ASISTEN :
Cici Maulani
BAB I
PENDAHULUAN
Ortofosfat atau disebut juga gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau
radikal terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionic, di
membawa sebuat -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan
kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone
phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan
P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat
dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma.
Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks,
terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan
sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit
berasal dari jenis slag, guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite
(Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih
kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air,
tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam .
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian ortofosfat
berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan
aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan
industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri
logam dan sebagainya. Fosfat organik terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan
sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui
proses
biologis
karena
tanaman
menyerap
fosfat
bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air, kecuali Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat,
dan Barium Sulfat. Barium Sulfat yang sangat berguna dalam analisis gravimetri
sulfat dengan panambahan Barium Klorida pada suatu larutan yang mengandung ion
sulfat. Kelihatan endapan putih, yaitu Barium Sulfat menunjukkan adanya anion
sulfat;
2. Ion sulfat bias menjadi satu ligan, menghubungkan satu dengan oksigen (mono
dentat) atau dua oksigen sebagai kelas atau jembatan;
3. Sulfat berwujud sebagai zat mikroskopik (aerosol) yang merupakan dari hasil
pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa. Zat yang dihasilkan menambahkan
keasaman atmosfer dan mengakibatkan hujan asam.
merupakan jumlah kandungan fosfor di perairan yang terdiri atas ortofosfat, polifosfat
dan fosfat organik. Ortofosfat merupakan bentuk Fosfat yang dimanfaatkan langsung oleh
tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat dan fosfat organik. Ortofosfat merupakan bentuk
Fosfat yang dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus
mengalami hidrolisis dulu membentuk ortofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber
Fosfat. perubahan polifosfat menjadi ortofosfat dipengaruhi oleh temperatur dan pH air.
Ortofosfat terdiri atas senyawa seperti H2PO4-, dan HPO42- dan PO43-. Ortofosfat biasanya
dalam jumlah sedikit, sehingga sering menyebabkan defisiensi zat hara yang dapat
menekan pertumbuhan fitoplankton serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam
sistem perairan. Ortofosfat di perairan mngendap ke dasar perairan. Ortofosfat di perairan
dapat berasal dari pemecahan batuan secara geokimiawi, limbah domestik, industri dan
pertanian yang terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat dalam sel
organisme.
demikian idealnya untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat yang kandungan mineral
hidroksiapatitnya cukup tinggi.
melalui
mineralisasi-immobilisasi
P-organik,
reaksi
pengikatan pada permukaanliat dan oksida Al dan Fe serta pelarutan mineral P oleh
aktivitas mikroba.
Pembentukan P-mineral primer berlangsung sangat lambat, sementara jerapan P
dalam tanahterjadi lebih cepat. Jerapan P dalam tanah tersebut biasa dikenal dengan
adsorpsi atau sorpsi Jerapan P pada tanah sangat dipengaruhi oleh ph larutan tanah.
Rendahnya nilai pH pada andisolmenyebabkan meningkatnya jerapan P, karena
menurunnya pH mengakibatkan aktivasi Al pada permukaan koloid mineral anorganik.
Jerapan anion fosfat ini juga akan semakin menigkatdengan meningkatnya derajat
pelapukan tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan meningkatnyakandungan Al. Bila ion
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu
Pukul
: 07.30
Tempat
Nama
Bahan
0.45 m
Air Sampel
Labu Erlenmeyer
3.
Gelas Ukur
100 ml
4.
5.
Corong
Batang Pengaduk
6.
Spektrofotometer
1
1
= 420
1
nm
No
Nama Alat
Ukuran
1.
Kertas Saring
2.
Larutan
Buffer A
BaCl2
Jumlah
100 ml
20 ml
Setengah
sendok
-
Nama
Bahan
Air Sampel
Water Heater
3.
Kertas Saring
0,45 m
4.
5.
Corong
Gelas Ukur
100 ml
1
1
Nama Alat
Ukuran
1.
Labu Kjedahl
2.
Larutan
H2SO4 98%
Larutan
HNO3
Batu Didih
Indikator
Jumlah
100 ml
1 ml
5 ml
3 buah
3 tetes
Nama Alat
Ukuran
Jumla
Nama
Bahan
PP
Jumlah
(hingga
5.
6.
Spektrofotometer
Labu Ukur
= 880
nm
100 ml
Larutan
berwarna
NaOH
merah
muda
-
Jumla
Nama
Bahan
Air
Nama Alat
Ukuran
1.
Labu Ukur
100 ml
2.
Water Heater
Sampel
Larutan
H2SO4 5N
Jumlah
50 ml
10 ml
(hingga
pH
3.
Kertas Saring
0,45 m
Larutan
berubah
NaOH
menjadi
netral / pH
4.
5.
Corong
Gelas Ukur
6.
Spektrofotometer
1
100 ml
1
= 880
1
nm
71)
-
Nama
Bahan
Air
No
Nama Alat
Ukuran
1.
Labu Ukur
100 ml
2.
Kertas Saring
0,45 m
Sampel
Larutan
Jumlah
50 ml
8 ml
Pereaksi
Kombinasi
3.
Corong
4.
Spektrofotometer
1
= 880
1
nm
Saring sampel
dengan cara
manual hingga
diperoleh
volume 100 ml
Terakan
dengan air
suling hingga
100 ml
Tambahkan
NaOH 0,1 M
hingga netral
dengan pH 7 1
Didihkan
diatas water
heater 30
menit lalu
dinginkan
Diamkan 10 30 menit
hinga berwarna biru
pekat
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Hasil Pengamatan
Kondisi saat pengambilan sampel:
1. Terjadi hujan deras saat pengambilan sampel dilakukan maka dari itu tidak
dapet mengambil gambar yang ada.
2. Terjadi kenaikan tinggi muka air dan air berwarna coklat dengan arus yang
lumayan deras.
3. Terdapat penjaring sampah di sekitar tempat pengambilan sampel.
Parameter yang diukur in situ:
1.
2.
3.
4.
pH
suhu
DO
DHL
= 7.21
= 26.9oC
= 4.05 mg/l
= 148.7
3. Hasil
spektrofotometer
Polifosfat
4.1.2 Perhitungan
A. Sulfat
Kurva abs sebagai berikut:
konsentrasi NTU
0
0
10
32.6
20
79.9
30
127
40
167
Dengan didapatkan grafik sebgaai berikut:
Kurva kalibrasi
200
f(x) = 4.28x - 4.38
R = 1
150
100
50
0
0
10
15
20
25
30
35
40
45
x=20.817
mgSO 4
l
B. Fosfat (ortofosfat)
Kurva kalibrasi adalah sebagai berikut:
Kurva Kalibrasi
0.35
f(x) = 0.57x + 0.04
R = 0.94
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.077=0.575 x +0.045
x=0.0557 mg
PO 4
l
0.5
0.6
kadar fosfat=5.289 mg
PO 4
l
C. Polifosfat
Kurva Kalibrasi
konsentr
asi
Abs
0
0
0.025 0.103
0.25
0.2
0.375
0.25
0.5 0.332
Kurva Kalibrasi
0.35
f(x) = 0.57x + 0.04
R = 0.94
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.29=0.575 x +0.045
x=0.426 mg
PO 4
l
kadar polifosfat=80.91mg
PO 4
l
TFA=80.915.289
TFA=75.621 mg
PO 4
l
D. Fosfat Organik
Kurva kalibrasi sebagai berikut:
konsentr
asi
Abs
0
0
0.025
0.103
0.25
0.2
0.375
0.25
0.5
0.332
Kurva Kalibrasi
0.35
f(x) = 0.57x + 0.04
R = 0.94
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
x=0.144
mgPO 4
l
mgPO 4
l
0.5
0.6
Dari perhitungan diatas maka dapat di cari kadar fosfat anorganik dalam air sampel
adalah sebesar:
kadar fosfat anorganik=kadar fosfat organiktotal fosfat organik
kadar fosfat anorganik=27.3575.621
m gPO 4
l
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sulfat
Sampel air di ambil di kali grogol tepatnya di bawah flyover depan mall
ciputra.Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 7.30 WIB dan terjadi
hujan saat pengambilan sampel. Air sungai berwarna coklat dengan arus aliran yang
deras. Terlihat banyak sampah yang terperangkap di perangkap sampah sekitaran
pengambilan sampel. Karena cuaca hujan, besar kemungkinan terjadinya pengenceran
terhadap senyawa yang ada di badan air. Setelah dilakukan pengambilan sampel.
Dilakukan pengukuran insitu yang didapatkan hasil sebagai berikut; pH sebesar 7.21 ;
dengan suhu air 26.9oC ; DO sebesar 4.05 mg/l; dan DHL sebesar 148.7. Setelah itu air
sampel dibawa ke laboratorium lingkungan utuk dilakukan pengamatan kadar sulfat
didalamnya.
Setelah
dilakukan
perlakuan
maka
didapatkan
hasil
pengukuran
Fosfat (ortofosfat)
Perlakuan yang sama dilakukan pada air sampel. Kemudian di bawa kelaboratorium
lingkungan untuk dlakukan pengamatan kadar fosfat yang ada dalam air sampel. Setelah
dilakukan perlakuan maka didapatkan bahwa konsentrasi fosfat dalam air sampel sebesar
0.0557 mgPO43-/l. Sedangkan kadar fosfat dalam air sampel adalah sebesar 5.289
mgPO43-/l. Besaran tersebut kami bandingkan dengan Peraturan Pemerintah No.82 tahun
2001 tentang air sungai, disebutkan bahwa kadar fosfat yang masih boleh berada pada
badan air untuk air baku minum adalah sebesar 1.67 mg/l. Maka dapat kami simpulkan
bahwa air sampel berada di atas ambang batas sehingga air sampel tidak dapat dijadikan
sebagai air baku untuk air minum. Namun penelitian ini masih diperlukan penelitian yang
lebih lanjut mengingat bahwa terjadinya pengenceran akibat adanya hujan.
4.2.3
Polifosfat
Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel air. Dan dibawa kelaboratorium
lingkungan untuk erlakuan yang selanjutnya. Didapatkan bahwa konsentrasi polifosfat
dalam sampel air adalah sebesar 0.426 mgPO43-/l. sedangkan kadar polifosfat dalam air
sampel adalah sebesar 80.91 mgPO43-/l. dan dari nilai tersebut didapatkan total fosfat
anorganik didalam air sampel adalah sebesar 75.621 mgPO 43-/l. nilai tersebut kami
bandigkan dengan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang air sungai, disebutkan
bahwa kadar polifosfat yang boleh berada didalam air adalah sebesar 1.67 mg/l maka
dapat kami simpulkan bahwa air sampel telah berada di atas ambang batas dan tidak
disarankan untuk digunkan sebagai air baku untuk air minum.
4.2.4
Fosfat Organic
BAB V
SIMPULAN
Setelah dilkakukan pengamatan seperti diatas, maka dapat kami simpulkan
sebagai berikut:
5.1.1 Sulfat
1. Kadar sulfat pada air sampel adalah sebesar 20.817 mgSO42-/l.
2. Air sungai grogol dapat dijadikan sebagai air baku untuk air minum karena kadar
sulfat masih berada di bawah ambang batas.
5.1.2 Fosfat (ortofosfat)
1. Kadar fosfat pada air sampel adalah sebesar 5.289 mgPO43-/l.
2. Air sungai grogol tidak dapat dijadikan sebagai sumber air baku untuk air minum,
karena berada diatas ambang batas.
5.1.3 Polifosfat
1. Kadar polifosfat dalam air sungai grogol adalah sebesar 80.91 mgPO43-/l.
2. Kadar total fosfat anorganik dalam sungai grogol adalah sebesar 75.261
mgPO43-/l.
3. Air sungai grogol tidak dapat dijadikan sebagai sumber air baku untuk air minum
karena kadar polifosfat berada diatas ambang batas.
5.1.4 Fosfat Organik
1. Kadar fosfat organic dalam sungai grogol adalah sebesar 27.35 mgPO43-/l.
2. Air sungai grogol telah melebihi ambang batas kadar fosfat organic dan tidak
dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN