diketahui :
Data pada Variabel Waktu 30 menit :
ln μmix (Biodiesel dari percobaan) = ln 6,173 cSt
ln μ1 (Biodiesel literatur) = ln 3,96
ln μ2 (Minyak Jelantah) = ln 35,41
ln μmix = x1 ln μ1 + x2 ln μ2

ln μmix = x1 ln μ1 + (1- x1) ln μ2


ln μmix = x1 ln μ1 + ln μ2 – ( x1 ln μ2)
ln μmix= x1( ln μ1 - ln μ2) + ln μ2
x1 = 0,797
x2 = 0,203

b. Data Fraksi Mol Ester (x1) dan Fraksi Mol Minyak Jelantah (x2)
x1 x2
Variabel ln μmix ln μ1 ln μ2 Fraksi Fraksi
Waktu (cst) (cSt) (cSt) mol mol
Reaksi Ester Minyak
(min) Jelantah
15 1,960 0,733 0,267

30 1,820 0,797 0,203


1,3762 3,567
45 1,742 0,833 0,167

60 1,715 0,846 0,154

25
c. Perhitungan Massa Minyak Jelantah
Massa Minyak Jelantah = ρ x V
= 0,945 x 50
= 47,25 gram
d. Perhitungan Mol Awal Minyak Jelantah
gram
Perhitungan Mol Awal Minyak Jelantah = BM
47,25 gram
= 282 gram/mol
= 0,1675 mol
e. Perhitungan Massa Produk Biodiesel
Massa Produk Biodiesel = ρ x V
= 0.864 x 49
= 42,346 gram
f. Perhitungan Berat Molekul Biodiesel
Berat Molekul Biodiesel = (1 * BM FAEE) + (X2 * Minyak Jelantah)
= (0,797 x 73,07) + (0,203 x 282 )

= 115,409 gram/mol

g. Perhitungan Mol Biodiesel


gram
Mol biodiesel = BM
42,346
= 115,409
= 0,367 mol
h. Data Mol Biodiesel Diperoleh dari Hasil Perhitungan
Variabel Massa Mol Bobot Mol
Waktu Minyak Minyak Massa Molekul Biodiesel
Reaksi Jelantah Jelantah Biodiesel Biodiesel (mol)
(min) Awal Awal (gram) (gram/mol)
(gram) (mol)

15 31,1472 128,738 0,2419

30 32,8396 115,409 0,2844


47,25 0,1675
45 35,4732 107,974 0,3285

60 37,2896 105,361 0,3539

26
i. Perhitungan Mol FAEE dan Mol Minyak Jelantah dalam Biodiesel
- Mol FAEE = (X1 x Mol Biodiesel)
= (0,797 x 0,367)
= 0,293 mol
- Mol Minyak Jelantah = (X2 x Mol Biodiesel)

= (0,203 x 0,367)
= 0,074 mol
j. Data Mol FAEE dan Mol Minyak Jelantah dalam Biodiesel
Variabel Waktu Mol FAEE Mol Minyak Jelantah
Reaksi dalam Biodiesel dalam Biodiesel
(min) (mol) (mol)

15 0,1774 0,0644

30 0,2268 0,0576

45 0,2736 0,0549

60 0,2992 0,0547

k. Perhitungan %Konversi dan %Yield


- % Konversi = 1- ( Mol Minyak Jelantah dalam Biodiesel / Mol
Awal Minyak Jelantah)

- % Yield = (Massa Produk Biodiesel / (Massa Awal Minyak Jelantah))


l. Data % Konversi dan % Yield Biodiesel
Variabel Waktu
Reaksi
(min) % Konversi % Yield

15 0,4656 0,3580

30 0,5471 0,3774

45 0,6005 0,4077

60 0,6204 0,4286

27
m. Perhitungan CA0 (mol/m3) dan CA (mol/m3)
- CA0 (mol/m3) = (Mol Awal Minyak Jelantah / Volume
Awal Minyak Jelantah)
= (0,1675/(50/1000))
= 3,350 mol/L
- CA (mol/m3) = (Mol RBD dalam Biodiesel / Volume
Produk Biodiesel)
= (0,0576/(38/1000))
= 1,5175 mol/L
- CC (mol/L) = (Mol biodiesel/Volume biodisesel)
= ((0,2845/(38/1000))
= 7,4879 mol/L

n. Perhitungan XA
XA = 1- (CA / CA0)
= 1- (1,5175/3,350 )
= 0,547
o. Perhitungan Nilai K
(𝑋𝑒𝑞 ⁄𝑋𝑒𝑞 −𝑋)
Berdasarkan grafik t vs ln , didapatkan persamaan y=
(𝐶𝐴 ⁄𝑋𝑒𝑞 )
14,265x - 3,1275 dimana Slope = 14,265 dan Intercept = -3,1275.
Didapatkan nilai k1 dan k2 dengan cara:
𝐶𝐴0
= 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑘1
𝐶𝐴0
k1 = = 3,350/14,265
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

= 0, 2348
(𝑎−𝑋𝑒𝑞 )
k2 = k1 (𝑐+𝑋
𝑒𝑞 )

3,350−0,62036)
= 0,2348 ( (0+0,62036)

= 1,034
p. Perhitungan -rA
-rA = k1CA-k2Cc

28
-rA
t CA CAo CC 𝒎𝒐𝒍
XA Orde K1 K2 (𝒎𝒊𝒏.𝑳)
(min) (mol/L) (mol/L) (mol/L)

15 1,7907 0,4656 6,7205 6,5286

30 1,5175 0,5471 7,4880 7,3863


3,3500 2 0,2348 1,0340
45 1,3387 0,6005 8,0128 7,9710

60 1,2722 0,6204 8,2305 8,2118

29
Pembagian Tugas

Tugas Penanggung
Jawab
1. Alat dan bahan disiapkan. Semua
2. Peralatan eksperimen disusun sesuai dengan sketsa. Sendy dan
Wing
3. Padatan Kristal katalis ditimbang dengan variabel 3- Rani
4% w/w minyak.
4. Kristal katalis dimasukkan ke dalam alkohol. Rani
5. Larutan alkohol diaduk minimal 15 menit dengan Rani
kecepatan menengah dan dipanaskan dengan
pemanas pada level menengah.
6. Minyak dipanaskan dalam labu reaktor dengan Wynne
stirring heating mantle pada level menengah.
7. Magnetic stirrer dimasukkan ke dalam labu Wynne
tersebut.
8. Air pendingin dialirkan ke dalam kondensor. Sendy
9. Larutan katalis dimasukkan ke dalam labu reaktor. Virgin
10. Ditambahkan aquadest sebanyak 30 ml. Virgin
11. Larutan dalam labu dikeluarkan dan dimasukan ke Sendy
dalam corong pemisah. Dan didiamkan selama 12
jam.
12. Ester yang telah terbentuk diambil. Larutan ester Wing
dicuci dengan aquadest dan dipisahkan dengan
corong pemisah selama 12 jam.
13. Ester yang telah terbentuk diambil. Wing
14. Dilakukan pengujian densitas dengan piknometer Virgin dan
dan dicatat hasilnya. Wynne
15. Dilakukan pengujian viscositas dengan viskometer Rani dan Sendy
dan dicatat hasilnya.
16. Alat eksperimen dirapikan dan dibersihkan. Semua

30

Anda mungkin juga menyukai