Anda di halaman 1dari 27

RINGKASAN

Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan


secara gravitasi untuk menyisihkan supended solid. Sedimentasi merupakan salah
satu proses yang paling banyak digunakan dalam pengolahan air. Sedimentasi
merupakan proses pengendapan material padat dari cairan, biasanya udara atau air
dari larutan suspense. Tujuan dari percobaan sedimentasi adalah untuk memisahkan
kandungan suspended-solid dalam air kapur dengan prinsip gaya gravitasi,
menghitung kecepatan pengendapan yang terjadi pada percobaan sedimentasi,
menghitung kadar CaCO3 yang terendapkan dan menghitung efisiensi alat proses
sedimentasi. Prosedur dari percobaan yang dilakukan adalah mengalirkan umpan
pada homogenizing tank kedalam equalizing tank, kemudian mengalirkan pada
settling tank lalu mengukur densitas dan viskositas pada inlet dan outlet. Proses
sedimentasi sering di gunakan pada dunia industry untuk pembuatan kertas, dimana
slurry berupa selulose akan dipisahka menjadi pulp dan air.

Kata Kunci: Sedimentasi, Suspended, Pengendapan.


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………
ABSTRAK…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………….…………………………………………
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
1.1 Latar belakang…………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………
1.3 Tujuan Percobaan………………………………………………
1.4 Ruang lingkup………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………
2.1 Sedimentasi……………………………………………………..
2.2 Faktor sedimentasi……………………………………………..
2.3 Metode Sedimentasi………………………………………….
2.4 Proses Sedimentasi Gravitasi …………………………………..
2.5 Mekanisme Sedimentasi…………….……………………….
2.6 Kecepatan Sedimentasi ……………………………………….
2.7 Aplikasi dalam industry ………………………………………
2.8 Laju pengendapan…………………………. …………………
2.9 Hipotesis ……………………………………………………..
2.9.1 Review Jurnal Sedimentation rate of microfluidized sugarcane
juice…

2.9.2 Review Jurnal Forest Influence in Water System Arrangement and


Sedimentation Process on Watershed…………………………………….

2.9.3 Review Jurnal Majunya Garis pantai yang diakibatkan oleh


proses sedimentasi disepanjang pantai perairan kabupaten

rembang…………………………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………


3.1 Diagram alir……………………………………………………
3.2 Alat dan Bahan………………………………………………..
3.2.1 Alat………………………………………………….
3.2.2 Bahan……………………………………………….
3.3 Prosedur Percobaan…………………………………………..
3,4 Gambar alat…………………………………………………..
3.5 Variabel Percobaan……………………………………………
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….
4.1 Hasil…………………………………………………………..
4.2 Pembahasan…………………………………………………..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………...........
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. Perhitungan
b. Tugas Khusus
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Sedimentasi Batch…………………………………


Gambar 2.2 Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch…………………………..
Gambar 2.3 Mekanisme Sedimentasi Kontinyu……………………………..
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Review jurnal Sedimentation rate of microfluidized sugarcane juice……


Tabel 2.2 Review Jurnal Forest Influence in Water System Arrangement
and Sedimentation Process on Watershed………………………………...
Tabel 2.3 Review Jurnal Majunya Garis pantai yang diakibatkan oleh proses
sedimentasi disepanjang pantai perairan kabupaten
rembang………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedimentasi merupakan proses pengendapan material padat dari cairan,
biasanya udara atau air dari larutan suspense. Dalam industry kimia,
perkembangan pengelolaan industry tidak begitu saja terjadi. Hal ini disebabkan
karena semakin bertambahya variatif dan inovatif dalam penggunaan bahan baku
produk, tentunya menginginkan produk yang berkulaitas dan mempunya daya
kemurnian yang tinggi. Untuk itu, dalam memisahkan berbagai komponen yang
terdapat dalam bahan baku banyak metode yang digunakan untuk suatu proses
pemisahan tersebut, seperti sedimentasi, destilasi, filtrasi, ekstraksi dan lain
sebagaianya.
Pada percobaan ini, salah satu metode pemisahan yang digunakan adalah
metode sedimentasi. Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid
menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan supended solid.
Pada metode sedimentasi ini banyak di gunakan dalam industry seperti pada
industry pulp and paper dimana slurry yang berupa bubur selulose yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam percobaan sedimentasi ini terdapat rumusan masalah yang akan
dibahas, yaitu memahami proses sedimentasi secara langsung dan factor-faktor
yang mempengaruhinya.

1.3 Tujuan Perobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memisahkan kandungan suspended-
solid dalam air kapur dengan prinsip gaya gravitasi, menghitung kecepatan
pengendapan yang terjadi pada percobaan sedimentasi, menghitung kadar CaCO3
yang terendapkan dan menghitung efisiensi alat proses sedimentasi.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang digunakan pada percobaan ini meliputi metode yang
digunakan, yaitu metode pengendapan. Bahan yang diguankan yaitu air,
amoniak, EDTA, indicator EBT, kapur (CaCO3) dan koagulan (Tawas/PAC).
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Untirta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padatan encer menjadi


fluida yang lebih pekat berdasarkan gaya gravitasi.Didalam pengolahan
air ,bangunan sedimentasi digunakan untuk memisahkan partikel padatan atau
kotoran yang terflokulan atau terkoagulasi.Kecepatan pengendapan partikel yang
terdapat dalam air tergantung pada berat jenis ,bentuk dan ukuran partikel ,viskositas
air dan keceatan aliran dlam bak pengendapan.Berdasarkan sifat
partikelnya ,banguan sedimentasi dikelompokkan menjadi :

 Sedimentasi tipe I (pra-sedimentasi)


 Sedimentasi tipe II (sedimentasi)
 Sedimentasi tipe III (Final clariffer)
 Sedimentasi tipe IV (Sludge sedimentasi)

Adapun macam bentuk dari bak sedimentasi terdiri dari 2 macam, yaitu:

 Bak empat persegi Panjang (long – rectangular bath)


 Bak lingkaran (arcular bath)

Sudut bak sedimentasi secara ideal dengan proses kontinyu dibagi menjadi 4 daerah
(zone) yaitu:

 Daerah masuk (inlet zone) yang berfungsi untuk mendistribusikan


aliran secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan
kecepatan aliran yang harus masuk
 Daerah pengendapan (sttling point) yang berfungsi untuk mengalirkan
air secara pelan horoizontal kearah outlet dan didalam zona ini terjadi
proses pengendapan dan juga tempat pengeluaran lumpur
 Daerah lumpur (sludge zone) yang berfungsi sebagai tempat
pengumpulan partikel-partikel yang terednapkan dan juga tempat
pembuangan lumpur.

Daerah pengeluaran air (outlet zone) berfungsi sebgai tempat pengeluaran air yang
telah bersih dari proses pengendapan melalui pelimpah
2.2 Faktor sedimentasi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi adalah sebagai
berikut :
1. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena
partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun semakin besar.
Peristiwa ini disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi
berarti semakin banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang
menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara suatu partikel dengan
partikel yang lain. Drag force atau gaya 7 seret ini bekerja pada arah yang
berlawanan dengan gerakan partikel dalam fluida, sehingga gaya drag ke
arah atas dan gerakan partikel ke bawah. Gaya seret ini disebabkan oleh
adanya transfer momentum yang arahnya tegak lurus permukaan partikel
dalam bentuk gesekan maka, dengan adanya drag force yang arahnya
berlawanan dengan arah partikel ini akan menyebabkan gerakan partikel
menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah sehingga
kecepatan pengendapan semakin turun.
2. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika
ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag
dan volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya.
Peristiwa ini disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung)
semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin
kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun.
3. jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi
kecepatan pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis.
Density partikel yang semakin besar akan menyebabkan gaya apung
semakin kecil sedangkan gaya gravitasi semakin besar, sehingga resultan
gaya ke bawah yang merupakan 8 penjumlahan dari gaya drag, gaya
apung dan gaya gravitasi akan semakin besar pula, ini berarti kecepatan
pengendapannya akan semakin besar.
4. Flokulasi
Proses pengendapan dengan lambat agar campuran koagulan dan air baku
dapat mengendap dengan cepat
5. Medium
Semakin besar wadah yang digunakan, semakin banyak jumlah slurry
yang didapatkan
6. Waktu
Semakin lama waktu yang digunakan, semakiin banyak endapan yang
dihasilkan
7. Diameter
Semakin besar diameternya maka akan mempengaruhi tinggi slury

2.2. Metode Sedimentasi


Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya). Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang
terjadi ppada butiran tersebut. Proses sedimentasi dalam industry kimia banyak
digunakan, misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur
selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan iar, proses penjernihan air (water
treatment) dan proses pemisahan buangan nira akan diolah menjadi gula. Proses
sedimentasi dalam dunia dunia industri dilakukan secara sinambungan dengan
menggunakan alat yang dikenal dengan nama thickener, sedangkan untuk skala
laboratorium dilakukan secara batch.
Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik
menjadi dua bagian yaitu slurry dan supermatant. Slurry adalah bagian dengan
konsentrasi partikel terbesar, dan supermatant adalah bagian cairan yang beninng.
Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspense hingga
terbentuk endapan yang terpisah dari beningan.
Clarifier adalah tempat untuk menjernihkan air buku yang keruh
dengan cara melakukan pengendapan unntuk mempercepat pengendapan biasanya
ditambahkan chemical koagulan dan flagulan agar terjadi proses koagulasi dan
flokulasi pada air.
Koagulasi adalah pemisah padatan yang tersuspensi dalam air melalui
proses kimia, sedangkan koagulasi adalah proses penggabungan dari flok-flok kecil
sehingga membentuk partikel yang lebih besar agar semakin besar gumpalan padatan
maka kecepatan pengendapan yang dihasilkan lebih besar.
Proses sedimentasi dapat dilakukan 3 macam cara yaitu sebagai
berikut
 Cara batch
 Cara semi-batch
 Cara kontinyu
A. Cara batch
Cara ini dilakukan skala laboratorium, karena sedimentasi batch paling
dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah, mekanisme sedimentasi
batch pada suatu silinder/ tabung bisa dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Mekanisme sedimentasi batch


Keterangan:
A = cairan bening.
B = zona konsentrasi seragam.
C = zona ukuran butir tidak seragam.
D = zona partikel padat terendapkan.
Gambar diatas menunjukan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam
dengan partikel padatan yang seragam didalam tabung (Zona B). partikel mulai
mengendap dan diasumsikan mencapai keceppatan maksimum dengan cepat. Zona D
terbentuk dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendapkan. Pada zona
transisi, fluida mengalir keatas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah
distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi dan distribusi sama dengan
keadaan awal. Diatas zona B adlaahh zona A yang merupakan cairan bening. Selama
sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah. Zona A dan D
bertambah, sedangkan zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan transisi hilang,
semua padatan berada di zona D. saat ini disebut Criticall settling point, yaituu saat
terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan.
B. Cara semi-batch
Pada sedimentasi semi-batch, hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk saja.
Jadi kemungkinan yang ada bisa berupa slury yang masuk atau beningan yang
keluar. Mekanisme sedimentasi semi batch bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Mekanisme sedimentasi semi-batch


C. Cara kontinu
Pada car aini, cairan slury yang masuk pada beningan yang dikeluarkan secara
kontinu. Saat steady state ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme
sedimentasi kontinu bisa dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.3 Mekanisme sedimentasi kontinyu
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel partikel padat yang
semuka tersebar dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk
didasar atau yang biasanya disebut pengendapan. Selama proses ini berlangsung
terdapat tiga gaya yang berpengaruh:
a. Gaya graviitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunya partikel
padatan menuju ke dasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi
karena massa jenis paryikel padatann lebih besar dari massa jenis fluida.
b. Gaya apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis
fluida. Sehingga partikel padatan berbeda pada permukaan cair.
c. Gaya dorong
Gaua dorong ini terjadi pada saat larutan dipompakan kedalam tabung
klarifer. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentuan, gaya dorong
dapat juga dikihat dari saat mulai turunnya partikel padatan Karenna adanya
gaya gravitasi maka fluida akan memberikan gaya yang disebut gaya dorong.
Partikel partikel yang lebih berat dari fluida tempat partikel itu suspense
dapat dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangka pengendapan
dimana kecepatan fluida cukup kecil dan partikel itu dapat waktu yang cukup
mengendap keluar dari suspense itu, akan tetapi peranti sederhana seperti itu
terbatas gunanya karena pemisahannnya tidak lengkap disamping
memerlukan tennaga kerja unntuk mengelluarkan zat padat yang mengendap
dari dasar tangka.
2.3 Proses Sedimentasi Gravitasi

Banyak metode pemisahan mekanik yang didasarkan pada sedimentasi partikel padat
atau tetesan zat cair melalui fluida yang didorong oleh gaya gravitasi, atau gaya
sentrifugal.Hal ini berhubungan dengan pengendapan gravitasi dan selanjutnya
dengan sedimentasi sentrifugal.itu mungkin atau zat cair dan mungkin berada pada
keadaan mengalir atau keadaan diam.Dalam beberapa situasi tujuan dari proses ini
adalah untuk mengalirkan pengotor yang terdapat dalam fluida untuk memulihkan
partikel sebagaimana dalam pembersihan udara atau gas buang atau terhadap debu
dan uap racun atau untuk membuang zat padat dan air limabah.Dalam hal ini partikel
itu sengaja ditangguhkan dalam cairan untuk dapat dipisahkan menjadi fraksi yang
berbeda dalam ukuran atau densitas dalam cairan itu kadang digunakan kembali
dalam partikel yang difraksinasi .

Apabila suatu paritikel mulai diam karena cairan dimana dia direndam dan
kemudian dipindahkan melalui fluida oleh gaya eksternal,hal ini dapat dibagi
menjadi 2 tahap: Tahap pertama adala periode perpindahan tingkat dimana
perpindahan meningkat dari noo sampai kecepatan terminalnya.Karena periode
perceptan awal pendek.Kecepatan terminal dissi lain dapat dipertahankan selama
partikel berada dibawah perawatan pada peralatan.Beberapa pemisahan seperti
dryying dan tabling tergantung pada perbedaaan sifat partikel selama periode
percepatan yang paling umum digunakan adalah metode yang hanya menggunakan priode
kecepatan terminal saja.

Partikel yang lebih berat dari fluida tempat partikel itu tersuspensi dapat
dikeluarkan didalam kotak pengendap atau tangki penegndap atau sttling tank yang
besar, dimana kecepatan fluida itu kecil dan partikel mempunyai waktu yang cukup
untuk mengendap keluar. Perltan sederhana itu terbatas kegunaan karena
pemisahannya tidak lengkap disamping memerluknan tenaga kerja untuk
mengeluarkan padatan.

2.4 Mekanisme Sedimentasi


Tahapan sedimentasi dideskripsikan pada tes batch sttling ketika partikel-
partikel padatan mengendap dari suatu slurry dalam silinder kaca. Slurry didalam
silinder dengan konsentrasi padatan yang seragam. Seiring berjalannya waktu,
partikel - partikel padatan mmulai menegndap dan laju penegendapannya partike
diasumsikan sebagai terminal velocity. Setelah itu terdapat beberapa zona
konsentrasi. Kemudian daerah yang bawah didominasi endapan partikel-partikel
padatan yang lebih berat dan lebih cepat menegndap. Kemudian bagian tengah
terdapat partikel dengan ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi yang tidak
seragam. Pada daerah ini partikel turun dengan bebaas hambatan dan terjadi proses
settling point. Kemudian daerah atas beebrapa liquida jernih jika sedimentasi
dilanjutkan tinggi dari setiap daerah bervariasi. Dimana daerah paling atas dan paling
bawah akan luas. Pada akhirnya daerah tengah akan hilang dan semua padatan berada pada bagian
bawah.

2.5 Kecepatan Sedimentasi

Pada proses sedimentasi pengendapan dalam keadaan free settling point


model persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung keceptan penurunan
partikel pada proses sedimentasi adalah:

1. Jika sebuah partikel turun didalam fluida karena gaya grafitasi


maka kecepatan pengendapan akan tercapai apabila gaya friksi
dan gaya apung sebanding dengan gaya grafitasi benda.
Persamaan kecepatan pengendapan adalah sebagai berikut:

Dimana Vs adalah kecepatan pengandapa, g adalah kecepatan


gravitasi, Ds adalah diameter partikel, rhoS adalah densitas
partikel, rho adalah densitas cairan dan u adlaah viskositas
cairan.
2. Persamaan Farag
Farag merumuskan suatu persamaan untuk kecepatan
sedimentasi dengan variabel konsentrasi persamaannya dapat
dirumuskan:

Dimana g adalah percepatan gravitasi, dp adalah diameter


partikel, ps adalah densitas partikel, pf adalah densitas fluida,
u adalah viskositas, b adalah konsentrasi fluida.
3. Persamaan Ferguson-Charda
Persamaan pengendapannya dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Dimana Vs adalah kecepatan pengendapan, g adalah


kecepatan gravitasi, D adalah diameter partikel, ps adalah
densitas partake, p adalah densitas air, dan u adalah viskositas
air.

2.6 Aplikasi dalam industry

Sedimentasi merupakan metode pemisahan antara padatan dengan cairan


menggunakan gaya gravitasi dimana proses sedimentasi berperan penting dalam
dunia industri misalnya pada proses pemurnian air limbah pengolahan air sungai
penegndapan partikel padatan pada bahan makanan cair pengendapan kristal dari
larutan induk.Pengendapan partikel terhadap industri minuman beralkohol
penegendapan bubur kertaas atau pulp pada industri kertas dan umumnya sedimentasi pada
skala laboratorium dilakukan secara batch.

2.7 Laju pengendapan

Kecepatan pengendapan ditentukan dengan menggambar tangen pada kurva


dengan waktu t1 dan slope -dz/dt=v1. Ketinggian Z1 dan Zi adalah intercept dari
tangen pada kurva, sehingga :
Keterangan:

V1=kecepatan pengendapan (m/s)

Z1=Ketinggian pada titik 1 (m)

Zi= kecepatan pada atitik i (m)

T1= waktu pada titik 1 (s)

Konsentrasi (C1) untuk itu rata-rata konsentrasi jika Zi adalah ketinggian slurry
maka :

Keterangan:

C1 = konsentrasi slurry akhir (kg/m3)

C0 = konstrasi Slurry awal (kg/m3)

Z1 = ketinggian slurry akhir (m)

Zo = ketinggian slurry awal (m)

2.8 Hipotesis

Hipotesis untuk percobaan sedimentasi adalah:

 Hubungan antara konsentrasi slurry dengan kecepatan sedimentasi yaitu


semakin besar konsentrasi slurry maka kecepatan pengendapan semakin
lambat.
 Hubungan diameter tabung dengan kecepetan pengendapan yaitu semakin
besar berdiameter tabung maka kecepatan pengendapan semakin cepat karena
gaya gesek antara partikel kecil.
 Hubungan antara tinggi batas bening keruh dengan waktu pengendapan yaitu
dengan waktu pengendapan tinggi batas bening keruh semakin pendek.

2.8.1 Review Jurnal Sedimentation rate of microfluidized sugarcane juice


Table 2.1 Review jurnal Sedimentation rate of microfluidized sugarcane juice

Judul Sedimentation rate of microfluidized sugarcane


juice
Nama Jurnal LWT – Food Science and Technology 145 (2021)
111317
Tahun 2021
Penulis Ayon Tarafdar dan Barjinder Pal Kaur
Reviewer Mahulia Hasriyati
Tanggal 14 September 2021
Reviewer
Latar Belakang Jus tebu adalah minuman musim panas yang
populer di banyak wilayah di dunia terutama
di beberapa bagian Amerika Selatan dan
Asia Selatan. Ada beberapa masalah yang
terkait dengan jus ini yang meliputi
pencoklatan yang cepat, degradasi mikroba,
fermentasi dan sedimentasi berat. Sebagian
besar masalah ini dapat diamati dalam
beberapa jam setelah ekstraksi jus. Tak
perlu dikatakan, itu mempengaruhi
penerimaan konsumen dan umur simpan jus
tebu. Beberapa penelitian telah difokuskan
untuk mengurangi pencoklatan enzimatis
dalam sari tebu sementara yang lain telah
berusaha untuk meningkatkan kualitas dan
umur simpan sari tebu Filtrasi membran sari
tebu juga telah dieksplorasi untuk klarifikasi
tanpa pengaruh yang signifikan dari tekanan
dan suhu transmembran (25,9-54,1 C) pada
sifat fisiko-kimia sari tebu.
Tujuan Penelitian untuk mengevaluasi proses mikrofluidisasi sebagai
solusi yang mungkin untuk masalah sedimentasi
pada nira tebu.
Metode - Mikrofluidisasi
Penelitian - Pengukuran ukuran partikel
- Analisis mikroskopis
- Penentuan laju sedimentasi
- Analisis statistik
Hasil Penelitian Dengan analisis mikroskopis bahwa partikel jus
tebu pecah dengan peningkatan tekanan hingga 150
MPa. Ukuran partikel diukur dalam skala nano (1-
1000 nm) dengan ukuran terendah 436,6 nm.
Mikrofluidisasi berhasil menurunkan laju
sedimentasi partikel dengan laju paling lambat pada
150 MPa dengan 5 siklus pengolahan. Investigasi
lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan manfaat
mikrofluidisasi dibandingkan teknik serupa lainnya
seperti homogenisasi tekanan tinggi dalam
mengurangi tingkat sedimentasi pada jus nabati.

2.8.2 Review Jurnal Forest Influence in Water System Arrangement and


Sedimentation Process on Watershed
Table 2.2 Review Jurnal Forest Influence in Water System Arrangement and
Sedimentation Process on Watershed
Judul Forest Influence in Water System
Arrangement and Sedimentation
Process on Watershed: Case Study
in the Cisadane Watershed
Nama jurnal Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Tahun 2011
Penulis Edy Junaidi dan Surya Dharma
Tarigan
reviewer Ghani Khairullah Fahrizal
Tanggal review 16-09-2021
Latar belakang Kondisi Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Indonesia semakin
memburuk seperti ditunjukkan
oleh bertambahnya jumlah DAS
prioritas dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1984 berdasarkan Surat Ke-
putusan bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kehutanan dan
Menteri Pekerja- an Umum No. 19
tahun 1984 – No. 059/
Kpts-II/1984 – No. 124/Kpts/1984
tang- gal 4 April 1984 tentang
penanganan konservasi tanah
dalam rangka peng- amanan DAS
prioritas, dari 458 DAS yang ada
di Indonesia terdapat 20 DAS
super prioritas (prioritas I) dan
menjadi Vol. 8 No. 2: 155-176,
2011 156 37 tahun 1992. Pada
tahun 1999, berda- sarkan SK
Menhut No. 284/Kpts-II/99
tanggal 7 Mei 1999 tentang
penetapan urutan prioritas DAS,
jumlah DAS prioritas I meningkat
menjadi 60 DAS (Ar- syad, 2006;
Wibowo, 2004
Tujuan percobaan Menganalisa proses sedimentasi di
sungai cisadane
Metode percobaan 1. Tahapan survei
2. Tahapan penggunaan
model SWAT
Hasil percobaan Mengetahui input output dari
debit,indicator sedimentasi yang
ada di sungai Cisadane dalam
bentuk grafik

2.8.3 Review Jurnal Majunya Garis pantai yang diakibatkan oleh proses
sedimentasi disepanjang pantai perairan kabupaten rembang

Table 2.3 Review Jurnal Majunya Garis pantai yang diakibatkan oleh proses
sedimentasi disepanjang pantai perairan kabupaten rembang

Majunya Garis pantai yang diakibatkan oleh proses


Judul sedimentasi disepanjang pantai perairan kabupaten
rembang
Pusat penelitian dan pengembangan geologi kelautan,
Nama jurnal
jl. Dr. junjunan No. 236 Bandung -40174
tahun 2008
penulis D. setiady dan E. Usman.
review Faishal alfarisy
tanggal review 17/09/2021

Lokasi penelitian secara administratif merupakan


kawasan pesisir (coastal zone) Kabupaten Rembang,
Propinsi Jawa Tengah. Di bagian barat berbatasan
dengan Kabupaten Jepara, di bagian timur berbatasan
dengan Kabupaten Tuban, di bagian utara hingga
batas 4 mil laut merupakan Laut Jawa. Dengan
Koordinat 111o 15’- 111 o 40’ BT dan 6 o 35’ - 6 o
45’ L. Daratan di daerah penelitian merupakan
morfologi dataran rendah dan morfologi
pegunungan (Kadar, 1994). Morfologi dataran
latar belakang
rendah melebar di daerah Juwana serta
menyempit ke arah Tayu dan Rembang.
Sedangkan morfologi pegunungan hanya
menempati sebagian lereng timur gunung
Muria. Morfologi dasar laut nya landai dengan
arah barat laut-tenggara, secara berangsur relatif
mendatar ke bagian timurlaut. Di bagian timur
pada muka tepian pantainya secara setempat
muncul tinggian-tinggian kecil terumbu karang
dan batuan Volkanik

tujuannya untuk mengetahui proses sedimentasi yang


Tujuan
mengakibatkan akrasi
gabungan geologi, relief, alat penentu posisi
Metode
(MAGELLAN GPS)

Sedimen permukaan dasar laut yang terdapat di


kawasan pesisir Kebupaten Rembang dipasok dari
sedimen darat melalui sungai dan dari batuan yang
ada di sekitar pantai akibat abrasi gelombang laut,
Hasil percobaan sehingga menimbulkan akrasi sepanjang pantai.
Geomorfologi kawasan pesisir Kabupaten Rembang
terdiri dari 4 (empat) satuan, yaitu: morfologi dataran
alluvium, morfologi dataran rendah, morfologi
dataran tinggi dan morfologi perbukitan.
2.8 Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri ini merupakan metode konvensional yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar kalsium atau logam lain dalam
suatu sampel. Kalsium akan dikelat oleh EDTA selama proses titrasi dan titik
akhir akan ditunjukan oleh perubahan warna indikator metalokromik. Dalam
prosesnya, titran dan titrat akan saling bereaksi. Di akhir proses akan
terbentuk sebuah pengalaman yang biasanya terdiri dari dua komponen dalam
bentuk ligan. Metode titrasi yang satu ini umumnya digunakan untuk
menganalisis konsentrasi senyawa logam. Kompleksometri bekerja apabila
terjadi pembentukan ion-ion kompleks antara senyawa yang dijadikan
indikator dan senyawa yang hendak diukur. Jika proses titrasi sudah selesai,
maka indikator akan berubah warna menjadi bening.
Kompleksometri mengukur kadar zat dengan menghitung volume dari
larutan, baik larutan titran atau indikator itu sendiri maupun larutan yang
sedang diukur. Metode ini cukup umum dipraktikkan di bidang medis dan
farmasi karena hasil pengukurannya yang dinilai spesifik dan memiliki
akurasi yang cukup tinggi.
Prinsip dasar dari titrasi kompleksometri adalah terjadinya reaksi
pembentukan ion ion kompleks antara bahan yang akan dianalisis dan titran. 
Terdapat dua acara yang terkenal dari jenis titrasi kompleksometri ini yaitu
cara Liebig dan Schwarzenbach. Cara Liebig menggunakan ligan monodental
sebagai pengkelat misalnya menggunakan titran AgNO3 untuk menentukan
kadar CN-, sedangkan pada acara Schwarzenbach menggunakan ligan
polidental terutama tertuju pada asam-asam aminopolikarboksilat salah
satunya adalah Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) yang merupakan
suatu asam organik berbasa empat. EDTA adalah asam organik basa empat.
Metode Schwarzenbach biasanya digunakan untuk mengukur konsentrasi
logam atau kalsium yang terdapat dalam sampel yang diujikan. Kalsium atau
logam inilah yang akan mengalami kompleks dari EDTA. 
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir


Berikut ini merupakan diagram alir percobaan sedimentasi:
3.1.1 Diagram Alir Sedimentasi

Menyiapkan bahan dan peralatan


Yang akan digunakan serta mengukur desnsitas pada umpan
Menimbang CaCO3, tawas (PAC) yang di variasikan

Air 3/4
CaCO3 Homogenizing Tank (Kemudian di aduk)

Menyalakan pompa sentrifugal dan mengalorkan umpan


ke Equalizing Tank

Koagulan
Equalizing Tank

Menyalakan Agiator serta emmastikan aliran fluida


overflow sampai stabil

Melakukan kalibrasi bukaan valve untuk mengetahui debit


yang di tentukan ke dalam Settling Tank

Pengambilan data sedimentasi dan mencatat waktu


pengambilan

Menghitung densitas, viskositas dan kesadahan pada inlet


dan outlet
Gambar 3.1 Diagram Alir Sedimentasi
3.1.2 Diagram Alir Titrasi

10 mL Sample

EDTA Buret 5 tetes NH3 Erlenmeyer

Indikator EBT
Menitrasi

Mencatat Volume Titran

Gambar 3.2 Diagram Alir Titrasi

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Berikut alat yang digunakan dalam percobaan sedimentasi:
a) Picnometer
b) Rangkaian Alat Sedimentasi
- Tangki umpan (Homogenizing tank)
- Tangki Rerata (Equalizing tank)
- Tangki pengendapan (Settling tank)
c) Rangkaian Alat Titrasi
- Buret
- Erlenmeyer
- Neraca Digital
- Pipet tetes
- Statif
d) Viscometer Otswald

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang-bahan yang digunakan dalam percobaan
sedimentasi adalah sebagai berikut:
a) Air
b) Amoniak
c) EDTA
d) Indicator EBT
e) Koagulan (Tawas/PAC)
f) Kapur (CaCO3)

3.3 Prosedur Percobaan


Pada percobaan sedimetasi ini mula-mula menyipakan alat dan bahan
yang akan digunakan dan memastikan alat-alat dan bahan dapat digunakan.
Kemudian, menimbang padatan kapur (CaCO3) dan koagulan yang
bervariasi. Lalu, tuangkan air ¾ penuh kedalam Homogenizing Tank lalu
menambahkan padatan kapur kedalam homogenizing tank dan di aduk
sehngga konsentrasi air dengan kapur sama rata (homogen). Kemudian
menyalakan pompa sentrifugal dan mengalirkan umpan dari Homogenizing
tank menuju Equalizing tank. Pada equalizing tank, umpan di tambahkan
dengan koagulan yang sudah di timbang. Kemudian menyalakan agitator
serta memastikan aliran fluida overflow sampai umpan stabil. Setelah itu,
melakukan kalibrasi bukaan valve untuk mengetahui debit yang di tentukan
kemudian mengalirkan umpan ke dalam Settling tank. Lalu, melakukan
pengambilan data sedimentasi dan mencatat waktu pengambilan sample.
Kemudian melakukan perhitungan untuk menentukan densitas, viskositas dan
kesadahan pada inlet dan outlet.
Pada penentuan kadar CaCO3 yaitu dengan melakukan titrasi. Hal
yang harus dilakukan pertama kali adalah merangkai alat titrasi, kemudian
memasukkan larutan EDTA kedalam buret. Lalu, mengambil sample
sebanyak 10 mL dan di masukkan kedalam Erlenmeyer, 5 tetes amoniak dan
indicator EBT secukupnya sampai larutan berwarna merah. Kemudian di
titrasi menggunakan larutan EDTA sampai beruba warna menjadi biru
kehijauan.

3.4 Gambar Alat


Gambar 3.3 Rangkaian Alat Sedimentasi

Gambar 3.4 Rangkaian Alat Titrasi


DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J. 1993. “Transport Processes and Unit Operations”.

New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Husaeni, Nurul, dkk. 2012. “Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid pada

Proses Air Bersih Menggunakan Plate Settler”. Jurnal Ilmiah Teknik


Lingkungan. 4. 69.

Mc.Cabe, Warren L. 2005. “Unit Operation of Chemical Engineering”. New York:

Mc Graw Hill.

Perry, Robert H. 1997. “Chemical Engineers Handbook”. New York: Mc Graw

Hill.

Setiyadi, dkk. 2014. “Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan pada

Sedimentasi”. Widya Teknik. 6. 98-101.

Yoshida, Hideto. 2011. “Powder Technology: Handling and Operation”. Tokyo:

CRC Press.

Boyce, R., 1975. Sediment Routing and Sediment Delivery Ratios. In Present and
Prospective Technology for Predicting Sediment Yield and Sources, USDA.
Einstein, H. A., 1964. Sedimentation, Part II: River Sedimentation. In Handbook of
Applied Hydrology, Chow, V. T., McGraw-Hill, New York.
Morris, G. L., 1972. Reservoir Sedimentation Handbook. Mc Graw Hill, New York.
Rohmatchemistry.staff.ipb.ac.id, 2017. Titrasi kompleksometri. (Diakses 17
September 2021)

Anda mungkin juga menyukai