Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

“SEDIMENTASI”

Disusun Oleh :
ANDI AHMAD FAQIH AZIS
2120421033

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Tujuan Praktikum ................................................................................................ 1
B. Manfaat Praktikum .............................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 2
A. Sedimentasi ............................................................................................................ 2
BAB III............................................................................................................................... 8
METODOLOGI PERCOBAAN...................................................................................... 8
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................... 8
B. Alat dan Bahan ...................................................................................................... 8
C. Prosedur Kerja ...................................................................................................... 9
BAB IV ............................................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 11
A. Data Pengamatan ................................................................................................ 11
B. Data Perhitungan ................................................................................................ 12
C. Pembahasan ......................................................................................................... 21
BAB V .............................................................................................................................. 22
PENUTUP........................................................................................................................ 22
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
B. Saran .................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23
LAMPIRAN..................................................................................................................... 24

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukam yaitu :

1. Mengerti dan memahami cara pengukuran partikel kecil dengan


menggunakan ayakan standar.
2. Mengerti dan memahami proses pengendapan dan dapat mengukur
kemampuan pengendapan dari suatu material.
3. Memahami pengaruh terjadinya proses flokulasi dan kloagulasi
partikulat pada proses sedimentasi

B. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum yang dilakukan yaitu :

1. Mampu melakukan cara pengukuran partikel kecil dengan


menggunakan ayakan standar.
2. Mengetahui proses pengendapan dan dapat mengukur kemampuan
pengendapan dari suatu material.
3. Mengetahui pengaruh terjadinya proses flokulasi dan kloagulasi
partikulat pada proses sedimentasi

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padatan
encer menjadifluida yang lebih pekat berdasarkan gaya gravitasi.Didalam
pengolahan air,bangunan sedimentasi digunakan untuk memisahkan
partikel padatan atau kotoranyang terflokulan atau terkoagulasi.Kecepatan
pengendapan partikel yang terdapatdalam air tergantung pada berat jenis
,bentuk dan ukuran partikel ,viskositas air dankeceatan aliran dlam bak
pengendapan.Berdasarkan sifat partikelnya ,banguansedimentasi
dikelompokkan menjadi :

a. Sedimentasi tipe I (pra-sedimentasi )


b. Sedimentasi tipe II (Sedimentasi )
c. Sedimentasi tipe III (Final clariffer)
d. Sedimentasi tipe IV(Sludge Sedimentasi)
Adapun macam bentuk dari bak sedimentasi terdiri dari 2 macam ,yaitu :
a. Bak empat persegi panjang (long-rectangular bath)
b. Bak lingkaran (arcular bath)

Banyak metode pemisahan mekanis didasarkan pada pengendapan


partikel padat atau tetesan cairan melalui cairan yang digerakkan oleh gaya
gravitasi, atau gaya sentrifugal. Hal ini terkait dengan pengendapan
gravitasi dan kemudian sedimentasi sentrifugal. Itu mungkin atau mungkin
bukan cairan dan mungkin dalam keadaan mengalir atau mengalir. diam.
Dalam beberapa situasi tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan
ketidakmurnian yang ada dalam cairan untuk memulihkan partikel seperti
dalam membersihkan udara atau gas buang atau melawan debu dan asap
beracun atau untuk menghilangkan padatan dan air limbah.

2
Dalam hal ini partikel sengaja disuspensikan dalam cairan untuk
dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya
dalam cairan yang kadang-kadang digunakan kembali dalam partikel yang
difraksionasi.

Ketika sebuah partikel mula-mula diam karena cairan yang


dicelupkannya dan kemudian dipindahkan melalui fluida oleh gaya luar,
partikel itu dapat dibagi menjadi 2 tahap: Tahap pertama adalah periode
perpindahan tahap di mana perpindahan meningkat dari noo ke kecepatan
terminalnya. Karena periode perseptual awal pendek. dipertahankan
sementara partikel berada di bawah perawatan pada peralatan. Beberapa
pemisahan seperti pengeringan dan tabling bergantung pada perbedaan
sifat partikel selama periode akselerasi. Metode yang paling umum
digunakan adalah metode yang hanya menggunakan periode kecepatan
terminal. Partikel yang lebih berat dari fluida tempat mereka tersuspensi
dapat dihilangkan dalam kotak pengendapan atau tangki pengendapan.
atau tangki pementasan besar, di mana kecepatan fluida kecil dan partikel
memiliki waktu yang cukup untuk mengendap. Perawatan sederhana ini
memiliki kegunaan yang terbatas karena pemisahannya tidak lengkap dan
membutuhkan tenaga kerja untuk melakukannya. menghilangkan padatan

Tahapan sedimentasi dijelaskan dalam uji sttling batch ketika


partikel padat mengendap dari bubur dalam silinder kaca. Bubur berada
dalam silinder dengan konsentrasi padatan yang seragam. Seiring waktu
partikel padat mulai mengendap dan laju pengendapan partikel
diasumsikan sebagai kecepatan terminal. Setelah itu ada beberapa zona
konsentrasi. .maka daerah yang lebih rendah didominasi oleh partikel
padat yang lebih berat dan lebih cepat mengendap

3
.Kemudian di bagian tengah terdapat partikel-partikel dengan
ukuran dan konsentrasi berbeda yang tidak seragam.Di daerah ini partikel
turun dengan bebas dan terjadi proses settling point.Kemudian daerah atas
berupa cairan beninga jika sedimentasi dilanjutkan ketinggian masing-
masing daerah berbeda-beda .Di mana area atas dan bawah akan
mengembang. Akhirnya wilayah tengah akan hilang dan semua padatan
akan berada di bawah

Sedimentasi merupakan suatu metode pemisahan padatan dari


cairan dengan menggunakan gaya gravitasi dimana proses sedimentasi
memegang peranan penting dalam dunia industri, misalnya dalam proses
penjernihan air limbah dari pengolahan air sungai. dan umumnya
sedimentasi pada skala laboratorium dilakukan secara batch

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan,


erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di
bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, saluran air, sungai, dan
waduk (Asdak, 1995). Sedangkan sedimentasi adalah proses
mengendapnya material fragmental oleh air sebagai akibat dari adanya
erosi. Proses mengendapnya material tersebut yaitu proses terkumpulnya
butir-butir tanah yang terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut
bahan sedimen mencapai kecepatan pengendapan (settling velocity). Proses
sedimentasi dapat terjadi pada lahan-lahan pertanian maupun di sepanjang
dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya.

Tahapan sedimentasi dideskripsikan dengan observasi pada tes


batch settling ketika partikel–partikel padatan mengendap dari suatu slurry
dalam silinder kaca (Foust, 1980). Gambar 1.(a) menunjukkan slurry
dalam silinder dengan konsentrasi padatan yang seragam. Seiring dengan
berjalannya waktu, partikel-partikel padatan mulai mengendap dan laju
mengendapnya partikel tersebut diasumsi sebagai terminal velocity.
Pada Gambar 1.(b) terdapat beberapa zona konsentrasi. Daerah D
didominasi endapan partikel-partikel padatan yang lebih berat dan lebih

4
cepat mengendap. Pada zona C terdapat partikel dengan ukuran yang
berbeda-beda dan konsentrasi yang tidak seragam. Daerah B adalah daerah
dengan konsentrasi yang seragam dan hampir sama dengan keadaan mula-
mula.
Pada daerah B ini partikel-partikel turun dengan bebas hambatan
dan terjadi proses free settling. Di atas daerah B adalah daerah A yang
berupa liquid jernih. Jika sedimentasi 100 Roessiana D L, Setiyadi, Sandy
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan dilanjutkan, tinggi dari tiap daerah
bervariasi seperti pada Gambar 1.(c) dan Gambar 1.(d). Daerah A dan D
semakin luas, sebanding dengan berkurangnya daerah B dan C.
Pada akhirnya daerah B dan C akan hilang dan semua padatan
terdapat pada daerah D sehingga hanya tersisa daerah A dan D. Keadaan
seperti ini disebut dengan “Critical Settling Point” (Gambar 1.(e), yaitu
keadaan dimana terbentuk bidang batas tunggal antara liquid jernih dan
endapan.

Gambar 1. Tahapan Proses Pengendapan Kecepatan Sedimentasi


Pada proses pengendapan dalam keadaan free settling, model
persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung kecepatan penurunan
partikel pada proses sedimentasi adalah sebagai berikut:

5
a. Stokes- Newton Law

Jika sebuah partikel turun di dalam fluida karena gaya gravitasi,


maka kecepatan pengendapan akan tercapai apabila jumlah dari gaya friksi
(drag force) dan gaya apung (buoyancy) sebanding dengan gaya gravitasi
benda (Sukardjo, 2004). Persamaan kecepatan pengendapan adalah
sebagai berikut :

Dimana vs adalah kecepatan pengendapan, g percepatan gravitasi,


Ds diameter partikel, ρs densitas partikel, ρ densitas cairan, dan μ
viskositas cairan.

b. Persamaan Farag

Farag merumuskan suatu persamaan untuk kecepatan sedimentasi


dengan variable konsentrasi cairan. Persamaannya dapat dirumuskan
(Farag, 1996):

c. Persamaan Fergusson-Church

Persamaan kecepatan pengendapan dapat dirumuskan (Ferguson,


2004)

Dimana vs adalah kecepatan pengendapan, g percepatan gravitasi, D


diameter partikel, ρs densitas partikel, ρ densitas air, dan μ viskositas air.

6
d. Persamaan Gibbs-Mattew-Link

Persamaan ini mengungkapkan hubungan antara ukuran partikel


berbentuk bola dan kecepatan free settlingnya untuk berbagai temperatur,
viskositas dan kepadatan bola. Untuk menghitung kecepatan pengendapan
partkel berbentuk bola dari berbagai ukuran, dengan menggunakan
pengolahan data yang diubah kedalam persamaan empiris memberikan
hasil di bawah ini,

Dimana ν kecepatan pengendapan, η viskositas fluida, g percepatan


gravitasi, ρf densitas fluida, ρs densitas solid dan r jari-jari partikel.

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum yaitu :
Waktu : 16 Januari 2023.
Tempat : Laboratorium Teknik Kimia Universitas Fajar.

B. Alat dan Bahan


i. Alat
1. Ayakan 20 Mesh
2. Ayakan 40 Mesh
3. Gelas Ukur 2000 mL
4. Gelas Beker 100 mL
5. Gelas Beker 50 mL
6. Piknometer
7. Viskometer Oswald
8. Gelas Ukur 10 mL
9. Pipet Volume 10 ml
10. Bulb
11. Spatula
12. Stopwatch
13. Timbangan
ii. Bahan
1. NaOH
2. HCl 37%
3. Tawas
4. Aquades
5. Kapur tembok

8
C. Prosedur Kerja
A. Size Reduction
1. Menumbuk hingga halus padatan kapur
2. Menyusun ayakan pada 20 mesh dan 40 mesh
3. Mengayak hingga sempurna
4. Mengambil partikel yang tertahan pada ayakan tersebut.
5. Menggunakan data acuan besaran diameter padatan sesuai data
indikasi yang tercanyum pada peralatan.
B. Bulk Density
1. Menimbang berat kosong dari gelas 10 mL
2. Memasukkan padatan hingga mencapai garis batas atas yang
tertera pada gelas ukur 10 mL tersebut.
3. Menimbang berat gelas 10 mL tersebut beserta bahan yang ada
didalamnya.
4. Mengambil data hasil timbangan
C. densitas air
1. Menimbang piknometer kosong
2. Memasukkan air kedalam piknometer tersebut hingga mencapai
titik batasnya.
3. Menimbang piknometer bersama cairan.
4. Mengambil data hasil timbangan
D. Viskositas air
1. Memasukkan air kedalam Viskometer Oswald sebanyak 1 mL.
2. Menghisap dengan Bulb hingga melewati batas atas pipa kapiler
pada Viskometer Oswald.
3. Melepaskan Bulb, membiarkan air mengalir melalui pipa kapiler
hingga batas bawah pipa.
4. Mencatat waktu tempuh dari atas pipa kapiler ke bagian bawah
pipa kapiler.

9
E. Sedimentasi tanpa koagulan
1. Memasukkan air kedalam gelas ukur 2000 mL.
2. Menimbang kapur halus sebanyak 20 gram.
3. Memasukkan kapur tersebut ke dalam air.
4. Mengukur luas area penampang gelas ukur 2000 mL dengan
menggunakan mistar.
5. Mencatat tinggi pembentukan zona pada gelas ukur 2000 mL
F. Sedimentasi dengan koagulan
1. Menimbang Tawas yang telah dihaluskan sebanyak 20 gram.
2. Melarutkan dalam air sebanyak 50 mL.
3. Memasukkan larutan tawas tersebut dan 20 gram kapur halus yang
sudah dilarutkan kedalam gelas ukur 2000 mL.
4. Mengukur luas area penampang gelas ukur 2000 mL dengan
menggunakan mistar.
5. Mencatat tinggi pembentukan zona pada gelas ukur 2000 mL.
G. Sedimentasi dengan koagulan dan anti koagulan.
1. Menimbang Kapur yang telah dihaluskan sebanyak masing-
masing 20 gram untuk 2 sampling.
2. Melarutkan dalam air sebanyak 50 mL.
3. Menimbang NaOH sebanyak 5 gram dan melarutkan dalam 50
mL aquades.
4. Mengambil HCl sebanyak 5 mL dan melarutkan kedalam 50 mL
aquades.
5. Memasukkan air kedalam gelas ukur 2000 mL
6. Menimbang kapur halus sebanyak 30 gram.
7. Memasukkan kapur tersebut kedalam air, disusul dengan larutan
tawas tersebut pada masing-masing gelas 2000 mL .
8. Memasukkan larutan NaOH (5/50 (B/V)) pada tabung yang telah
ditambahkan tawas, serta larutan HCl (5/50(V/V)) pada gelas lain.
9. Mengukur luas area penampang gelas ukur 2000 mL dengan
menggunakan mistar lalu mencatat tinggi pembentukan zonanya.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
1. Bobot Kapur = 1. 20,069 gram
2. 20,035 gram
3. 20,007 gram
4. 20,024 gram
2. Bobot Tawas = 1. 20,054 gram
2. 20,022 gram

No. Waktu (menit) Zona 1 (mL) Zona 2 (mL) Zona 3 (mL)


1. 2 - 1910 90
2. 4 - 1930 70
3. 6 - 1840 160
4. 8 - 1870 130
5. 10 - 1860 140
6. 15 - 1860 140
7. 20 - 1860 140
8. 25 - 1850 150
9. 30 - 1830 170
Tabel Pengamatan Sedimentasi tanpa Koagulan

No. Waktu (menit) Zona 1 (mL) Zona 2 (mL) Zona 3 (mL)


1. 2 - 1790 210
2. 4 - 1800 200
3. 6 - 1780 220
4. 8 - 1810 190
5. 10 - 1820 180
6. 15 - 1830 170
7. 20 - 1840 160
8. 25 - 1840 160
9. 30 - 1860 140
Tabel Pengamatan Sedimentasi dengan Koagulan

11
No. Waktu (menit) Zona 1 (mL) Zona 2 (mL) Zona 3 (mL)
1. 2 - 1900 100
2. 4 - 1920 80
3. 6 - 1930 70
4. 8 - 1940 60
5. 10 - 1940 60
6. 15 - 1940 60
7. 20 - 1940 60
8. 25 - 1940 60
9. 30 - 1940 60
Tabel Pengamatan Sedimentasi dengan NaOH

No. Waktu (menit) Zona 1 (mL) Zona 2 (mL) Zona 3 (mL)


1. 2 - 1790 210
2. 4 - 1800 200
3. 6 - 1780 220
4. 8 - 1810 190
5. 10 - 1820 180
6. 15 - 1830 170
7. 20 - 1840 160
8. 25 - 1840 160
9. 30 - 1860 140
Tabel Pengamatan Sedimentasi dengan antikoagulan HCl

D. Bobot Piknometer = 23,2841 gram

Bobot Pikno +Sampel = 1. 47,6514 gram


= 2. 47,7895 gram
= 3. 47,8895 gram

E. Waktu tempuh air (Viskometer) = 00.65 detik


= 00.73 detik
= 00.69 detik

B. Data Perhitungan
1. Perhitungan Diameter rata-rata material kapur.

12
Pada percobaan ini menggunakan ayakan -20 + 40 dengan mengambil
pendekatan melalui data standar pada buku referensi UNIT OPERATION –
G.G.Brown hal. 18 BAB Screning, maka diperoleh data sebagai berikut :

Dengan menggunakan ayakan lolos pada 20 mesh dan tertahan pada 40


mesh maka dapat dilakukan pendekatan tray sebagai berikut :

Mesh Diameter
(cm)
-20 + 28 0,0711
-28 + 35 0,0503
-35 + 48 0,0356
Rata-rata hitung 0,052333333
2. Melakukan perhitungan terhadap densitas air, viskositas air, densitas bulk
bahan
a. Densitas Air
No Pikno + Air (g) Air (g) Volume Pikno (cm3) Densitas (g/cm3)
1. 47,6514 24,3673 25 0,9747
2. 47,7895 24,5054 25 0,9802
3. 47,8895 24,6054 25 0,9842
Densitas Rata-rata 0,9797

Bobot Piknometer = 23,2841gram


Volume Pikno Standar = 25 cm3

13
b. Viskositas Air
Viskositas Air yang digunakan akan diperhitungkan menggunakan
pembanding viskositas aquades yaitu :

Standar Viskositas Air (Geankoplis, P.855) pada suhu 25oC adalah


0,0008937 kg/m.s atau setara dengan 0,008937 gr/cm.s
Maka perhitungan viskositas air menjadi :
No Waktu Tempuh (Air) (detik)
1. 0,65
2. 0,73
3. 0,69
Rerata 0,69
Viskositas Larutan = 0,008937 x 0,89 x 0,9740
= 0,0060414 g/cm3.s
c. Densitas Kapur
No Gelas Ukur + Kapur Volume gelas Ukur Densitas (g/cm3)
Kapur (g) (g) (mL)
1. 36,5482 13,2641 10 1,3264
2. 36,5218 13,2377 10 1,3238
3. 36,2154 12,9313 10 1,2931
Densitas Rata-rata 1,3144
 Bobot Piknometer = 15,2454 gram
 Volume gelas ukur = 10 mL
3. Membuat grafik hubungan antara waktu terhadap jarak pengendapan pada
tiap-tiap zona.
a. Perlakuan tanpa memberikan koagulan

14
Diameter gelas ukur = 82,8 mm
= 0,828 cm

Tanpa Koagulan

2000

1500

1000

500

0
2 4 6 8 10 15 20 25 30

Zona 3 Zona 2

b. Perlakuan memberikan koagulan


Diameter gelas ukur = 82,8 mm

Larutan + Koagulan

2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2 4 6 8 10 15 20 25 30

Zona 3 Zona 2

15
c. Perlakuan memberikan antikoagulan NaOH
Diameter gelas ukur = 82,8 mm

Larutan NaOH

2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2 4 6 8 10 15 20 25 30

Zona 3 Zona 2

a. Perlakuan memberikan antikoagulan HCl


Diameter gelas ukur = 82,8 mm

Larutan HCl

2000

1500

1000

500

0
2 4 6 8 10 15 20 25 30

Zona 3 Zona 2

4. Perhitungan Kecepatan Pengendapan dan Drag Force Koefisien


a. Pada perlakuan tanpa Koagulan

16
Kecepatan rata-rata (Vrerata) pengendapan hanya diperhitungkan pada
arah pergerakan padatan dari zona atas (zona 1 + zona 2) terhadap
waktu tempuh menuju zona endapan (zona 3). Sehingga dengan
menggunakan perhitungan kecepatan rata-rata = (Jarak Zona 1 + Jarak
Zona 2)/Waktu tempuh.
Asumsi : 1 satuan garis mewakili 1 mm

No. Waktu Zona 1 Zona 2 Zona 3 Total V


(menit) Zona (Jarak/waktu)
(cm/s)
1. 2 - 1910 90 2000 0,159
2. 4 - 1930 70 2000 0,080
3. 6 - 1840 160 2000 0,051
4. 8 - 1870 130 2000 0,039
5. 10 - 1860 140 2000 0,031
6. 15 - 1860 140 2000 0,021
7. 20 - 1860 140 2000 0,016
8. 25 - 1850 150 2000 0,012
9. 30 - 1830 170 2000 0,010
V. Rata-rata 0,047
Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

Drag Force Coeficient nya adalah :

b. Pada perlakuan dengan Koagulan (1)

No. Waktu Zona 1 Zona 2 Zona 3 Total V


(menit) Zona (Jarak/waktu)

17
(cm/s)
1. 2 - 1790 210 2000 0,149
2. 4 - 1800 200 2000 0,075
3. 6 - 1780 220 2000 0,049
4. 8 - 1810 190 2000 0,038
5. 10 - 1820 180 2000 0,030
6. 15 - 1830 170 2000 0,020
7. 20 - 1840 160 2000 0,015
8. 25 - 1840 160 2000 0,012
9. 30 - 1860 140 2000 0,010
V. Rata-rata 0,044
Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

Drag Force Coeficient nya adalah :

c. Pada perlakuan basa dengan Koagulan

No. Waktu Zona 1 Zona 2 Zona 3 Total V

18
(menit) Zona (Jarak/waktu)
(cm/s)
1. 2 - 1900 100 2000 0,158
2. 4 - 1920 80 2000 0,080
3. 6 - 1930 70 2000 0,054
4. 8 - 1940 60 2000 0,040
5. 10 - 1940 60 2000 0,032
6. 15 - 1940 60 2000 0,022
7. 20 - 1940 60 2000 0,016
8. 25 - 1940 60 2000 0,013
9. 30 - 1940 60 2000 0,011
V. Rata-rata 0,047
Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

Drag Force Coeficient nya adalah :

d. Pada perlakuan asam dengan Koagulan

19
No. Waktu Zona 1 Zona 2 Zona 3 Total V
(menit) Zona (Jarak/waktu)
(cm/s)
1. 2 - 1800 200 2000 0,150
2. 4 - 1810 190 2000 0,075
3. 6 - 1810 190 2000 0,050
4. 8 - 1830 170 2000 0,038
5. 10 - 1820 180 2000 0,030
6. 15 - 1820 180 2000 0,020
7. 20 - 1830 170 2000 0,015
8. 25 - 1840 160 2000 0,012
9. 30 - 1820 180 2000 0,010
V. Rata-rata 0,045
Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

Drag Force Coeficient nya adalah :

5. Membuat pembahasan terkait dengan Laju pengendapan dan Drag Force


Coeficient.

No. Perlakuan Vrerata NRe Cd


1 Alamiah 0,047 0,395375 60,70193

20
2 + Koagulan 0,044 0,377082 63,64657
3 Basa + Koagulan 0,047 0,401794 59,73208
4 Asam + Koagulan 0,045 0,379047 63,31673

C. Pembahasan

Pada praktikum sedimentasi menggunakan sampel kapur


dibuat perbandingan proses pengendepan dengan 4 perbandingan yaitu
sampel tanpa koagulan , sampel dengan tambahan koagulan, sampel
dengan tambahan asam dan basa.

Proses pengendepan dilakukan selamat 30 menit dengan


pengamanatan selang waktu 2,4,6,8,10,15,20,25, dan 30 menit. Untuk itu
dilakukan pencatatan tinggi endapan yang terbentuk pada zona 1,2,dan 3.
Adapun gelas ukur yang digunakan adalah gelas ukur dengan ukuran
2000 mL dan diameter 82,8 mm.

Pada proses pengendapan didapatkan hasil dari proses


pengendepan sesuai dengan grafik yang dihasilkan adalah endapan yang
terbentuk pada proses pengendepan lebih lambat dari pada 3 perlakuan
lainnya, hasil pengamatan selama 30 menit endapan terbentuk sebanyak
170 mm. Untuk perlakuan dengan tambahan koagulan menghasilkan
proses pengendepan yang lebih cepat dari pada 3 perlakuan yang lainnya.
Untuk perlakukan dengan penambahan larutan basa di dapatkan proses
pengendapan yang konstan dari menit 8 sampai dengan 30 menit
pengamatan, dari pengamatan yang dilakukan didapatkan proses
pengendapan dalam kondisi jenuh karena partikel yang terdapat dalam
sampel cenderung lebih larut dengan penambahan basa. untuk
perlakukan dengan penambahan asam proses pengendapan cenderung
stabil dan cepat dengan hasil ketinggian endapan lebih tinggi disbanding 3
perlakuan lain selama 30 menit yaitu 180 mm.

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Penambahan asam dan basa pada sampel diperuntukkan menjadi


antikoagulan pada sampel. Didapatkan penambahan asam lebih efektif
sebagai antikoagulan dibandingkan dengan basa karena nilai drag force
koefisiennya lebih besar dibandingkan basa.
2. Pada persamaan stokes newton, pada konsentrasi 1% ralat masih
sangat rendah tetapi semakin meningkatnya konsentrasi terjadi
kenaikan yang besar pada ralat. Hal itu dikarenakan hukum Stokes
digunakan untuk benda jatuh bebas dan tidak mengalami tumbukan
antar partikel. semakin besar diameter tabung, peningkatan ralat yang
dialami juga semakin tinggi.
3. Semakin kecil Koefisien Drag force suatu larutan, maka semakin cepat
proses koagulasinya.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari
kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astriyana, Mega, 2016, Analisis Hidrograf Satuan Terukur (HST) Sub DAS Way
Besai, Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Lampung.

Asdak, C., 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Abuzar S.S., 2010, Sedimentasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Brown C.B, 1950, Sediment Transport in Engineering Hydraulic, John Willey and
Sons, New York
E. G. Kelly and D. J. Spottiswood, 1982, Introduction to Mineral Processing. John
Wiley & Sons.
Geanpolis, 1993, Transport Processes and Separation Process Principles, 4ed,
Pearson Education International, USA.

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai