Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI TEKNIK LINGKUNGAN


SEDIMENTASI TIPE I

Dosen Pembimbing : Nur Indradewi Oktavitri, S.T., M.T., Ph.D.

Oleh:
Kelompok 7

Ziza Putri Subandri 082111133005


Masagung Helmy Firdaus 082111133023
Althof Satria Muharram P. Y. 082111133030
Yuli Tri Nurcahyani 082111133032
Alhiqni Zanjabila Suhrawardi 082111133047
Sammuel Leonardt Taggart S. 082111133075

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...v

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………...…………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………...…………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………...……………………………. 3
2.1 Sedimentasi.................................................................................................. 4
2.2 Sedimentasi Tipe 1……………...…………………………………...……. 5
2.3 Total Suspended Solid (TSS)………………………..……………………. 5
2.4 Settling Column…...…….……………………………………..…………. 5
2.5 Fraksi Tersisa……..………………………….…………………………… 5
2.6 Kaolin………………….............................................................................. 5
BAB III METODE PENELITIAN…………...………………………………… 7
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………..……. 7
3.1.1 Waktu………………………………………………...…………….. 7
3.1.2 Tempat………………………………………………………………7
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………………………. 7
3.2.1 Alat………………………………………………………..………… 7
3.2.2 Bahan………………………………………………………………...7
3.3 Cara Kerja……………………………………………………………….... 7
3.4 Rumus Perhitungan……..………………………………………………… 9
3.5 Data
Pengamatan………………………………………………………………….. 10

BAB IV HASIL DAN ANALISIS……………………………………………...11


4.1 Fungsi Kaolin dalam Pembuatan Air Sungai Sintetik……………...…….11
4.2 Perbedaan Nilai TSS dan Kekeruhan tiap Waktu Pengambilan Sampel... 12
4.3 Analisis Removal TSS dan Kekeruhan
Berdasarkan dari Hasil Persamaan 2.3……...………………… ………... 15
4.4 Analisis Kecepatan Pengendapan
Hasil dari Perhitungan Persamaan 2.4 Hingga 2.7……………………….15

ii
BAB V SIMPULAN…….………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18
LAMPIRAN…………………………………………………………………......20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gedung Nanizar Fakultas Farmasi Unair ...........................................7


Gambar 3.2 Skema Kerja Praktikum Sedimentasi Tipe I .......................................8

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1 Hasil Analisis Kandungan TSS ..........................................................13


Tabel 4.2.2 Hasil Analisis Nilai Kekeruhan……………………………………..14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini kemajuan teknologi industri sudah berada dalam pertumbuhan yang
sangat pesat. Setiap kegiatan produksi yang dilakukan oleh manusia tentunya akan
menghasilkan emisi dan limbah yang dapat mencemari lingkungan jika tidak
ditangani dengan benar sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Limbah yang
langsung dibuang tanpa adanya proses tertentu untuk menetralkan kandungan
didalamnya tentu dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang dapat
berpengaruh pada kesejahteraan hidup manusia. Air buangan serta limbah yang
memiliki nilai kekeruhan dan jumlah padatan terlarut yang tinggi dapat
menyebabkan perairan menjadi tercemar karena menurunnya kualitas air yang
disebabkan oleh banyaknya padatan terlarut yang tercampur pada perairan. Hal
tersebut dapat menyebabkan banyaknya organisme perairan yang mati.
Proses penyaringan air limbah sebelum memasuki tahap filtrasi biasanya
dilakukan tahap sedimentasi untuk memisahkan partikel padatan maupun gas
tertentu. Sedimentasi akan memisahkan padatan terlarut dalam air sehingga akan
mengendap dan dapat menurunkan nilai kekeruhan pada air. Pada umumnya proses
sedimentasi dilakukan pada proses pengolahan air minum. Pada pengolahan air
minum, teknik sedimentasi digunakan untuk mengendapkan air permukaan serta
flok hasil koagulasi-flokulasi maupun lumpur pada penyisihan besi dan mangan.
Pada pengolahan air limbah, sedimentasi digunakan untuk menyisihkan grit atau
pasir serta padatan tersuspensi. Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan,
sedimentasi digunakan untuk menyisihkan lumpur setelah proses koagulasi dan
sebelum proses filtrasi. Sedimentasi memiliki lebih dari satu pengaplikasiannya
dalam sistem pengolahan air. Tujuan dari sedimentasi biasanya adalah untuk
mengurangi beban padatan setelah koagulasi dan flokulasi, serta pengangkatan
padatan dari sumber air untuk mengurangi beban padatan pada proses instalasi
pengolahan terutama yang berkaitan dengan pengendapan padatan flokulasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan adanya percobaan sedimentasi untuk
mengukur penyisihan serta jumlah padatan terlarut pada suatu perairan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Praktikum Sedimentasi Tipe I ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengukur penyisihan kekeruhan dan TSS pada Sedimentasi
tipe I
2. Bagaimana cara mengukur kecepatan pengendapan partikel diskrit
menggunakan metode settling column test
3. Bagaimana cara menganalisis TSS menggunakan metode gravimetri

1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Sedimentasi Tipe I adalah sebagai berikut
1. Mengetahui cara mengukur penyisihan kekeruhan dan TSS pada sedimentasi
tipe I
2. Mengetahui cara mengukur kecepatan pengendapan partikel dikrit
menggunakan metode settling column test
3. Mengetahui cara menganalisis TSS menggunakan metode Gravimetri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses terangkatnya material berupa butiran tanah,
kerikil, pasir oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan
material yang terdapat di tempat lain (Rizky, et al.,2022). sedimentasi biasanya
dipengaruhi oleh besarnya debit aliran. Hal ini juga dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
aktivitas manusia dan curah hujan atau faktor alam. sedimentasi biasanya
mengalami tiga mekanisme transportasi yaitu sedimentasi terlarut, sedimentasi
suspensi, dan sedimen dasar.
Tujuan dari sedimentasi sendiri ialah untuk memisahkan partikel-partikel
maupun cairan dari gas atau cairan tertentu. penyusunan sedimen yang mempunyai
ukuran relatif besar dan berat akan mengendap di dasar perairan sedangkan yang
memiliki partikel lebih kecil tersuspensi dalam air (Rumhayati, 2019). Sedimen
mempunyai peran yang sangat penting sebagai reservoir zat pencemar. Akumulasi
logam berat oleh sedimen perairan dapat menurunkan toksisitas logam berat bagi
makhluk hidup.
Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan
partikel untuk berinteraksi, klasifikasi ini dibagi menjadi empat tipe yaitu (Wibowo,
2021) :
- Tipe I : Pengendapan partikel diskrit, partikel mengendap secara individu
tanpa reaksi antar partikel
- Tipe II : Pengendapan partikel flokulen, partikel memiliki interaksi antar
partikel sehingga ukurannya dapat meningkat dan kecepatan pengendapan dapat
bertambah
- Tipe III : Pengendapan pada lumpur biologis dimana gaya antar partikel
saling menahan partikel lain untuk mengendap
- Tipe IV : Pengendapan terjadi karena pemampatan partikel yang telah
mengendap karena adanya berat antar partikel
Proses sedimentasi didasarkan pada pengendapan partikel diskrit secara gravitasi
sehingga harus diketahui berapa kecepatan pengendapan masing-masing partikel
yang disisihkan. Proses sedimentasi dibagi dua yaitu grit chamber (Tipe I) dan bak
sedimentasi (Tipe II). Efisiensi sedimentasi bergantung pada beberapa parameter

3
seperti tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan selama proses flokulasi
dan materi koloid yang terkandung di dalam air baku (Tauhid A.I., 2018).
Sedimentasi memiliki lebih dari satu pengaplikasiannya dalam sistem pengolahan
air. Tujuan dari sedimentasi biasanya adalah untuk mengurangi beban padatan
setelah koagulasi dan flokulasi, serta pengangkatan padatan dari sumber air untuk
mengurangi beban padatan pada proses instalasi pengolahan terutama yang berkaitan
dengan pengendapan padatan flokulasi (Crittenden, 2012).

2.2 Sedimentasi Tipe I


Sedimentasi dibagi berdasarkan jenis partikel dan kemampuan partikel untuk
berinteraksi. Sedimentasi tipe I sendiri merupakan pengendapan partikel diskrit atau
partikel yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya
interaksi antar partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari sedimentasi tipe
I adalah untuk menururnkan kekeruhan air baku. Contoh sedimentasi tipe I adalah
pengendapan benda pasir, batu halus, dan lumpur kasar pada bak prasedimentasi
untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber
(Harmiyati, 2018).
Sedimen atau pengendapan terjadi karena adanya interaksi gaya-gaya di sekitar
partikel, yaitu gaya drag dan impeling. Gaya impeling adalah resultan dari gaya
yang disebabkan oleh gaya berta partikel atau gaya gravitasi dan gaya pung. arah
gaya impeling adalah kebawah. Gaya drag adalah gaya yang melawan gaya
impeling sehingga partikel dalam kondisi setimbang. Arah gaya drag adalah keatas.
Gaya drag akan meningkat seiring dengan pertambahan kecepatam, sedangkan
untuk koefisien drag mengalami kenaikan yang kecil seiring dengan semakin
tingginya kecepatan (Muchammad, 2010).

2.3 Total Suspended Solid (TSS)


Suspended solid merupakan parameter yang di gunakan untuk analisa padatan
yang tersuspensi pada air sampel (Anggraini & Yuliarty, 2019). suspended solid
adalah kandungan partikel-partikel zat padat padat yang tersuspensi dalam air yang
dapat di pisahakan dari penyaringan. ukuran partikel tss lebih besar dari 2 micron.
Apapun yang ukurannya lebih kecil dari 2 micron dikategorikan sebagai dissolved
solid.

4
Konsentrasi total suspended solid dapat dipengaruhi oleh partikel organik dari
material dekomposing. seperti contoh tanaman alga dan kototran hewan serta
manusia. Suspended Solid yang melebihi ambang batas akan menyebabkan bercak-
bercak pada produk kertas, juga akan berpengaruh pada tingginya penambahan
bahan kimia (Anggraini & Yuliarty, 2019). Parameter Suspended Solid adalah
parameter air yang penting untuk menyatakan tingkat pencemaran air dan layak
tidaknya air tersebut dapat digunakan.

2.4 Settling Column


Kolom sampling adalah kolam yang tidak terlalu besar yang biasa digunakan
untuk mengendapkan partikel atau padatan yang tercampur dalam aliran fluida.
settling column mampu mendeteksi variasi dari kecepatan pengendapan dengan
kedalaman pengendapan (Wendling, et al., 2015). salah satu tujuan atau kegunaan
dari settling column adalah sebagai tahap awal pengolahan air yang akan digunakan
untuk kebutuhan masyarakat atau keperluan lain.

2.5 Fraksi tersisa


Fraksi merupakan perbandingan antara konsentrasi partikel pada waktu ke-t
terhadap konsentrasi partikel mula-mula. Data yang diperoleh dari percobaan
adalah jumlah (konsentrasi) partikel yang terdapat dalam sampel yang diambil pada
interval waktu tertentu. konsentrasi pada berbagai waktu tersebut diubah menjadi
bentuk fraksi.

2.6 Kaolin
Kaolin merupakan bahan tambang alam yang termasuk dalam jenis tanah
lempung (clay) dimana mineral penyusun utamanya adalah kaolinit. Tanah lempung
jenis kaolin berwarna putih atau putih keabu-abuan. Di alam kaolin berasal dari
dekomposisi feldspar. Sebagai bahan tambang, kaolin bercampur dengan oksida
lainnya seperti magnesium oksida, kalsium oksida, kalium oksida dan lain-lain
(Hamid et al., 2020).
Kerangka kaolin memiliki bentuk pseudo-hexagonal, berukuran seperti buku-
buku, dan terdapat tumpukan vermicular. Sifat fisik dan kimia dari kaolin
ditentukan oleh kondisi geologi dimana kaolin tersebut terbentuk dan total dari

5
komposisi mineralogi deposit kaolin. Kaolin memiliki ukuran partikel antara 0,2

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Sedimentasi Tipe I dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai
berikut:
3.1.1 Waktu
Praktikum Sedimentasi Tipe I dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Februari
2023 pukul 8.50 - 12.20 WIB.
3.1.2 Tempat
Praktikum Sedimentasi Tipe I dilaksanakan di Gedung Nanizar, Fakultas
Farmasi Kampus C Universitas Airlangga dengan koordinat -7,2668019,
112,7846263.

Gambar 3.1 Gedung Nanizar Fakultas Farmasi Unair


(Sumber: Google Maps, 2023)

3.2 Alat dan Bahan


Praktikum Sedimentasi Tipe I ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah settling column test,
vacuum pump, turbidimeter, desikator dilengkapi dengan silika gel, oven untuk
suhu 105॰C, timbangan analitik, cawan petri, pinset, gelas ukur, corong
buchner, erlenmeyer buchner, penjepit corong buchner, dan botol sampel.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kran, kaolin, dan
kertas saring Whatman 1822-047 Glass Microfiber Filters GF/C dia. 47 mm.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja yang digunakan pada praktikum Sedimentasi Tipe I adalah sebagau
berikut.

7
Gambar 3.2 Skema Kerja Praktikum Sedimentasi Tipe I

Prosedur dalam praktikum ini diawali dengan pembuatan air sungai sintetik
dengan cara melarutkan 1 gram kaolin dalam air kram kemudian diaduk
menggunakan wave maker. Setelah homogen, larutan tersebut dimasukkan ke
dalam settling column hingga mencapai 120 cm dengan pompa sumbersible.
Langkah berikutnya adalah pengambilan sampel sebanyak 100 mL yang dilakukan
di waktu ke-0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 100, 110, dan 120 menit. Pengambilan sampel
dilakukan dengan membuka kran tidak terlalu besar.
Langkah selanjutnya setelah pengambilan sampel adalah analisis kekeruhan dan
TSS pada sampel. Kekeruhan dianalisis dengan alat turbidimeter. TSS dianalisis

8
dengan metode gravimetri dengan filtering apparatus dan vacuum pump, serta
dihitung nilai TSS nya. Data kekeruhan dan TSS untuk tiap menitnya dicatat sesuai
tabel di lampiran. Berikutnya, melakukan perhitungan kecepatan pengendapan dan
fraksi tersisa lalu hasilnya diplot pada grafik dengan sumbu x adalah kecepatan
pengendapan dan sumbu y adalah fraksi tersisa. Kemudian mencari nilai F0 dan V0
dari grafik tersebut. Langkah terakhir dalam praktikum ini adalah melakukan
perhitungan penyisihan total, diameter partikel (D), bilangan reynold (Nre),
koefisien drag (Cd), dan kecepatan pengendapan (Vp).

3.4 Rumus Perhitungan


Rumus perhitungan yang digunakan pada praktikum Sedimentasi Tipe 1 adalah
sebagai berikut.
1. Kecepatan pengendapan

2. Fraksi tersisa

3. Penyisihan total

4. Diameter partikel (D)

5. Bilangan reynold (Nre)

6. Koefisien drag (Cd)

7. Kecepatan pengendapan (Vp)

9
3.5 Data Pengamatan
Terlampir

10
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

Proses pemisahan partikel padatan dan cairan dari suatu campuran slurry dapat
dilakukan melalui proses sedimentasi. Sedimentasi merupakan proses yang
berlangsung saat partikel padatan dalam cairan dapat mengendap ke bawah karena
pengaruh gaya gravitasi. Proses sedimentasi dibutuhkan dalam proses penjernihan
air, pengolahan limbah, dan erosi. Pada proses sedimentasi kecepatan endapan yang
turun ke bawah semakin lama semakin lambat, sehingga untuk memperoleh hasil
sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup
lama. Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum perlu menentukan
waktu pengendapan yang efektif (Rossiana et al., 2014).

4.1 Fungsi Kaolin dalam Pembuatan Air Sungai Sintetik


Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari material lempung yang
berwarna putih atau agak keabu-abuan. Kaolin biasanya ditemukan dalam bentuk
deposit di dekat permukaan tanah, dan dapat diekstraksi dengan proses
penambangan. Kaolin terdiri dari hidrous alumunium silikat dengan rumus kimia
2H2OAl2O32SiO2 dan beberapa mineral-mineral lainnya. Komposisi mineral-
mineral lain yang menyusun kaolin antara lain kaolinit, nakrit, dan halloysit sebagai
mineral utama dengan rumus kimia Al2(OH)4SiO52H2O yang mempunyai
kandungan air lebih besar (Kunrat & Suhala dalam Daud, 2015). Kaolin adalah
mineral lempung yang bersifat lunak, tidak larut dalam air, dan tidak reaktif
terhadap asam, basa, atau bahan kimia lainnya. Sifat-sifat ini menjadikan kaolin
sering digunakan sebagai bahan baku dalam industri dan sebagai bahan aditif dalam
berbagai aplikasi industri.
Air sungai sintetik yang digunakan pada praktikum sedimentasi menggunakan
kaolin yang dicampurkan dengan air kran. Kaolin diharapkan dapat
merepresentasikan partikel-partikel padatan dalam limbah air sintetik sehingga
dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai proses sedimentasi yang terjadi
dalam air sungai sintetik. Air sungai sintetik menggunakan kaolin dalam bahan
sintetiknya karena adanya perbedaan ukuran dan sifat fisis kaolin dengan fraksi-
fraksi pengotor. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan kecepatan sedimentasi dari
kedua fraksi. Fraksi-fraksi pengotor dapat mengalami pengendapan terlebih dahulu

11
karena ukurannya yang lebih besar (≥20 µm), sedangkan fraksi kaolin mempunyai
ukuran yang lebih kecil (≤ 2 µm) sehingga dapat dipisahkan dengan fraksi pengotor
(Nugraha & Kulsum, 2017).

4.2 Perbedaan Nilai TSS dan Kekeruhan tiap Waktu Pengambilan Sampel
TSS (Total Suspended Solid) atau Total Padatan Tersuspensi merupakan bahan
yang tersuspensi dan tidak terlarut dalam air. Sedangkan, kekeruhan adalah suatu
bentuk pengukuran cahaya yang tersebar dari interaksi yang tersuspensi dan
material terlarut pada sampel air, hal ini menjadikan sebagai indikator kualitas air.
Kekeruhan juga dapat didefinisikan sebagai pengurangan transparansi cahaya pada
sebuah cairan yang disebabkan oleh partikel-partikel yang terlarut. Kandungan TSS
akan rendah jika nilai kekeruhannya rendah, sebaliknya kandungan TSS akan tinggi
jika kekeruhannya tinggi. Kekeruhan dan kandungan TSS berkaitan satu sama lain
dimana nilai TSS dan kekeruhan berbanding lurus. Hal ini menyebabkan perbedaan
nilai TSS dan kekeruhan pada tiap waktu pengambilan sampel tidak signifikan atau
tidak jauh berbeda (Kautsar et al., 2015).
Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota air, dari dua sisi.
Pertama, menghalangi atau mengurangi penetrasi cahaya ke dalam kolom air
sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air
lainnya, yang selanjutnya berarti mengurangi pasokan oksigen terlarut. Kedua,
secara langsung kandungan padatan tersuspensi yang tinggi dapat mengganggu
biota. Pengukuran sedimen tersuspensi secara insitu menjadi salah satu alternatif
untuk mengetahui kondisi lingkungan berdasarkan pada parameter fisika (Purba et
al., 2018).
Analisis Kandungan TSS dilakukan dalam waktu 120 menit dengan interval
waktu menit ke-0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 100, 110, dan 120. Hasil yang diperoleh
terdapat nilai TSS yang tidak sesuai dalam literatur, nilai yang seharusnya turun
menjadi naik yaitu pada interval waktu menit ke-20, 60, 90, dan 110. Hal ini akan
mempengaruhi bentuk grafik yang naik turun sehingga data tersebut dihapuskan
atau diinterpolasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dalam literatur. Kesalahan
data tidak sampai 50% dari total jumlah data sehingga data masih dapat dipakai.
Secara umum kandungan partikel Total Suspended Solid (TSS) pada sampel dalam
praktikum sedimentasi berkisar antara 166 - 1318 mg/l. Rata-rata kandungan TSS

12
60 menit pertama dalam interval waktu menit ke-0, 10, 30, dan 45 sebesar 788 mg/l
dan pada saat 60 menit terakhir dalam interval waktu menit ke-100, dan 120 sebesar
195 mg/l.
Tabel 4.2.1 Hasil Analisis Kandungan TSS
Waktu Berat kertas
(menit Volume saring kosong Berat kertas saring Konsentrasi
ke-) sampel (mL) (gram) plus residu (gram) TSS (mg/L)
0 50 0,0419 0,1078 1318
10 50 0,0881 0,1284 806
30 50 0,0835 0,1208 746
45 50 0,0921 0,1062 282
100 50 0,092 0,1032 224
120 50 0,0924 0,1007 166

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan nilai kandungan TSS setelah
dilakukan interpolasi data dapat dilihat pada Tabel 4.2.1. Hasil analisis yang
dilakukan berdasarkan sampel pada setiap interval waktu sedimen tersuspensi
berbeda-beda, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel tersebut. Dalam mengetahui
sebaran kandungan TSS (Total Suspended Solid) pada setiap interval waktu maka
dilakukan penjumlahan rata-rata dari kandungan TSS di setiap interval waktu agar
terlihat lebih akurat nilai sebaran kandungan TSS pada setiap interval waktu.
Analisis nilai kekeruhan dilakukan dalam waktu 120 menit dengan interval
waktu menit ke-0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 100, 110, dan 120. Hasil yang diperoleh
terdapat nilai kekeruhan yang tidak sesuai dalam literatur, nilai yang seharusnya
turun menjadi naik atau sebaliknya yaitu pada interval waktu menit ke-45 dan 110.
Hal ini akan mempengaruhi bentuk grafik yang naik turun sehingga data tersebut
dihapuskan atau diinterpolasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dalam literatur.
Kesalahan data tidak sampai 50% dari total jumlah data sehingga data masih dapat
dipakai. Secara umum nilai kekeruhan pada sampel dalam praktikum sedimentasi
ini berkisar antara 157 - 728 NTU. Rata-rata nilai kekeruhan 60 menit pertama
dalam interval waktu menit ke-0, 10, 20, 30, dan 60 sebesar 645,8 NTU dan pada
saat 60 menit terakhir dalam interval waktu menit ke-90, 100, dan 120 sebesar
264,33 NTU.

13
Tabel 4.2.2 Hasil Analisis Nilai Kekeruhan

Waktu (menit ke-) Tinggi air (m) Kekeruhan (NTU)


0 1,174 728
10 1,161 711
20 1,15 643
30 1,139 597
60 1,12 550
90 1,11 409
100 1,094 227
120 10,65 157

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan nilai kekeruhan setelah


dilakukan interpolasi data dapat dilihat pada Tabel 4.2.2. Hasil analisis yang
dilakukan berdasarkan sampel pada setiap interval waktu sedimen tersuspensi
berbeda-beda, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel tersebut. Dalam mengetahui
sebaran nilai kekeruhan pada setiap interval waktu maka dilakukan penjumlahan
rata-rata dari nilai kekeruhan di setiap interval waktu agar terlihat lebih akurat nilai
sebaran nilai kekeruhan pada setiap interval waktu.
Seperti yang sudah disampaikan di atas, kandungan partikel Total Suspended
Solid (TSS) dan Nilai kekeruhan pada sampel dalam praktikum sedimentasi secara
berturut-turut berkisar antara 166 - 1318 mg/L dan 157 - 728 NTU . Rata-rata
kandungan TSS 60 menit pertama dalam interval waktu menit ke-0, 10, 30, dan 45
sebesar 788 mg/l dan pada saat 60 menit terakhir dalam interval waktu menit ke-
100, dan 120 sebesar 195 mg/l. Sedangkan, rata-rata nilai kekeruhan 60 menit
pertama dalam interval waktu menit ke-0, 10, 20, 30, dan 60 sebesar 645,8 NTU
dan pada saat 60 menit terakhir dalam interval waktu menit ke-90, 100, dan 120
sebesar 264,33 NTU. Data tersebut terlihat bahwa perbedaan nilai TSS dan
kekeruhan pada tiap waktu pengambilan sampel tidak signifikan atau tidak jauh
berbeda.

14
4.3 Analisis Removal TSS dan Kekeruhan Berdasarkan dari Hasil Persamaan
2.3.
Analisis removal TSS dan kekeruhan didapatkan dari perhitungan penyisihan
total dengan persamaan yang melibatkan 𝑭𝟎 dan 𝑽𝟎 diperoleh dari grafik kecepatan
pengendapan terhadap fraksi tersisa. Semakin lama waktu tinggal dalam proses
pengolahan biofilter maka semakin besar pula nilai efisiensi penyisihan yang
terjadi. Persamaan 2.3 dalam buku petunjuk praktikum yaitu :

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan hasil removal TSS sebesar R = 1,724


NTU dan removal kekeruhan sebesar R = 1,5016 NTU. Nilai integral dari kecepatan
pengendapan terhadap fraksi tersisa diperoleh dari penjumlahan penghitungan
luasan pada grafik hubungan kecepatan pengendapan dengan tiap parameter, yaitu
kekeruhan dan TSS. Selisih hasil yang didapatkan cukup kecil yaitu sebesar 0,2
NTU sehingga pengambilan sampel dan proses analisis data dapat dikatakan baik.

4.4 Analisis Kecepatan Pengendapan Hasil dari Perhitungan Persamaan 2.4


Hingga 2.7
Kecepatan pengendapan pada proses sedimentasi tipe 1 menggunakan metode
gravimetri. Metode gravimetri merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan.
Metode ini menekankan prinsip pemurnian dan penimbangan (Muliyadi, 2020).
Kecepatan pengendapan dapat dianalisis baik dalam kekeruhan maupun TSS
dengan melakukan penghitungan berdasarkan persamaan 2.4, yaitu:

𝑽𝟎 diperoleh dari grafik kecepatan pengendapan dengan fraksi tersisa. Nilai g


diketahui sebesar 9,81 m/s² dengan SG atau specific gravity sebesar 2,65. Nilai
viskositas air yang digunakan sesuai dengan suhu pengukuran fluida (27℃) sebesar
0,259 poise atau 0,0259 kg/ms (Setiawati & Radiyono, 2017). Oleh karena itu,
diperoleh nilai 𝑽𝟎 pada kekeruhan dan TSS berturut-turut sebesar 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟓m/s dan
𝟒, 𝟓𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒m/s. Nilai diameter partikel pada kekeruhan dan TSS didapatkan
sebesar 0,00013 mm dan 0,00008605 mm.

15
Bilangan Reynolds merupakan bilangan yang berfungsi menggambarkan rezim
suatu aliran fluida dalam saluran maupun permukaan benda (Darianto et al., 2019).
Bilangan Reynolds dapat ditentukan dengan persamaan 2.5, yaitu :

Nilai viskositas air dipengaruhi oleh suhu dan semakin tinggi suhu maka nilai
viskositas kinematis air akan semakin rendah yang menyebabkan fluida semakin
kental. Nilai viskositas air pada suhu 27°C berdasarkan literatur diperoleh sebesar
0,8605 × 10^-6 m²/s. Nilai bilangan Reynolds berdasarkan perhitungan
menggunakan persamaan 2.5 diperoleh untuk kekeruhan 𝟗, 𝟗𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓 dan
𝟐, 𝟐𝟔 × 𝟏𝟎−𝟑 untuk TSS. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua aliran bersifat
laminar.
Kecepatan pengendapan partikel dapat dihitung menggunakan persamaan 2.7,
yaitu:

Kecepatan pengendapan partikel sebenarnya pada perhitungan diperoleh sebesar


𝟒, 𝟓𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒 m/s untuk TSS dan 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟓 m/s untuk kekeruhan.

16
BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan percobaan pengendapan partikel diskrit pada praktikum


sedimentasi ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Fungsi kaolin dalam pembuatan air sungai sintetik adalah untuk
mempresentasikan partikel-partikel padatan dalam limbah air sintetik sehingga
dapat menggambarkan proses sedimentasi yang cukup akurat dalam air sungai.
2. Nilai TSS dan kekeruhan pada suatu sampel akan berbanding lurus karena
kekeruhan dan suspended solid yang terukur menggambarkan banyaknya
jumlah substrat atau partikel yang ada di sampel atau larutan tersebut.
Perbedaan nilai TSS dan kekeruhan pada tiap waktu pengambilan sampel pada
hasil praktikum Sedimentasi ini tidak jauh berbeda yang dapat dilihat dari rata-
rata sampel datanya yaitu TSS dan kekeruhan masing-masing sebesar 590,34
mg/L dan 502,75 NTU.
3. Analisis besar penyisihan atau removal pada TSS dan kekeruhan mendapatkan
selisih yang cukup kecil yaitu sebesar 0,2. Besar nilai removal pada masing-
masing parameter yaitu TSS dan kekeruhan adalah 1,724 NTU dan 1,502 NTU.
4. Kecepatan pengendapan yang diperoleh dari kedua parameter berada pada
aliran laminar dibuktikan oleh besarnya Bilangan Reynold yang >1. Kecepatan
pengendapan yang diperoleh untuk TSS dan kekeruhan masing-masing sebesar
𝟒, 𝟓𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒 𝒎/s dan 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟓 𝒎/𝒔.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R., & Yuliarty, P. (2019). PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK


TOTAL SUSPENDED SOLID PADA STOCK PREPARATION 1 DI PT
X (INDUSTRI KERTAS). Industri Inovatif: Jurnal Teknik Industri, 9(1),
38-43.

Crittenden, J.C., Trussell, R.R., Hand, D.W., Howe, K.J. and Tchobanoglous, G.,
2012. MWH's water treatment: principles and design. John Wiley & Sons.

Daud, D. 2015. ‘Kaolin sebagai Bahan Pengisi pada Pembuatan Kompon Karet:
Pengaruh Ukuran dan Jumlah terhadap Sifat Mekanik-Fisik’, Jurnal
Dinamika Penelitian Industri, 26(1), pp. 41–48.

Hamid, A., Prasetyo, D., Purbaningtias, T. E., Rohmah, F., & Febriana, I. D. (2020).
Pengaruh Tahap Kristalisasi pada Sintesis ZSM-5 Mesopori dari Kaolin
Alam. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA), 3(2), 40-49.

Kautsar M., R. Rizal I., dan Eko D. W. 2015. Sistem Monitoring Digital
Penggunaan dan Kualitas Kekeruhan Air PDAM Berbasis Mikrokontroler
ATMega328 Menggunakan Sensor Aliran Air dan Sensor Fotodiode. Jurnal
Teknologi dan Sistem Komputer, 3(1), 79-86.

Kurniawan, A., 2014. Rancang Bangun Unit Sedimentasi Rectangular Pada


Instalasi Pengolahan Air Limbah. In Proceeding National Conference on
Conversation For Better Life, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
IPB. Bogor (pp. 75-92).

Muchammad, M. (2006). Perhitungan Gaya Drag Pada Benda Uji Pelat Persegi
Datar Menggunakan Low Speed Wind Tunnel. Jurnal Momentum
UNWAHAS, 2(1), 114239.

Muliyadi, I. S. S. (2020). Perbandingan Efektifitas Metode Elektrokoagulasi dan


Destilasi Terhadap Penurunan Beban Pencemar Fisik Pada Air Limbah
Domestik. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, XIX(1), 45–20

Nugraha, I. & Kulsum, U. 2017. ‘Sintesis dan Karakterisasi Material Komposit


Kaolin-ZVI (Zero Valent Iron) serta Uji Aplikasinya sebagai Adsorben
Kation Cr (VI)’, Jurnal Kimia VALENSI, 3(1), pp. 59–70.

Purba R. H., Mubarak dan Musrifin G. 2018. Sebaran Total Suspended Solid (Tss)
Di Kawasan Muara Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN, 23(1), 21-30.

Roessiana D. L., Setiyadi, & Sandy, B. H. 2014. ‘Model Persamaan Faktor Koreksi
pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling’, Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan, 6(2), pp. 98–106.

18
Rizky, K. M., Simanjuntak, R. V., & Urfan, F. (2022). MONITORING LAJU
SEDIMENTASI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HULU KOTA
LANGSA. Jurnal Pendidikan Geosfer, 7(2), 285-294.

Rumhayati, B. (2019). Sedimen Perairan: Kajian Kimiawi, Analisis, dan Peran.


Universitas Brawijaya Press

Setiawati, D. & Radiyono, Y. 2017. Analisis Hubungan Kecepatan Terminal


dengan Viskositas Zat

Tauhid, A.I., Oktiawan, W. and Samudro, G., 2018. Penentuan surface loading rate
(Vo) dan waktu detensi (td) air baku air minum Sungai Kreo dalam
perencanaan prasedimentasi dan sedimentasi HR-WTP Jatibarang. Jurnal
Sains & Teknologi Lingkungan, 10(2), pp.77-87.

Wendling, V., Gratiot, N., Legout, C., Droppo, I. G., Coulaud, C., & Mercier, B.
(2015). Using an optical settling column to assess suspension characteristics
within the free, flocculation, and hindered settling regimes. Journal of Soils
and Sediments, 15, 1991-2003.

Wibowo, E.R., Setyono, M.Y.P.S. and Renaldi, R.A., 2021. Perancangan


Bangunan Pengolahan Air Minum (Sumber: Air Waduk Bajulmati)
(Doctoral dissertation, UPN Veteran Jawa Timur).

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kecepatan Pengendapan terhadap Waktu (Parameter Kekeruhan)


Waktu Kecepatan
(menit Tinggi air Kekeruhan pengendapan Fraksi
ke-) (m) (NTU) (m/detik) tersisa
0 1,174 728 0 1
10 1,161 711 0,00196 0,977
20 1,15 643 0,000978 0,883
30 1,139 597 0,000652 0,820
60 1,12 550 0,000326 0,755
90 1,11 409 0,000217 0,562
100 1,094 227 0,000196 0,312
120 10,65 157 0,000163 0,216

Lampiran 2. Tabel Hasil Analisis TSS


Waktu Berat kertas
(menit Volume saring kosong Berat kertas saring Konsentrasi
ke-) sampel (mL) (gram) plus residu (gram) TSS (mg/L)
0 50 0,0419 0,1078 1318
10 50 0,0881 0,1284 806
30 50 0,0835 0,1208 746
45 50 0,0921 0,1062 282
100 50 0,092 0,1032 224
120 50 0,0924 0,1007 166

Lampiran 3. Tabel Kecepatan Pengendapan terhadap Waktu (Parameter TSS)


Waktu Tinggi
(menit settling TSS Kecepatan Fraksi
ke-) column (m) Tinggi air (m) (mg/L) pengendapan tersisa
0 2 1,174 1318 0 1
10 2 1,161 806 0,00196 0,612
30 2 1.139 746 0,000652 0,566
45 2 1,130 282 0,000435 0,214
100 2 1,094 224 0,000196 0,170

20
120 2 1,065 166 0,000163 0,126

Lampiran 4. Grafik Hubungan Fraksi Tersisa (Kekeruhan) dengan Kecepatan


Pengendapan

Lampiran 5. Grafik Hubungan Fraksi Tersisa (TSS) dengan Kecepatan


Pengendapan

21
Lampiran 6. Tabel Penghitungan Total Removal dan Kecepatan Pengendapan

Removal (R) Diameter Partikel

K 𝟏 𝑭𝟎 𝒈𝑫𝟐 (𝑺𝑮 − 𝟏)
e 𝑹 = (𝟏 − 𝑭 𝟎 ) + ∫ 𝑽𝒅𝒇 𝑽𝟎 =
𝑽𝟎 𝟎 𝟏𝟖𝒗
k 𝟏 𝟏𝟖𝒗 − 𝑽𝟎
e 𝑹 = (𝟏 − 𝟎, 𝟕𝟓𝟔) + (𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟖𝟓) 𝑫=√
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟐𝟔 𝒈(𝑺𝑮 − 𝟏)
r 𝑹 = 𝟏, 𝟕𝟐𝟒 𝑵𝑻𝑼
u
h 𝟏𝟖(𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗)(𝟔 × 𝟏𝟎−𝟒 )
𝑫=√
a 𝟗, 𝟖𝟏(𝟐𝟔𝟓𝟎 − 𝟗𝟗𝟖, 𝟐)
n
𝟐, 𝟖 × 𝟏𝟎−𝟒
𝑫=√
𝟏𝟔𝟐𝟎𝟒
𝑫 = 𝟏, 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟒 𝒎

T 𝟏 𝑭𝟎 𝒈𝑫𝟐 (𝑺𝑮 − 𝟏)
S 𝑹 = (𝟏 − 𝑭𝟎 ) + ∫ 𝑽𝒅𝒇 𝑽𝟎 =
𝑽𝟎 𝟎 𝟏𝟖𝒗
S 𝟏
𝑹 = (𝟏 − 𝟎, 𝟎, 𝟓𝟔𝟔) + (𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟔𝟒) 𝟏𝟖𝒗 − 𝑽𝟎
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟔 𝑫=√
𝒈(𝑺𝑮 − 𝟏)
𝑹 = 𝟏, 𝟓𝟎𝟐 𝑵𝑻𝑼
𝟏𝟖(𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗)(𝟐, 𝟔 × 𝟏𝟎−𝟒 )
𝑫=√
𝟗, 𝟖𝟏(𝟐𝟔𝟓𝟎 − 𝟗𝟗𝟖, 𝟐)

𝟏, 𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒
𝑫=√
𝟏𝟔𝟐𝟎𝟒
𝑫 = 𝟖, 𝟔𝟎𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓 𝒎

22
Kecepatan Pengendapan Asumsi Aliran Laminar Bilangan Reynold (𝑵𝑹𝒆 )

K 𝑽𝒔 = 𝒈 (𝑺𝑮 − 𝟏)𝑫𝟐 𝝆𝑫𝑽𝒔


𝟏𝟖𝒗 𝑵𝑹𝑬 =
e 𝟗, 𝟖𝟏 𝒗
k 𝑽𝒔 = (𝟐𝟔𝟓𝟎 − 𝟗𝟗𝟖, 𝟐)(𝟖, 𝟔𝟎𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓 )𝟐 𝟗𝟗𝟖, 𝟐(𝟖, 𝟔𝟎𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓 )(𝟑 × 𝟏𝟎−𝟓 )
𝟏𝟖(𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗) 𝑵𝑹𝑬 =
e 𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗
𝑽𝒔 = 𝟐𝟏, 𝟎𝟒𝟐 × 𝟏𝟔𝟓𝟏, 𝟖(𝟖, 𝟔𝟎𝟓 × 𝟏𝟎−𝟏𝟎 )
r 𝑵𝑹𝑬 = 𝟗, 𝟗𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓
u 𝑽𝒔 = 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟓 𝒎/𝒔
h
a
n

T 𝑽𝒔 = 𝒈 (𝑺𝑮 − 𝟏)𝑫𝟐 𝝆𝑫𝑽𝒔


𝟏𝟖𝒗 𝑵𝑹𝑬 =
S 𝟗, 𝟖𝟏 𝒗
S 𝑽𝒔 = (𝟐𝟔𝟓𝟎 − 𝟗𝟗𝟖, 𝟐)(𝟏, 𝟑𝟒 × 𝟏𝟎−𝟒 )𝟐 𝟗𝟗𝟖, 𝟐(𝟏, 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟒 )(𝟒, 𝟓𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒 )
𝟏𝟖(𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗) 𝑵𝑹𝑬 =
𝑽𝒔 = 𝟐𝟏, 𝟎𝟒𝟐 × 𝟏𝟔𝟓𝟏, 𝟖(𝟏, 𝟑𝟒 × 𝟏𝟎−𝟖 ) 𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗
𝑽𝒔 = 𝟒, 𝟓𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒 𝒎/𝒔 𝑵𝑹𝑬 = 𝟐, 𝟐𝟔 × 𝟏𝟎−𝟑

Kecepatan Pengendapan Sebenarnya

Kekeruhan 𝑵𝑹𝒆 =< 𝟏


Sehingga aliran laminar.
𝑽𝒔 tetap seperti yang diasumsikan.
𝑽 = 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟓 𝒎/𝒔

TSS 𝑵𝑹𝒆 =< 𝟏


Sehingga aliran laminar.
𝑽𝒔 tetap seperti yang diasumsikan.
𝑽 = 𝟒, 𝟓𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒 𝒎/𝒔

23

Anda mungkin juga menyukai