Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PENETAPAN SULFAT DAN FOSFAT


Kelompok 3
I Gede Aditya : 082001400031
Indri Septiana : 082001400033

ASISTEN :
Cici Maulani

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Penetapan Sulfat
Sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi
oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, sulfat merupakan komponen
utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan
keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama
dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur
(belerang).
Sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi
sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam
tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida,
yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun.
Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler menghasilkan besi(II), atau Fe2+:
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O 2 Fe2+ + 4 SO42 + 4 H+
Fe2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+:
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ 4 Fe3+ + 2 H2O
Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:
Fe3+ + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 H+
Besi (III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit besi
(III) terjadi, proses ini akan berjalan dengan cepat. Nilai pH yang lebih rendah dari nol
telah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses ini.

1.1.2 Penetapan Ortofosfat

Ortofosfat atau disebut juga gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau
radikal terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionic, di
membawa sebuat -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan
kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone
phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan
P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat
dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma.
Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks,
terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan
sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit
berasal dari jenis slag, guano, crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite
(Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih
kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air,
tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam .

1.1.3 Penetapan Polifosfat


Senyawa fosfat organik terdapat pada tumbuhan dan hewan, sedangkan senyawa
fosfat anorganik terdapat pada air dan tanah di mana fosfat ini terlarut dia air tanah
maupun air laut yang terkikis dan mengendap di sedimen. Fosfor juga merupakan faktor
pembatas. Perbandingan fosfor dengan unsur lain dalam ekosistem air lebih kecil
daripada dalam tubuh organisme hidup. Diduga bahwa fosfor merupakan nutrien
pembatas dalam eutrofikasi artinya air dapat mempunyai misalnya konsentrasi nitrat yang
tinggi tanpa percepatan eutrofikasi asalkan fosfat sangat rendah.
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk

terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian ortofosfat
berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan
aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan
industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri
logam dan sebagainya. Fosfat organik terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan
sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui
proses

biologis

karena

baik bakteri maupun

tanaman

menyerap

fosfat

bagi

pertumbuhannya. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap


keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L),
pertumbuhan ganggang akan terhalang, kedaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila
kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi
(kedaaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu
sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan.

1.1.4 Penetapan Fosfat Organik


Fosfat yang berasal dari air atau limbah alami biasanya berbentuk
sebagai senyawa fosfat saja. Senyawa fosfat dapat diklasifikasikan sebagai ortofosfat,
fosfat yang terkondensasi (pyro, metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang
terikat secara organik. Senyawa-senyawa fosfat yang biasa dideteksi dengan cara
kolorimetri tanpa hidrolisis atau oksidasi dengan pemanasan sampel disebut sebagai
fosfor reaktif atau ortofosfat. Hidrolisis asam pada titik didih air mengubah fosfat
terlarut atau fosfat partikulat yang berkondensasi menjadi orthofosfat terlarut. Istilah
fosfat yang terhidrolisis asam lebih disukai daripada fosfat terkondensasi. Fraksifraksi senyawa fosfat yang terkonversi menjadi orthofosfat hanya oleh proses oksidasi
yang dekstruktif dari zat-zat organic disebut sebagai fosfat organik.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari Praktikum Penetapan Sulfat, Ortofosfat, Polifosfat, dan Fosfat Organik
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsentrasi sulfat dengan menggunakan metode turbidimetri.
2. Untuk menghitung kadar ortofosfat dengan menggunakan metode kolorimetri.
3. Untuk menghitung polifosfat dengan menggunakan metode kolorimetri.
4. Untuk menghitung atau mengetahui fosfat organik dengan menggunakan metode
kolorimetri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetapan Sulfat


Ion sulfat merupakan sejenis ion padatan dengan rumus empiris SO 4 dengan massa
molekul 96.06 satuan massa atom. Sulfat terdiri atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat
atom oksigen dalam susunan tetrahidron ion sulfat bermuatan dua negatif dan merupakan
basa konjugat ion hidrogen sulfat (bisulfit) H2SO4- yaitu bes konjugat asam sulfat H2SO4
terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa kovalen dengan
rumus (CH3O)2SO2 dan merupakan ester asam sulfat (Anonymous A, 2010).
Ion sulfat adalah salah satu anion utama yang muncul di air alami atau alam. Sulfat
adalah salah satu ion penting dalam ketersediaan air karena efek pentingnya bagi manusia
saat ketersediaannya dalam jumlah besar. Untuk hal sulfat direkomendasikan batas
maksimal sulfat dalam air sekitar 250 mg/l untuk air yang dikonsumsi manusia (Sawyer
and Mc. Carthy, 1978).
Sulfat dikenal sangat larut dalam air kecuali didalam Kalsium Sulfat, Stronsium
Sulfat. Barium Sulfat sangat berguna dalam proses gravimetric sulfat. Penambahan
Barium Klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan putih,
yaitu barium sulfat yang menunjukkan adanya anion sulfat. Ion sulfat bisa menjadi ligan
yang menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen (monodentant) dan dua oksigen
sebagai kelat atau jembatan (Anonymous A, 2010).
Sulfat cukup sulit dihilangkan dari air, karena sifat sulfat yang sempurna larut dalam
air, sehingga untuk memisahkannya harus memakai membran elektrodialisis. Cara untuk
mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat dilakukan dengan mempergunakan alat
spektrofotometer (uji kuantitatif). Pengujian dengan spektrofotometer akan mengukur
absorban larutan melalui instensitas warna larutan. Oleh karena itu, sampel yang akan
digunakan harus jernih agar tidak mengganggu proses pembacaan absorban pada
spektrofotometer (Anonymous C, 2011).
Ciri dari sulfat, yaitu :

1. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air, kecuali Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat,
dan Barium Sulfat. Barium Sulfat yang sangat berguna dalam analisis gravimetri
sulfat dengan panambahan Barium Klorida pada suatu larutan yang mengandung ion
sulfat. Kelihatan endapan putih, yaitu Barium Sulfat menunjukkan adanya anion
sulfat;
2. Ion sulfat bias menjadi satu ligan, menghubungkan satu dengan oksigen (mono
dentat) atau dua oksigen sebagai kelas atau jembatan;
3. Sulfat berwujud sebagai zat mikroskopik (aerosol) yang merupakan dari hasil
pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa. Zat yang dihasilkan menambahkan
keasaman atmosfer dan mengakibatkan hujan asam.

2.2 Penetapan Ortofosfat


Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor
yang paling sederhana di perairan . Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus
mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfat. Hal tersebut berlaku pula untuk tanah, dimana ortophospat
merupakan bentuk yang paling sederhana di tanah dan dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Setelah masuk kedalam tumbuhan, misalnya fitoplankton bila di perairan,
fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang berikatan
dengan ferri [Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap didasar perairan. Pada saat
terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion
besi valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga
meningkatkan keberadaan fosfat diperairan, begitupun di tanah.
Fosfor berperan penting dalam pembentukan protein dan metabolisme, selain itu juga
sebagai pembentuk biomolekul, asam nukleat, fosfolipid serta sebagai nutrien pembatas
dalam perairan. Sumber Fosfat di badan perairan berasal dari pelapukan minerla kalsium
fosfat, antropogenik, dekomposisi, ekskresi hewan, presipitasi dan aliran tanah. Total P

merupakan jumlah kandungan fosfor di perairan yang terdiri atas ortofosfat, polifosfat
dan fosfat organik. Ortofosfat merupakan bentuk Fosfat yang dimanfaatkan langsung oleh
tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat dan fosfat organik. Ortofosfat merupakan bentuk
Fosfat yang dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus
mengalami hidrolisis dulu membentuk ortofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber
Fosfat. perubahan polifosfat menjadi ortofosfat dipengaruhi oleh temperatur dan pH air.
Ortofosfat terdiri atas senyawa seperti H2PO4-, dan HPO42- dan PO43-. Ortofosfat biasanya
dalam jumlah sedikit, sehingga sering menyebabkan defisiensi zat hara yang dapat
menekan pertumbuhan fitoplankton serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam
sistem perairan. Ortofosfat di perairan mngendap ke dasar perairan. Ortofosfat di perairan
dapat berasal dari pemecahan batuan secara geokimiawi, limbah domestik, industri dan
pertanian yang terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat dalam sel
organisme.

2.3 Penetapan Polifosfat


Bentuk unsur fosfor berubah secara terus menerus akibat proses dekomposisi dan
sintesis antara bentuk organik, dan bentuk anorganik yang dilakukan oleh mikroba.
Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini bergantung
pada suhu yang mendekati titik didih, perubahan polifosfat menjadi ortofosfat
berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH. Perubahan
polifosfat menjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung banyak bakteri lebih
cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih.
Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian
permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar laut dan
akan dikembalikan ke daratan.
Nilai kelarutan fosfat dalam air ditentukan oleh jenis mineral fosfat, mineral
hidroksiapatit merupakan mineral fosfat yang mempunyai kelarutan tinggi, dengan

demikian idealnya untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat yang kandungan mineral
hidroksiapatitnya cukup tinggi.

2.4 Penetapan Fosfat Organik


Fosfat merupakan sumber energi primer bagi oksidasi mikroba. Organisme tanah
berhubungansangat erat dengan siklus P dalam tanah yaitu berperan dalam : (a) pelarutan
P-anorganik dan pelepasan (mineralisasi) P-organik, (b) imobilisasi P-tersedia.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik
dari hewan dantumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfatanorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut.Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikisdan membentuk fosfat anorganik terlarut di air
tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudianakan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
Siklus ini berulang terus menerus.
Siklus P di dalam tanah cukup dinamis meliputi serapan P oleh tanaman, hanyut
terbawalimpasan permukaan dan erosi, pengembalian melalui residu tanamandan hewan,
pemupukan, pengembalian

melalui

mineralisasi-immobilisasi

P-organik,

reaksi

pengikatan pada permukaanliat dan oksida Al dan Fe serta pelarutan mineral P oleh
aktivitas mikroba.
Pembentukan P-mineral primer berlangsung sangat lambat, sementara jerapan P
dalam tanahterjadi lebih cepat. Jerapan P dalam tanah tersebut biasa dikenal dengan
adsorpsi atau sorpsi Jerapan P pada tanah sangat dipengaruhi oleh ph larutan tanah.
Rendahnya nilai pH pada andisolmenyebabkan meningkatnya jerapan P, karena
menurunnya pH mengakibatkan aktivasi Al pada permukaan koloid mineral anorganik.
Jerapan anion fosfat ini juga akan semakin menigkatdengan meningkatnya derajat
pelapukan tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan meningkatnyakandungan Al. Bila ion

fosfat (HPO42- atau H2PO4-) diserap tanaman, keseimbangan P dalamtanah terganggu,


P-labil bergerak menuju larutan tanah menajdi bentuk P-tersedia.
Keseimbangan antara bentuk P-labil dan P-terjerap juga terganggu, dimana P bergerak
lambatdari pool P-stabil menuju pool P-labil (Paul dan Clark, 1989). Pada sistem pola
tanam yangterbuka, memungkinkan terjadinya limpasan air di permukaan tanah dan
mengangkut tanahlapisan atas termasuk pula unsur P dan hara lainnya ke tempat lain
sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman.

BAB III

METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu

: Kamis, 21 April 2016

Pukul

: 07.30

Tempat

: Jembatan depan Citra Land

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Penetapan Sulfat (SO4)
Jumla

Nama

Bahan

0.45 m

Air Sampel

Labu Erlenmeyer

3.

Gelas Ukur

100 ml

4.
5.

Corong
Batang Pengaduk

6.

Spektrofotometer

1
1
= 420
1
nm

No

Nama Alat

Ukuran

1.

Kertas Saring

2.

Larutan
Buffer A
BaCl2

Jumlah
100 ml
20 ml
Setengah

sendok
-

3.2.2 Penetapan Fosfat Organik


Jumla

Nama

Bahan

Air Sampel

Water Heater

3.

Kertas Saring

0,45 m

4.
5.

Corong
Gelas Ukur

100 ml

1
1

Nama Alat

Ukuran

1.

Labu Kjedahl

2.

Larutan
H2SO4 98%
Larutan
HNO3
Batu Didih
Indikator

Jumlah
100 ml
1 ml
5 ml
3 buah
3 tetes

Nama Alat

Ukuran

Jumla

Nama

Bahan
PP

Jumlah
(hingga

5.

6.

Spektrofotometer

Labu Ukur

= 880
nm
100 ml

Larutan

berwarna

NaOH

merah

muda
-

Jumla

Nama

Bahan
Air

3.2.3 Penetapan Polifosfat


No

Nama Alat

Ukuran

1.

Labu Ukur

100 ml

2.

Water Heater

Sampel
Larutan
H2SO4 5N

Jumlah
50 ml
10 ml
(hingga
pH

3.

Kertas Saring

0,45 m

Larutan

berubah

NaOH

menjadi
netral / pH

4.
5.

Corong
Gelas Ukur

6.

Spektrofotometer

1
100 ml
1
= 880
1
nm

71)
-

3.2.4. Penetapan Ortofosfat


Jumla

Nama

Bahan
Air

No

Nama Alat

Ukuran

1.

Labu Ukur

100 ml

2.

Kertas Saring

0,45 m

Sampel
Larutan

Jumlah
50 ml
8 ml

Pereaksi
Kombinasi
3.

Corong

4.

Spektrofotometer

1
= 880
1
nm

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Penetapan Sulfat (SO4)
Sediakan
air sampel

Saring sampel
dengan cara
manual hingga
diperoleh
volume 100 ml

Ukur warna yang timbul


dengan spektrofotometer =
420 nm

Masukkan kedalam labu


erlenmeyer dan
tambahkan 20 ml buffer
A

Aduk larutan tersebut dan


tambahkan setengah sendok
BaCl2

3.3.2 Penetapan Fosfat


Saring sampel dengan
cara manual hingga
diperoleh volume 100
ml

Masukkan kedalam labu


Kjedahl dan tambahkan 1 ml
larutan H2SO4 98%, 5 ml
HNO3 dan 3 buah batu didih

Tambahkan 3 tetes indicator


PP, larutan NaOH (sampai
berwarna merah muda)

Masukkan kedalam labu


ukur dan terakan dengan
air suling hingga 100 ml

Panaskan hingga tersisa


beberapa ml

Ukur warna yang timbul dengan


spektrofotometer = 880 nm

3.3.3 Penetapan Polifosfat


Saring sampel dengan
cara manual hingga
diperoleh volume 50 ml

Terakan
dengan air
suling hingga
100 ml

Masukkan kedalam labu


ukur dan tambahkan
H2SO4 5N

Tambahkan
NaOH 0,1 M
hingga netral
dengan pH 7 1

Didihkan
diatas water
heater 30
menit lalu
dinginkan

Ukur warna yang timbul dengan spektrofotometer = 880 nm

3.3.4 Penetapan Ortofosfat


Saring sampel dengan
cara manual hingga
diperoleh volume 50 ml

Masukkan kedalam labu


ukur dan tambahkan 8 ml
pereaksi kombinasi

Ukur warna yang timbul


dengan spektrofotometer =
880 nm

Diamkan 10 30 menit
hinga berwarna biru
pekat

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Hasil Pengamatan
Kondisi saat pengambilan sampel:
1. Terjadi hujan deras saat pengambilan sampel dilakukan maka dari itu tidak
dapet mengambil gambar yang ada.
2. Terjadi kenaikan tinggi muka air dan air berwarna coklat dengan arus yang
lumayan deras.
3. Terdapat penjaring sampah di sekitar tempat pengambilan sampel.
Parameter yang diukur in situ:
1.
2.
3.
4.

pH
suhu
DO
DHL

= 7.21
= 26.9oC
= 4.05 mg/l
= 148.7

Hasil pengamatan yang dilakukan:


1. Hasil turbidimeter
sulfat

2. Hasil Spektrofotometer fosfat

3. Hasil
spektrofotometer
Polifosfat

4. Hasil spektrofotometer fosfat organic

4.1.2 Perhitungan
A. Sulfat
Kurva abs sebagai berikut:
konsentrasi NTU
0
0
10
32.6
20
79.9
30
127
40
167
Dengan didapatkan grafik sebgaai berikut:

Kurva kalibrasi
200
f(x) = 4.28x - 4.38
R = 1

150
100
50
0
0

10

15

20

25

30

35

40

45

Dari kurva diatas, didapatkan persamaan y = 4.284x -4.38


konsentrasi Abs
0
0
0.025
0.103 Didapatkan hasil turbidimeter sebesar 84.8
0.25
0.2
0.375
0.25 Maka perhitungan x adalah sebagai berikut:
0.5
0.332
y=4.284 x4.38
84.8=4.284 x4.38

x=20.817

mgSO 4
l

B. Fosfat (ortofosfat)
Kurva kalibrasi adalah sebagai berikut:

Kurva Kalibrasi
0.35
f(x) = 0.57x + 0.04
R = 0.94

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

Dari kuva diatas di hasilkan persamaan y= 0.575x +0.045


Hasil dari spektrofotometer adalah sebesar 0.077
Maka perhitungan x adalah sebagai berikut
y=0.575 x +0.045

0.077=0.575 x +0.045

x=0.0557 mg

PO 4
l

Didapatkan kadar fosfat dalam air sampel sebesar:


kadar fosfat=c x 94.97

kadar fosfat=0.0557 x 94.97

0.5

0.6

kadar fosfat=5.289 mg

PO 4
l

C. Polifosfat
Kurva Kalibrasi
konsentr
asi
Abs
0
0
0.025 0.103
0.25
0.2
0.375
0.25
0.5 0.332

Kurva Kalibrasi
0.35
f(x) = 0.57x + 0.04
R = 0.94

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

0.1

0.2

0.3

Maka didapatkan persamaan y = 0.575x + 0.045


Hasil spektrofotometer sebesar 0.29
Maka perhitungan x adalah sebagai berikut:
y=0.575 x +0.045

0.4

0.5

0.6

0.29=0.575 x +0.045

x=0.426 mg

PO 4
l

Didapatkan kadar polifosfat sebesar :


kadar polifosfat=c x fp x 94.97

kadar polifosfat=0.426 x 2 x 94.97

kadar polifosfat=80.91mg

PO 4
l

Dari hasil tersebut maka didapatkan total fosfat anorganik sebesar:


TFA=kadar polikadar orto

TFA=80.915.289

TFA=75.621 mg

PO 4
l

D. Fosfat Organik
Kurva kalibrasi sebagai berikut:
konsentr
asi
Abs
0
0
0.025
0.103
0.25
0.2
0.375
0.25
0.5
0.332

Didapatkan grafik sebagai berikut :

Kurva Kalibrasi
0.35
f(x) = 0.57x + 0.04
R = 0.94

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

Dari grafik diatas didapatkan persamaan y = 0.575x+0.045


Hasil spektrofotometer adalah sebesar 0.128
Maka perhitungan x adalah sebeagai berikut:
y=0.575 x +0.045
0.128=0.0575 x +0.045

x=0.144

mgPO 4
l

Didapatkan kadar fosfat organic sebesar:


kadar fosfat organik=c x fp x 94.97
kadar fosfat organik=0.144 x 2 x 94.97

kadar fosfat organik=27.35

mgPO 4
l

0.5

0.6

Dari perhitungan diatas maka dapat di cari kadar fosfat anorganik dalam air sampel
adalah sebesar:
kadar fosfat anorganik=kadar fosfat organiktotal fosfat organik
kadar fosfat anorganik=27.3575.621

kadar fosfat anorganik=48.27

m gPO 4
l

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sulfat
Sampel air di ambil di kali grogol tepatnya di bawah flyover depan mall
ciputra.Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 7.30 WIB dan terjadi
hujan saat pengambilan sampel. Air sungai berwarna coklat dengan arus aliran yang
deras. Terlihat banyak sampah yang terperangkap di perangkap sampah sekitaran
pengambilan sampel. Karena cuaca hujan, besar kemungkinan terjadinya pengenceran
terhadap senyawa yang ada di badan air. Setelah dilakukan pengambilan sampel.
Dilakukan pengukuran insitu yang didapatkan hasil sebagai berikut; pH sebesar 7.21 ;
dengan suhu air 26.9oC ; DO sebesar 4.05 mg/l; dan DHL sebesar 148.7. Setelah itu air
sampel dibawa ke laboratorium lingkungan utuk dilakukan pengamatan kadar sulfat
didalamnya.

Setelah

dilakukan

perlakuan

maka

didapatkan

hasil

pengukuran

menggunakan turbidimeter adalah sebesar 20.817 mgSO42-/l. Besaran ini kami


bandingkan dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 1995 tentang air
sungai, yang menyatakan dimana sulfat yang berada didalam perairan hanya dibolehkan
sebesar 400 mg/l, maka dapat kami simpulkan bahwa Air sampel sungai grogol masih
berada di bawah ambang batas. Namun menurut kami, besaran ini belum dapat dipastikan
karena factor cuaca yang hujan bisa jadi membuat pengenceran senyawa sulfat dalam air
semakin besar, sehingga kandungan sulfat dalam air semakin kecil.
4.2.2

Fosfat (ortofosfat)

Perlakuan yang sama dilakukan pada air sampel. Kemudian di bawa kelaboratorium
lingkungan untuk dlakukan pengamatan kadar fosfat yang ada dalam air sampel. Setelah
dilakukan perlakuan maka didapatkan bahwa konsentrasi fosfat dalam air sampel sebesar
0.0557 mgPO43-/l. Sedangkan kadar fosfat dalam air sampel adalah sebesar 5.289
mgPO43-/l. Besaran tersebut kami bandingkan dengan Peraturan Pemerintah No.82 tahun
2001 tentang air sungai, disebutkan bahwa kadar fosfat yang masih boleh berada pada
badan air untuk air baku minum adalah sebesar 1.67 mg/l. Maka dapat kami simpulkan
bahwa air sampel berada di atas ambang batas sehingga air sampel tidak dapat dijadikan

sebagai air baku untuk air minum. Namun penelitian ini masih diperlukan penelitian yang
lebih lanjut mengingat bahwa terjadinya pengenceran akibat adanya hujan.
4.2.3

Polifosfat

Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel air. Dan dibawa kelaboratorium
lingkungan untuk erlakuan yang selanjutnya. Didapatkan bahwa konsentrasi polifosfat
dalam sampel air adalah sebesar 0.426 mgPO43-/l. sedangkan kadar polifosfat dalam air
sampel adalah sebesar 80.91 mgPO43-/l. dan dari nilai tersebut didapatkan total fosfat
anorganik didalam air sampel adalah sebesar 75.621 mgPO 43-/l. nilai tersebut kami
bandigkan dengan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang air sungai, disebutkan
bahwa kadar polifosfat yang boleh berada didalam air adalah sebesar 1.67 mg/l maka
dapat kami simpulkan bahwa air sampel telah berada di atas ambang batas dan tidak
disarankan untuk digunkan sebagai air baku untuk air minum.
4.2.4

Fosfat Organic

Perlakuan terhadap sampel di samakan sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut di


laboratorium lingkungan. Setelah di lakukan perlakuan khusus, maka didapatkan bahwa
konsentrasi fosfat organic dalam sampel adalah sebesar 0.144 mgPO 43-/l. dengan kadar
fosfat dalam sampel sebesar 27.35 mgPO 43-/l. dan dapat kita hitung kadar fosfat
anorganik pada sampel air sebesar -48.271 mgPO43-/l. Hasil tersebut belum dapat
dikatakan akurat sebab terjadi beberapa kekurangan saat dilakukannya penelitian seperti
saat pemanasan campuran sampel tidak mendidih dengan sempurna di karenakan heater
yang digunakan tidak memiliki panas yang merata. Terjadinya pengenceran air sampel
oleh hujan. Kadar fosfat anorganik setelah dihitung menimbulkan angka minus (-) juga di
perkirakan karena terjadinya pengenceran akibat air hujan. Angka diatas kami
bandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang air sungai,
disebutkan bahwa kandungan fosfat dalam air hanya boleh 1.67 mg/l. Maka dapat kami
simpulkan bahwa air sampel yang kami ambil di sungai grogol telah melebihi ambang
batas sehingga tidak dianjurkan untuk dijadikan sebagai air baku untuk air minum.

BAB V
SIMPULAN
Setelah dilkakukan pengamatan seperti diatas, maka dapat kami simpulkan
sebagai berikut:
5.1.1 Sulfat
1. Kadar sulfat pada air sampel adalah sebesar 20.817 mgSO42-/l.
2. Air sungai grogol dapat dijadikan sebagai air baku untuk air minum karena kadar
sulfat masih berada di bawah ambang batas.
5.1.2 Fosfat (ortofosfat)
1. Kadar fosfat pada air sampel adalah sebesar 5.289 mgPO43-/l.
2. Air sungai grogol tidak dapat dijadikan sebagai sumber air baku untuk air minum,
karena berada diatas ambang batas.
5.1.3 Polifosfat
1. Kadar polifosfat dalam air sungai grogol adalah sebesar 80.91 mgPO43-/l.
2. Kadar total fosfat anorganik dalam sungai grogol adalah sebesar 75.261
mgPO43-/l.
3. Air sungai grogol tidak dapat dijadikan sebagai sumber air baku untuk air minum
karena kadar polifosfat berada diatas ambang batas.
5.1.4 Fosfat Organik
1. Kadar fosfat organic dalam sungai grogol adalah sebesar 27.35 mgPO43-/l.
2. Air sungai grogol telah melebihi ambang batas kadar fosfat organic dan tidak
dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.

DAFTAR PUSTAKA

Lindu, Muhammad, dkk. 2016. Penuntun Pratikum Laboratorium Lingkungan


1.Jakarta : Universitas Trisakti.
Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakart No. 582 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Air Sungai. Jakarta : Gubernur DKI Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0. 82 Tahun 2001 tentang Air
Sungai. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai