Oleh:
Kelompok 7
SAMPUL…………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………...…………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………...…………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………...……………………………. 3
2.1 Sedimentasi.................................................................................................. 4
2.2 Sedimentasi Tipe 1……………...…………………………………...……. 5
2.3 Total Suspended Solid (TSS)………………………..……………………. 5
2.4 Settling Column…...…….……………………………………..…………. 5
2.5 Fraksi Tersisa……..………………………….…………………………… 5
2.6 Kaolin………………….............................................................................. 5
BAB III METODE PENELITIAN…………...………………………………… 7
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………..……. 7
3.1.1 Waktu………………………………………………...…………….. 7
3.1.2 Tempat………………………………………………………………7
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………………………. 7
3.2.1 Alat………………………………………………………..………… 7
3.2.2 Bahan………………………………………………………………...7
3.3 Cara Kerja……………………………………………………………….... 7
3.4 Rumus Perhitungan……..………………………………………………… 9
3.5 Data
Pengamatan………………………………………………………………….. 10
ii
BAB V SIMPULAN…….………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18
LAMPIRAN…………………………………………………………………......20
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Praktikum Sedimentasi Tipe I ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengukur penyisihan kekeruhan dan TSS pada Sedimentasi
tipe I
2. Bagaimana cara mengukur kecepatan pengendapan partikel diskrit
menggunakan metode settling column test
3. Bagaimana cara menganalisis TSS menggunakan metode gravimetri
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Sedimentasi Tipe I adalah sebagai berikut
1. Mengetahui cara mengukur penyisihan kekeruhan dan TSS pada sedimentasi
tipe I
2. Mengetahui cara mengukur kecepatan pengendapan partikel dikrit
menggunakan metode settling column test
3. Mengetahui cara menganalisis TSS menggunakan metode Gravimetri
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses terangkatnya material berupa butiran tanah,
kerikil, pasir oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan
material yang terdapat di tempat lain (Rizky, et al.,2022). sedimentasi biasanya
dipengaruhi oleh besarnya debit aliran. Hal ini juga dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
aktivitas manusia dan curah hujan atau faktor alam. sedimentasi biasanya
mengalami tiga mekanisme transportasi yaitu sedimentasi terlarut, sedimentasi
suspensi, dan sedimen dasar.
Tujuan dari sedimentasi sendiri ialah untuk memisahkan partikel-partikel
maupun cairan dari gas atau cairan tertentu. penyusunan sedimen yang mempunyai
ukuran relatif besar dan berat akan mengendap di dasar perairan sedangkan yang
memiliki partikel lebih kecil tersuspensi dalam air (Rumhayati, 2019). Sedimen
mempunyai peran yang sangat penting sebagai reservoir zat pencemar. Akumulasi
logam berat oleh sedimen perairan dapat menurunkan toksisitas logam berat bagi
makhluk hidup.
Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan
partikel untuk berinteraksi, klasifikasi ini dibagi menjadi empat tipe yaitu (Wibowo,
2021) :
- Tipe I : Pengendapan partikel diskrit, partikel mengendap secara individu
tanpa reaksi antar partikel
- Tipe II : Pengendapan partikel flokulen, partikel memiliki interaksi antar
partikel sehingga ukurannya dapat meningkat dan kecepatan pengendapan dapat
bertambah
- Tipe III : Pengendapan pada lumpur biologis dimana gaya antar partikel
saling menahan partikel lain untuk mengendap
- Tipe IV : Pengendapan terjadi karena pemampatan partikel yang telah
mengendap karena adanya berat antar partikel
Proses sedimentasi didasarkan pada pengendapan partikel diskrit secara gravitasi
sehingga harus diketahui berapa kecepatan pengendapan masing-masing partikel
yang disisihkan. Proses sedimentasi dibagi dua yaitu grit chamber (Tipe I) dan bak
sedimentasi (Tipe II). Efisiensi sedimentasi bergantung pada beberapa parameter
3
seperti tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan selama proses flokulasi
dan materi koloid yang terkandung di dalam air baku (Tauhid A.I., 2018).
Sedimentasi memiliki lebih dari satu pengaplikasiannya dalam sistem pengolahan
air. Tujuan dari sedimentasi biasanya adalah untuk mengurangi beban padatan
setelah koagulasi dan flokulasi, serta pengangkatan padatan dari sumber air untuk
mengurangi beban padatan pada proses instalasi pengolahan terutama yang berkaitan
dengan pengendapan padatan flokulasi (Crittenden, 2012).
4
Konsentrasi total suspended solid dapat dipengaruhi oleh partikel organik dari
material dekomposing. seperti contoh tanaman alga dan kototran hewan serta
manusia. Suspended Solid yang melebihi ambang batas akan menyebabkan bercak-
bercak pada produk kertas, juga akan berpengaruh pada tingginya penambahan
bahan kimia (Anggraini & Yuliarty, 2019). Parameter Suspended Solid adalah
parameter air yang penting untuk menyatakan tingkat pencemaran air dan layak
tidaknya air tersebut dapat digunakan.
2.6 Kaolin
Kaolin merupakan bahan tambang alam yang termasuk dalam jenis tanah
lempung (clay) dimana mineral penyusun utamanya adalah kaolinit. Tanah lempung
jenis kaolin berwarna putih atau putih keabu-abuan. Di alam kaolin berasal dari
dekomposisi feldspar. Sebagai bahan tambang, kaolin bercampur dengan oksida
lainnya seperti magnesium oksida, kalsium oksida, kalium oksida dan lain-lain
(Hamid et al., 2020).
Kerangka kaolin memiliki bentuk pseudo-hexagonal, berukuran seperti buku-
buku, dan terdapat tumpukan vermicular. Sifat fisik dan kimia dari kaolin
ditentukan oleh kondisi geologi dimana kaolin tersebut terbentuk dan total dari
5
komposisi mineralogi deposit kaolin. Kaolin memiliki ukuran partikel antara 0,2
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
Gambar 3.2 Skema Kerja Praktikum Sedimentasi Tipe I
Prosedur dalam praktikum ini diawali dengan pembuatan air sungai sintetik
dengan cara melarutkan 1 gram kaolin dalam air kram kemudian diaduk
menggunakan wave maker. Setelah homogen, larutan tersebut dimasukkan ke
dalam settling column hingga mencapai 120 cm dengan pompa sumbersible.
Langkah berikutnya adalah pengambilan sampel sebanyak 100 mL yang dilakukan
di waktu ke-0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 100, 110, dan 120 menit. Pengambilan sampel
dilakukan dengan membuka kran tidak terlalu besar.
Langkah selanjutnya setelah pengambilan sampel adalah analisis kekeruhan dan
TSS pada sampel. Kekeruhan dianalisis dengan alat turbidimeter. TSS dianalisis
8
dengan metode gravimetri dengan filtering apparatus dan vacuum pump, serta
dihitung nilai TSS nya. Data kekeruhan dan TSS untuk tiap menitnya dicatat sesuai
tabel di lampiran. Berikutnya, melakukan perhitungan kecepatan pengendapan dan
fraksi tersisa lalu hasilnya diplot pada grafik dengan sumbu x adalah kecepatan
pengendapan dan sumbu y adalah fraksi tersisa. Kemudian mencari nilai F0 dan V0
dari grafik tersebut. Langkah terakhir dalam praktikum ini adalah melakukan
perhitungan penyisihan total, diameter partikel (D), bilangan reynold (Nre),
koefisien drag (Cd), dan kecepatan pengendapan (Vp).
2. Fraksi tersisa
3. Penyisihan total
9
3.5 Data Pengamatan
Terlampir
10
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Proses pemisahan partikel padatan dan cairan dari suatu campuran slurry dapat
dilakukan melalui proses sedimentasi. Sedimentasi merupakan proses yang
berlangsung saat partikel padatan dalam cairan dapat mengendap ke bawah karena
pengaruh gaya gravitasi. Proses sedimentasi dibutuhkan dalam proses penjernihan
air, pengolahan limbah, dan erosi. Pada proses sedimentasi kecepatan endapan yang
turun ke bawah semakin lama semakin lambat, sehingga untuk memperoleh hasil
sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup
lama. Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum perlu menentukan
waktu pengendapan yang efektif (Rossiana et al., 2014).
11
karena ukurannya yang lebih besar (≥20 µm), sedangkan fraksi kaolin mempunyai
ukuran yang lebih kecil (≤ 2 µm) sehingga dapat dipisahkan dengan fraksi pengotor
(Nugraha & Kulsum, 2017).
4.2 Perbedaan Nilai TSS dan Kekeruhan tiap Waktu Pengambilan Sampel
TSS (Total Suspended Solid) atau Total Padatan Tersuspensi merupakan bahan
yang tersuspensi dan tidak terlarut dalam air. Sedangkan, kekeruhan adalah suatu
bentuk pengukuran cahaya yang tersebar dari interaksi yang tersuspensi dan
material terlarut pada sampel air, hal ini menjadikan sebagai indikator kualitas air.
Kekeruhan juga dapat didefinisikan sebagai pengurangan transparansi cahaya pada
sebuah cairan yang disebabkan oleh partikel-partikel yang terlarut. Kandungan TSS
akan rendah jika nilai kekeruhannya rendah, sebaliknya kandungan TSS akan tinggi
jika kekeruhannya tinggi. Kekeruhan dan kandungan TSS berkaitan satu sama lain
dimana nilai TSS dan kekeruhan berbanding lurus. Hal ini menyebabkan perbedaan
nilai TSS dan kekeruhan pada tiap waktu pengambilan sampel tidak signifikan atau
tidak jauh berbeda (Kautsar et al., 2015).
Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota air, dari dua sisi.
Pertama, menghalangi atau mengurangi penetrasi cahaya ke dalam kolom air
sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air
lainnya, yang selanjutnya berarti mengurangi pasokan oksigen terlarut. Kedua,
secara langsung kandungan padatan tersuspensi yang tinggi dapat mengganggu
biota. Pengukuran sedimen tersuspensi secara insitu menjadi salah satu alternatif
untuk mengetahui kondisi lingkungan berdasarkan pada parameter fisika (Purba et
al., 2018).
Analisis Kandungan TSS dilakukan dalam waktu 120 menit dengan interval
waktu menit ke-0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 100, 110, dan 120. Hasil yang diperoleh
terdapat nilai TSS yang tidak sesuai dalam literatur, nilai yang seharusnya turun
menjadi naik yaitu pada interval waktu menit ke-20, 60, 90, dan 110. Hal ini akan
mempengaruhi bentuk grafik yang naik turun sehingga data tersebut dihapuskan
atau diinterpolasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dalam literatur. Kesalahan
data tidak sampai 50% dari total jumlah data sehingga data masih dapat dipakai.
Secara umum kandungan partikel Total Suspended Solid (TSS) pada sampel dalam
praktikum sedimentasi berkisar antara 166 - 1318 mg/l. Rata-rata kandungan TSS
12
60 menit pertama dalam interval waktu menit ke-0, 10, 30, dan 45 sebesar 788 mg/l
dan pada saat 60 menit terakhir dalam interval waktu menit ke-100, dan 120 sebesar
195 mg/l.
Tabel 4.2.1 Hasil Analisis Kandungan TSS
Waktu Berat kertas
(menit Volume saring kosong Berat kertas saring Konsentrasi
ke-) sampel (mL) (gram) plus residu (gram) TSS (mg/L)
0 50 0,0419 0,1078 1318
10 50 0,0881 0,1284 806
30 50 0,0835 0,1208 746
45 50 0,0921 0,1062 282
100 50 0,092 0,1032 224
120 50 0,0924 0,1007 166
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan nilai kandungan TSS setelah
dilakukan interpolasi data dapat dilihat pada Tabel 4.2.1. Hasil analisis yang
dilakukan berdasarkan sampel pada setiap interval waktu sedimen tersuspensi
berbeda-beda, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel tersebut. Dalam mengetahui
sebaran kandungan TSS (Total Suspended Solid) pada setiap interval waktu maka
dilakukan penjumlahan rata-rata dari kandungan TSS di setiap interval waktu agar
terlihat lebih akurat nilai sebaran kandungan TSS pada setiap interval waktu.
Analisis nilai kekeruhan dilakukan dalam waktu 120 menit dengan interval
waktu menit ke-0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 100, 110, dan 120. Hasil yang diperoleh
terdapat nilai kekeruhan yang tidak sesuai dalam literatur, nilai yang seharusnya
turun menjadi naik atau sebaliknya yaitu pada interval waktu menit ke-45 dan 110.
Hal ini akan mempengaruhi bentuk grafik yang naik turun sehingga data tersebut
dihapuskan atau diinterpolasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dalam literatur.
Kesalahan data tidak sampai 50% dari total jumlah data sehingga data masih dapat
dipakai. Secara umum nilai kekeruhan pada sampel dalam praktikum sedimentasi
ini berkisar antara 157 - 728 NTU. Rata-rata nilai kekeruhan 60 menit pertama
dalam interval waktu menit ke-0, 10, 20, 30, dan 60 sebesar 645,8 NTU dan pada
saat 60 menit terakhir dalam interval waktu menit ke-90, 100, dan 120 sebesar
264,33 NTU.
13
Tabel 4.2.2 Hasil Analisis Nilai Kekeruhan
14
4.3 Analisis Removal TSS dan Kekeruhan Berdasarkan dari Hasil Persamaan
2.3.
Analisis removal TSS dan kekeruhan didapatkan dari perhitungan penyisihan
total dengan persamaan yang melibatkan 𝑭𝟎 dan 𝑽𝟎 diperoleh dari grafik kecepatan
pengendapan terhadap fraksi tersisa. Semakin lama waktu tinggal dalam proses
pengolahan biofilter maka semakin besar pula nilai efisiensi penyisihan yang
terjadi. Persamaan 2.3 dalam buku petunjuk praktikum yaitu :
15
Bilangan Reynolds merupakan bilangan yang berfungsi menggambarkan rezim
suatu aliran fluida dalam saluran maupun permukaan benda (Darianto et al., 2019).
Bilangan Reynolds dapat ditentukan dengan persamaan 2.5, yaitu :
Nilai viskositas air dipengaruhi oleh suhu dan semakin tinggi suhu maka nilai
viskositas kinematis air akan semakin rendah yang menyebabkan fluida semakin
kental. Nilai viskositas air pada suhu 27°C berdasarkan literatur diperoleh sebesar
0,8605 × 10^-6 m²/s. Nilai bilangan Reynolds berdasarkan perhitungan
menggunakan persamaan 2.5 diperoleh untuk kekeruhan 𝟗, 𝟗𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓 dan
𝟐, 𝟐𝟔 × 𝟏𝟎−𝟑 untuk TSS. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua aliran bersifat
laminar.
Kecepatan pengendapan partikel dapat dihitung menggunakan persamaan 2.7,
yaitu:
16
BAB V
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Crittenden, J.C., Trussell, R.R., Hand, D.W., Howe, K.J. and Tchobanoglous, G.,
2012. MWH's water treatment: principles and design. John Wiley & Sons.
Daud, D. 2015. ‘Kaolin sebagai Bahan Pengisi pada Pembuatan Kompon Karet:
Pengaruh Ukuran dan Jumlah terhadap Sifat Mekanik-Fisik’, Jurnal
Dinamika Penelitian Industri, 26(1), pp. 41–48.
Hamid, A., Prasetyo, D., Purbaningtias, T. E., Rohmah, F., & Febriana, I. D. (2020).
Pengaruh Tahap Kristalisasi pada Sintesis ZSM-5 Mesopori dari Kaolin
Alam. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA), 3(2), 40-49.
Kautsar M., R. Rizal I., dan Eko D. W. 2015. Sistem Monitoring Digital
Penggunaan dan Kualitas Kekeruhan Air PDAM Berbasis Mikrokontroler
ATMega328 Menggunakan Sensor Aliran Air dan Sensor Fotodiode. Jurnal
Teknologi dan Sistem Komputer, 3(1), 79-86.
Muchammad, M. (2006). Perhitungan Gaya Drag Pada Benda Uji Pelat Persegi
Datar Menggunakan Low Speed Wind Tunnel. Jurnal Momentum
UNWAHAS, 2(1), 114239.
Purba R. H., Mubarak dan Musrifin G. 2018. Sebaran Total Suspended Solid (Tss)
Di Kawasan Muara Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN, 23(1), 21-30.
Roessiana D. L., Setiyadi, & Sandy, B. H. 2014. ‘Model Persamaan Faktor Koreksi
pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling’, Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan, 6(2), pp. 98–106.
18
Rizky, K. M., Simanjuntak, R. V., & Urfan, F. (2022). MONITORING LAJU
SEDIMENTASI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HULU KOTA
LANGSA. Jurnal Pendidikan Geosfer, 7(2), 285-294.
Tauhid, A.I., Oktiawan, W. and Samudro, G., 2018. Penentuan surface loading rate
(Vo) dan waktu detensi (td) air baku air minum Sungai Kreo dalam
perencanaan prasedimentasi dan sedimentasi HR-WTP Jatibarang. Jurnal
Sains & Teknologi Lingkungan, 10(2), pp.77-87.
Wendling, V., Gratiot, N., Legout, C., Droppo, I. G., Coulaud, C., & Mercier, B.
(2015). Using an optical settling column to assess suspension characteristics
within the free, flocculation, and hindered settling regimes. Journal of Soils
and Sediments, 15, 1991-2003.
19
LAMPIRAN
20
120 2 1,065 166 0,000163 0,126
21
Lampiran 6. Tabel Penghitungan Total Removal dan Kecepatan Pengendapan
K 𝟏 𝑭𝟎 𝒈𝑫𝟐 (𝑺𝑮 − 𝟏)
e 𝑹 = (𝟏 − 𝑭 𝟎 ) + ∫ 𝑽𝒅𝒇 𝑽𝟎 =
𝑽𝟎 𝟎 𝟏𝟖𝒗
k 𝟏 𝟏𝟖𝒗 − 𝑽𝟎
e 𝑹 = (𝟏 − 𝟎, 𝟕𝟓𝟔) + (𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟖𝟓) 𝑫=√
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟐𝟔 𝒈(𝑺𝑮 − 𝟏)
r 𝑹 = 𝟏, 𝟕𝟐𝟒 𝑵𝑻𝑼
u
h 𝟏𝟖(𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗)(𝟔 × 𝟏𝟎−𝟒 )
𝑫=√
a 𝟗, 𝟖𝟏(𝟐𝟔𝟓𝟎 − 𝟗𝟗𝟖, 𝟐)
n
𝟐, 𝟖 × 𝟏𝟎−𝟒
𝑫=√
𝟏𝟔𝟐𝟎𝟒
𝑫 = 𝟏, 𝟑 × 𝟏𝟎−𝟒 𝒎
T 𝟏 𝑭𝟎 𝒈𝑫𝟐 (𝑺𝑮 − 𝟏)
S 𝑹 = (𝟏 − 𝑭𝟎 ) + ∫ 𝑽𝒅𝒇 𝑽𝟎 =
𝑽𝟎 𝟎 𝟏𝟖𝒗
S 𝟏
𝑹 = (𝟏 − 𝟎, 𝟎, 𝟓𝟔𝟔) + (𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟔𝟒) 𝟏𝟖𝒗 − 𝑽𝟎
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟔 𝑫=√
𝒈(𝑺𝑮 − 𝟏)
𝑹 = 𝟏, 𝟓𝟎𝟐 𝑵𝑻𝑼
𝟏𝟖(𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟗)(𝟐, 𝟔 × 𝟏𝟎−𝟒 )
𝑫=√
𝟗, 𝟖𝟏(𝟐𝟔𝟓𝟎 − 𝟗𝟗𝟖, 𝟐)
𝟏, 𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒
𝑫=√
𝟏𝟔𝟐𝟎𝟒
𝑫 = 𝟖, 𝟔𝟎𝟓 × 𝟏𝟎−𝟓 𝒎
22
Kecepatan Pengendapan Asumsi Aliran Laminar Bilangan Reynold (𝑵𝑹𝒆 )
23