Anda di halaman 1dari 61

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DALAM PEMBANGUNAN

GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Plambing dan Peralatan
Instrumentasi (TLA – 206)

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Rizky Fahreza
NRP : 25-2017-076
Dosen : Djoni Kusmulyana U, Ir., M.Eng
Asisten : Dhuhri Hidayatullah, S.T.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2019
PRAKATA

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan
serta kelancaran bagi saya dalam menulis laporan tugas besar yang berjudul Perencanaan Sistem Plambing
Dalam Pembangunan Mall Arthasuri.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi
(TLA - 206). Laporan ini berisi tentang langkah – langkah dalam merencanakan sistem plambing di suatu
gedung, dengan tujuan agar gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kelapa Kampit mendapatkan sistem
plambing penyediaan air bersih, penyaluran air buangan, dan sistem plambing ven yang sesuai persyaratan.

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas besar ini, yaitu :

1. Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam setiap kesulitan yang saya alami
dalam pembuatan tugas ini.
2. Bapak Djoni Kusmulyana U, Ir., M.Eng selaku dosen mata kuliah Plambing dan Peralatan
Instrumentasi (TLA-206) atas ilmu serta materi dalam perkuliahan yang banyak membantu dalam
pembuatan tugas ini.
3. Kang Dhuhri Hidayatullah, S.T., selaku asisten mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi
(TLA-206) yang selalu setia memberikan arahan, bimbingan, dukungan, serta koreksi yang
melancarkan penyelesaian laporan ini.
4. Uci Sanusi, selaku rekan bertukar pikiran yang senantiasa membantu saya mendapatkan inspirasi dalam
penyelesaian tugas besar ini.
5. Andi Haekal, teman seperjuangan saya, yang senantiasa menghibur dikala jenuh melanda semasa
dalam proses penyelesaian tugas besar ini.
6. Arfin Herfian, yang senantiasa menemani saya mengerjakan tugas besar, menghibur, mensupport, dan
memberi dukungan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
7. Winda Anisha Ramadhani, selaku kakak tingkat yang senantiasa menemani ketika asistensi mata kuliah
plambing dan peralatan instrumentasi (TLA-206).
8. Teman-teman kelas b yang senantiasa memberi dukungan dan meramaikan grup LINE dengan
informasi berharga.
9. Teman-teman kelas c yang senantiasa memberikan bantuan berupa informasi berharga.
10. Teman-teman kelas a yang senantiasa memberikan bantuan berupa informasi berharga.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan atas setiap kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Saya menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak tugas besar ini mungkin tidak dapat
terselesaikan. Walaupun demikian, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
sendiri.

Bandung, 19 Mei 2019

Muhammad Rizky Fahreza

2
3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan gedung-gedung di Indonesia meningkat sangat pesat saat ini.
Hampir seluruh kota di Indonesia melakukan pembangunan bangunan untuk
kepentingan kegiatan manusia demi kelancaran mewujudkan perkembangan nasional
dengan mengutamakan kelestarian lingkungan. Setiap bangunan harus dirancang
dengan baik untuk sistem pelayanan dan keamanannya, demi kenyamanan pengguna
didalam maupun disekitar bangunan dengan memperhitungkan biaya yang
efisien.(Noerbambang,1993)
Salah satu bangunan yang dibangun adalah gedung. Gedung dibangun harus
memiliki sistem pelayanan dan keamanan yang baik agar penghuni merasa nyaman
selama memakai gedung tersebut. Bentuk sistem pelayanan dan keamanan pada
sebuah gedung adalah sistem plambing gedung. Sistem plambing merupakan bagian
yang tidak bisa dipisahkan dalam gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan sistem plambing harus dilakukan sesuai dengan tahapan
perencanaan gedung. Pekerjaan sistem plambing terdiri dari sistem penyediaan air
bersih, sistem penyaluran air kotor dan sistem pemadam kebakaran. Penyediaan
sistem plambing harus memperhatikan juga segi lingkungan sekitar supaya tidak
merugikan lingkungan agar tercipta kehidupan lingkungan yang sehat. Oleh karena
itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan rencana konsep
awal, rencana dasar, rencana pendahuluan, dan gambar gambar pelaksanaan, dengan
memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan dan perancangan
elemen pendukung lainnya dalam gedung.(Noerbambang,1993)
Pemerintah juga banyak mengeluarkan kebijakan dalam hal lingkungan hidup
yang dikaitkan dengan pembangunan bidang properti, sehingga kebutuhan akan tenaga
ahli dalam bidang perancangan khususnya perancangan dalam bidang plambing
meningkat. Mengingat sistem plambing merupakan bagian yang sangat vital dalam
suatu bangunan gedung, apalagi perancangan sistem plambing untuk rumah sakit yang
memerlukan keahlian yang memadai dalam perancangannya.(Noerbambang,1993)
Sekolah 5 lantai yang terdiri dari 21 kelas, 3 laboratorium dan 43 ruangan
diharapkan dapat menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan kepuasan
penghuni. Oleh karena itu, sistem plambing untuk penyediaan air bersih dan
penyaluran air buangan harus direncanakan dengan baik.

4
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud tugas besar ini adalah merencanakan sistem plambing untuk air
bersih, air buangan (grey water dan black water),pipa vent, air hujan di Gedung
Sekolah Menengah Atas dengan merancang sistem perpipaan air bersih, sistem
pembuangan, sistem pipa vent, dan sistem penyaluran air hujan pada bangunan ini.
Tujuan dari perencanaan sistem plambing di Sekolah Menengah Atas, sebagai
berikut:
a) Menentukan jenis gedung yang akan direncanakan sistem perpipaan air bersih, air
buangan (black water dan grey water), dan vent yang menjamin kebersihan
lingkungan gedung.
b) Menyediakan sistem perpipaan air bersih sesuai standar peruntukan dan
perancangan sistem plambing tanpa menimbulkan masalah kesehatan dan estetika.
c) Menyediakan sistem perpipaan air buangan (grey water dan black water) sesuai
standar peruntukan dan perencanaan sistem plambing tanpa menimbulkan masalah
kesehatan dan estetika.
d) Menyediakan sistem perpipaan air hujan sesuai standar peruntukan dan
perencanaan sistem plambing tanpa menimbulkan masalah kesehatan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelaksanaan tugas besar ini adalah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah populasi gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kelapa
Kampit
b) Menghitung jumlah kebutuhan air berdasarkan jumlah populasi.
c) Menghitung jumlah alat plambing yang dibutuhkan dan jenis alat plambing.
d) Merancang sistem plambing yang efektif dan efisien dari air bersih dan air
buangan (black water, grey water, dan vent)
e) Mengetahui volume dari ground water tank dan roof tank Gedung Sekolah
Menengah Atas sesuai kebutuhan air bersih gedung.
f) Menghitung tekanan pada pipa air bersih.
g) Merancang sistem perpipaan air hujan.
h) Menentukan jenis dan jumlah alat plambing yang dibutuhkan di Sekolah
Menengah Atas.
i) Menghitung kebutuhan air bersih yang dibutuhkan di Sekolah menengah Atas.
j) Menghitung volume ground water tank dan roof tank sesuai kebutuhan air bersih
di Sekolah Menengah Atas.

5
k) Menentukan jalur pipa air bersih, air Bungan, dan ven dengan efektif dan efisien.
l) Menentukan dimensi pipa air bersih air buangan, ven dengan efektif dan efesien.
m) Menghitung volume air buangan (grey water dan black water) yang dihasilkan
dari Gedung Sekolah Menengah Atas.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada tugas besar ini adalah perencanaan
sistem perpipaan air bersih dan air buangan pada gedung Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Kelapa Kampit agar dapat memenuhi syarat dari kualitas air bersih dan air
buangan serta dapat memberikan tekanan yang cukup sehingga air dapat mengalir ke
setiap lantai dengan baik.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II REFERENSI
2.1 Standar/Referensi
BAB III DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
3.2 Air Buangan
3.3 Air Hujan
BAB IV Tinjauan Umum Gedung
4.1 Gambaran Umum
4.2 Fungsi Gedung Perencanaan
BAB V PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH
5.1 Skematik Sistem Perencanaan
5.2 Perhitungan Jumlah Populasi
5.3 Perhitungan Kebutuhan Alat Plambing
5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
5.5 Sumber Air
5.6 Reservoir dan Pompa
5.7 Perhitungan Dimensi Pipa

6
5.8 Kehilangan Tekanan
5.9 Gambar-gambar
BAB VI PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BUANGAN
6.1 Skematik Sistem Perencanaan
6.2 Perhitungan Dimensi Pipa
6.3 Gambar-gambar
BAB VII PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN
7.1 Catchment Area Air Hujan
7.2 Penentuan Dimensi Pipa Air Hujan

7
BAB II REFERENSI

2.1 Standar/Peraturan
Dalam penulisan laporan tugas besar plambing ini digunakan berbagai
referensi yang didapatkan dari beberapa sumber, antara lain :
1. Noerbambang, Soufyan. Takeo Morimura. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing. Pradnya Paramita: Jakarta
2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
3. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem
Plambing, 2005
6. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada
Bangunan Gedung, 2015.

8
BAB III DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI
No.416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari dan dapat diminum setelah dimasak. Pengertian lain mengenai air minum
menurut Kepmenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
(bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum
(Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990).

3.1.1 Sumber Air


Sumber air yang digunakan pada sistem perpipaan air bersih pada
umumnya berasal dari air PDAM atau air sumur bor sedangkan untuk sistem
perpipaan pada daerah terpencil biasanya digunakan air sungai, danau, maupun air
hujan yang ditadah.
3.1.2 Karakteristik Air Bersih
 Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif adalah persyaratan yang menggambarkan mutu atau
kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi:
a. Syarat-syarat fisik
1. Air tak boleh berwarna.
2. Air tak boleh berasa.
3. Air tak boleh berbau.
4. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25º C).
5. Air harus jernih.
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minum dimana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya.
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
c. Syarat-syarat biologis
Air minum tida boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama
sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi
batasbatas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml.air. Bakteri golongan
9
Coli ini berasal dari usu besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang
mungkin ada dalam air antara lain adalah :
1. Bakteri typhsum
2. Vibrio Colerae
3. Bakteri dysentriae
4. Entamoeba hystolotica
5. Bakteri enteritis (penyakit perut)
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat yang mengahasilkan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma (Sutrisno
dan Suciastuti, 2010).
 Persyaratan Kuantitatif
Dalam penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air baku yang
tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Kebutuhan air
untuk masyarakat perkotaan adalah 150 ltr/org/hari (DPU cipta Karya).
Jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan
teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat.
 Persyaratan Kontinuitas
Untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya dengan kuantitas air
yang tersedia yaitu air baku yang ada di alam. Air baku untuk air bersih harus
dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik
pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat
diartikan 9 bahwa jumlah air bersih yang direncanakan dapat memenuhi
kebutuhan selama 24 jam.

3.1.3 Penggunaan dan Jumlah Air


Penggunaan air untuk kota dapat dibagi menjadi beberapa kategori.
Penggunaan rumah tangga adalah air yang digunakan di tempat-tempat hunian
pribadi, rumah-rumah apartemen dan sebagainya untuk minum, mandi
penyiraman taman, saniter dan tujuan-tujuan lainnya.penggunaan komersial dan
industri adalah air yang dipergunakan oleh badan-badan komersial dan industri.

10
Pada kelompok-kelompok pemukiman kecil, penggunaan komersial dan industri
mungkin sangat rendah hingga 10 gpcd (40 liter/kapita per hari), tetapi di kotakota
industri besarnya dapat mencapai 100 gpcd (0,4 m3/kapita per hari). Penggunaan
umum meliputi air yang dibutuhkan untuk pemakaian ditaman-taman umum,
bangunan-bangunan pemerintah, sekolah-sekolah,rumah-rumah sakit, tempat
peribadatan, penyiraman jalan dan lain-lain. Secara garis besar, penggunaan air
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)
Kebutuhan air domestik dibagi dua sistem yaitu sambungan langsung dan
sambungan tidak langsung. Sambungan tidak langsung dibagi menjadi dua
bagian yaitu sambungan halaman dan kran umum.
b. Kebtuhan Air Non Domestik
Standar kebutuhan air non domestik yaitu kebutuhan air bersih di luar
keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain:
 Penggunaan komersial dan industri
Yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersial dan industri-industri
 Penggunaan umum
Yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan atau fasilitas umum,
misalnya rumah sakit, sekolah-sekolah, dan rumah ibadah. Kebutuhan air
yaitu menghitung berapa banyak kebutuhan air dalam rumah per hari.
Sebagai referensi adalah dengan menghitung kebutuhan air rata-rata untuk
satu orangnya berkisar antara 80-200 liter per orang per hari. Kebutuhan
air didasarkan dalam kegiatan sehari – hari misalnya mandi, mencuci,
minum & memasak, menyiram tanaman, proses industri dan lain
sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara
umum harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Kebutuhan air
bersih dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, pengelolaan
kota dan lain – lain. Prioritas kebutuhan air meliputi:
a. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh
jumlah penduduk, dan konsumsi perkapita.
b. Kebutuhan Non Domestik

11
Kebutuhan air non domestik untuk industri, pariwisata, tempat ibadah,
tempat sosial, serta tempat-tempat komersial atau tempat umum lainnya
(Kodoatie dan Sjarief, 2005).
c. Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan keadaan berkurangnya jumlah air yang
dibutuhkan untuk pengunaan air. Kehilangan air diasumsikan sekitar 20 %
- 30 %. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
 Kebocoran pada pipa distribusi akibat bencana alam ataupun akibat
aktifitas manusia.
 Pencurian air pada beberapa tempat pada pipa pendistribusian air
 Kerusakan pada peralatan instalasi.
d. Fluktuasi Kebutuhan Air
Fluktuasi kebutuhan air dapat terjadi pada setiap waktu. Fluktuasi ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti jam puncak pemakaian, aktifitas
masyarakat, jumlah populasi, dll. Pada umumnya kebutuhan air dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu:
 Kebutuhan rerata
 Kebutuhan harian maksimum
 Kebutuhan pada jam puncak
Pemakaian air pada jam puncak dan harian maksimum sangat berkaitan
dengan waktu, untuk Pemakaian air pada jam puncak adalah jumlah air
terbanyak yang dimanfaatkan untuk keperluan domestik pada jam-jam
tertentu dalam satu hari, sedangkan harian maksimum adalah jumlah air
terbanyak yang dimanfaatkan untuk keperluan domestik pada hari-hari
tertentu dalam satu Minggu.

3.1.4 Kualitas Air Bersih


Dalam penyediaan air, kualitas air haruslah memiliki kualitas yang baik,
hal ini merupakan prioritas utama mengingat air tersebut digunakan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah
terpencil dimana tidak tersedia fasilitas penyediaan air, sumber penyediaan air
diambil dari sungai, air tanah dangkal atau dalam, dsb. Dalam hal demikian, air

12
baku tersebut haruslah diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar
dicapai standar kualitas air yang berlaku.

3.1.5 Pencemaran Air dan Pencegahannya


Pencegahan pencemaran air lebih ditekankan pada sistem penyediaan air
dan ini adalah faktor terpenting ditinjau dari segi kesehatan. Hal-hal yang dapat
menyebabkan pencemaran air antara lain, masuknya kotoran, binatang-binatang
kecil ke dalam tangki, terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa,
terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya, tercampurnya air minum
dengan air dari jenis kualitas lainnya (kualitas yang lebih rendah). Aliran balik
(back flow) air dari jenis kualitas lainnya ke dalam air buangan. Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air bersih adalah:
1. Larangan hubungan pintas, yaitu hubungan secara langsung antara 2
sistem pipa yang berbeda, 1 sistem pipa untuk air minum dan sistem
lainnya untuk pipa yang mana kualitas airnya tidak sama, sehingga air
akan dapat mengalir dari satu pipa ke pipa lainnya.
2. Pencegahan aliran balik (back flow) dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Menyediakan celah udara, adalah ruang bebas berisi udara bebas,
antara bagian terendah dari lubang pipa atau keran yang akan mengisi
air ke dalam tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka air
meluap melalui bibir tangki atau peralatan plambing tersebut.
b. Memasang pemecah vakum, terdiri dari dua jenis:
 Pemecah vakum tekanan-atmosfir, dipasang pada alat-alat yang
mengalami tekanan hanya apabila ada aliran air.
 Pemecah vakum tekanan-positif, dipasang pada sisi yang
bertekanan air terus-menerus.

3.1.6 Sistem Penyediaan Air Bersih


Menurut Sarwoko M, (1985) dalam siahaya is mayosa 2010:16. Untuk
mendistribusikan air bersih pada dasarnya dapat dipakai salah satu sistem diantara
tiga sistem pengaliran, yaitu:
1. Sistem pengaliran gravitasi

13
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan berada jauh
diatas elevasi daerah layanan dan sistem ini dapat memberikan energi
potensial yang cukup tinggi sehingga pada daerah layanan yang paling
menguntungkan karena pengoperasian dan pemeliharaannya lebih murah.
2. Sistem pemompaan
Sistem ini digunakan bila elevasi antara sumber air atau instalasi dan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup. Untuk debit dan
tekanan yang diinginkan, air akan langsung ke jaring pipa distribusi. Sistem
ini biasanya diterapkan pada daerah yang perbedaan elevasinya kecil.
3. Sistem pengolahan pengaliran kombinasi
Sistem ini merupakan pengaliran dimana air bersih dari sumber atau instalasi
pengolahan akan dialirkan ke jaringan dengan menggunakan pompa dan
reservoir distribusi baik dioprasikan secara berganti atau bersama-sama.
Reservoir ini berfungsi menampung air pada saat kebutuhan
air minimum dan mendistribusikannya pada sat dibutuhkan (biasanya pada
saat kebutuhan air maksimum). Tinggi reservoir yang cukup akan dapat
menambah tinggi tekan.

3.1.7 Jalur Air Bersih


Jalur pipa air bersih meliputi pipa tegak (vertikal) dan pipa mendatar
(horizontal). Secara umum, kedua jalur pipa tersebut berfungsi sama yakni untuk
mengalirkan air bersih.
a. Pipa Tegak
Pipa tegak air bersih berfungsi untuk menyalurkan air dari reservoir ke
setiap lantai yang membutuhkan air. Jalur pipa tegak meliputi perpipaan
dari ground tank ke pompa, dari pompa menuju ke roof tank dan dari roof
tank menuju ke setiap pipa distribusi di tiap lantai. Selain itu, sistem
penyaluran air gedung pun terdiri dari 2 bagian yakni sistem pengaliran ke
atas dan sistem pengaliran ke bawah. Dalam sistem pengaliran ke atas, air
tidak disimpan ke dalam roof tank melainkan langsung didistribusikan ke
setiap alat plambing di tiap lantai. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tekanan yang diberikan oleh PDAM sangat mencukupi. Sedangkan dalam
sistem pengaliran ke bawah, air dialirkan dari ground tank ke roof tank
lalu dialirkan ke setiap lantainya.

14
b. Pipa Horizontal
Pipa horizontal atau pipa mendatar adalah pipa menyalurkan air dari pipa
tegak ke setiap alat plambing pada lantai tersebut, sehingga alat plambing
dapat memenuhi kebutuhan air pada saat akan dipergunakan.
Besarnya laju aliran air yang masuk ke dalam gedung dapat diperkirakan
berdasarkan jumlah pemakai, jenis dan jumlah alat plambing, unit beban
alat plambing, serta pemakaian air terhadap waktu.
Untuk menentukan laju aliran, perkiraan berdasarkan jumlah pemakai
merupakan metode yang praktis. Ini dilakukan dengan menghitung
pemakaian air rata-rata dari setiap penghuni dan perkiraan jumlah
penghuni. Pada tabel 3.1, terdapat perkiraan pemakaian air rata-rata per
hari berdasarkan jenis bangunannya, yaitu :
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Minum Sesuai Penggunaan Gedung

Pemakaian
No Jenis Gedung Satuan
Air
1  Rumah Tinggal 120 liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100 liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 liter/penghuni/hari
4  Rumah Sakit 500 Liter/tempat tidur pasien/hari
5  Sekolah Dasar 40 liter/siswa/hari
6 SLTP 50 liter/siswa/hari
SMU/SMK dan lebih liter/siswa/hari
7 80
tinggi
Ruko/ Rukan 100 liter/penghuni dan
8
pegawai/hari
9 Kantor/ Pabrik 50 liter/pegawai/hari
10 Toserba, toko pengencer 5 Liter/m2
11 Restoran 15 Liter/kursi
12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati/ Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
Ged. Pertunjukan, 10 Liter/kursi
14
Bioskop
15 Ged. Serba Guna 25 Liter/kursi
Stasiun, Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan
16
pergi
Peribadatan 5 Liter/orang, (belum dengan
17
air wudhu)
Sumber :SNI 03-7065, 2005

3.1.8 Tekanan Air dan Kecepatan aliran


Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan ”standar” adalah 1 kg/cm 2,
sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4-5 untuk perkantoran

15
dan antara 2,5-3,5 untuk hotel dan perumahan. Selain itu beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau tekananairnya
kurang dari suatu batas minimum. Besarnya tekanan minimum ini
dicantumkan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tekanan Minimum yang Dibutuhkan Alat Plambing

Tekanan yang
No Nama Alat Plambing Diperlukan
(kg/cm2)
1 Katup Gelontor Kloset 0,7
2 Katu Gelontor Peturasan 0,4
3 Kran yang Menutup Otomatik 0,7
4 Pancuran Mandi, dengan Pancara air Halus 0,7
5 Pancuran Mandi Biasa 0,35
6 Kran Biasa 0,3
Sumber: Noerbambang, 1993

3.1.9 Pompa
Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki bawah tanah dan
mengalirkannya ke tangki atas atau tangki atap dinamakan pompa angkat
(mengangkat air dari bawah ke atas), sedangkan pompa yang mengalirkan air
ke tangki tekan dinamakan pompa tekan. Pompa penyediaan air dapat diputar
oleh motor listrik, motor turbin, motor baker, dan sebagainya (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
1. Pompa sentrifugal
Komponen dari pompa sentrifugal adalah impeller dan rumah pompa.
Pompa dengan impeller tunggal disebut pompa tingkat tunggal (single
stage). Apabila beberapa impeller dipasang pada satu poros dan air
dialirkan dari impeller pertama ke impeller kedua dan seterusnya secara
berturutan, disebut pompa dengan tingkat banyak (multi stage).
2. Pompa submersibel
Pompa submersibel adalah suatu pompa dengan konstruksi di mana bagian
pompa dan motor listriknya merupakan suatu kesatuan dan terbenam
dalam air. Pompa submersibel terbagi atas pompa turbin untuk sumur dan

16
pompa submersil untuk sumur dalam. Kelebihan dan ciri-ciri pompa
submersibel, adalah (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,
2000):
a. Tidak diperlukan suatu bangunan pelindung pompa;
b. Tidak berisik;
c. Konstruksinya sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan
bantalan perantara;
d. Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi;
e. Mudah dipasang;
f. Harga relatif murah

17
3.1 AIR BUANGAN
3.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Buangan
Sistem penyaluran air buangan gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota
Belitung Timur direncanakan menggunakan system terpisah, dimana air bekas (grey
water) dan air kotor (black water) masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara
terpisah. Pembuangan air kotor akan dialirkan ke tangki septik, sedangkan air bekas
dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum dialirkan ke saluran
drainase. Kelebihan menggunakan sistem terpisah ini adalah teknologi dan sistem
pembuangannya cukup sederhana, operasi dan pemeliharaannya relatif mudah dan
jarang terjadinya penyumbatan pada pipa. Sistem pengalirannya menggunakan sistem
gravitasi di mana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke
saluran umum yang letaknya lebih rendah.

3.2.2 Jenis Air Buangan


Berdasarkan aktivitas dan kegiatan daerah sekolah jenis air buangan dapat
dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Air buangan padat (sewage), yang berasal dari kloset
2. Air bekas atau buangan ringan (waste water), yang berasal dari lavatory, urinals,
floor drain, dll.
3. Air hujan yang berasal dari atap dan halaman.

18
3.2.3 Sumber Air Buangan
Sumber dan jenis air limbah Menurut Ayuwanjani (2008), berdasarkan sumbernya air
limbah dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Air limbah rumah tangga (domestik), adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
hunian, seperti rumah tinggal, hotel, sarana pendidikan, perkantoran, pasar dan fasilitas
pelayanan. Air limbah domestik dapat dikelompokan menjadi, air buangan kamar
mandi, air buangan WC dan air buangan dapur atau cucian.
b. Air limbah industri, adalah air limbah yang berasal dari kegiatan industri, seperti
pabrik kertas logam, tekstil, kulit, pangan (makanan dan minuman), industri kimia,
perikanan dan lainnya.
c. Air limbah atau rembesan air hujan, adalah air limbah yang melimpas di atas
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya hujan.

3.2.4 Dampak Air Buangan


Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh buangan limbah cair domestik antara
lain:
1. Merusak keindahan atau estetika karena pemandangan menjadi tidak sedap dan
berbau busuk.
2. Menimbulkan kerusakan lingkungan.
3. Merusak dan membunuh kehidupan di dalam air.
4. Membahayakan kesehatan.
Masuknya air limbah domestik ke dalam lingkungan perairan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan besar dalam sifat fisika, kimia, dan biologis perairan tersebut
seperti suhu, kekeruhan, konsentrasi oksigen terlarut, zat hara, dan produksi dari bahan
beracun. Tingkat dan luas pengaruh yang ditimbulkan terhadap organisme perairan
tersebut sangat tergantung dari jenis dan jumlah bahan pencemar yang masuk ke
perairan. Berubahnya keseimbangan antara faktor fisika-kimia dan biologis dalam suatu
lingkungan akibat adanya senyawa pencemar dapat mempengaruhi organisme dalam
lingkungan tersebut.

3.2.5 Sistem Pembuangan Air


Sistem pengaliran air buangan, dialirkan secara terpisah menurut jenis air
buangannya, dengan cara pengaliran akhir menggunakan sistem bertekanan. Dimana saluran
umum letaknya lebih tinggi dari alat-alat plambing, sehingga air buangan dikumpulkan

19
terlebih dahulu dalam suatu bak penampung (septic tank). Pengecualian untuk aliran air
hujan, ditampung pada reservoir buangan khusus air hujan (sump pit) kemudian dialirkan
langsung ke saluran kota.

3.2.6 Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran


Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung buangan padat. Untuk maksud tersebut, pipa pembuangan harus
mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang harus dialirkan.
Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu
diameter pipanya. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik bila kecepatan tidak kurang dari
0,6 m/detik, tabel 3.6 dapat menjelaskan maksud pedoman di atas. Pipa ukuran kecil akan
mudah tersumbat karena endapan kotoran dan kerak, walaupun dipasangg dengan kemiringan
yang cukup. Oleh karena itu untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang
dari 50 mm.
Tabel 3.3 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal

Diameter pipa
Kemiringan minimum
(mm)

75 atau kurang 1/50

100 atau kurang 1/100


Sumber: Soufyan-Morimura, 1993

3.2.7 Perangkap dan Interseptor atau Penangkap


Dilihat dari tujuan sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari gedung
keluar, ke dalam instalasi pengolahan atau drainase kota, tanpa menimbulkan pencemaran
kepada lingkungannya maupun dalam gedung itu sendiri. Tetapi alat plambing tidak terus
menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air, ini dapat menyebabkan msuknya
gas yang berbau atau beracun, hal lain yaitu serangga.
Untuk mencegah hal tersebut harus dipasang suatu perangkap, yang berfungsi sebagai
penyekat atau penutup air agar menutup atau mencegah masuknya gas-gas tersebut. Pada
dasarnya suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diuraikan di bawah ini.
 Kedalaman air penutup biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm
 Konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan tidak menyebabkan
kotoran tertahan atau mengendap
20
 Konstruksi perangkap dibuat sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai “penutup” tetap
dapat dipenuhi artinya menutup kemungkinan masuk serangga dan gas-gas melalui pipa-
pipa pembuangan. Kriteria yang harus dipenuhi:
a. Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga
b. Mudah diketahui dan diperbaiki bila ada kerusakan
c. Dibuat dari bahan yang tidak berkarat
 Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karena
endapan kotoran lama kelamaan tetap akan terjadi
 Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi dimana ada bagian bergerak ataupun
bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.
Penangkap atau interceptor berfungsi sebagai menangkap atau mencegah bahan-bahan yang
dapat menyumbat atau mempersempit penampang pipa. Bahan-bahan yang dapat
menimbulkan penyempitan penampang pipa, antara lain:
 Minyak atau lemak
 Tanah dan pasir
Persyaratan berfungsinya penangkap atau interceptor:
 Konstruksinya harus mampu secara efektif memisahkan lemak, minyak, pasir dari air
buangan
 Konstruksi harus sedemikian rupa agar mudah dibersihkan
Jenis penangkap yang dipakai di sistem pembuangan air buangan, yaitu: grase trap portable
(typikal).

3.2.8 Nilai Unit Alat Plambing


Nilai unit alat plambing dihitung untuk mengukur beban unit alat plambing yang
selanjutnya berfungsi sebagai dasar perhitungan diameter pipa air buangan.
Untuk mengukur beban unit alat plambing yang digunakan, berpedoman pada
kumpulan tabel-tabel “Plambing” dan buku “Plumbing” karangan Harold E. Babbit, 1960,
dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
 Menentukan sektor aliran air pada pipa
 Menentukan jenis alat saniter yang terlayani oleh pipa air buangan
 Mengukur beban unit alat saniter (f.U), yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.

21
Tabel 3.4 Nilai Unit Alat Plambing untuk Air Buangan

FU
Alat Plambing
Pribadi Umum
Bathtub (BT) 2 4
Floor Drain (FD) 1 2
Kitchen Sink (KS) 2 4
Lavatory (LV) 1 2
Shower (SH) 2 4
Urinoir (UR) - 5

Water Closet (WC) 6 12

Sumber: Babbit, 1960

3.2.9 Ukuran Pipa Pembuangan


Untuk menghitung ukuran pipa pembuangan, terlebih dahulu dibagi 2, yaitu:
1. Perhitungan pipa pembuangan horizontal atau mendatar
2. Perhitungan pipa pembuangan vertikal atau pipa tegak (stack)
Untuk perhitungan diameter dan kemiringan pipa yang digunakan, berpedoman pada
kumpulan tabel-tabel “Plambing” dan buku “Plumbing” karangan Harold E. Babbit,
1960, dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan dimensionering pipa air buangan padat dan buangan ringan
 Menentukan nilai unit alat plambing
 Menentukan kemiringan dan diameter pipa dengan melihat Tabel 3.7

22
Tabel 3.5 Beban Maksimum yang Diizinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(Dinyatakan Dalam Unit Beban Alat Plambing)

Sumber : SNI 03-6481-2000

 Penentuan Pipa tegak atau stack


- Menentukan beban unit alat saniter (f.U) per lantai
- Menentukan diameter pipa

3.2 AIR HUJAN


3.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyaluraan Air Hujan
P Bangunan yang dilengkapi dengan system plambing harus dilengkapidegan system
drainase untuk pembuangan air hujan yang berasal dariatap maupun jalur terbuka yang
mengalirkan air. Air hujan yang dibawadalam system plambing ini harus disalurkan ke dalam
lokasipembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh air hujandisalurkan ke dalam
system plambing air buangan yang hanya bertujuanuntuk menyalurkan air buangan saja atau
disalurkan ke suatu tempatsehingga air hujan tersebut akan mengalir ke jalan umum,
menyebabkanerosi atau genangan air. Bila terdapat system plambing air buangan danair
hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk digabungkankecuali hanya pada lantai
paling bawah saja. Sistem plambing air hujanyang digabung dengan air buangan pada lantai
terbawah harusdilengkapi dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bautidak
enak dari system tersebut.
Perangkap yang terpasang harus berukuran minimal sama denganpipa
mendatar yang terpasang bersama. Dan harus dilengkapi denganpembersih di tiap ujungnya
23
yang terletak di dalam gedung. Pada ujungdimana air masuk, harus dilengkapi dengan
penahan kotoran agarsystem plambing air hujan tidak terganggu.Gutter talang atap dan leader
talang tegak air hujan digunakanuntuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau
bidang tangkaplainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke
titik"titikpengeluaran, umumnya ke permukaan tanah atau system drainasebawah tanah
underground drain. tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter.
palang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan conductor maupun di luar bangunan
leader..

3.2.2 Ukuran Pipa Penyaluran Air Hujan


Pengukuran diameter pipa penyaluran air hujan dibagi atas dua bagian, yaitu:
 Pipa gutter dengan perletakkannya secara horizontal, biasanya terletak pada halaman,
basement, atap gedung dan sebagainya
 Pipa leader dengan perletakkannya secara vertikal atau tegak, merupakan sambungan dari
pelayanan pipa gutter yang berfungsi untuk meneruskan aliran air hujan sampai lantai
dasar atau drainase kota.
Langkah-langkah untuk mengukur diameter pipa air hujan adalah sebagai berikut:
 Menentukan jalur pipa berdasarkan penampang lahan yang dilayani oleh pipa air hujan
 Mengukur luas penampang lahan yang dilayani oleh pipa air hujan gutter, yang melintang
secara horizontal sejajar dengan penampang lahan yang telah diatur nilai kemiringannya
 Mengkorelasikan luas lahan yang terlayani terhadap diameter pipa dengan pedoman
perhitungan.

24
BAB IV TINJAUAN UMUM GEDUNG

4.1 Gambaran Umum


Gedung yang akan di rencanakan sistem plambing ini merupakan gedung
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Bangunan yang direncanakan yaitu Sekolah
Menengah Atas enam lantai dilengkapi dengan sistem plambing. Gedung Sekolah
Dasar berbentuk huruf “I” dengan luas gedung 1080 m2 dengan panjang 44 m dan
lebar 28 m. Gedung Sekolah Menengah Atas direncanakan terdapat ruang kelas
sebanyak 21 kelas, 3 laboratorium dan 43 ruangan. Direncanakan dalam gedung
Sekolah Dasar ini terdapat 40 toilet.
4.2 Fungsi Ruang
Dalam perencanaan sistem plambing di suatu bangunan sangat di pengaruhi
oleh fungsi ruang yang dibuat di dalam gedung tersebut dan jumlah populasi gedung.
dengan mengetahui fungsi ruang maka dapat diketahui jumlah populasi yang mengisi
suatu ruang yang terdapat pada suatu bangunan. Setelah jumlah populasi yang
diketahui maka dapat ditentukan kebutuhan air yang diperlukan, jumlah fasilitas
plambing yang harus disediakan, serta banyaknya air buangan yang akan dihasilkan.

25
BAB V PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH

5.1 Skematik Sistem Perencanaan


Skema sistem penyediaan air bersih pada Mall Arthasuri ini dilakukan secara
berurutan sesuai dengan langkah-langkah berikut ini, yitu :
a. Perhitungan jumlah penggunaan (populasi) air bersih
b. Perhitungan kebutuhan alat plambing
c. Perhitungan kebutuhan air bersih
d. Penentuan sumber air, ground tank dan roof tank.
e. Penentuan dimensi pipa.
Keterangan ditunjukan pada gambar berikut:

Gambar 5.1 Skematik Air Bersih

26
5.2 Perhitungan Jumlah Populasi
Populasi merupakan banyaknya jumlah pegawai serta jumlah siswa yang
beraktifitas dengan jam kerja rata-rata 8 jam. Data populasi ini digunakan untuk
menghitung kebutuhan air yang perlu disediakan. Data populasi di dapat dari
perbandingan luas efektif dengan standar pengunjung. Luas efektif di dapat dari buku
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang, 1993) dan untuk
standar pengunjung di dapat dari Kepmen PU No. 10 Tahun 2010 dan Data Arsitek
Jilid 1 dan 2 (Neufert, 1996). Berikut hasil perhitungan populasi di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Kelapa Kampit dapat dilihat pada Tabel 5.1 terdapat di
lembar selanjutnya.
Tabel 5.1 Perhitungan Populasi Berdasarkan Standar Pengunjung

Luas Luas Efektif Standar Pengunjung


Jumlah
Lantai Fungsi Ruang Ruangan %
Luas Standar Satuan Populasi
(m2) Efektif
1 Ruang Guru Pria 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
Ruang Guru
2 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
Wanita
Ruang kepala
3 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
Sekolah
4 Ruang wakasek 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
5 1 Ruang tamu 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
6 Ruang tata usaha 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
7 Ruang konferensi 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
Ruang keamanan
8 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
gedung
9 Ruang makan guru 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
10 Koperasi sekolah 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
11 Ruang guru BP 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
12 Ruang dokter 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
13 Gudang dan pantry 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Total Jumlah Pengunjung Lt. 1 79
1 Kelas 1A 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
2 Kelas 1B 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
3 Kelas 1C 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
4 Kelas 1D 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
5 2 Kelas 1E 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
6 Kelas 1F 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
7 Kelas 1G 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
8 Lab.Kimia 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
9 Lab. Fisika 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5

27
Luas Luas Efektif Standar Pengunjung
Jumlah
Lantai Fungsi Ruang Ruangan %
Luas Standar Satuan Populasi
(m2) Efektif
10 Lab. biologi 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Rg. Persiapan
11 &bahan-bahan 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
biologi
12 Rg. Persiapan kimia 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
13 Rg. Perisapan fisika 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Rg. Material kimia
14 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
& Fisika
Total Jumlah Pengunjung Lt. 2 84
1 Kelas 2A 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
2 Kelas 2B 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
3 Kelas 2C 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
4 Kelas 2D 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
5 Kelas 2E 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
6 Kelas 2F 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
7 3 Kelas 2G 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
Rg. Kelas cadangan
8 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
1
Rg. Kelas cadangan
9 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
2
10 Rg. kursus 1 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
11 Rg. Kursus 2 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Rg. Buku-buku
12 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
sekolah
Rg. Peralatan
13 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
pengajaran bahasa
14 perpustakaan 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Total Pengunjung Lt.3 84
1 Kelas 3A 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
2 Kelas 3B 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
3 Kelas 3C 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
4 Kelas 3D 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
5 Kelas 3E 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
6 Kelas 3F 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
4
7 Kelas 3G 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
Rg. Kelas cadangan
8 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
3
Rg.kelas cadangan
9 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
4
10 Ruang kursus 3 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
11 Ruang kursus 4 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Rg buku-buku
12 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
sekolah
13 Rg. Peralatan 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5

28
Luas Luas Efektif Standar Pengunjung
Jumlah
Lantai Fungsi Ruang Ruangan %
Luas Standar Satuan Populasi
(m2) Efektif
pengajaran bahasa
14 Rg.samping 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Total Pengunjung Lt.4 84
1 Mango 60 60% 36 2,61 m2/orang 14
2 Aula 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
3 Ruang wudhu pria 15 60% 9 2,61 m2/orang 3
Ruang wudhu
4 15 60% 9 2,61 m2/orang 3
wanita
Unit kesehatan
5 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
sekolah
6 Rg. kesenian 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
5
7 Rg. musik 30 60% 18 2,61 m2/orang 7
8 Rg. osis 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Kantin dan dapur
9 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
kantin
Rg.doa agama
10 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
kristen
11 Ruang komputer 1 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
12 Ruang komputer 2 23,3 60% 14,02 2,61 m2/orang 5
Total Pengunjung Lt. 5 73
Sumber: Perhitungan, 2018

Jumlah populasi yang ada di Gedung Sekolah Menengah Atas ditentukan


berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Data Arsitek Jilid 1 dan Jilid 2 Tahun
2002. Dengan standar untuk pengunjung pada Gedung sekolah yaitu sebesar 2,61
m2/orang yang diambil dari Data Arsitek Jilid 1.
Untuk luas efektif yang ada di Gedung Sekolah Menengah Atas ditentukan
berdasarkan asumsi dari buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing
(Noerbambang, 1993), luas efektif pada gedung Sekolah Menengah Atas ini
merupakan persentase luasan lahan yang bisa di gunakan oleh pengunjung/konsumen
dan karyawan dibandingkan dengan luas lahan keseluruhan, dimana sisa dari luas
efektif digunakan untuk barang-barang keperlukan perfungsi ruangan.
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk penentuan luas efektif dan
populasi perfungsi ruangan, perlantai, dan gedung, sebagai berikut:
Contoh perhitungan (untuk ruang guru pria) dengan % luas efekttif 60% dan standar
perorangan 2,61 m2/orang.
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 ) = % 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑚2 )
= 60% 𝑥 30 𝑚2 = 18 𝑚2

29
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 )
 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑚2 /orang

18 𝑚2
= 2,61 𝑚2 /orang = 7 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Maka di dapat luas efektif ruang guru pria 18 m2 dan jumlah populasinya 7
orang.
Tabel 5.2 Perhitungan Perbandingan Populasi Pria dan Wanita
Total Perbandingan Populasi
Populasi Pria Wanita Pria Wanita
79 50% 50% 40 39
84 50% 50% 42 42
84 50% 50% 42 42
84 50% 50% 42 42
73 50% 50% 37 36
Sumber: Perhitungan, 2018

Setelah mengetahui populasi perlantai, dapat menentukan populasi pria dan


wanita denga rasio yang di gunakan berdasarkan asumsi. Untuk setiap lantai jumlah
populasi pria berjumlah lebih satu, ini dikarenakan biasanya jumlah populasi pria
lebih dominan dibandingkan wanita.
Untuk menentukan populasi pria dan wanita di tiap lantai nya sebagai berikut:
Contoh perhitungan (Lantai 1 dengan populasi 130 orang, perbandingan pria 50% dan
wanita 50%):
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = % 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑎 = 50% 𝑥 79 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 40 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑎
 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 = 50% 𝑥 79 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 39 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎
Maka di dapat jumlah populasi pria dan wanita untuk lantai 1 yaitu 40 orang
pria dan 39 orang wanita. Lantai 2 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 42 orang
pria dan 42 orang wanita. Lantai 3 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 42 orang
pria dan 42 orang wanita. Lantai 4 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 42 orang
pria dan 42 orang wanita. Lantai 5 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 37 orang
pria dan 36 orang wanita.

30
5.3 Perhitungan Kebutuhan Alat Plambing
Kebutuhan alat plambing adalah salah satu faktor yang harus dipikirkan dalam
merencanakan sistem plambing suatu gedung. Fasilitas sanitasi yang nyaman dan
mudah digunakan akan menambah daya tarik pengguna gedung tersebut. Selain itu,
fasilitas sanitasi yang dipakai harus dapat memakai air dengan efektif dan efisien agar
dapat menghemat biaya pemakaian air bersih. Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan perencanaan penyediaan kebutuhan alat plambing dengan baik.
Untuk menentukan kebutuhan alat plambing setiap gedung dapat diperkirakan
dengan melihat ketentuan/ peraturan resmi yang sudah ditetapkan. Berikut merupakan
tabel plambing berdasarkan jumlah perbandingan pria dan wanita tiap lantai serta
tabel kebutuhan alat plambing untuk pria dan wanita di setiap lantai. Menurut SNI
8153 2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung untuk tempat
berkumpul, fasilitas perdagangan, fasilitas usaha dan SNI 03-6481-2000 Tentang
Ketentuan teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan untuk hunian niaga dan hunian usaha.
Setiap tempat berkumpul (restoran, pubs, lounge, night clubs dan aula
makan), fasilitas usaha, dan fasilitas perdagangan harus di lengkapi sekurang-
kurangnya dengan kloset dan urinal sesuai pada Tabel 5.3.

31
Tabel 5.3 Kebutuhan minimum alat plambing

Jenis Bathtubs/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1: 250 1 tempat
1: 1-50 1:1-25 1: 1-200 1: 1-150 1:1-150 2: 251-500 cuci/jemur
2: 51-150 2:26-50 2:201-300 2: 151-200 2:151-200 3: 501-750
A-2 Tempat 3: 151-300 3:51-100 3:301-400 3: 201-400 4: 201-400
berkumpul 4: 301-400 4:101-200 4:401-600
(restoran, pubs, 6: 201-300
lounge, night 8: 301-400
clubs, dan aula Lebih 400, penambahan Lebih 600, Lebih 400, penmabahan Lebih 750, -
makan) 1 setiap tambahan 250 penambahan 1 setiap penambahan 250 penambahan
pria dan penambahan 1 1 setiap pria dan penambahan 1 1 setiap
setiap tambahan 125 tambahan setiap tambahan 200 tambahan
wanita 300 pria wanita 500 orang
B Fasilitas Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1 untuk 150 1 tempat
Usaha (bank, 1: 1-50 1:1-15 1: 1-200 1: 1-75 1: 1-50 cuci/jemur
klinik, cuci 2: 51-100 2:16-30 2:201-300 2: 76-150 2:51-100
mobil, salon 3: 101-200 3:31-50 3:301-400 3: 151-200 3: 101-150
kecantikan, 4: 201-400 4:51-100 4:401-600 4:201-300 4: 151-200
health carre, 6: 101-200 5: 301-400 5: 201-300
laundry dan dry 8: 201-400 6: 301-400
cleaning,
institusi Lebih 400, penambahan Lebih 600, Lebih 400, penambahan - -
pendidikan, 1 setiap tambahan 500 penambahan 1 setiap penambahan 250
fasilitas training, pria dan penambahan 1 1 setiap pria dan penambahan 1
kantor pos dan setiap tambahan 150 tambahan setiap tambahan 200
percetakan wanita 300 pria wanita
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1: 1-250 1 tempat
1: 1-100 1:1-100 0: 1-200 1: 1-200 1: 1-200 2: 251-500 cuci/jemur
M Fasilitas 2: 101-200 2:101-200 1: 201-400 2: 201-400 2: 201-300 3: 501-750
Perdagangan 3: 201-400 4:201-300 3: 301-400
6:301-400
Lebih 400, penambahan Lebih 400, Lebih 400, penmabahan Diatas 750 -

32
Jenis Bathtubs/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
1 setiap tambahan 500 penambahan 1 setiap penambahan 500 penambahan
pria dan penambahan 1 1 setiap pria dan penambahan 1 1 setiap
setiap tambahan 200 tambahan setiap tambahan 400 tambahan
wanita 500 pria wanita 500 orang
Sumber: SNI 8153, 2015

33
Setiap hunian usaha dan hunian kumpulan harus di lengkapi sekurang-
kurangnya dengan bak cuci tangan dan peturanan sesuai pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5.
Dan persyaratan untuk hunian niaga sama dengan persyaratan untuk hunian usaha.

Tabel 5.4 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tan

tabel penambahan alat plumbing


kamar
kloset jumlah
no keterangan urinal mandi Lavatory
pria wanita pria wanita
1 lantai 1 2 2 2 2 2 2 12
2 lantai 2 2 2 2 2 2 2 12
3 lantai 3 2 2 2 2 2 2 12
4 lantai 4 2 2 2 2 2 2 12
5 lantai 5 2 2 2 2 2 2 12
jumlah 10 10 10 10 10 10 60

gan dan Peturasan untuk Hunian Usaha

Sumber : SNI 03 – 6481 – 2000

Tabel 5.5 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian
Kumpulan

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


kloset karyawan bak cuci karyawan peturasan karyawan laki-
tangan laki
1 1 ~ 100 1 1 ~ 100 1 1 ~ 100

2 101 ~ 200 2 101 ~ 200 2 101 ~ 200

3 201 ~ 400 3 201 ~ 400 3 201 ~ 400

4 401 ~ 700 4 401 ~ 700 4 401 ~ 700

5 701~ 1100 5 701~ 1100 5 701~ 1100

Pengunjung lebih dari Pengunjung lebih dari Pengunjung lebih dari 1100
1100 orang, 1100 orang, ditambahkan orang,ditambahkan 1 peturasan
ditambahkan 1 kloset 1 bak cuci tangan untuk untuk setiap pertambahan 400
untuk setiap setiap pertambahan 400 orang karyawan
pertambahan 400 orang orang karyawan
pengunjung

mber : SNI 03 – 6481 – 20

34
35
Tabel 5.6 Perhitungan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai Berdasarkan SNI-8153 2015 dan SNI 03-6481-2000

jumlah jumlah kamar


n ketera jumlah % populasi pria % populasi wanita kloset LV FD FC jumlah
populasi populasi UR mandi
o ngan populasi (SNI 8153: 2015) (SNI 8153: 2015)
pria wanita L P L P
lantai
1 79 50% 50% 40 39 2 2 3 2 2 2 10 - 23
1
lantai
2 84 50% 50% 42 42 2 2 3 2 2 2 10 - 23
2
lantai
3 84 50% 50% 42 42 2 2 3 2 2 2 10 - 23
3
lantai
4 84 50% 50% 42 42 2 2 3 2 2 2 10 - 23
4
lantai
5 73 50% 50% 37 36 2 2 3 2 2 2 10 10 33
5
jumlah 10 10 15 10 10 10 50 10 125

Sumber: Perhitungan, 2018

36
Pada Tabel 5.6 menunjukan bahwa setiap lantai dengan populasi yang telah di
hitung berdasarkan Data Arsitek Jilid 1 dan 2, dan Kepmen PU No. 10 Tahun 2010,
kemudian di asumsikan antara populasi pria dan wanita yang sudah di tentukan
sebelumnya. Maka dapat tentukan jumlah alat plambing masing-masing pria dan
wanita dari populasi dengan ketentuan minimal alat plambing berdasarkan SNI 8153
2015 dan SNI 6481 2000. Penggunaan SNI 6481 2000 digunakan apabila alat
plambing dalam SNI 8153 2015 tidak ada.
Penentuan alat plambing berdasarkan peruntukan perlantai. Untuk kloset pada
lantai 1 menggunakan asumsi “Tempat Berkumpul” karena sesuai untuk
peruntukannya yaitu retoran; untuk lantai 2 mengunakan asumsi “Fasilitas Usaha”
karena peruntukannya di dominasi oleh ruang kantor; dan lantai 3, 4, 5 menggunakan
asumsi “Fasilitas Perdagangan” karena sesuai untuk peruntukannya yaitu pertokoan.
Untuk lavatory pada lantai 1 menggunakan asumsi “Hunian Kumpulan” karena sesuai
dengan peruntukannya yaitu retoran; lantai 2 menggunakan asumsi “Hunian Usaha”
karena sesuai dengan peruntukannya di dominasi oleh ruang kantor;dan lantai 3, 4, 5
menggunakan asumsi “Hunian Niaga” karena sesuai untuk peruntukannya yaitu
pertokoan, yang mana tabelnya sama dengan persyaratan “Hunian Usaha”. Untuk
urinal pada lantai 1 dan 2 menggunakan SNI 8153 2015 dan untuk lantai 3, 4, 5
menggunakan SNI 6481 2000 sesuai dengan kategori per lantai, hal ini karena pada
SNI 8153 2015 Fasilitas Perdagangan urinal 0 untuk jumlah populasi pria 1-200.

37
5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan jumlah orang/pengguna gedung
dengan standar kebutuhan air (SNI 03-7065, 2005). Dan untuk kebutuhan air bersih
pada gedung dapat berdasarkan dengan pemakaian air rata-rata sehari. Kemudian,
diperhitungkan juga kebutuhan air berdasarkan SNI. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Penggunaan
No. Pemakaian air Satuan
Gedung

Liter/penghuni
1 Rumah tinggal 120
/hari
Liter/penghuni
2 Rumah susun 1001)
/hari
Liter/penghuni
3 Asrama 120
/hari
Liter/tempat tidur
4 Rumah Sakit 5002)
pasien /hari
5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa /hari
6 SLTP 50 Liter/siswa /hari
SMU/SMK dan
7 80 Liter/siswa /hari
lebih tinggi
Liter/penghuni
8 Ruko/Rukan 100
dan pegawai/hari
9 Kantor / Pabrik 50 Liter/pegawai/hari
Toserba, toko
10 5 Liter/m2
pengecer
11 Restoran 15 Liter/kursi
Liter/tempat tidur
12 Hotel berbintang 250
/hari
Hotel Melati/ Liter/tempat tidur
13 150
Penginapan /hari
Gd. pertunjukan,
14 10 Liter/kursi
Bioskop
15 Gd. Serba Guna 25 Liter/kursi
Liter/penumpang
16 Stasiun, terminal 3
tiba dan pergi
Liter/orang
17 Peribadatan 5 (belum dengan
air wudhu)
Sumber: SNI 03-7065-2005

38
Berdasarkan SNI 03-7065-2005, untuk gedung “Gedung Sekolah
Menengah Atas” standar pemakaian yang digunakan yaitu SMU sebesar 80
liter/pegawai/hari; kantor sebesar 50 liter/m2.
Qtotal = Jumlah Populasi x Kebutuhan Air per Orang per Hari

Tabel 5.8 Perhitungan Total Kebutuhan Air Bersih

pemakaian
rata-rata air
jumlah sehari kebutuhan air
no lantai fungsi ruangan
populasi (liter/orang/har (liter/hari)
i) SNI 03-7065-
2005)
1 1 Rg.guru pria 7 50 350
2 1 Rg.guru wanita 7 50 350
Rg. Kepala
3 1 sekolah 7 50 350
4 1 Rg. Wakasek 7 50 350
5 1 Rg. Tamu 7 50 350
6 1 Rg. Tata usaha 7 50 350
7 1 Rg. Konferensi 7 50 350
Rg. Keamanan
8 1 gedung 5 50 250
Rg. Makan
9 1 guru 5 50 250
koperasi
10 1 sekolah 5 50 250
11 1 Rg. Guru BP 5 50 250
12 1 Rg. Dokter 5 50 250
gudang dan
13 1 pantry 5 50 250
jumlah kebutuhan air lantai 1 3950

39
pemakaian
rata-rata air
jumlah sehari kebutuhan air
no lantai fungsi ruangan
populasi (liter/orang/har (liter/hari)
i) SNI 03-7065-
2005)
1 2 Rg. Kelas 1A 7 80 560
2 2 Rg. Kelas 1B 7 80 560
3 2 Rg. Kelas 1C 7 80 560
4 2 Rg. Kelas 1D 7 80 560
5 2 Rg. Kelas 1E 7 80 560
6 2 Rg. Kelas 1F 7 80 560
7 2 Rg. Kelas 1G 7 80 560
8 2 Lab. Kimia 5 80 400
9 2 Lab. Fisika 5 80 400
10 2 Lab.Biologi 5 80 400
Rg. Persiapan &
bahan-bahan
11 2 biologi 5 80 400
Rg. Persiapan
12 2 kimia 5 80 400
Rg. Persiapan
13 2 fisika 5 80 400
Rg. Material
bahan kimia &
14 2 fisika 5 80 400
jumlah kebutuhan air lantai

6720

40
pemakaian rata-
jumlah rata air sehari kebutuhan air
no lantai fungsi ruangan
populasi (liter/orang/hari) (liter/hari)
SNI 03-7065-2005)
1 5 Aula 14 80 1120
2 5 Musholla 7 80 560
3 5 Rg.wudhu pria 3 80 240
4 5 Rg.wudhu wanita 3 80 240
Unit Kesehatan
5 5 Sekolah 7 80 560
6 5 Rg. Kesenian 7 80 560
7 5 Rg. Musik 7 80 560
8 5 Rg. Osis 5 80 400
kantin & dapur
9 5 kantin 5 50 250
Rg. Doa agama
10 5 kristen 5 80 400
11 5 Rg. Komputer 1 5 80 400
12 5 Rg. Komputer 2 5 80 400
jumlah kebutuhan air lantai 5 5690

Sumber: Perhitungan, 2019

Contoh perhitungan:
 Qruang guru = Jumlah Populasi ruang guru x Standar Kebutuhan
air/orang/hari Restoran
= 7 orang x 5 liter/m2
= 35 Liter/hari
 Qd = Qlantai 1 + Qlantai 2 + Qlantai 3 + Qlantai 4 + Qlantai 5
= 3950 Liter/hari + 6720 Liter/hari + 6720 Liter/hari + 6720
Liter/hari + 5690 Liter/hari
= 2902.4 Liter/hari
= 28.9 m3/hari
 Qd + Vf = (100% x Qd) + (20% x Qd)
= (100% x 28.9 m3/hari) + (20% x 28.9 m3/hari)
= 34,68 m3/hari

41
Setelah di dapatkan kebutuhan air bersih perfungsi ruangan, maka dapat di
tentukan kebutuhan air bersih perlantai dan kebutuhan air bersih gedung
“Mall Arthasuri”. Di dapatkan kebutuhan air bersih gedung “Mall
Arthasuri” sebesar 2.9 m3/hari. Dan perlu adanya kebutuhan air untuk
hidran yang berguna sebagai cadangan untuk mengatasi kebocoran,
pancuran air, penggunaannya lainnya apabila penggunaan air berlebih dan
di asumsikan 20% dari kebutuhan air bersih gedung. sehingga di dapat
kebutuhan air bersih+hidran sebesar 3.48 m3/hari.
Dan untuk jumlah kebutuhan air bersih pada gedung dengan
menganggap pemakaian air di “Mall Arthasuri” yaitu 12 jam dalam 1 hari
di dapat dari pemakaian air rata-rata yang terbesar. Berikut perhitungan
kebutuhan air bersih pada gedung sesuai pemakaian jam rata-rata sehari
sebagai berikut:
𝑄𝑑⁄
𝑄𝑟 = 𝑡
𝑚2
3.48
𝑄𝑟 = ℎ𝑎𝑟𝑖⁄ 3
12 𝑗𝑎𝑚 = 0.29 𝑚 /𝑗𝑎𝑚
Dimana:
Qd = Kebutuhan air bersih pada gedung (m3/hari)
Vf = Kebutuhan air bersih untuk hidran (m3/hari)
Qr = pemakaian air rata-rata (m3/jam)
t = jangka waktu pelayanan (jam)

42
Sumber Air
Sumber air yang dipakai dalam memenuhi kebutuhan air bersih gedung Mall
Arthasuri berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Kebutuhan air bersih
= 5.16 m3/hari = 0.00004027 m3/detik
Diasumsikan jika PDAM mampu mengalirkan air selama 24 jam/hari dengan
kecepatan 1.5 m/s. Berdasarkan rumus:
1
𝑄=𝑉𝑥𝐴=𝑉𝑥 𝜋𝐷2
4
Maka, diameter pipa service yaitu pipa distribusi yang berasal dari sumber air PDAM
menuju ground water tank sebesar:
(4𝑄) (4 𝑥 0,00004027 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 )
D = √𝑣𝜋 = √ = 0.92 m = 920 mm
1.5 𝑥 𝜋

5.5 Reservoir dan Pompa


Pada gedung Mall Arthasuri perlu ditentukan adanya resesvoir yang
digunakan dalam penyediaan air bersih di gedung ini ada dua yaitu tangki permukaan
tanah (ground tank) dan tangki atas atap (Roof tank). Kedua tangki ini berfungsi untuk
menampung air dan mampu mengatasi debit pada jam puncak, dimana tangki ground
tank menampung air dari sumber air (PDAM) sedangkan roof tank menampung air
dari ground tank. Kedua tangki ini memiliki dimensi yang berbeda dimana ground
tank memiliki kapasitas penampungan yang lebih besar dari pada roof tank. Dalam
menghitung kapasitas ground tank hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ground
tank harus mampu memenuhi kebutuhan satu hari kerja.
Tabel 5.9 Volume Ground Water Tank

Kebutuhan Air Kebutuhan Air Bersih + Volume Ground


Bersih (m3/h) Kebutuhan Hidran (m3/h) Water Tank (m3)
28,9 29,48 34,68

Sumber: Perhitungan,2018

43
Setelah menghitung kebutuhan air bersih dan kebutuhan hidran didapatkan Volume
Ground Water Tank sebesar 0.58 m3. Berikut ini adalah perhitungan kebutuhan air
bersih, volume ground tank dan roof tank yang dibutuhkan:
Kebutuhan Air = 28.9 m3/h
Faktor Keamanan = 20% x 28,9 m3/h
= 5,78 m3/h
Volume Ground Water Tank = 28,9 m3 + 5,78m3
= 34,68 m3
3
Panjang sisi = √3.48 𝑚3
= 1.5 m ~ 2 m
Roof Tank dihitung dengan menggunakan rumus:

VE = [Qp - Qmax] Tp + (Qpu x Tpu)


Dimana :
VE = Kapasitas Efektif Tangki (m³)
Qp = Kebutuhan Puncak (m³/Jam)
Qmax = Kebutuhan Jam Puncak (m³/Jam)
Qpu = Kapasitas Pompa Pengisi (m³/Jam)
Tp = Jangka Waktu Kebutuhan Puncak (jam)
Tpu = Jangka Waktu Kerja Pompa Pengisi (jam)

Diketahui:

Ci Day = 1,5 - 2 (Fp day adalah 2)


Ci Hour = 3 – 4 (Fp Hour adalah 4)
Jam Kerja = 8 jam
Volume GWT = 34,68 m3
Berapa Volume Roof Tank pada gedung “Mall Arthasuri”?
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐺𝑊𝑇
 Qr = 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛
34,68 m3
= 8 𝑗𝑎𝑚

= 4,335 m³/jam
 Qp = Ci Day x Qr
= 2 x 4,335 m³/jam
= 8,67 m³/jam

44
 Qmax = Ci Hour x Qr
= x 0.29 m3/jam
= 13,0053/jam
 Qpu = Qmax = 13,005 m³/jam

 Tp = Asumsi 1 Jam (asumsi waktu kebutuhan puncak pada gedung


Mall Arthasuri)
 Tpu = Asumsi 0.5 jam (asumsi waktu pompa mengisi rooftank)

Sehingga kapasitas Roof Tank adalah:


VE = [Qp - Qmax] Tp + (Qpu x Tpu)
VE = [8,67 m³/jam-13,005 m³/jam]x1 jam+(13,005 m³/jam x 0.5 jam)
VE = 10,8375 m³
𝑅𝑜𝑜𝑓 𝑇𝑎𝑛𝑘
% Roof Tank dari Ground Water Tank = 𝐺𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑘 x 100%
10,8375 𝑚3
= x 100% = 0,312 %
34,68 𝑚3

5.6 Perhitungan Dimensi Pipa


Dalam menentukan dimensi pipa harus dilakukan perhitungan, dimana dimensi
pipa air bersih berdasarkan banyaknya alat plambing dan beban unit alat plambing.
Perhitungan dimensi pipa air bersih ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Pipa horizontal : pipa mendatar yang menyalurkan air bersih pada
setiap lantai
2. Pipa riser : pipa vertikal yang menyalurkan air bersih dari roof
tank menuju pangkal pipa horizontal
Tabel 5.10 Salah Satu Segmen Dimensi Pipa Horizontal Air Bersih Gedung SMA
1 Kelapa Kampit
Lantai 1
SEGMEN DIMENSI
JENIS ALAT PU (UBAP) JUMLAH ALAT FAKTOR
No PLAMBING
PU (UBAP)
KUMULATIF PLAMBING PEMAKAIAN
PERKALIAN (BAJA
DARI KE KARBON)
1 WC1 A WCT 2 2 1 100 5 32

Sumber, Perhitungan, 2018

45
BAB VI
PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR BUANGAN

6.1 SKEMATIK SISTEM PERENCANAAN


6.1.1 Black Water

Gambar 6.1 Skematik Black Water


Sumber: Autocad, 2018

Pada perencanaan sistem plambing di Gedung Tempat Bimbingan Belajar ini, untuk
sistem pengaliran blackwater dapat dilihat seperti pada Gambar 6.1 diatas. Gambar tersebut
menjelaskan bahwa blackwater yang berasal dari tiap alat plambing di setiap lantai akan
dialirkan kebawah menuju control box yang nantinya akan dialirkan ke tangki septik.

46
6.1.2 Grey Water

Gambar 6.2 Skematik Grey Water


Sumber: Autocad, 2018
Pada perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri ini, untuk sistem pengaliran
greywater tidak jauh berbeda dengan sistem pengaliran blackwater. Dapat dilihat seperti
pada Gambar 6.2 diatas. Gambar tersebut menjelaskan bahwa greywater yang berasal dari
tiap alat plambing di setiap lantai juga akan dialirkan kebawah menuju control box yang
nantinya akan dialirkan ke tangki septik.

47
6.1.3 Vent

Pada perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri ini, untuk sistem pengaliran pada
vent dapat dilihat seperti pada Gambar 6.3 diatas. Gambar tersebut menjelaskan bahwa udara
atau gas yang dihasilkan dari buangan yang terdapat pada pipa blackwater tiap lantai akan
dialirkan keatas dan dibuang ke udara.

6.2 PENENTUAN DIMENSI PIPA


Perhitungan dimensi dilakukan dengan mempertimbangkan unit beban alat plambing
dari masing-masing alat plambing dan tabel referensi penentuan dimensi pipa berdasarkan
unit beban alat plambing tersebut. Penentuan Dimensi Pipa akan dijelaskan melalui tabel-
tabel berikut ini:
6.2.1 Black Water
Black Water termasuk dalam sistem pembuangan air kotor. Black Water adalah sistem
pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinoar, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya ( black water). Black Water dapat
disebutkan pula, merupakan alat plambing yang air buangannya berupa black water adalah
kloset dengan tanki gelontor dan peturasan.
Diameter pipa Black Water dapat dicari melalui penentuan dimensi pipa yang berada
pada sumber Soufyan (1993), data tabel diameter pipa black water hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

48
Tabel 6.1 Dimensi Pipa Black Water Lantai 1
Dimensi Pipa Black Water
segmen
Lantai Alat Plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi pipa
Dari Ke
UR 1 A Urinoir 2 2 2
WCT 1 A Water Closet 4 4 2
A B - - 6 2
UR 2 B Urinoir 2 2 2
B C - - 8 2
WCT 2 C Water Closet 4 4 2
C D - - 12 2.5
WCT 3 D Water Closet 4 4 2
D E - - 16 3
WCT 4 E Water Closet 4 4 2
E F - - 20 3
WCT 5 F Water Closet 4 4 2
Lantai 1
F G - - 24 3
WCT 6 G Water Closet 4 4 2
G H - - 28 3
WCT 7 H Water Closet 4 4 2
H I - - 32 3
UR 3 I Urinoir 2 2 2
I J - - 34 3
UR 4 J Urinoir 2 2 2
J K - - 36 4
WCT 8 K Water Closet 4 4 2
K L - - 40 4
UR 5 L Urinoir 2 2 2

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Dimensi Pipa Black Water


segmen
Lantai Alat Plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi pipa
Dari Ke
UR 1 A Urinoir 2 2 2
WCT
A Water Closet 4 4 2
1
A B - - 6 2
Lantai UR 2 B Urinoir 2 2 2
Tipikal B C - - 8 2
WCT
C Water Closet 4 4 2
2
C D - - 12 2.5
WCT D Water Closet 4 4 2

49
3
D E - - 16 3
WCT
E Water Closet 4 4 2
4
E F - - 20 3
WCT
F Water Closet 4 4 2
5
F G - - 24 3
WCT
G Water Closet 4 4 2
6
G H - - 28 3
WCT
H Water Closet 4 4 2
7
H I - - 32 3
UR 3 I Urinoir 2 2 2
I J - - 34 3
UR 4 J Urinoir 2 2 2
J K - - 36 4
WCT
K Water Closet 4 4 2
8
K L - - 40 4
UR 5 L Urinoir 2 2 2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
Dimensi Pipa Black Water
segmen
Lantai Alat Plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi pipa
Dari Ke
UR 1 A Urinoir 2 2 2
WCT 1 A Water Closet 4 4 2
A B - - 6 2
UR 2 B Urinoir 2 2 2
B C - - 8 2
WCT 2 C Water Closet 4 4 2
C D - - 12 2.5
WCT 3 D Water Closet 4 4 2
D E - - 16 3
WCT 4 E Water Closet 4 4 2
Lantai Atas
E F - - 20 3
WCT 5 F Water Closet 4 4 2
F G - - 24 3
WCT 6 G Water Closet 4 4 2
G H - - 28 3
WCT 7 H Water Closet 4 4 2
H I - - 32 3
UR 3 I Urinoir 2 2 2
I J - - 34 3
UR 4 J Urinoir 2 2 2

50
K - - 36 4
J
WCT 8 K Water Closet 4 4 2
K L - - 40 4
UR 5 L Urinoir 2 2 2

Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

Menentukan Dimensi Pipa Black Water


1. Melihat jalur pipa yang akan dihitung diameternya.
Contoh : ( Lantai 1)
WCT-1  ke A
2. Menentukan FU UBAP untuk Alat Plambing yang akan ditentukan diameternya
Contoh : WCT  FU UBAP WCT = 4
3. Mencari FU Cumulative. FU Cumulative merupakan kumulatif dari FU UBAP
Contoh : FU Cummulative WCT = 4
4. Menentukan diameter pipa dari hasil FU Cummulative  sesuai hasil maka diameter pipa
dari WCT-1 ke A 50 mm ( diameter dari literatur Soufyan, 1993)
5. Diameter diubah menjadi diameter pasaran yaitu 100 mm.
6.2.2 Grey Water
Adalah sistem pembuangan air bekas untuk air buangan yang berasal dari bathtub,
wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol
umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor
terlebih dahulu. Diameter pipa Grey Water dapat dicari melalui penentuan dimensi pipa yang
berada pada sumber Soufyan (1993) data tabel diameter pipa grey water hasil penentuan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6.5 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 1
Dimensi Pipa Grey Water
segmen UBAP Dimensi
lantai alat plambing UBAP
Dari Ke Kumulatif Pipa
FD 1 A Floor Drain 2 2 2
FD 2 A Floor Drain 2 2 2
A B - - 4 2
FD 3 B Floor Drain 2 2 2
Lantai 1
B C - - 6 2
LV 1 C Lavatory 1 1 1.5
C D - - 7 2
FD 4 D Floor Drain 2 2 2

51
D E - - 9 2.5
LV 2 E Lavatory 1 1 1.5
E F - - 10 2.5
FD 5 F Floor Drain 2 2 2
F G - - 12 2.5
FD 6 G Floor Drain 2 2 2
G H - - 14 2.5
FD 7 H Floor Drain 2 2 2
H I - - 16 3
LV 3 I Lavatory 1 1 1.5
I J - - 17 3
LV 4 J Lavatory 1 1 1.5
J K - - 18 3
FD 8 K Floor Drain 2 2 2
K L - - 20 3
FD 9 L Floor Drain 2 2 2
L M - - 22 3
FD 10 M Floor Drain 2 2 2
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.6 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 2


Dimensi Pipa Grey Water
segmen
lantai alat plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi Pipa
Dari Ke
FD 1 A Floor Drain 2 2 2
FD 2 A Floor Drain 2 2 2
A B - - 4 2
FD 3 B Floor Drain 2 2 2
B C - - 6 2
LV 1 C Lavatory 1 1 1.5
C D - - 7 2
FD 4 D Floor Drain 2 2 2
D E - - 9 2.5
LV 2 E Lavatory 1 1 1.5
Lantai Tipikal
E F - - 10 2.5
FD 5 F Floor Drain 2 2 2
F G - - 12 2.5
FD 6 G Floor Drain 2 2 2
G H - - 14 2.5
FD 7 H Floor Drain 2 2 2
H I - - 16 3
LV 3 I Lavatory 1 1 1.5
I J - - 17 3
LV 4 J Lavatory 1 1 1.5

52
J K - - 18 3
FD 8 K Floor Drain 2 2 2
K L - - 20 3
FD 9 L Floor Drain 2 2 2
L M - - 22 3
FD 10 M Floor Drain 2 2 2

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018


Tabel 6.7 Dimensi Pipa Grey Water Lantai Atas
Dimensi Pipa Grey Water
segmen UBAP Dimensi
lantai alat plambing UBAP
Dari Ke Kumulatif Pipa
FD 1 A Floor Drain 2 2 2
FD 2 A Floor Drain 2 2 2
A B - - 4 2
FD 3 B Floor Drain 2 2 2
B C - - 6 2
LV 1 C Lavatory 1 1 1.5
C D - - 7 2
FD 4 D Floor Drain 2 2 2
D E - - 9 2.5
LV 2 E Lavatory 1 1 1.5
E F - - 10 2.5
FD 5 F Floor Drain 2 2 2
F G - - 12 2.5
FD 6 G Floor Drain 2 2 2
Lantai G H - - 14 2.5
Atas FD 7 H Floor Drain 2 2 2
H I - - 16 3
FD 8 I Floor Drain 2 2 2
I J - - 18 3
FD 9 J Floor Drain 2 2 2
J K - - 20 3
LV 3 K Lavatory 1 1 1.5
K L - - 21 3
LV 4 L Lavatory 1 1 1.5
L M - - 22 3
FD 10 M Floor Drain 2 2 2
M N - - 24 3
FD 11 N Floor Drain 2 2 2
N O - - 26 3
FD 12 O Floor Drain 2 2 2

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

53
Menentukan Dimensi Pipa Grey Water
1. Melihat jalur pipa yang akan dihitung diameternya.
Contoh : ( Lantai 1)
FD-1  ke A
2. Menentukan FU UBAP untuk Alat Plambing yang akan ditentukan diameternya
Contoh : FD  FU UBAP FD ( Floor Drain )= 1
3. Mencari FU Cumulative. FU Cumulative merupakan kumulatif dari FU UBAP
Contoh : FU Cummulative FD = 1
4. Menentukan diameter pipa dari hasil FU Cummulative  sesuai hasil maka diameter pipa
dari FD-1 ke A 32 mm ( diameter dilihat dari literatur Soufyan,1993)
5. Diameter diubah menjadi diameter pasaran yaitu 50 mm.
6.2.3 Vent
Alat plambing yang menggunakan atau yang dilayani vent adalah alat plambing yang
menghasilkan air buangan black water. Perhitungan dimensi pipanya, sama dengan
perhitungan untuk pipa grey water atau black water tetapi menggunakan tabel referensi yang
berbeda untuk penentuan dimensi berdasarkan UBAP yang dimiliki masing-masing segmen.
Sistem ven merupakan bagian penting dalam sistem suatu pembuangan, sedangkan tujuan
dari sistem ven ini antara lain: Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan ;
Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan; Mensirkulasi udara dalam pipa
pembuangan. Karena tujuan utama dari sistem ven ini adalah menjaga agar perangkap tetap
mempunyai sekat air, oleh karena itu pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Dibawah ini merupakan data hasil penentuan dimensi
vent berdasarkan ketentuan dari literatur ( Soufyan, 1993 ). Ukuran pipa ven didasarkan pada
unit beban alat plambing dari pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pipa ven
tersebut, Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven” di bawah lantai, tidak
boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.

54
Tabel 6.9 Ukuran dan Panjang Pipa Vent

Sumber: Noerbambang, 1993


Berikut ini merupakan hasil perhitungan penentuan dimensi pipa vent :
Tabel 6.10 Dimensi Vent Lantai 1
Dimensi Pipa Vent
Segmen
Lantai Alat Plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi
Dari Ke
UR 1 A Urinoir 2 2 2
UR 2 A Urinoir 2 2 2
WCT 1 A Water Closet 2,5 2,5 2
A B - - 6,5 2
WCT 2 B Water Closet 2,5 2,5 2
B C - - 9 2.5
WCT 3 C Water Closet 2,5 2,5 2
WCT 4 C Water Closet 2,5 2,5 2
WCT 5 C Water Closet 2,5 2,5 2
Lantai 1
WCT 6 C Water Closet 2,5 2,5 2
C D - - 19 3
WCT 7 D Water Closet 2,5 2,5 2
D E - - 21,5 3
WCT 8 E Water Closet 2,5 2,5 2
E F - - 24 3
UR 3 F Urinoir 2 2 2
UR 4 F Urinoir 2 2 2
UR 5 F Urinoir 2 2 2

Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

55
Tabel 6.11 Dimensi Vent Lantai 2
Dimensi Pipa Vent
Segmen
Lantai Alat Plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi
Dari Ke
UR 1 A Urinoir 2 2 2
UR 2 A Urinoir 2 2 2
WCT 1 A Water Closet 2,5 2,5 2
A B - - 6,5 2
WCT 2 B Water Closet 2,5 2,5 2
B C - - 9 2.5
WCT 3 C Water Closet 2,5 2,5 2
WCT 4 C Water Closet 2,5 2,5 2
WCT 5 C Water Closet 2,5 2,5 2
Lantai Tipikal
WCT 6 C Water Closet 2,5 2,5 2
C D - - 19 3
WCT 7 D Water Closet 2,5 2,5 2
D E - - 21,5 3
WCT 8 E Water Closet 2,5 2,5 2
E F - - 24 3
UR 3 F Urinoir 2 2 2
UR 4 F Urinoir 2 2 2
UR 5 F Urinoir 2 2 2
Tabel 6.12 Dimensi Vent Lantai Atas
Dimensi Pipa Vent
Segmen
Lantai Alat Plambing UBAP UBAP Kumulatif Dimensi
Dari Ke
UR 1 A Urinoir 2 2 2
UR 2 A Urinoir 2 2 2
WCT 1 A Water Closet 2,5 2,5 2
A B - - 6,5 2
WCT 2 B Water Closet 2,5 2,5 2
B C - - 9 2.5
WCT 3 C Water Closet 2,5 2,5 2
WCT 4 C Water Closet 2,5 2,5 2
WCT 5 C Water Closet 2,5 2,5 2
Lantai Atas
WCT 6 C Water Closet 2,5 2,5 2
C D - - 19 3
WCT 7 D Water Closet 2,5 2,5 2
D E - - 21,5 3
WCT 8 E Water Closet 2,5 2,5 2
E F - - 24 3
UR 3 F Urinoir 2 2 2
UR 4 F Urinoir 2 2 2
UR 5 F Urinoir 2 2 2

56
Menentukan Dimensi Pipa Vent
1.Melihat jalur pipa yang akan dihitung diameternya.
Contoh : ( Lantai 1)
WCT-1  ke A
2.Menentukan FU UBAP untuk Alat Plambing yang akan ditentukan diameternya
Contoh : WCT FU UBAP = 4
3.Mencari FU Cumulative. FU Cumulative merupakan kumulatif dari FU UBAP
Contoh : FU Cummulative FD = 1
4. Menentukan diameter pipa dari hasil FU Cummulative  sesuai hasil maka diameter pipa
dari WCT-1 ke A 40 mm ( diameter dilihat dari literatur Soufyan,1993).

57
BAB VII
PERENCAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN

1.1 Penentuan Dimensi Pipa


Skema sistem instalasi perpipaan air hujan pada Mall Arthasuri dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 7.1 Sistem Perpipaan Air Hujan

Sistem penyaluran air hujan untuk Mall Arthasuri ini adalah air hujan dari
bagian atas (atap) ditampung melalui pipa mendatar (gutter) dan disalurkan ke bawah
(tanah) melalui pipa tegak (leader).
1.2 Perhitungan Debit Air Hujan
Faktor yang mempengaruhi perhitungan debit air hujan adalah:
 Jenis atap
 Luas atap pada proyeksi datar
 Curah hujan
Curah hujan rata-rata diasumsikan sebesar = 80 mm/jam = 80 mm = 0,08 m
asumsi ini berdasarkan nilai rata rata curah hujan kota Bandung.

58
1.3 Perhitungan Catchment Area

Gambar 7.2 Segmen Air Hujan di Mall Arthasuri


Sebelum menentukan diameter pipa tegak dan pipa mendatar pembuangan air
hujan maka luas bangunan perlu dibagi terlebih dahulu yakni membagi panjang dan
lebar bangunan dan dibagi sesuai segmen yang di inginkan (Asumsi dibagi menjadi 4
segmen)
Perhitungan Luas Catcment Area :
Luas atap Tiap segmen
A = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2
B = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2
C = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2
D = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2

E = Panjang x Lebar
= 12 m x 6 m
= 72 m2
F = Panjang x Lebar
= 12 m x 6 m
= 72 m2
Luas atap Keseluruhan = (108 m2 x 4) + (72 m2 x 2)
= 576 m2

59
7.4 Penentuan Dimensi Pipa
Dalam menentukan dimensi pipa talang air baik pipa horsontal dan pipa tegak perlu
diperhatikan curah hujan dan luas catchment area sehingga dapat ditentukan diameter
yang perlu digunakan
Tabel 7.1 Diameter Pipa Horisontal dan Pipa Tegak Talang Air

Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

60
PUSTAKA

1. Ayuwanjani, R. W. 2008. Budidaya Lele Dumbo Sebagai Alternatif Pengolahan


Limbah Cair Rumah Tangga. SMK Negeri 1 Selong, Lombok Timur.
2. Babbit, Harold E. 1960. Plumbing. McGraw Hill Book Company. United States of
America.
3. Dwidjoseputro. 1981. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
4. Kusnoputranto, Haryoto.1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta.
5. Mara, D., 2004, “Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries”,
Eartscan, USA.
6. Moh. Noerbambang, Soufyan dan Morimura, Takeo. 1993. Perencanaan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
7. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
8. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
9. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
10. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem
Plambing, 2005
11. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada
Bangunan Gedung, 2015.
12. Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta

61

Anda mungkin juga menyukai