Anda di halaman 1dari 121

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini, pembangunan menjadi salah satu hal yang berkembang
pesat di Indonesia. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan pembangunan yang cukup tinggi
dalam sektor properti seperti kantor, apartemen, dan bangunan lainnya. Sektor properti
pertama yang mempengaruhi pertumbuhan yakni perkantoran. Terlihat dari sektor
perkantoran yang semula hanya didirikan di pusat kota sekarang sudah menyebar ke daerah-
daerah kecil. Hal ini dikarenakan keterbatasan wilayah yang tersedia, sehingga selain
menyebar ke daerah kecil, pola pembangunan gedung ini dilakukan secara horizontal aatau
pembangunan bertingkat agar dapat membangun gedung tanpa menghabiskan banyak lahan.
Dengan bertumbuhnya sector perkantoran yang menjamur di Indonesia, memerlukan
sistem perencanaan yang mumpuni dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, untuk merencanakan
pembangunan sebuah gedung perkantoran dibutuhkan system plambing yang memadai. Hal
ini dikarenakan sistem plambing merupakan faktor utama dan terpenting dalam pembangunan
gedung. Sistem plambing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung,
oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai
dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih
baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai atau air
kotor dari peralatan saniter ke tempat yangditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian
lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya. Agar menghasilkan suatu system plambing
yang baik, maka dibutuhkan perhitungan dan perencanaan yang matang, sehingga ke
depannya dapat memberikan pelayanan yang baik bagi para pekerja.
Fungsi dari sistem plambing ini sendiri adalah untuk menyediakan air bersih ke
tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup dan jumlah yang sudah
ditentukan, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian-
bagian yang lainnya. Jenis peralatan plambing di gedung perkantoran yaitu peralatan untuk
penyediaan air bersih, peralatan untuk pembangunan tadah hujan, air bekas, air kotor, dan
ven, serta peralatan saniter.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari adanya tugas plambing ini untuk merencanakan sistem plambing
kantor sebagai sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air bekas dan
air kotor, serta dapat mempelajari peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam
sistem plambing tersebut.

1
1.2.2 Tujuan
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan
yang cukup
2. Membuang air bekas dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian-
bagian penting lainnya
3. Mengatur jalan perpipaan di dalam gedung kantor sesuai perhitungan

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup atau batasan dalam perencanaan sistem plambing
gedung bertingkat tiga ini adalah sebagai berikut :
Dasar teori yang mendukung perencanaan sistem plambing
a) Alat – alat plambing
b) Sistem penyediaan air bersih, meliputi kebutuhan air, kapasitas reservoir,
pompa, dan dimensi pipa air bersih
c) Sistem air buangan dari vent
d) Fire Hydrant
 Perhitungan – perhitungan
a) Kebutuhan air bersih
b) Dimensi pipa air bersih, air buangan, dan vent
c) Headloss dan pompa
d) Kapasitas ground reservoir dan roof tank
 Gambar – gambar
a) Denah sistem secara keseluruhan
b) Detail ruang saniter
c) Isometri pipa untuk air bersih, air buangan, vent, dan fire hydrant

2
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN PLAMBING

2.1 Sistem dan Peralatan Plambing


2.1.1 Definisi Sistem dan Alat Plambing
Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air
kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat yang berupa
peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar peralatan dan standar instalasinya.
Plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan
gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu
sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian
kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut. Pada jenis
penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan dari bangunan yang
bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan sistem plambing dibatasi pada
pendistribusian dan penyediaan air bersih.
Di Indonesia, dasar hukum tentang plambing yaitu Pedoman Plambing Indonesia
Edisi Tahun 1979, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kesulitan bahkan
kegagalan yang terjadi dalam sistem plambing. Berdasarkan survey dari 200 kasus di jepang
pada tahun 1978 (noerbambang morimura, 1991) menunjukan bahwa kegagalan sistem
plambing terjadi pada tahap perencanaan/ desain serta tahap pelaksanaan/ pemasangan,
dengan gambaran sebagai berikut :
a) 37% disebabkan karena kurang cermatnya perancangan.
b) 34% disebabkan oleh kurang-baiknya pemasangan.
c) 29% disebabkan masalah getaran dan kebisingan yang berasal dari mesin dan
sistem pipa.

Di dalam sistem plambing, dikenal dengan istilah “peralatan plambing”.


(Noerbambang dan Morimura, 1993) Peralatan plambing tersebut meliputi :
a) Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum
b) Peralatan untuk penyediaan air panas
c) Peralatan untuk pembuangan dan ven
d) Peralatan saniter (plumbing fixtures)

Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan – peralatan tersebut di atas, istilah
“peralatan plambing” seringkali digunakan untuk mencakup :
a) Peralatan pemadam kebakaran
b) Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)
c) Peralatan untuk penyediaan gas

3
d) Peralatan dapur
e) Peralatan untuk mencuci (laundry)
f) Peralatan pengolah sampah
g) Berbagai instalasi pipa lainnya

2.1.2 Fungsi Sistem Plambing


Fungsi dari sitem plambing adalah :
1. Menyediakan air bersih ke tempat – tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan
jumlah aliran yang cukup.
2. Membuang air buangan dari tempat – tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian
penting lainnya.
3. Fungsi pertama, berkaitan dengan penyediaan air bersih, dilaksanakan oleh sistem
penyediaan air bersih. Sistem ini bertujuan untuk menyediakan air bersih yang
cukup berlebihan. Sedangkan fungsi kedua, yaitu berkaitan dengan pembuangan
air kotor, dilakukan oleh sistem pembuangan dan ven.

2.1.3 Peralatan Saniter


Peralatan saniter merupakan peralatan dalam sistem penyaluran air buangan pada
suatu gedung yang dipasang untuk menjaga kesehatan penghuninya. Peralatan saniter
tersebut harus terbuat dari :
1. Bahan yang tidak dapat mengoksidasi (non oxidizing materials)
2. Bahan yang tidak dapat menyerap (non absorbent materials)
3. Bahan dengan permukaan yang halus, kedap air (impervious) dan tahan terhadap
korosi serta abrasi
4. Bahan yang terbebas dari cacat dan tahan lama digunakan untuk kegiatan sesuai
dengan peruntukannya.
Bahan untuk peralatan sniter, terutama bahan untuk pipa dibagi menjadi 2 yaitu bahan
logam dan non logam. Pipa logam terbagi lagi menjadi 2 yaitu yang mengandung besi seperti
stainless steel dan chrome steel yang tidak mengandung besi, contohnya pipa yang berbahan
aluminium. Sedangkan untuk pipa yang non logam antara lain yang terbuat dari plastik,
keramik, dan gelas.Kloset duduk atau jongkok yang menggunakan tangki gelontor atau tidak,
dengan kapasitas gelontor tidak melebihi 6 Liter untuk buang air besar, dan 4 Liter untuk air
kecil. Adapun jenis-jenis kloset diantaranya :
1. Kloset umum
Kloset yang diperuntukkan bagi semua orang yang dalam kondisi normal, dengan
ukuran dan spesifikasi tertentu untuk manusia normal secara fisik.
2. Kloset anak-anak
Kloset yang diperuntukkan bagi anak-anak, dengan ukuran anak dan
spesifikasitertentu.

4
3. Kloset difabel
Kloset yang diperuntukkan bagi orang yang mempunyai kebutuhan khusus,
dengan spesifikasi dan ukuran tertentu.
4. Kloset duduk dan jongkok
Kloset yang digunakan untuk keperluan umum sesuai kebiasaan dan standar
yangberlaku.

Gambar 2.1 Kloset duduk


Sumber :SNI 8153:2015

Gambar 2.2 kloset jongkok


Sumber :SNI 8153:2015
Selain itu bahan untuk peralatan saniter yang sengat populer untuk saat ini adalah
porselen atau keramik. Sebab, selain biaya pembuatannya tergolong cukup murah ditinjau
dari segi sanitasipun juga sangat baik.Adapun jenis peralatan saniter antara lain :

1. Kloset
Dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya, antara lain :
a. Type Wash-Out

5
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini sekarang
dilarang di Indonesia karena kronstruksinya berdampak pada timbulnya bau yang
tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna.

Gambar 2.3 Konstruksi mangkuk kloset air jenis bilas–keluar


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 268

b. Type Wash-Down
Tipe ini lebih baik daripada wash-out, bau yang timbul akibat sisa kotoran
lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out.

Gambar 2.4 Konstruksi dari mangkuk kloset air jenis bilas-bawah


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 268

c. Type Siphon
Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit
dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air buangan
tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih berkurang lagi
pada tipe ini.

Gambar 2.5 Konstruksi mangkuk kloset air jenis sifon


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 270

6
d. Type Siphon-jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan
memancarkan air dalam sekat melallui suatu lubang kecil searah aliran air
buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak.

Gambar 2.6 Konstruksi mangkuk kloset air jenis sifon jet


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 271

e. Type Blow-Out
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat, tapi
akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1kg/cm.
2. Lavatory
Lavatory merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mencuci tangan
dan biasanya sering kita sebut sebagai wastafel. Pada umumnya bahan yang digunakan
adalah porselen dan dalam pemasangannya biasanya dilengkapi dengan faucet.

Gambar 2.7 Konstruksi mangkuk kloset air jenis sifon jet


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 271

3. Peturasan atau Urinal


Urinal harus memiliki pemakaian air pembilas rata-rata tidak melebihi 4 Liter.Yang
perlu diperhatikan tentang urinal:
1. Jenis urinal palung harus memenuhi persyaratan penggelontoran;
2. Jenis urinal yang diterapkan harus dilengkapi dengan pancuran air;
3. Dinding dan lantai urinal

7
Dinding dan lantai yang berdekatan dengan urinal harus dari bahan yang tahan
karat
dan rapat air sekurang-kurangnya sepanjang 30 cm di depan bibir urinal, 30
cm dari
kedua tepinya dan 120 cm diatas lantai. Dinding depan urinal dengan tinggi
sekitar 20cm untuk menghindari percikan air;
4. Urinal yang dilarang
Urinal yang menyambung dan urinal dengan perapat tidak terlihat.

Gambar 2.8 Jenis Urinal


Sumber :SNI 8153:2015
Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, dimana yang paling
banyak digunakan adalah tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang
peturasan berbentuk mirip “talang” terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dalamnya talang 15 cm atau lebih.
2. Pipa pembuangan ukuran 40mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan.
3. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang
belakang talang dengan lapisan air.
4. Laju aliran air penggelontor dapat dapat ditentukan dengan menganggap setiap
45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.

4. Bak Cuci Piring


a. Lubang pembuangan
Bak cuci piring harus dilengkapi dengan saluran pembuangan air kotor
dengandiameter sekurang-kurangnya 40 mm.
b. Syarat penggunaan unit penggerus sisa makanan
Unit penggerus sisa makanan tidak boleh dipasang sebagai bagian dari sistem
plambing, kecuali bila khusus dibenarkan.
c. Lubang pembuangan untuk penggerus sisa makanan

8
Bak cuci piring yang dilengkapi dengan penggerus sisa makanan harus
mempunyai
lubang berdiameter sekurang-kurangnya 90 mm.

Gambar 2.9 Lubang pembuangan untuk sisa penggerus makanan


Sumber :SNI 8153:2015

d. Pengatur air untuk penggerus sisa makanan


Unit penggerus sisa makanan yang dipasang pada bak cuci piring harus
dilengkapidengan pengatur otomatis atau manual, sehingga unit tersebut hanya
dapat bekerjaapabila air mengalir.

5. Bak cuci tangan


1. Lubang pembuangan
Bak cuci tangan harus mempunyai lubang pembuangan air dan berukuran
sekurang-kurangnya 32 mm.
2. Penempatan bak cuci tangan majemuk
Penempatan bak cuci tangan majemuk seperti bak cuci bulat atau pencucian
yangdisusun menerus dalam ruangan harus disesuaikan dengan penempatan
bak cucitunggal. Dengan ketentuan jarak antar tepi bak cuci adalah 45 cm dan
jarak antar aspipa pembuangan maksimum 75 cm.

Gambar 2.10 - Bak cuci tangan majemuk


Sumber :SNI 8153:2015

9
Gambar 2.11 Bak cuci tangan majemuk
Sumber :SNI 8153:2015

2.1.4 Fitting Saniter


Beberapa jenis fitting saniter antara lain :
1. Kran air, ada beberapa macam yaitu :
a) Kran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
b) Kran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci
tangan.
c) Kran air yang laju airnya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu kran atau
katup pelampung.
2. Katup gelontor dan tangki gelontor
a) Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor, untuk kloset dan
peturasan.
b) Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang
harus dijalankan oleh orang.

2.1.5 Jenis Pipa


Pipa merupakan salah satu alat yang tidak dapat dipisahkan dalam perencanaan dan
perancangan bangunan gedung, karena fungsi dari pipa itu sendiri yaitu untuk mengalirkan
air ke tempat yang membutuhkan dengan kualitas air sesuai kebutuhan. Sedangkan pipa yang
sering digunakan adalah pipa jenis pipa baja, pipa PVC, dan pipa besi. Kecapatan aliran air
yang terlampau tinggi akan dapat menimbulkan pukulan air, dan menimbulkan suara berisik
dan kadang-kadang menimbulkan ausnya permukaan dalam dari pipa. Biasanya digunakan
standar kecapatan 0,9 sampai 2,0 m/detik, dan batas maksimumnya berkisar anatara 1,5
sampai 2,0 m/detik. (Noerbambang dan Morimura, 1991).
Dalam perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah pipa.
Jenis – jenis pipa yang biasa digunakan dalam sistem plambing, secara garis besar ada dua
kelompok, yaitu :

10
a. Pipa logam
Pipa logam sangat kuat, tebal dan tahan terhadap panas. Namun jenis pipa ini
mempunyai kelemahan yaitu dapat berkarat sehingga air menjadi kotor dan bau.
Jenis pipa logam antara lain yaitu :
 Pipa besi (cast iron)
Pipa besi biasa digunakan untuk menyalurkan air buangan. Pipa jenis ini
tahan terhadap korosi.
 Pipa galvanis
Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian
dari suatu tower air yang menjadi penghubung dari mesin air ke tandon di
atas tower.
 Pipa tembaga
 Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu
gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat
konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.

Gambar 2.12 Gambar pipa logam


b. Pipa plastic
Pipa plastik terdiri dari pipa PVC (Polyvinyl Chloride), pipa PE (Polyethylene),
dan pipa PP (Polyprophylene).
 Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)
Biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam gedung, Pipa
PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah,
menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC dibagi dalam 4
kelas yaitu :
 Kelas AW (VP) dengan tekanan kerja 10 kg/cm².
 Kelas AZ dengan tekanan kerja 8kg/cm².
 Kelas D (VU) dengan tekanan kerja 5 kg/cm².
 Kelas C untuk saluran kabel listrik.
 Pipa PE (Polythylene)
 Pipa PP (Polyprophylene)

11
Gambar 2.13 Gambar pipa plastic (PVC)

2.2 Kebutuhan Air Bersih


2.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air
1. Pencegahan Pencemaran Air
Sistem penyediaan air bersih meliputi beberapa peralatan seperti tangki air
bawah tanah, tangki air diatas atap, pompa, perpipaan, dan sebagainya. Dalam
peralatan ini, air bersih harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang dituju tanpa
mengalami pencemaran. Pencegahan pencemaran lebih ditekankan pada sistem
penyediaan air bersih, yang merupakan faktor terpenting ditinjau dari segi
kesehatan. Hal–hal lain yang dapat menyebabkan pencemaran yaitu masuknya
kotoran, hewan, serangga ke dalam tangki, terjadinya karat dan rusaknya bahan
tangki dan pipa; terhubungnya pipa air minum dengan pipa lainya; tercampurnya
air bersih dengan air dari jenis kualitas lainnya; aliran balik (back flow) air jenis
kualitas lain ke dalam pipa air bersih. Beberapa langkah pencegahan pencemaran
yang dapat dilakukan :
 Larangan hubungan pintas
Hubungan Pintas (cross connection) adalah hubungan fisik antara dua sistem
pipa yang berbeda, sistem pipa untuk air bersih dan sistem pipa lain yang
berisi air yang diragukan kualitasnya, dimana air akan mengalir dari satu
sistem lainya. Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh
terendam dalam air kotor atau bahan tercemar lainnya.
 Pencegahan aliran balik
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau campuran
kedalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber lain. Aliran
balik berkaitan dengan hubungan pintas dan ini disebabkan aleh terjadinya
aliran masuk dala pipa air bersih dari air bekas, air tercemar, dari peralatan
saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.
2. Kualitas Air Bersih
Dalam sistem plambing memiliki prinsip dasar yaitu penyediaan air, air yang
dimaksud dalam hal ini adalah air bersih yang memiliki kualitas air yang layak
minum. Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem yang dirancang dan

12
dipasang untuk menyalurkan air bersih dalam suatu gedung untuk mendukung
kelangsungan aktivitasnya. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap
baik merupakan prioritas yang utama. Adapun standar dari air minum (air bersih)
yang layak digunakan dari tiap negara memiliki standar baku yang berbeda-beda,
banyak negara telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kulaitas air minum untuk negara-
negara yang sedang berkembang dan alat angkutan internasional (kapal dan
pesawat terbang). Untuk penyediaan air bersih untuk tiap gedung memiliki sistem
yang berlainan tergantung dari kondisi lahan (area) tempat dimana gedung
tersebut berdiri. Sistem penyediaan air bersih dapat berupa air dingin maupun air
panas. Dalam prosesnya untuk meyediakan air bersih diperlukan perencanaan,
pemasangan dan perawatan dari berbagai peralatan yang akan digunakan dengan
baik dan matang sehingga alat-alat yang digunakan untuk menyalurkan air bersih
itu tidak menimbulkan pencemaran.
3. Pencegah Pukulan Air
Bila aliran air dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh katup, tekanan air
pada sisi atas (up stream) akan meningkat dengan tajam, dan menimbulkan
tekanan yang merambat dengan kecepatan tertentu dan kemudian dapat
dipantulkan kembali ketempat semula. Gejala ini menyebabkan kenaikan tekanan
yang tajam sehingga menyerupai suatu pukulan yang disebut “gejala pukulan air”
(water hammer). Tekanan yang timbul disebut tekanan pukulan air (water
hammer pressure). Pukulan ini menyebabkan berbagai kesulitan seperti kerusakan
pada peralatan plambing dan getaran pada sistem pipa

2.2.2 Sistem Penyediaan Air bersih


Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Penyediaan air
minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak negara telah
menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah
yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, air baku haruslah diolah
dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang
berlaku (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000)
Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu populasi, iklim, kebiasaan
dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan malam, tersedia langsung
bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air, sehingga ketersediaan air ini bisa berkelanjutan
dan memenuhi kebutuhan akan air itu sendiri baik masa sekarang maupun akan datang.
Untuk mendapatkan kebutuhan air yang cukup besar tentunya harus dilakukan pencarian
sumber air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti air tanah (air tanah
dangkal, air tanah dalam dan mata air) dan air permukaan (danau, sungai, dan sebagainya)
(Suripin, 2004).

13
Pada sistem plambing pada bangunan gedung terdapat empat sistem penyediaan
air bersih, yaitu sistem sambungan langsung, sistem tangki atap, sistem tangki tekan, dan
sistem tanpa tangki.Menurut Morimura dan Noerbambang (1985), sistem penyediaan air
bersih yang saat ini banyak digunakan dapat dikelompokan menjadi :
a. Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih (misalnya pipa utama di bawah jalan dari Perusahaan
Air Minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang
biasanya diatur atau ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
b. Sistem Tangki Atap
Apabila sistem sambungan langsung karena berbagai alasan tidak dapat
diterapkan, sebagai gantinya banyak yang menggunakan sistem tangki atap. Dalam
sistem ini, air ditampung lebih dahulu di dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau lantai tertinggi bangunan. Dari
tangki ini air didistribusikan ke suluruh bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan karena alasan-alasan berikut :
 Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing
hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka
air dalam tangi atap.
 Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dmatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
 Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan sistem lain,
misalnya tagki tekan.

Gambar 2.14 Sistem tangki atas


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 33

14
c. Sistem Tanpa Tangki
Dalam sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan atau tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan
pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama Perusahaan Air
Minum). Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air
Minum maupun pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (untuk umum).

Gambar 2.15 Sistem tangki atas


Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 34

d. Sistem Tangki Tekan


Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana oleh karena suatu alasan
tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah air
yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti sistem tangki atap), dipompakan
ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Air
dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja
secara otomatis yang diatur oleh suatu detector tekanan, yang menutup atau
membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau
tekanan tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Kelebihan dari
sistem tangki tekan antara lain:
a) Lebih menguntungkan dari segi estetika karenatidak terlalu menyolok
dibandingkan dengan tangki atap.
b) Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa
lainnya.
c) Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang diatas
menara.

15
Sedangkan kekurangan dari sistem tangki tekan antara lain :
a) Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm sangat besar dibandingkan dengan
sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya. Fluktuasi yang
besar ini dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat
plambing, dan pada alat pemanas gas dapat dihasilkan air dengan temperature
yang berubah.
b) Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali
hars ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh
air dalam tangki.
c) Sistem tangki tekandapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti
tangki atap.
d) Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relative sedikit,
maka pmpa akan sering bekerja dan hal ini akan menyebabkan keausan pada
saklar lebih cepat.

2.2.3 Persyaratan Penyediaan Air Bersih


Dalam penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan agar air bersih dapat disalurkan dengan baik dan
berkesinambungan. Syarat-syarat tersebut sebagi berikut :
1. Persyaratan Kualitas
Air bersih yang masuk kedalam bangunan atau masuk ke dalam
sistem plambing air bersih harus memenuhi syarat kualitas air bersih, yaitu syarat
fisik, kimiawi, dan bakteriologi, yang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII /2002.
2. Persyaratan Kuantitas
Air bersih yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air bersih harus memenuhi syarat kuantitas air bersih yaitu kapasitas air
bersih harus mencukupi berbagai kebutuhan air bersih bangunan gedung tersebut.
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air bersih dalam bangunan gedung
didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
 Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang
tidak permanen,
 Unit beban alat plambing,
 Luas lantai bangunan.
3. Persyaratan Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih erat hubungannya dengan
kuantitas air yang tersedia, yaitu air baku. Arti kontinuitas disini adalah bahwa air
baku untuk air bersih yang digunakan dapat diambil terus menerus dengan

16
fluktuasi debit yang relatife tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan.

2.2.4 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran


Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian
air. Tekanan yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa sakit apabila terkena pancaran air
dan mempercepat terjadinya kerusakan alat plambing, serta menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air. Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah 1,0
kg/cm2 , sedangkan tekanan static sebaiknya diantara 4,0-5,0 kg/cm2 untuk perkantoran. Di
samping itu, beberapa macam peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau
tekanan airnya kurang dari batas minimum yang sudah ditentukan. Berikut tabel besarnya
tekanan minimum :

Tabel 2.1 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing


No Nama Alat Plambing Tekanan yang diperlukan
(Kg/cm²)
1. Katup gelontor kloset 0.7
2. Katup gelontor peturasan 0.4
3. Kran yang menutup otomatik 0.7
4. Pancuran mandi, dengan panacaran air halus 0.7
5. Pancuran mandi biasa 0.35
6. Kran biasa 0.3
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 50

Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan
terjadinya pukulan air, dan menimbukan kebisingan serta terkadang juga menyebabkan
ausnya permukaan air di dalam pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0,9-1,2
m/detik, dan batas maksimumnya berkisar antara 1,5-2,0 m/detik. Batas kecepatan 2,0
m/detik sebaiknya diterapkan di dalam penentuan pendahuluan ukuran pipa. Di lain pihak,
kecepatan yang terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek yang kurang baik jika
ditinjau dari segi korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air.

2.2.5 Penaksiran Laju Aliran Air (water flow rate)


Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas peralatan
dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan pada
bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian
keadaan sesungguhnya. Kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin
mendekati keadaan yang sesungguhnya setelah bangunan digunakan (Soufyan, Morimura,
Takeo 1999).Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran
air, diantaranya adalah :

17
 Metode berdasarkan jumlah penghuni
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni
dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian, jumlah pemakaian air dalam
sehari dapat diperkirakan , walaupun jenis atau jumlah alat plambing belum
ditentukan. Metode ini praktis untuk melakukan tahan perencanaan atau
perancangan. Angka pemakaian air yang dapat diperoleh dari metode ini biasanya
digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, dan pompa.
Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanya pipa penyediaan
air (pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa dalam seluruh jaringan.
Berikut adalah tabel pemakaian rata-rata air per orang per hari, yang dapat
membantu perencanaan dan perhitungan perencanaan sebuah gedung.

Tabel 2.2 Pemakaian air rata – rata per orang setiap hari
Jangka waktu
Pemakaian Perbandingan
Jenis pemakaian
No air rata – luas lantai Keterangan
Gedung air rata rata
rata sehari efektif / Total
( Jam )
Perumahan
1 250 8 - 10 42 - 45 Setiap penghuni
mewah
Rumah
2 160 - 250 8 – 10 50 - 53 Setiap penghuni
biasa
Mewah 250 liter
3 Apartement 200 - 250 8 - 10 45 - 50 Menengah 180 Liter
Bujangan 120 Liter
4 Asrama 120 8 Bujangan
( Setiap tempat tidur
Mewah >
Pasien )
1000
Pasien Luar : 8 Liter
Menengah
5 Rumah sakit 8 - 10 45 - 48 Staf / Pegawai : 120
500 – 1000
Liter
Umum >
Keluarga Pasien :
350 - 500
160 Liter
Sekolah
6 40 5 58 – 60 Guru : 100 Liter
dasar
7 SLTP 50 6 58 – 60 Guru : 100 Liter
SLTA dan Guru / dosen :100
8 80 6
Lebih Tinggi Liter
Runah – Penghuninya :160
9 100 – 200 8
toko Liter

18
Jangka waktu
Pemakaian Perbandingan
Jenis pemakaian
No air rata – luas lantai Keterangan
Gedung air rata rata
rata sehari efektif / Total
( Jam )
Gedung
10 kantor 100 8 60 – 70 Setiap Pegawai

Toserba (
Pemakaian air hanya
toko serba
untuk kakus, belum
11 ada, 3 7 55 – 60
termasuk untuk
departement
bagian restorannya
store
Buruh pria Per orang, setiap
Pabrik / : 60 giliran (kalau kerja
12 8
Industri Wanita : lebih dari 8 jam
100 sehari )
Setiap penumpang
Stasiun /
13 3 15 (yang tiba maupun
terminal
berangkat )
Untuk Penghuni :
14 Restoran 30 5
160 Liter
Untuk Penghuni :
160 Liter
Pelayan : 100 Liter
Restoran
15 15 7 70 % dari jumlah
Umum
tamu perlu 15 Liter /
Org untuk kakus,
cuci tangan dsb
Kalau digunakan
siang dan malam,
Gedung
16 30 5 53 – 55 pemakaian air
Pertunjukan
dihitung per
penonton
Jam pemakaian air
Gedung dalam tabel adalah
17 10 3
Bioskop untuk satu kali
pertunjukan

19
Jangka waktu
Pemakaian Perbandingan
Jenis pemakaian
No air rata – luas lantai Keterangan
Gedung air rata rata
rata sehari efektif / Total
( Jam )

Pedagang besar : 30
Liter / tamu, 150
Toko
18 40 6 Liter/ Staf atau 5
pengecer
Liter per hari setiap
m luas lantai
Untuk setiap tamu,
Hotel / untuk staf 120 – 150
19 250 - 300 10
Penginapan Liter ; penginapan
200 Liter
Gedung Didasarkan jumlah
20 10 2
peribadatan jemaah per hari
Untuk setiap
21 Perpustakan 25 6 pembaca yang
tinggal
22 Bar 30 6 Setiap tamu
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 48

Langkah perhitungan berdasarkan jumlah penghuni dapat dilakukan dengan cara sebagi
berikut :
 Apabila jumlah penghuni tidak diketahui, maka :
Menentukan luas total bangunan
a) Menghitung luas gedung efektif (A efektif) = perbandingan luas efektif/total x
luas total bangunan ( perbandingan luas lantai efektif/total = lihat tabel 2.2/
halaman 48 Morimura)
b) Menghitung kepadatan hunian (1 orang menempati 5-10 m2)
Σpenghuni =A efektif / kepadatan hunian
c) Menghitung pemakain air rata-rata/hari (Qd) = hunian x pemakaian air rata-
rata/hari (pemakaian air rata-rata sehari lihat tabel 2.2 / halaman 48 Morimura).
Konversikan satuan liter/hari menjadi m³/hari.
d) Menghitung antisipasi kebocoran (diperkirakan tambahan pemakaian air = +
20 %) (m³/hari)
Qd total = Qd x 20%
e) Menghitung pemakaian air rata-rata efektif (Qh) (m³/jam)
Qh = Qd total / T

20
T = jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari lihat tabel 2.2 / halaman 48
Morimura.
f) Menghitung pemakaian air puncak (m3/jam puncak : m³/menit puncak)
Qh max = C1 x Qh
Dengan C1 = konstanta jam puncak (1,5-2,0), bergantung pada lokasi, sifat
penggunaan gedung, dsb.
Qm max = C2 x Qh / 60
Dengan C2 = konstanta menit puncak (3-4), bergantunga pada lokasi, sifat
penggunaan gedung, dsb.
 Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misal untuk pembangunan gedung perkantoran, juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
I II III IV V VI VII

Keterangan :
 Kolom I = jenis alat plambing
 Kolom II = jumlah alat plambing
 Kolom III = pemakaian air untuk penggunaan satu kali (pemakaian air untuk
penggunaan satu kali = lihat tabel 2.4 / halaman 49 Morimura)
 Kolom IV = penggunaan per jam (penggunaan per jam = lihat tabel 2.4 /
halaman 49 Morimura)
 Kolom V = Qh (liter/jam)
Qh = jumlah alat plambing x pemakaian air untuk penggunaan satu kali x
penggunaan per jam
 Kolom VI = faktor penggunaan serentak (faktor penggunaan serentak = lihat
tabel 2.3 / halaman 66 Morimura)
 Kolom VII = Q efektif (liter/jam)
 Q efektif = Qh x faktor penggunaan serentak
Q efektif total = Σ Q efektif (m³/jam)
Qh = Σ Q efektif x 60
 Qh max = pemakaian air jam puncak (m³/jam)
Qh max = C1 x Qh
Dengan C1 = konstanta jam puncak (1,5-2,0), bergantung pada lokasi,
sifat penggunaan gedung, dsb.
 Qm max = pemakaian air menit puncak (m³/menit)
Qm max = C2 x Qh / 60
Dengan C2 = konstanta menit puncak (3-4), bergantung pada lokasi,
sifat penggunaan gedung, dsb

21
Tabel 2.3 Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing
Jumlah alat 1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100
plambing
Jenis alat
plambing
Kloset, dengan 1 50 50 40 30 27 23 19 17 15 12 10
katup gelontor satu 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10
Alat plambing 1 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33
biasa dua 3 5 6 7 10 13 16 19 25 33

Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 66

Gambar 2.16 (a) Kurva Unit Alat Plambing sampai beban 3000
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 67

22
Gambar 2.17 (b) Kurva Unit Alat Plambing sampai beban 250
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 67

23
Gambar 2.18 Nomogran Hazen & William
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 72

24
Tabel 2.4 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran pipa cabang
pipa air

(Sumber : Soufyan dan Morimura : halaman 49)


Catatan:
1) Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali penggunaan
adalah 15 liter selama 10 detik.
2) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi untuk
mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm.
3) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi
untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm.
4) Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja,
maka ukurannya bisa lebih kecil. Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang
sama dengan pipa tembaga.

25
 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture
unit).Metoda inilah yang dipilih untuk perhitungan penaksiran debit. (Soufyan
dan Morimura, 1988: 64).
Untuk perhitungannya maka digunakan gambar-gambar serta tabel-tabel sebagai
berikut :
 Tabel 2.5 menunjukkan besarnya unit beban alat plambing dan Tabel 2.4
menunjukkan pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran serta ukuran pipa
cabang pipa air.
 Gambar 2.4 menunjukkan kurva yang memberikan hubungan antara jumlah
unit beban alat plambing dengan laju aliran air, Gambar 2.5 menunjukkan
nomogram kerugian gesek dalam pipa pvc kaku.
I II III IV

Keterangan :
a) Kolom I = jenis alat plambing
b) Kolom II = jumlah alat plambing
c) Kolom III = unit alat plambing (unit alat plambing = lihat tabel 2.5 / halaman
68 Morimura)
d) Kolom IV = jumlah unit alat plambing
Jumlah unit alat plambing = jumlah alat plambing x unit beban alat plambing

 Aliran serentak (liter/menit)


Plotkan total jumlah unit beban alat plambing dengan aliran serentak pada gbr 2.1
 Y total = Σ unit alat plambing (m³/menit)
 Qh = pemakaian air rata-rata (m³/jam)
Qh = Σ unit alat plambing x 60
 Qh max = pemakaian air pada jam puncak (m³/jam)
Qh max = C1 x Qh
Dengan C1 = konstanta jam puncak (1,5-2,0), bergantung pada lokasi, sifat
penggunaan gedung, dsb.
 Qm max = pemakaian air pada menit puncak (m³/menit)
Qm max = C2 x Qh / 60
Dengan C2 = konstanta menit puncak (3-4), bergantung pada lokasi, sifat penggunaan
gedung, dsb.

26
Tabel 2.5 Tabel Unit Alat Plambing (UAP)
No Jenis Alat Plambing Jenis Penyediaan Air UAP Pribadi UAP Umum
1. Kloset Katup gelontor 6 10
2. Kloset Tangki gelontor 3 5
3. Peturasan, dengan tiang Katur gelontor - 10
Peturasan terbuka
4. Katup gelontor - 5
(urinal stall)
Peturasan terbuka
5. Tangki gelontor - 3
(urinal stall)
6. Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1
7. Bak cuci tangan Keran 1 2
Bak cuci tangan, untuk
8. Keran - 3
kamar operasi
Bak mandi rendam Keran pencampur air
9. 2 4
(bath tub) dingin dan panas
Pancuran mandi Keran pencampur air
10. 2 4
(shower) dingin dan panas
Keran pencampur air
11. Pancuran mandi tunggal 2 -
dingin dan panas
Satuan kamar mandi
Kloset dengan katup
12. dengan bak mandi 8 -
gelontor
rendam
Satuan kamar mandi
Kloset dengan tangki
13. dengan bak mandi 6 -
gelontor
rendam
14. Bak cuci bersama (untuk tiap keran) - 2
15. Bak cuci pel Keran 3 4
16. Bak cuci dapur Keran 2 4
17. Bak cuci piring Keran - 5
Bak cuci pakaian (satu-
18. Keran 3 -
tiga)
19. Pancuran minum Keran air minum - 2
20. Pemanas air Katup bola - 2
Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura, Perencanaan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, halaman 68

27
Tabel 2.6 Kategori alat plambing air bersih

(Sumber : SNI 8153:2015)

Tabel 2.7 Ukuran minimum pipa penyediaan air alat plambing

(Sumber : SNI 8153:2015)

2.2.6 Penaksiran Laju Aliran Air


Sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa, maka timbul tekanan
terhadap aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini dinyatakan dengan
rumus Darcy-Weisbach sebagai berikut :

28
h = (ʎ) (l/d) (v2/2g)

dimana :
h = Kerugian gesek pipa lurus (m)
ʎ = Koefesien gesekan
l = Panjang pipa lurus (m)
d = Diameter (m)
v = Kecepatan (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut gradient hidrolik,
dinyatakan dengan “i”, dan jika laju aliran dinyatakan dengan “Q”, maka diperoleh hubungan
berikut ini yang dikenal dengan rumus Hazen-Williams :
Q = (1,67) (c) (d2,63) (i0,54)
dimana :
Q : Laju aliran air (m/detik3)
c : Koefisien kecepatan aliran
d : Diameter pipa (m)
i : Gradien hidrolik

Tabel 2.8 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa


C Jenis Pipa
Pipa baru: kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, baja (dilas atau
ditarik),
140
baja atau besi dilapis semen.
Pipa asbes-semen (selalu "licin" dan sangat lurus).
Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik), pipa besi
tuang baru
130 (biasanya angka ini yang dipakai), pipa tua: kuning, tembaga, timah
hitam
Pipa PVC-keras.
110 Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang masih baik.
100 Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua.
(Sumber : Soufyan M Noerbambang & Takeo Morimura ; 1985)

2.2.7 Sistem Perpipaan


Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Disamping itu ada tambahan
pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman perancang/kontraktor
pelaksana.

29
Pada waktu air mengalir dalam pipa, akan timbul gesekan-gesekan antar air dengan
dinding pipa, hal ini mengakibatkan timbulnya kehilangan tekanan (head loss) pada waktu air
mengalir didalam pipa. Besarnya kehilangan tekan dalam pipa tergantung dari :
a) Kekasaran dinding pipa, makin kasar dinding pipa makin besar kehilangan
tekanannya
b) Panjang pipa, makin panjang pipa, makin besar kehilangan tekanaanya.
c) Kecepatan air dalam pipa, makin cepat air mengalir dalam pipa makin bcsar
kehilangan tekanannya.
d) Banyaknya perlengkapan (assesories) pipa, makin banyak perlengkapan pipa
makin besar kehilangan tekanannya.

2.2.8 Penentuan Diameter Pipa Bersih


Ukuran pipa untuk air bersih ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Disamping
itu, ada tambahan pertimbangan-pertimbangan lain yaitu didasarkan pada pengalaman
perancang atau kontraktor pelaksana. Misalnya, menurut perhitungan diperoleh ukuran pipa
yang makin kecil untuk setiap cabang. Tapi karena dalam pelaksanaanya akan menimbulkan
kesulitan dan setiap kali memasang reducer, maka biasanya ukuran pipa dibuat sama setelah
mencapai diameter terkecil yang diinginkan.
Penentuan perencanaan dibutuhkan pula penentuan diameter pipa air bersih yang
ditentukan dari beberapa fakta, yaitu :
a) Jenis dan jumlah alat plambing dalam suatu sistem
b) Banyak sedikitnya sistem dan daerah alat plambing
c) Dari jumlah alat plambing tersebut juga menentukan persen faktor pemakaian
yang berhubungan dengan kebutuhan debit aliran air
d) Debit aliran U (m/detik) yang selanjutnya dapat diketahui beberapa diameter pipa
air bersih yang dibutuhkan
e) Range kecepatan aliran U adalah 0,3-0,5

Akibat dari adanya gesekan air terhadap dinding pipa maka timbul tekanan terhadap
aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini berdasarkan diagram-
diagram aliran untuk beberapa jenis pipa, seperti baja karbon, PVC, dan tembaga. Dalam
perencanaan plambing ini pipa yang digunakan adalah pipa PVC dengan CHW = 130. Pada
perencanaan ini, jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC keras. Pada laporan ini akan
menggunakan 2 metode yaitu,metode grafik dan metode perhitungan yang terdapat dari
Morimura halaman 80. Sistem air bersih berdasarkan rumus pada buku sofyan dan
mourimura, adalah seperti berikut:
Kecepatan ( m/s) ; Range 0,3 – 2,4 m/s
V : Kecepatan
V = Q Q : Debit alat plambing ( m3/s ) A A : Luas penampang ( m3) [0,25πd2]

30
2.2.9 Ground Resevoir
Bak penampung / reservoir atau lebih tepatnya Ground Reservoir berfungsi sebagai
penampung/penyimpan air, baik dari hasil olahan (jika menggunakan pengolahan) maupun
langsung dari sumber mata air. Selain itu, bak penampung berfungsi untuk mengatasi
masalah naik turunnya kebutuhan air dan merupakan bagian dari pengelolaan distribusi air di
masyarakat. Bak penampung juga dapat digunakan untuk pengambilan air langsung (seperti
hidran umum). Bak penampung juga dapat memperbaiki mutu air melalui proses
pengendapan. Bangunan bak penampung dapat berupa beton cor, pasangan bata, atau bak
plastik (fiber) yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi. Bak penampung harus kedap
air dan tidak mudah bocor.Perhitungan Ground Reservoir dapat dilakukan dalam dua cara,
yaitu perhitungan berdasarkan supplay air dari PDAM dan berdasarkan rumus.
a) Perhitungan berdasarkan supplay dari PDAM (metode analisis)
Diasumsikan bahwa besarnya supplay adalah 100%. Artinya bahwa air PDAM
yang digunakan di dalam gedung perpustakaan ini tidak memperoleh tambahan
sumber lain. Ini terjadi karena jaringan pipa PDAM dapat memenuhi dalam hal
kuantitas tetapi faktor head (sisa tekan) tidak terpenuhi, sehingga diperlukan
suatu ground reservoir sebagai penampung air yang nantinya akan dipompakan ke
roof tank (tangki atap).
b) Perhitungan berdasarkan rumus
VGR = Qd - (Qs x t)
Keterangan :
VGR = volume ground reservoir untuk kebutuhan per hari (m3)
Qd = jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)
Qs = kapasitas nilai pipa dinas (m3/jam)
t = lama pemakaian rata-rata per hari

2.2.10 Roof Tank


Tangki ini mendapat air dari pompa yang meyedot dari tangki bawah. Berfungsi
untuk menyimpan air utnuk kebutuhan singkat dan untuk menstabilkan tekanan air
sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air sehari-hari. Biasanya dibuat dari baja, kayu, dan
juga FRP (Morimura, 1999)
Dalam metode penentuan volume ground reservoir ini, digunakan rumus:
VRT = [(QP – Qmmax) × TP] - (QPU ×TPU)
Keterangan :
 VR = Kapasitas efektif tangki atas (liter)
 QP = Kebutuhan puncak (liter/menit)
 Qmmax = Kebutuhan jam puncak (liter/menit)
 QPU = Kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
 TP = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
 TPU = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

31
Pada umumnya, kapasitas pompa pengisi diusahakan sebesar :
 QPU = Qmmax
dan air yang diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama
dianggap sebesar QP. Semakin dekat QPU dengan QP, maka semakin
kecil ukuran tangki atas. Dari rumus di atas dapat di lihat bahwa bila QPU
= QP, maka volume tangki adalah :
 VR = QPU × TPU
Ini adalah kapasitas tangki minimum yang masing-masing cukup untuk melayani
kebutuhan puncak. Jadi ukuran tangki atas tidak boleh ditentukan sendiri tanpa
memperhatikan kapasitas pompa pengisian, demikian pula sebaliknya. Hal ini penting untuk
diperhatikan pada saat merancang suatu gedung.

2.2.11 Titik Kritis


Titik Kritis yaitu titik yang diperkirakan akan mendapatkan tekanan yang kurang
sehingga terdapat kemungkinan air tidak dapat mengalir. Titik kritis ini
ditentukanberdasarkan perletakan yang terjauh dari pipa (stack) header dan berada pada jalur
yang mengalirkan air ke banyak unit fasilitas saniter. Dengan demikian, tekanan yang
dibutuhkan ke titik tersebut relatif besar.
Rumus penentuan tinggi rooftank :
HRT = HS – HF
Keterangan :
HRT = tinggi rooftank
HS = head statik
HF = kerugian gesek
1.85
Q
HF=
0.2785 x C x D2.63
`Dimana :
a) L = panjang pipa (m) = Lpipa lurus = Lpipa aksesoris
b) Q = Debit (m3/detik)
c) D = Diameter pipa (m)
d) C = Koefisien gesek Hazent William tergantung bahan pipa (tabel morimura
3.17)
Penentuan titik kritis pada alat plambing yang terletak pada lantai atas dan alat
plambing yang jauh dari shaft. Syarat :
a) (HS – HF) > tekanan standart alat plambing terkritis
b) Jika HF ≥ tekanan standart maka air yang keluar lancar

32
c) Jika HF ≤ tekanan standart maka air dapat keluar karena tekanan kurang
memenuhi kebutuhan alat plambing

Tabel 2.9 Panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya


Panjang ekivalen (m)
D Katup Katup Katup
pipa T-90o T-90o Katup
Belokan Belokan sorong bola sudut
(mm) aliran aliran satu
90o 45o (gate (ball (angle
cabang lurus arah
valve) valve) valve)

15 0.60 0.36 0.90 0.18 0.12 4.5 2.4 1.2

20 0.75 0.45 1.5 0.24 0.15 6.0 3.6 1.6

25 0.90 0.54 1.5 0.27 0.18 7.5 4.5 2.0

32 1.2 0.72 1.8 0.36 0.24 10.5 5.4 2.5

40 1.5 0.90 2.1 0.45 0.30 13.5 6.6 3.1

50 2.1 1.2 3.0 0.60 0.39 16.5 8.4 4.0

65 2.4 1.5 3.6 0.75 0.48 19.5 10.2 4.6

80 3.0 1.8 4.5 0.90 0.63 24.0 12.0 5.7

100 4.2 2.4 6.3 1.2 0.81 37.5 16.5 7.6

125 5.1 3 7.5 1.5 0.99 42.0 21.0 10.0

150 6.0 3.6 9 1.8 1.2 49.5 24.0 12.0

200 6.5 3.7 14.0 4.0 1.4 70.0 33.0 15.0

250 8.0 4.2 20.0 5.0 1.7 90.0 43.0 19.0


(Sumber : Soufyan M Noerbambang & Takeo Morimura ; 1985)
2.2.12 Sistem Pompa Penyediaan Air
Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki bawah tanah dan
mengalirkannya ke tangki atas atau tangki atap seringkali dinamakan “pompa angkat”.
Sedang pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan sering dinamakan “pompa
tekan”.
Pompa penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik , motor bakar, turbin uap,
dsb. Pengelompokkan jenis pompa pada gais besarnya ada tiga. Yaitu jenis putar,
jenis langkah postif, dan jenis khusus.

33
Cara menghitung pompa :
1. H statis
H statis = H muka ai ground + H 3 lantai + H menara + H muka air oof tank

2. H pompa
H pompa > Hs + Hf
Hf= H asumsi

3. Q pompa
𝑄
QPOMPA = 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛𝑎𝑖𝑟

4. Tipe Pompa
Setelah diketahui H pompa dan Q pompa, maka dapat diketahui tipe pompa

5. Berdasarkan tabel diamete pipa diatas maka dapat diketahui diameter pompa

6. Hf Sunction dan Hf Discharge


 Hf Mayor
𝑄𝑥𝐿
Hf = (0.2875 𝑥𝐶𝑥𝐷^263)
 Hf Minor
Hf = K x V2/2g
Hf suction/dischage total = Hf mayor +Hf minor

7. Head pompa
Head pompa = Tinggi gedung +Hf suction + Hf discharge

34
Gambar 2.19 Diagram pemilihan pompa standar
Sumber : (Buku Sularso Pompa & Kompresor hal. 52)

2.3 Perencanaan Sistem Plambing Air Buangan dan Vent


2.3.1 Sistem Penyediaan Air Buangan
Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang
mengandung sisa-sisa proses industri. Air buangan dapat dibedakan menjadi empat golongan
yaitu :
1. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya.

35
2. Air bekas : Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak
mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain.
3. Air hujan : Air hujan yang jatuh pada atap bangunan.
4. Air buangan khusus : Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan
berbahaya, seperti: yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium,
tempat pengobatan, rumah sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang
bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang
mengandung lemak.

2.3.2 Klasifikasi Sistem Air Buangan


Menurut Morimura dan Noerbambang (1985), sistem pembuangan air umumnya
dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut jenis air buangan, cara membuang air, dan sifat –
sifat lain dari lokasi dimana saluran itu akan dipasang.
1. Klasifikasi menurut jenis air buangan
a. Sistem pembuangan air kotor, adalah sistem pembuanagan melalui kloset,
peturasan dan lain – lain dalam gedung yang dikumpulkan dan dialirkan
keluar.
b. Sistem pembuangan air bekas, adalah sistem pembunagan dimana air bekas
dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
c. Sistem pembuangan air hujan, adalah sistem pembuangan dimana hanya air
hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
d. Sistem air buangan khusus, dimana air buangan khusus sebelum dimasukan ke
riol umum, harus melewati pengolahan pengamanan terlebih dahulu.
e. Sistem pembuangan dari dapur, yaitu air buangan yang berasal dari bak cuci
dapur, dan bila air buangan banyak mengandung lemak maka harus dilengkapi
dengan perangkap lemak, walaupun masih ada kemungkinan lemak yang
tersisa dan dapat memperkecil penampang saluran.
2. Klasifikasi menurut cara pembuangan air
a. Sistem pembuangan air campuran, yaitu sistem pembuangan dimana segala
macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar
gedung, tanpa memperhatikan jenis air buangan.
b. Sistem pembuangan terpisah, yaitu sistem pembuangan dimana jeis air
buangan dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah.
c. Sistem pembuangan tak langsung, yaitu sistem pembuangan dimana air
buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu
kelompok. Pada setiap akhir gabungan perlu dipasang pemecah aliran.
3. Klasifikasi menurut cara pengaliran
a. Sistem gravitasi, yaitu air buangan mengalir dari tempat tinggi secara gravitasi
kes saluran umum yang letaknya lebih rendah.

36
b. Sistem bertekanan, yaitu air buangan dikumpulkan dalam bak penampung dan
kemudian dipompakan ke luar ke dalam riol umum.
4. Klasifikasi menurut letaknya
a. Sistem pembuangan gedung, yaitu sistem pembuangan yang terletak di dalam
gedung sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung tersebut.
b. Sistem pembuangan diluar gedung sampai ke roil umum, yaitu sistem
pembuangan di luar gedung, di halaman, mulai satu meter dari dinding paling
luar gedung sampai ke roil umum.

2.3.3 Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran


Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bagian-bagian padat. Untuk memenuhi maksud tersebuut, pipa
buangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan
jenis air buangan yang harus dialirkan. Terkadang pipa dianggap tidak penuh berisi air
buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian
atas yang “kosong" cukup untuk mengalirkan udara.
Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih besar dari satu per diameter pipanya
(mm). Tabel 2.8 memuat standar untuk kemiringan pipa. Kecepatan terbaik pipa berkisar
antara 0,6-1,2 m/detik. Kemiringan pipa pembuangan gedung dan roil gedung dapat dibuat
lebih landai dari pada tang dinyatakan pada tabel, asal kecepatan tidak krang dari 0,6 mdetik.
Jika kurang maka kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada akhirnya akan
menimbulkan penyumbatan pipa. Sebaliknya jika terlalu cepat akan menimbulkan turbulensi
aliran, yang dapat menimbulkan gejolakan – gejolakan tekanan dalam pipa, yang akan
merusak fungsi penutup air dalam perangkap alat plambing. Disamping itu, kemiringan yang
lebih curam dari 1/50 cenderung menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup
dalam perangkap alat plambing.

Tabel 2.10 Kemiringan pipa pembuangan horizontal


Diameter pipa (mm) Kemiringan minimum
75 atau kurang 1/50
100 atau kurang 1/100
(Sumber: Noerbambang, & Moimura:1985)

2.3.4 Penentuan Nilai UBAP dan Ukuran Pipa pada Air Buangan
Nilai unit alat plambing untuk berbagai jenis alat plambing dapat dilihat pada Tabel
2.9. Apabila jenis alat plambing yang direncanakan sesuai dengan yang ada dalam tabel
tersebut, ukuran pipa pembuangan dapat ditentukan berdasarkan jumlah nilai unit alat
plambing yang dilayani pipa yang bersangkutan, sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 2.9.

37
Tabel 2.11 Unit beban alat plambing untuk air buangan

(Sumber : SNI 8153:2015)


Catatan :
1) Reseptor air limbah tidak langsung harus didasarkan pada ukuran kapasitas
perlengkapan airlimbah total yang mengalir.
2) Minimum pipa pengering 2 inci (63 mm).
3) Untuk pendingin dan kebutuhan air yang sedikit untuk unit serupa.

38
2.3.5 Pengertian Vent
Pipa vent merupakan pipa instalasi untuk mengeluarkan udara yang terjebak di
dalam instalasi pipa air buangan. Tujuan pemasangan pipa vent adalah :
a) Menjaga sekat air dari efek siphon atau tekanan, sehingga dapat dipertahankan
mempunyai kedalaman 50 - 100 mm.
b) Menjaga aliran air yang lancar di dalam pipa pembuangan.
c) Memungkinkan adanya sirkulasi udara di dalam semua jaringan pipa
pembuangan
2.3.6 Tujuan Sistem Vent
Bersama-sama dengan alat plambing, pipa vent merupakan bagian penting dari suatu
sistem pembuangan. Tujuan pipa vent adalah :
a) Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan
b) Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
c) Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan
2.3.7 Persyaratan Pipa Vent
1) Kemiringan Pipa Vent
Pipa vent harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang terbentuk
atau air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali
ke pipa pembuangan
2) Cabang pada Pipa Vent
a) Dalam pembuatan cabang pipa vent harus diusahakan agar udara tidak akan
terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa vent cabang
mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang
mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari penampung pipa cabang tersebut
secara vertikl, hanya dalam keadaan terpaksa boleh disambungkan dengan
sudut ≤45° terhadap vertikal.
b) Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa vent dalam
keadaan pipa air buangan, dimana pipa vent tersebut disambungkan.
Kebetulan sedang penuh dengan air buangan.
3) Letak Bagian Mendatar Pipa Vent
a) Dari tempat sambungan pipa vent dengan cabang mendatar pipa air buangan,
pipa vent harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150mm diatas
muka air banjir. Alat plambing tertinggi yang dilayani vent tersebut, sebelum
dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa vent.
b) Walaupun demikian cukup banyak ditemukan keadaan dimana terpaksa pipa
vent dipasang di bawah lantai, pipa vent semacam ini melayani cabang
mendatar air buangan dari tempat sambungannya dengan cabang mendatar
tersebut. Pipa vent hanya dibuat pendek dalam arah tegak kemudian langsung
dibelokkan mendatar masih di bawah lantai.

39
c) Pada dasarnya biasa terjadi penyumbatan pada cabang mendatar pipa air
buangan yang dilayani pipa vent semacam itu, maka air buangan akan masuk
ke dalam pipa vent sehingga pipa vent seakan-akan menjadi semacam pipa
pembuangan. Akibatnya kalau ada bagian padat dalam air buangan yang
masuk kedalam pipa vent tersebut mungkin akan tetinggal dan akhirnya
mengurangi penampang pipa vent atau bahkan dapat menyumbat sama sekali.
4) Ujung Pipa Vent
Ujung pipa vent harus terbuka ke udara, tetapi harus dengan cara yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini adalah persyaratan untuk
pembukaan ujung pipa tersebut
a) Ujung Terbuka
Pipa vent yang menembus atap ujung yang terbuka ke udara luar harus
berada sekurang-kurangnya 15cm diatas bidang atas tersebut
Kalau atap digunakan sebagai taman, tempat bermain, jemuran pakain
dansebagainya di daerah dimana pipa vent akan menembus ujung yang
terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 2m diatas bidang
atap tersebut. Ujung pipa vent tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera,
antena TV, dan sebagainya.
b) Lokasi Ujung Pipa Vent
Seringkali ujung pipa vent terpaksa ditempatkan di dekat pintu masuk,
jendela, lubang masuk udara ventilasi ruangan, dan sebagainya. Dalam hal
ini perlu diperhatikan persyaratan berikut :
c) Ujung pipa vent tidak boleh berada langsung dibawah pintu, lubang ventilasi,
dan sebagainya. Dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3m horizontal dari
padanya, kecuali kalai sekurang-kurangnya 60cm diatasnya.
d) Konstruksi bagian pipa vent menembus atas harus sedemikian hingga tidak
menggangu fungsinya.
e) Ujung pipa vent tidak boleh ditempatkan dibawah bagian atap yang menjorok
keluar karena gas-gas dari pipa pembuangan mungkin akan terkumpul dan
dapat menimbulkan gangguan.
f) Di lingkungan tertentu mumgkin perlu dipasang kawat saringan untuk
mecegah masuknya daun-daun kecil atau bersarng di dalamnya perlu
diperhatikan bahwa luas penampang bebas harus sama atau lebih besar dari
luas penampang pipa vent tersebut .

2.3.8 Penentuan Ukuran Pipa Vent


1. Ukuran pipa ven lup, pipa ven pelepasan dan pipa ven tunggal ukuran minimum
yang dipakai adalah 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah cabang pipa air
buangan yang dilayani atau pipa tegak ven yang disambung.

40
2. Ukuran pipa ven tegak dan pelepas offset, Minimal sama dengan pipa tegak air
buangan yang dilayaninya dan tidak boleh diperkecil sampai ujung pipa tertinggi.
3. Ukuran pipa ven untuk bak penampung
Minimal ukuran yang digunakan adalah 50 mm dalam keadaan apapun. Ukuran
pipa ven didasarkan pada nilai unit beban alat plumbing dari pipa air buangan
yang dilayani dan panjang pipa ven tersebut.Bagian pipa ven mendatar, tidak
temasuk pipa ven di bagian bawah lantai, tidak boleh dari 20% dari total
panjangnya.

Tabel 2.12 Ukuran dan panjang pipa vent

Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem Plumbing”


Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura tabel 5.10 halaman 224

41
Tabel 2.13 Ukuran pipa cabang horizontal vent dengan lup

Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem Plumbing”


Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura tabel 5.9 halaman 224

Tabel 2.14 Ukuran pipa tegak vent untuk vent basah melayani kelompok kamar mandi

(Sumber : SNI 8153:2015)

2.3.9 Jarak maksimum vent terhadap perangkap alat plambing


Sambungan vent harus dipasang sedemikian rupa, sehingga panjang ukur saluran
pembuangan alat plambing antara sambungan vent dan ambang perangkap alat plambing
tidak melebihi jarak yang tercantum dalam Tabel 14 jarak maksimum vent dari perangkap
alat plambing.
Tabel 2.15 Jarak maksimum vent dari perangkap alat plambing

(Sumber : SNI 8153:2015)

42
a = panjang pipa
b = kemiringan
pipa
d = diameter pipa
Gambar 2.20 jarak maksimum vent dari perangkap alat plambing
(Sumber : SNI 8153:2015)

2.4 Sistem Drainase Air Hujan


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan sistem buangan
air hujan, terutama pada bangunan dengan dua lantai, adalah :
 Kemiringan saluran air, penting untuk diperhatikan agar tidak terjadi
persilangan, yang akan mengakibatkan benturan pada persilangan.
 Pemakaian riol terbuka atau tertutup, perlu memperhatikan dari segi fungsi
dan estetika.
 Presentase kemiringan saluran, perlu diperhitungkan berdasarkan permukaan
air parit tertinggi.
Tipe pipa buangan air hujan, yaitu Semi Circular Gutter dan Roof Drain.
Dimana kedua macam pembuangan tersebut memiliki fungsi yang berbeda.

Gambar 2.21 Roof Drain Gambar 2.22 Semi Circular Gutter Gambar2.23 Stack Drain
(Sumber : Google) (Sumber : Google) (Sumber : Google)

(1) Dicari luasan bidang atap, sebagai penerima pertama kali air hujan
Dengan : A = Luas (m2)
a = Lebar bidang atap (m)
b = Panjang bidang atap (m)
(2) Ditentukan kemiringannya, f = 2
(3) Ditentukan kemiringannya :

43
 Talang Horizontal
Ada 2 macam talang horizontal, yaitu : Semi Circular Gutter dan Roof Drain. Di
bawah ini, tabel 8.1 untuk Semi Circular Gutter dan Tabel 8.2 untuk Roof Drain

Tabel 2.16 Diameter talang horizontal berbentuk Roof Drain


Maximum Projected Roof Area For Drains Of
Diameter Of Drain Various Slope
1/8 inchi slope 1/4 inchi slope 1/2 inchi slope
(inches) Sq ft Sq ft Sq ft
3 822 1160 1644
4 1880 2650 3760
5 3340 4720 6680
6 5350 7350 10700
8 11500 16300 23000
10 20700 29200 41400
12 33.300 47000 66600
15 59.500 84000 119000

Tabel 2.17 Diameter talang horizontal Semi Circular Gutter


Maximum Projected Roof Area For Drains Of Various
Slope
Diameter Of
1/16 inch 1/4 inchi
Drain 1/8 inch slope 1/2 inchi slope
slope slope
(inches) Sq ft Sq ft Sq ft Sq ft
3 170 240 340 480
4 360 510 720 1020
5 625 880 1250 1770
6 960 1360 1920 2770
7 1380 1950 2760 3900
8 1990 2800 3980 5600
10 3.600 5100 7200 10000

(4) Terdapat kemungkinan sebuah talang vertikal menerima buangan dari dua bidang
proyeksi tersebut, maka harus dijumlah terlebih dahulu.

44
Tabel 2.18 Diameter talang vertikal
Maximum Projected Roof
Size of Leader
Area
(inches) Square Feet
2 720
2,5 1300
3 2200
4 4600
5 8650
6 13500
8 29000

(5) Tentukan laju alir, menggunakan : metode Szokolay


Kelebihan dari sistem perhitungan dengan menggunakan metode Szokolay, dapat
ditentukannya laju alir rata- rata dari air hujan. Adapun langkah perhitungannya :
a) Dihitung luasan area yang menampung air hujan untuk atap bersudut miring, dan
yang dihitung luas bidang proyeksinya.
b) Ditentukan dari data, R1 : Rain Intensity atau curah hujan, (ml/hr). (Di Indonesia,
hujan rata – rata: 300 – 500 mm/m2/jam = 5-8 liter / menit
c) Dihitung rata – rata laju alir
A .𝑅1
𝑄= x Ip
3600

dengan : Q = Flow rate / laju alir (liter / detik)


A = luas daerah tangkapan hujan, dari proyeksi
R1= Rain Intensity atau curah hujan (ml / hr)
Ip = Faktor Impermeabilitas, peruntukan :
 Permukaan bangunan : 0,95
 Jalan : 0,75 – 0,9
 Pedestrian : 0,50 – 0,75
 Taman,kebun,lapangan : 0,1

2.5 Sistem Fire Hydrant


Hidran Kebakaran (Fire Hydrant) adalah suatu sistem atau rangkaian instalasi atau
jaringan perpipaan untuk menyalurkan air (tekanan tertentu) yang digunakan sebagai sarana
pemadaman kebakaran.

2.5.1 Macam – Macam Sistem Fire Hydrant


Berdasarkan tempat/lokasinya sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:

45
1. Sistem Hidran Gedung
Sistem Hidran Gedung atau biasa disebut kotak hidran adalah hidran yang terletak
atau dipasang didalam bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan/dipasang
oleh pihak pengelola bangunan/gedung tersebut.
Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter antara satu dan lainnya, karena panjang
selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter, ditambah 5 meter jarak semprotan air.
Hidran jenis ini, sesuai penggunannya di klasifiikasikan ke dalam 3 kelompok sebagai
berikut:
a. Hidran Kelas I
Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 2 ½ inci, yang penggunannya
diperuntukan secara khusus bagi petugas pemadam atau orang yang terlatih.
b. Hidran Kelas II
Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 1 ½ inci, yang penggunaanya
diperuntukan penghuni gedung atau petugas yang belum terlatih.
c. Hidran Kelas III
Ialah hidran yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara Hidran kelas
I dan II diatas.

Gambar 2.24 Kotak Hidran


(Sumber : Satpam.blogspot.com)

46
2. Sistem Hidran Halaman
Sistem Hidran Halaman adalah hidran yang terletak diluar/lingkungan bangunan.
Instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik / pengelola bangunan /
gedung.

3. Sistem Hidran Kota


Sistem Hidran Kota adalah hidran yang terpasang ditepi/sepanjang jalan pada daerah
perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah Daerah setempat guna
menanggulangi bahaya kebakaran. Persediaan air untuk hidran jenis ini dipasok oleh
Perusahaan Air Minum setempat (PAM).

4. Memahami Teori APAR (alat pemadam api ringan)


Pemadam karbon dioksida, di sisi lain, efektif ketika digunakan pada listrik dan yang
disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar. Serbuk kering ideal untuk yang dibawa
oleh gas yang mudah terbakar seperti propana dan butana, sementara kimia basah
adalah satu-satunya yang cocok untuk digunakan pada pembakaran lemak.
Persyaratan ini mengharuskan setiap area kerja harus menyediakan setidaknya satu
pemadam yang untuk setiap dua ratus meter dari luas lantai. Untuk memberlakukan
teori apar pada area kerja umum seperti kantor dan perusahaan kecil, dianjurkan untuk
memiliki air sebagai peralatan .
 Mengenal Komponen-komponen penting APAR
Adapun bagian-bagian APAR diantaranya :
a. Tabung
Tabung Spare Part Untuk Tabung Pemadam Api Ringan, Apar Tabung
(Tube) yang baik dipakai terbuat dari bahan berkualitas tinggi baja paduan
dan banyak diterapkan dalam kimia, metalurgi, mekanik. Sehingga tahan
terhadap bahan kimia serta tahan terhadap tekanan yang terukur. Tabung
berbentuk seamless yaitu tabung yang dibuat tanpa adanya las.
b. Valve
Apar Spare part yang berfungsi untuk menutup dan membuka aliran media
(Isi) yang berada di dalam tabung.
c. Handle
Spare part yang berfungsi sebagai pegangan untuk menekan serta
membantu valve dalam melakukan fungsinya.
d. Pressure
Apar Spare part yang berfungsi untuk menunjukkan tekanan N2 dalam
tabung.
e. Hose
Apar Spare part yang berfungsi sebagai selang penghantar media.

47
f. Nozzle
Apar Spare part yang berfungsi sebagai pegangan untuk mengarahkan
media pada sumber api.
g. Sabuk Tabung
Apar Spare part yang berfungsi sebagai dudukan selang pada tabung.
h. Pin Pengaman
Apar Spare part yang berfungsi sebagai pengaman tabung.
i. Bracket/Hanger
Apar Spare part yang berfungsi sebagai gantungan APAR.

Gambar 2.25 APAR dan bagian-bagiannya


(Sumber : Satpam.blogspot.com)

2.5.2 Sistem Pipa Tegak


Pipa tegak kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup, penyambung slang
kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan untuk menanggulangi kebakaran.
Sistem dari pipa tegak mempunyai berbagai jenis yaitu:
1. Wet Stand Pipe System
Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem di jaga
tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka dan bila katup
slang kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar.
2. Dry Stand Pipe Syste
Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air akan
mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka.
3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual
Yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang
kebakaran untuk menghidupkan suplai air.
4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen
Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam
kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan
suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.

48
BAB III
GAMBARAN UMUM GEDUNG DAN KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Jenis Gedung


Bangunan yang dirancang dan direncanakan merupakan bangunan kantor. Bangunan
ini memiliki bentuk “U”. Gedung kantor memiliki luas bangunan pada lantai 1-3 (9300m²).
Dengan luas lahan 80m x 50m dengan tinggi per-lantai 5 m.

Berikut ini adalah data jenis toilet dan jenis dapur disertai ukuran dan daftar alat plambing
yang ada dalam masing – masing lantai :
1. Toilet (terdapat pada setiap lantai dimana lantai 1-3 merupakan toilet umum)
2. Dapur (terdapat pada setiap lantai)

Tabel 3.1 Luas toilet & dapur serta alat plambing yang digunakan

No Denah Gedung Ukuran Alat Plambing

Kloset (tangki gelontor)


Lavatory
1. Toilet Pria 6mx7m
Urinal (tangki gelontor)
Floor Drain
Kloset (katup gelontor)
2. Toilet Wanita 6mx7m Lavatory
Floor Drain

3. Dapur 6mx6m Kitchen sink

3.2 Jenis dan Jumlah Alat Plambing


 Terdapat toilet umum untuk perempuan dan laki-laki. Alat plambing yang terdapat di
toilet perempuan yaitu: kloset dengan tangki gelontor dan lavatory, sedangkan alat
plambing untuk toilet laki-laki yaitu: urinal dengan tangki gelontor, kloset dengan
tangki gelontor dan lavatory.
 Untuk dapur terdapat alat plambing yaitu : sink

49
Tabel 3.2 Jumlah alat plambing keseluruhan

Jumlah Alat Plambing


No. Jenis Alat Plambing Total Alat Plambing
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3

1. Toilet Pria
1. Kloset (tangki 6 6 6 18
gelontor)
2. Lavatory 4 4 4 12
3. Urinal (tangki 8 8 8 24
gelontor) 6 6 6 18
4. Faucet
2. Toilet Wanita
1. Kloset (tangki 6 6 6 18
gelontor)
2. Lavatory 6 6 6 18
3. Faucet 6 6 6 18
3. Dapur
Kitchen sink 2 2 2 6

4. Floor Drain 16 16 16 48

50
BAB IV
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

4.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Perhitungan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan beberapa metode atau cara
yang biasa digunakan untuk menaksir laju aliran, antara lain :
 Metode 1 (Jika data penghuni tidak lengkap)
 Metode 2 (Berdasarkan jenis & jumlah alat plambing)
 Metode 3 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UAP)
Berdasarkan ketiga metode tersebut, akan dihitung jumlah kebutuhan air gedung
perencanaan, yang kemudian akan dipilih hasil perhitungan yang paling sesuai dengan
pertimbangan.

4.1.1 Metode 1 (Jika data penghuni tidak lengkap)


Langkah Perhitungan :
Dihitung luas lantai efektif
Luas efektif = 60% x Luas gedung
= 60% x 9.300 m2
= 5.580 m2

 Diprediksikan jumlah orang yang menempati gedung tersebut (hunian)


Luas efektif
∑ orang =
7m2 / orang
5.580 m2
=
7m2 /orang
= 797 orang

 Ditentukan Pemakaian air per hari (Qd)


Qd = Jumlah orang x Pemakaian air rata-rata sehari
= 797 orang x 100 liter / hari
= 79.700 liter / hari 79,7 m3 / hari

 Antisipasi kebocoran, pancuran air, tambahan air untuk ketel pemanas gedung atau
mesin pendingin gedung, penyiraman tanaman, dsb. Digunakan perkiraan kurang
lebih 20%.
Qd total = Qd x 120%
= 79,7 m3 / hari x 1,2
= 95,64 m3 / hari

51
Qd total
Qh =
t
95,64m3
=
8 jam
= 11,95 m3 / jam

 Pemakaian air jam puncak


Qh max = C1 x Qh
= 1,75 x 11,95 m3 / jam
= 20,91 m3 / jam

4.1.2 Metode 2 (Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing)


Tabel 4.1 Metode 2 (Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing)
Pemakai Jangka
Jenis alat ∑ Alat Q jenis Interpolasi Qh
No an air waktu
plambing plambing (liter/jam) (%) (liter/jam)
(liter) (jam)
Kloset
dengan
1 36 13,5 6 2916 39,5 1151,82
tangki
gelontor
2 Lavatory 30 10 6 1800 40,5 729
Urinal
dengan
3 12 9 12 1296 48 622
tangki
gelontor
Sink
4 6 15 6 540 65 351
(13mm)
5 Faucet 36 24 12 10368 39,5 4095,36
Total 6949,18
a) Perhitungan Q jenis
Q Kloset dengan tangki gelontor = 36 x 13,5 x 6
= 2916 liter/jam
Q Lavatory = 30 x 10 x 6
= 1800 liter/jam
Q Urinal dengan tangki gelontor = 12 x 9 x 12
= 1296 liter/jam
Q Sink (13mm) = 6 x 15 x 6
= 540 liter/jam
Q Faucet = 36 x 24 x 12
= 10368 liter/jam

52
b) Perhitungan Interpolasi
Interpolasi kloset tangki gelontor (y)
x-x1 y-y1
= x = 36
x2-x1 y2-y1
36-32 y-40
= x1 = 32 y1 = 40
40-32 39-40
y = 39,5 % x2 = 40 y2 = 39

Interpolasi Lavatory (y) Keterangan


x-x1 y-y1
= x = 30
x2-x1 y2-y1
30-24 y-42
= x1 = 24 y1 = 42
32-24 40-42
y = 40,5 % x2 = 32 y2 = 40

Interpolasi urinal dengan tangki gelontor (y)


x = 12
Maka y = 48%

Interpolasi Sink
x-x1 y-y1
= x = 6
x2-x1 y2-y1
6-4 y-75
= x1 = 4 y1 = 75
8-4 55-75
y = 65 % x2 = 8 y2 = 55

Interpolasi Faucet
x-x1 y-y1
= x = 36
x2-x1 y2-y1
36-32 y-40
= x1 = 32 y1 = 40
40-32 39-40
y = 39,5 % x2 = 40 y2 = 39

c) Perhitungan Q pemakaian
Q Pemakaian Kloset tangki gelontor = 39.5% dari 2916 liter / jam
= 1151,82 liter / jam
Q Pemakaian Lavatory = 40,5% dari 1800 liter / jam
= 729 liter / jam
Q Pemakaian Urinal tangki gelontor = 48 % dari 1296 liter / jam
= 622 liter / jam
53
Q Pemakaian Sink 13 mm = 65% dari 542 liter / jam
= 351 liter / jam
Q Pemakaian Faucet = 39.5% dari 10368 liter / jam
= 4095,36 liter / jam
Total Q Pemakaian = 6949,18liter / jam
= 6,95m3/jam

Pemakaian air jam puncak


Qh maks = c1 x Qh
= 1,75 x 6,95 m3/jam
= 12,16m3/ jam

Pemakaian air menit puncak


Qh
Qm puncak = c2 x 60
12,16
= 3,5 x 60
= 0,71m3 / menit

4.1.3 Metode 3 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UAP)


1) Data : gedung 3 tingkat:
kloset tangki gelontor : 36
Lavatory : 30
Urinal tangki gelontor : 12
Sink 13 mm : 6
Faucet : 36

2) Dibuat Perhitungan dalam bentuk tabel


Tabel 4.2 Metode 3 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UAP)
Jenis alat ∑ Alat
UAP ∑ UAP
plambing plambing
Kloset tangki
36 5 180
gelontor
Lavatory 30 2 60
Urinal tangki
12 3 36
gelontor
Sink 13mm 6 4 24
Faucet 36 4 144
Total 444
3) Dilanjutkan diperoleh pemakaian air serentak
Pemakaian air serentak :

54
Interpolasi alat plambing dengan ∑ UAP = 444
x = 444
Maka y = 498,4 liter / menit
Total aliran serentak
Qh = 444 x 60
= 26640 liter / jam
= 26,64 m3 / jam
Pemakaian air jam puncak
Qh maks = c1 x Qh
= 1,75 x 26,64 m3 / jam
= 46,62m3 / jam
= 0,777m3 / menit
Pemakaian air menit puncak
26,64
Qm maks = c2 x 60
26,64
= 3,5 x 60
= 1,554 m3 / menit

Metode Perhitungan Pemakaian Air (Qh)


Berdasarkan Jumlah Penghuni 20,91 m3 / jam
Berdasarkan Jenis dan Jumlah
6,95m3/ jam
Alat Plambing
Berdasarkan Unit Alat
26,64 m3 / jam
Plambing

Dari ketiga metode diatas, kami tidak menggunakan data debit (Q) dari ketiga metode
tersebut dalam perhitungan Ground Reservoar maupun Roof Tank. Adapun Q yang kami
gunakan dalam perhitungan Ground Reservoar dan Roof Tank kami menggunkan Q pipa
utama lantai 2 yang terdapat pada tabel penentuan diameter air bersih. Dikarenakan Q pada
metode 3 hasilnya lebih kecil dibanding dengan Q pipa utama lantai 2.

55
4.2 Penentuan Ukuran Pipa Air Bersih
Tabel 4.3 Penentuan diameter pipa air bersih pada lantai 1 dan lantai 2
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor VI Uk D V


Alat ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpolasi x Pipa Q korek korek Ket
Plambing (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen (%) VII (mm) (mm) (mm)

Sistem 1
1 Lavatory 13 1 b11 - a11 1 100% 1 13 15 15 25 x 10-5 1.88 20 0.8
2 Lavatory 13 1 c11 - b11 1+1=2 100% 2 16 15 30 25 x 10-5 1.24 20 0.8
3 Lavatory 13 1 d11 - c11 2+1=3 87.5% 2.6 20 15 45 25 x 10-5 0.8 20 0.8
4 Faucet 13 1 e11 - d11 3+1=4 75% 3 20 12 57 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
5 Kloset 13 1 f11 - e11 4+1=5 70% 3.5 20 15 72 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
6 Faucet 13 1 g11 - f11 5+1=6 65% 3.9 20 12 84 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
7 Kloset 13 1 h11 - g11 6+1=7 60% 4.2 20 15 99 25 x 10-5 0.8 20 0.8
8 Faucet 13 1 i11 - h11 7+1=8 55% 4.4 25 12 111 20 x 10-5 0.4 20 0.64
9 Kloset 13 1 i - i11 8+1=9 53.25% 4.8 25 15 126 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 2
10 Faucet 13 1 b21 - a21 1 100% 1 13 12 138 20 x 10-5 1.5 20 0.64
11 Kloset 13 1 c21 - b21 1+1=2 100% 2 16 15 153 25 x 10-5 1.24 20 0.8
12 Faucet 13 1 d21 - c21 2+1=3 87.5% 2.6 20 12 165 20 x 10-5 0.64 20 0.64
20 mm
13 Kloset 13 1 e21 - d21 3+1=4 75% 3 20 15 180 25 x 10-5 0.8 20 0.8 (3/4")
14 Faucet 13 1 f21 - e21 4+1=5 70% 3.5 20 12 192 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pipa di
15 Kloset 13 1 i - f21 65% 3.9 20 15 207 25 x 10-5 0.5 20 0.8 pasaran
5+1=6
Pipa
S1 + S2
16 penyedia 45.75% 6.9 25
9 + 6 = 15
1

56
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk D V


Alat VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpolasi Pipa Q korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen (%) (mm) (mm) (mm)

Sistem 3
17 Lavatory 13 1 b31 - a31 1 100% 1 13 15 222 25 x 10-5 1.88 20 0.8
18 Lavatory 13 1 c31 - b31 1+1=2 100% 2 16 15 237 25 x 10-5 1.24 20 0.8
19 Urinal 13 1 d31 - c31 2+1=3 87.5% 2.6 20 6 243 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 Urinal 13 1 e31 - d31 3+1=4 75% 3 20 6 249 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 mm
21 Urinal 13 1 f31 - e31 4+1=5 70% 3.5 20 6 255 1 x 10-4 0.32 20 0.32 (3/4")
22 Urinal 13 1 g31 – f31 5+1=6 65% 3.9 20 6 261 1 x 10-4 0.32 20 0.32 pipa di
-4 pasaran
23 Urinal 13 1 h31– g31 6+1=7 60% 4.2 20 6 267 1 x 10 0.32 20 0.32
24 Urinal 13 1 i31 – h31 7+1=8 55% 4.4 25 6 273 1 x 10 -4
0.2 20 0.32
25 Urinal 13 1 j31 – i31 8+1=9 53.25% 4.8 25 6 279 1 x 10-4 0.2 20 0.32
26 Urinal 13 1 iii – j31 9 + 1 = 10 51.50% 5.15 25 6 285 1 x 10-4 0.2 20 0.32
Sistem 4
27 Faucet 13 1 b41 - a41 1 100% 1 13 12 297 20 x 10-5 1.5 20 0.64
28 Kloset 13 1 c41 - b41 1+1=2 100% 2 16 15 312 25 x 10-5 1.24 20 0.8
20 mm
29 Faucet 13 1 d41 - c41 2+1=3 87.5% 2.66 20 12 324 20 x 10-5 0.64 20 0.64 (3/4")
30 Kloset 13 1 e41 - d41 3+1=4 75% 3 20 15 339 25 x 10-5 0.88 20 0.8 pipa di
31 Faucet 13 1 f41 - e41 4+1=5 70% 3.5 20 12 351 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
32 Kloset 13 1 g41 - f41 5+1=6 65% 3.9 20 15 366 25 x 10-5 0.8 20 0.8
33 Faucet 13 1 h41 - g41 6+1=7 60% 4.2 20 12 378 20 x 10-5 0.64 20 0.64

57
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Faktor Uk D V
Alat Jumlah Nilai VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing Ekivalen VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa si (%) (mm) (mm) (mm)

34 Kloset 13 1 i41 - h41 7+1=8 55% 4.4 25 15 393 25 x 10-5 0.5 20 0.8
35 Faucet 13 1 j41 - i41 8+1=9 53.25% 4.8 25 12 405 20 x 10-5 0.4 20 0.64 20 mm
(3/4")
36 Kloset 13 1 k41 - j41 9 + 1 = 10 51.50% 5.1 25 15 420 25 x 10-5 0.5 20 0.8
pipa di
37 Faucet 13 1 l41 - k41 10 + 1 = 11 49.75% 5.5 25 12 432 20 x 10-5 0.4 20 0.64 pasaran
38 Kloset 13 1 ii - l41 11 + 1 = 12 48% 5.8 25 15 447 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 5
39 Lavatory 13 1 b51 - a51 1 100% 1 13 15 438 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
(3/4")
40 Lavatory 13 1 c51 - b51 1+1=2 100% 2 16 15 453 25 x 10-5 1.24 20 0.8
pipa di
41 Lavatory 13 1 iii - c51 2+1=3 87.50% 2.6 20 15 468 25 x 10-5 0.8 20 0.8 pasaran
Pipa
penyedia 1 20 mm
Pipa
+ S3 + S4 + (3/4")
42 penyedia 39% 15.6 40
S5 pipa di
2
15 +10 +12 pasaran
+3 = 40
Sistem 6
43 Lavatory 13 1 b61 - a61 1 100% 1 13 15 483 25 x 10-5 1.88 20 0.8
44 Lavatory 13 1 iv - b61 1+1=2 100% 2 16 15 498 25 x 10-5 1.24 20 0.8 20 mm
(3/4")
Pipa
Pipa pipa di
penyedia 2
45 penyedia 38.20% 16 40 pasaran
+ S6
3
40 + 2 = 42

58
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
V
Uk Nilai Jumlah Faktor Uk D kore
Alat VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q korek k Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) (mm) (mm
)
Sistem 7
Sink
46 13 1 a71 - v 1 100% 1 13 15 535 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
13mm
(3/4")
Sistem 8
pipa di
Sink pasaran
47 13 1 a81 - vi 1 100% 1 13 15 550 25 x 10-5 1.88 20 0.8
13mm
Pipa
Pipa penyedia 3
48 penyedia + S7 + S8 38.60% 16.9 40
4 42 +1 + 1 = 127
44 mm
Pipa (5")
49 utama 44 38.60% 16.9 40 550 pipa di
lantai 1 pasaran
Pipa
50 utama 88 33.80% 29.7 50 1100
lantai 2

59
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk V D V


Alat VI x ∑Q Q
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q (m3/ korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) det) (mm) (mm)

Sistem 1
51 Lavatory 13 1 b12 - a12 1 100% 1 13 15 15 25 x 10-5 1.88 20 0.8
52 Lavatory 13 1 c12 - b12 1+1=2 100% 2 16 15 30 25 x 10-5 1.24 20 0.8
53 Lavatory 13 1 d12 - c12 2+1=3 87.5% 2.6 20 15 45 25 x 10-5 0.8 20 0.8
54 Faucet 13 1 e12 - d12 3+1=4 75% 3 20 12 57 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
55 Kloset 13 1 f12 - e12 4+1=5 70% 3.5 20 15 72 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
56 Faucet 13 1 g12 - f12 5+1=6 65% 3.9 20 12 84 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
57 Kloset 13 1 h12 - g12 6+1=7 60% 4.2 20 15 99 25 x 10-5 0.8 20 0.8
58 Faucet 13 1 i12 - h12 7+1=8 55% 4.4 25 12 111 20 x 10-5 0.4 20 0.64
59 Kloset 13 1 i - i12 8+1=9 53.25% 4.8 25 15 126 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 2
60 Faucet 13 1 b22 - a22 1 100% 1 13 12 138 20 x 10-5 1.5 20 0.64
61 Kloset 13 1 c22 - b22 1+1=2 100% 2 16 15 153 25 x 10-5 1.24 20 0.8
62 Faucet 13 1 d22 - c22 2+1=3 87.5% 2.6 20 12 165 20 x 10-5 0.64 20 0.64
20 mm
63 Kloset 13 1 e22 - d22 3+1=4 75% 3 20 15 180 25 x 10-5 0.8 20 0.8 (3/4")
64 Faucet 13 1 f22 - e22 4+1=5 70% 3.5 20 12 192 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pipa di
65 Kloset 13 1 i - f22 65% 3.9 20 15 207 25 x 10-5 0.5 20 0.8 pasaran
5+1=6
Pipa
S1 + S2
66 penyedia 45.75% 6.9 25
9 + 6 = 15
1

60
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk D V


Alat VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) (mm) (mm)

Sistem 3
67 Lavatory 13 1 b32 - a32 1 100% 1 13 15 222 25 x 10-5 1.88 20 0.8
68 Lavatory 13 1 c32 - b32 1+1=2 100% 2 16 15 237 25 x 10-5 1.24 20 0.8
69 Urinal 13 1 d32 - c32 2+1=3 87.5% 2.6 20 6 243 1 x 10-4 0.32 20 0.32
70 Urinal 13 1 e32 - d32 3+1=4 75% 3 20 6 249 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 mm
71 Urinal 13 1 f32 - e32 4+1=5 70% 3.5 20 6 255 1 x 10-4 0.32 20 0.32 (3/4")
72 Urinal 13 1 g32 – f32 5+1=6 65% 3.9 20 6 261 1 x 10-4 0.32 20 0.32 pipa di
-4 pasaran
73 Urinal 13 1 h32– g32 6+1=7 60% 4.2 20 6 267 1 x 10 0.32 20 0.32
74 Urinal 13 1 i32 – h32 7+1=8 55% 4.4 25 6 273 1 x 10 -4
0.2 20 0.32
75 Urinal 13 1 j32 – i32 8+1=9 53.25% 4.8 25 6 279 1 x 10-4 0.2 20 0.32
76 Urinal 13 1 iii – j32 9 + 1 = 10 51.50% 5.15 25 6 285 1 x 10-4 0.2 20 0.32
Sistem 4
77 Faucet 13 1 b42 - a42 1 100% 1 13 12 297 20 x 10-5 1.5 20 0.64
78 Kloset 13 1 c42 - b42 1+1=2 100% 2 16 15 312 25 x 10-5 1.24 20 0.8
20 mm
79 Faucet 13 1 d42 - c42 2+1=3 87.5% 2.66 20 12 324 20 x 10-5 0.64 20 0.64 (3/4")
80 Kloset 13 1 e42 - d42 3+1=4 75% 3 20 15 339 25 x 10-5 0.88 20 0.8 pipa di
81 Faucet 13 1 f42 - e42 4+1=5 70% 3.5 20 12 351 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
82 Kloset 13 1 g42 - f42 5+1=6 65% 3.9 20 15 366 25 x 10-5 0.8 20 0.8
83 Faucet 13 1 h42 - g42 6+1=7 60% 4.2 20 12 378 20 x 10-5 0.64 20 0.64

61
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Faktor Uk D V
Alat Jumlah Nilai VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing Ekivalen VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa si (%) (mm) (mm) (mm)

84 Kloset 13 1 i42 - h42 7+1=8 55% 4.4 25 15 393 25 x 10-5 0.5 20 0.8
85 Faucet 13 1 j42 - i42 8+1=9 53.25% 4.8 25 12 405 20 x 10-5 0.4 20 0.64 20 mm
86 Kloset 13 1 k42 - j42 9 + 1 = 10 51.50% 5.1 25 15 420 25 x 10-5 0.5 20 0.8 (3/4") pipa
87 Faucet 13 1 l42 - k42 10 + 1 = 11 49.75% 5.5 25 12 432 20 x 10-5 0.4 20 0.64 di pasaran
88 Kloset 13 1 ii - l42 11 + 1 = 12 48% 5.8 25 15 447 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 5
89 Lavatory 13 1 b52 - a52 1 100% 1 13 15 438 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
90 Lavatory 13 1 c52 - b52 1+1=2 100% 2 16 15 453 25 x 10-5 1.24 20 0.8 (3/4") pipa
91 Lavatory 13 1 iii - c52 2+1=3 87.50% 2.6 20 15 468 25 x 10-5 0.8 20 0.8 di pasaran
Pipa
penyedia 1
Pipa 20 mm
+ S3 + S4 +
92 penyedia 39% 15.6 40 (3/4") pipa
S5
2 di pasaran
15 +10 +12
+3 = 40
Sistem 6
93 Lavatory 13 1 b62 - a62 1 100% 1 13 15 483 25 x 10-5 1.88 20 0.8
94 Lavatory 13 1 iv - b62 1+1=2 100% 2 16 15 498 25 x 10-5 1.24 20 0.8 20 mm
Pipa (3/4") pipa
Pipa
penyedia 2 di pasaran
95 penyedia 38.20% 16 40
+ S6
3
40 + 2 = 42

62
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk D V


Alat VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) (mm) (mm)

Sistem 7
Sink 20
96 13 1 a72 - v 1 100% 1 13 15 535 25 x 10-5 1.88 20 0.8
13mm mm
Sistem 8 (3/4")
pipa
Sink di
97 13 1 a82 - vi 1 100% 1 13 15 550 25 x 10-5 1.88 20 0.8 pasar
13mm
an
Pipa
127
Pipa penyedia 3
mm
98 penyedia + S7 + S8 38.60% 16.9 40
(5")
4 42 +1 + 1 =
pipa
44
di
Pipa
pasar
99 utama 44 x 2 = 88 33.80% 29.7 50 1100
an
lantai 2

63
Tabel 4.4 Penentuan diameter pipa air bersih pada lantai 3
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk V D V


Alat VI x ∑Q Q
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q 3 (m3/ korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m /det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) det) (mm) (mm)

Sistem 1
1 Lavatory 13 1 b13 - a13 1 100% 1 13 15 15 25 x 10-5 1.88 20 0.8
2 Lavatory 13 1 c13 - b13 1+1=2 100% 2 16 15 30 25 x 10-5 1.24 20 0.8
3 Lavatory 13 1 d13 - c13 2+1=3 87.5% 2.6 20 15 45 25 x 10-5 0.8 20 0.8
4 Faucet 13 1 e13 - d13 3+1=4 75% 3 20 12 57 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
5 Kloset 13 1 f13 - e13 4+1=5 70% 3.5 20 15 72 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
6 Faucet 13 1 g13 - f13 5+1=6 65% 3.9 20 12 84 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
7 Kloset 13 1 h13 - g13 6+1=7 60% 4.2 20 15 99 25 x 10-5 0.8 20 0.8
8 Faucet 13 1 i13 - h13 7+1=8 55% 4.4 25 12 111 20 x 10-5 0.4 20 0.64
9 Kloset 13 1 i - i13 8+1=9 53.25% 4.8 25 15 126 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 2
10 Faucet 13 1 b23 - a23 1 100% 1 13 12 138 20 x 10-5 1.5 20 0.64
11 Kloset 13 1 c23 - b23 1+1=2 100% 2 16 15 153 25 x 10-5 1.24 20 0.8
12 Faucet 13 1 d23 - c23 2+1=3 87.5% 2.6 20 12 165 20 x 10-5 0.64 20 0.64
20 mm
13 Kloset 13 1 e23 - d23 3+1=4 75% 3 20 15 180 25 x 10-5 0.8 20 0.8 (3/4")
14 Faucet 13 1 f23 - e23 4+1=5 70% 3.5 20 12 192 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pipa di
15 Kloset 13 1 i - f23 65% 3.9 20 15 207 25 x 10-5 0.5 20 0.8 pasaran
5+1=6
Pipa
S1 + S2
16 penyedia 45.75% 6.9 25
9 + 6 = 15
1

64
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk D V


Alat VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) (mm) (mm)

Sistem 3
17 Lavatory 13 1 b33 - a33 1 100% 1 13 15 222 25 x 10-5 1.88 20 0.8
18 Lavatory 13 1 c33 - b33 1+1=2 100% 2 16 15 237 25 x 10-5 1.24 20 0.8
19 Urinal 13 1 d33 - c33 2+1=3 87.5% 2.6 20 6 243 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 Urinal 13 1 e33 - d33 3+1=4 75% 3 20 6 249 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 mm
21 Urinal 13 1 f33 - e33 4+1=5 70% 3.5 20 6 255 1 x 10-4 0.32 20 0.32 (3/4")
22 Urinal 13 1 g33 – f33 5+1=6 65% 3.9 20 6 261 1 x 10-4 0.32 20 0.32 pipa di
-4 pasaran
23 Urinal 13 1 h33– g33 6+1=7 60% 4.2 20 6 267 1 x 10 0.32 20 0.32
-4
24 Urinal 13 1 i33– h33 7+1=8 55% 4.4 25 6 273 1 x 10 0.2 20 0.32
25 Urinal 13 1 j33 – i33 8+1=9 53.25% 4.8 25 6 279 1 x 10-4 0.2 20 0.32
26 Urinal 13 1 iii – j33 9 + 1 = 10 51.50% 5.15 25 6 285 1 x 10-4 0.2 20 0.32
Sistem 4
27 Faucet 13 1 b43 - a43 1 100% 1 13 12 297 20 x 10-5 1.5 20 0.64
28 Kloset 13 1 c43 - b43 1+1=2 100% 2 16 15 312 25 x 10-5 1.24 20 0.8
20 mm
29 Faucet 13 1 d43 - c43 2+1=3 87.5% 2.66 20 12 324 20 x 10-5 0.64 20 0.64 (3/4")
30 Kloset 13 1 e43 - d43 3+1=4 75% 3 20 15 339 25 x 10-5 0.88 20 0.8 pipa di
31 Faucet 13 1 f43 - e43 4+1=5 70% 3.5 20 12 351 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
32 Kloset 13 1 g43 - f43 5+1=6 65% 3.9 20 15 366 25 x 10-5 0.8 20 0.8
33 Faucet 13 1 h43 - g43 6+1=7 60% 4.2 20 12 378 20 x 10-5 0.64 20 0.64

65
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Faktor Uk D V
Alat Jumlah Nilai VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing Ekivalen VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa si (%) (mm) (mm) (mm)

34 Kloset 13 1 i43 - h43 7+1=8 55% 4.4 25 15 393 25 x 10-5 0.5 20 0.8
35 Faucet 13 1 j43 - i43 8+1=9 53.25% 4.8 25 12 405 20 x 10-5 0.4 20 0.64 20 mm
36 Kloset 13 1 k43 - j43 9 + 1 = 10 51.50% 5.1 25 15 420 25 x 10-5 0.5 20 0.8 (3/4") pipa
37 Faucet 13 1 l43 - k43 10 + 1 = 11 49.75% 5.5 25 12 432 20 x 10-5 0.4 20 0.64 di pasaran
38 Kloset 13 1 ii - l43 11 + 1 = 12 48% 5.8 25 15 447 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 5
39 Lavatory 13 1 b53 - a53 1 100% 1 13 15 438 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
40 Lavatory 13 1 c53 - b53 1+1=2 100% 2 16 15 453 25 x 10-5 1.24 20 0.8 (3/4") pipa
41 Lavatory 13 1 iii - c53 2+1=3 87.50% 2.6 20 15 468 25 x 10-5 0.8 20 0.8 di pasaran
Pipa
penyedia 1
Pipa 20 mm
+ S3 + S4 +
42 penyedia 39% 15.6 40 (3/4") pipa
S5
2 di pasaran
15 +10 +12
+3 = 40
Sistem 6
43 Lavatory 13 1 b63 - a63 1 100% 1 13 15 483 25 x 10-5 1.88 20 0.8
44 Lavatory 13 1 iv - b63 1+1=2 100% 2 16 15 498 25 x 10-5 1.24 20 0.8 20 mm
Pipa (3/4") pipa
Pipa
penyedia 2 di pasaran
45 penyedia 38.20% 16 40
+ S6
3
40 + 2 = 42

66
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Uk Nilai Jumlah Faktor Uk D V


Alat VI x ∑Q Q V
No Pipa Ekiv Daerah Nilai Interpola Pipa Q korek korek Ket
Plambing VII (l/mnt) (m3/det) (m3/det)
(mm) Pipa Ekivalen si (%) (mm) (mm) (mm)

Sistem 7
Sink
46 13 1 a73 - v 1 100% 1 13 15 535 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
13mm
(3/4")
Sistem 8
pipa di
Sink pasaran
47 13 1 a83 - vi 1 100% 1 13 15 550 25 x 10-5 1.88 20 0.8
13mm
Pipa
Pipa penyedia 3
127
48 penyedia + S7 + S8 38.60% 16.9 40
mm
4 42 +1 + 1 =
(5")
44
pipa di
Pipa
pasaran
49 utama 44 38.60% 16.9 40 550
lantai 3

67
4.3 Perhitugan Dimensi Ground Reservoar (GR)
Waktu Pemakaian PDAM
a. Perencanaan
1. Pemakaian PDAM = 05.00 - 19.00 (14 jam/hari)
2. Pemakaian Pompa = 06.00 - 16.00 (10 jam/hari)
3. Distribusi Air = 08.00 - 16.00 (8 jam/hari)
b. Direncanakan
1. Tinggi Ground Reservoar = 2m
66 m3
Q PDAM =
14 jam
= 4,71 m3/ jam
66 m3
Q Pompa =
12 jam
= 5,5 m3/jam
V PDAM = 4,71 m3/jam x 1 jam
= 4,71 m3
V Pompa = 5,5 m3/jam x 1 jam
= 5,5 m3/jam
Diketahui :
Qh = 1100 liter /menit (Didapat dari tabel Q pipa utama lantai 2)
Qh = 66 m3 /jam
Qh max = 115,5 m3/ jam

Qd total
Qh =
T
Qd total = 66 m3 x 8
= 528 m3/ hari

2
Qs = 3 x Qh
2
= 3 x 66
= 44 m3/jam
Qf = 5% x Qd
Qd total
= 5% x
1,2
= 5% x 440
= 22 m3 / hari

68
Jawab :
GR = [(Qd total – (Qs x t) + Qf] T
= [(528 m3/hari – (44 m3/jam x 8 jam/hari) + 22 m3/hari] 1hari
= 528 m3/hari – 352 m3/hari + 22 m3/hari
= 198m3

Perencanaan
T Ground Reservoar =2m
P:L =2:1
P = 2L

V Ground Reservoar =P.L.T


198 m3 = 2L . L . 2
198 m3 = 4L2
L2 = 49,5 m2
L = 7,03 m ~ 7 m
P = 2L
P =2.7
P = 14 m

4.4 Perhitugan Dimensi Roof Tank (RT)


A. Roof Tank
Diketahui :
Qh max = Qpu = 1,925 m3/menit
Qp = Qm max = 3,85 m3/menit
Tp = 45 menit
Tpu = 30 menit
NB : data Q didapat dari Q tabel pipa utama lantai 2
Jawab :
RT = [(Qp – Qh max) x Tp] – (Qpu x Tpu)
= [(3,85 m3/mnt – 1,925 m3/mnt) x 45 mnt] – (1,925 m3/mnt x 30 mnt)
= 86,625 m3 – 57,75 m3
= 28,875 m3~29 m3
= 29.000 liter
Dengan begitu kami memakai roof tank yang ada dipasaran dengan merk Penguin,
Type TB3000. volume 30000 liter dengan tinggi roof tank 4,2 m dan diameter
roof tank 3,25m.

69
4.5 Perhitungan Tinggi Kritis
A. Menghitung head kerugian gesek untuk pipa tegak (head mayor)
Diketahui :
Q1 : debit pada pipa utama lantai 2 Q2 : debit lavatory
Q1 = 183 x 10-4 Q2 = 2,5.10-4 m3/det
D1 = 0,127 m D2 = 0,02 m
2,63 -4 2,63
(D1) = 44 x 10 m (D2) = 3,4 x 10-5m
L1 = (2+ 3+ 5+ 4+ L2 = (34,44+2,93
0.3+1) m +5,25+43,48+6,3+1,95)
= 15 m = 94,35 m
C pipa pvc = 130

Rumus Hf mayor
Q 1,85
Hf = 2,63 xL
0,2785 x C xD

1,85
183 x 10-4 m3 /det
Hf1 =( ) x 15,3 m
0,2785 x 130 x 44 x 10-4 m
Hf1 = (0,1148)1,85 x 15,3 m
= 0,27 m

1,85
2,5 x 10-4 m3 /det
Hf2 = ( ) x 94,35
0,2785 x 130 x3,4 x 10 -5 m
Hf2 = (0,2)1,85 x 94,35 m
= 4,71 m

Hf mayor = Hf1 + Hf2


= 0,27 m + 4,71 m
= 4,98 m

B. Menghitung head kerugian gesek untuk head minor


Diketahui :
v1 pada pipa utama lt 2 = 1,44 m/det
v2 pada pipa lavatory = 0,80 m/det

k1 pipa belokan 900 (127 mm) = 5,1


k2 pipa Tee aliran lurus (127 mm) = 1,5
k3 pipa Tee aliran cabang (20 mm) = 1,2
k4 pipa belokan 900 (20mm) = 0,75

70
Rumus Hf minor
v2
Hf =k
2g
 Pipa belokan 900 (127mm) dari tandon ke shaff
(1,44 m/det)2
Hf = 5,1 x
2 x 9,81 m/det2
Hf1 = 0,54 m

 Karena jumlah pipa belokan 900 (127mm) dari tandon ke shaff , ada 3 maka :
Hf1 = 3 (0,54) m
Hf1 = 1,62 m

 Pipa Tee aliran lurus (127 mm) dari tandon ke shaff


(1,44 m/det)2
Hf2 = 1,5 x
2 x 9,81 m/det2
Hf2 = 0,15 m

 Pipa Tee aliran cabang (20 mm) dari tandon ke shaff


(0,8 m/det)2
Hf3 = 1,2 x
2 x 9,81 m/det2
Hf3 = 0,04 m

 Karena jumlah pipa Tee aliran cabang (20 mm) dari pipa penyedia ke alat
plambing terkritis (lavatory), ada 13 maka :
Hf3 = 13 (0,04) m
Hf3 = 0,52 m

 Pipa belokan 900 (20mm) dari pipa penyedia ke alat plambing terkritis
(lavatory) :
(0.8 m/det)2
Hf4 = 0,75 x
2 x 9,81 m/det2
Hf4 = 0,024 m

 Pipa belokan 900 (20mm) dari pipa penyedia ke alat plambing terkritis
(lavatory), ada 6 maka :
Hf4 = 6 (0,024) m
Hf4 = 0,14 m

Hf minor = Hf1 + Hf2 + Hf3 + Hf4


= (1,62 + 0,15 + 0,52 + 0,14) m
= 2,43 m

71
HF = Hf mayor + Hf minor
HF = 4,98 m + 2,43 m
HF = 7,41 m

(5 + 1,5) m = 6,5 m
Htangki atap = HF + Pmin + Hs (Head statik)
Htangki atap = 7,41m + 3 m + 6,5 m
Htangki atap = 16,91 m

Hkritis = Htangki atap – Hgedung


Hkritis = 16,91 m –15 m
Hkritis = 1,91 m

4.6 Perhitungan Pompa


Perencanaan diameter pipa ini, untuk kecepatan aliran V, asumsi kecepatan aliran V =
1,0 m/s, sehingga didapat Diameter pipa sebagai berikut :
Q = 797 orang x 100 liter/hari
100 . 10-3
= 797 x
288 .102
797 . 10-1
=
288 .102
= 2,76 x 10−3 m3/detik
= 0.165 m3/menit
= 9.9 m3/jam

Asumsi V = 1
4Q
D =√
πV

4 . 2,76 x 10-3
=√
3,14 x 1

= √3,51 x 10-3

= √35,1 x 10-4
= 5,92 x 10−2 m
= 59 mm
≈ 50,8 mm = 2 inch
Dengan menyesuaikan pipa yang terpasang, msks diameter nominal (DN) pipa yang
digunakan dengan inside diameter (ID) = 40,9 mm = 0,0409 m (Standard Pipe
Schedule 40 ASTM A53). Maka kecepatan aliran dalam pipa sebenarnya adalah :

72
4Q
V=
πD2
-3
2,76 x 10
=
3,14.(0,0409)2
0,01104
= 0,00525
= 2,1 m/s

Suction Pipe
Tabel 4.5 Perhitungan head loss pipa hisap (Suction Pipe)
Panjang (m) Hf
Hf
No Head Loss / Rumus f (Koefisien Gesek) Total
(m)
Jumlah (pcs) (m)
Pipa Hisap (Suction Pipe)
𝑓 = 0,19
𝑉 2 (dari ASHRAE
1 Gate Valve 1 pcs 𝐻𝑓 = 𝑓. 0,08 0,08
2. 𝑔 Handbook (2001,
p.35.1)
𝑓 = 2,04
Katup hisap 2
𝑉 (dari buku Sularso
2 dengan 1 pcs 𝐻𝑓 = 𝑓. 0,45 0,45
2. 𝑔 Pompa & Kompresor
saringan
hal. 39)
𝑓 = 0,15
Belokan pipa 𝑉2 (dari buku Sularso
3 3 pcs 𝐻𝑓 = 𝑓. 0,033 0,099
(Elbow 90°) 2. 𝑔 Pompa & Kompresor
hal. 34)
Total 0,629

Hf Mayor
 L = 6 m+3,2 m = 9,2 m
2,76 𝑥 10−3
Hf Mayor = ( )1,85 x 9,2
0,2783 .130 .2,23 𝑥 10−4
1,85
2,76 x 10-3
=( ) x 9,2
80,69 x 10-4
= (0,34)1,85 x 9,2
= 0,135 x 9,2
= 1,24 m
Hf Minor
 Gate Valve
𝑉2
 𝐻𝑓 = 𝑓. 2.𝑔

73
2,12
= 0,19. 19,62
= 0,04 m
= 0,04 x 2
= 0,08 m

 Katup hisap dengan saringan


V2
 Hf =f
2g
(2,1)2
= 2,04. 19,62
= 0,45 m
 Belokan pipa (Elbow 90°)
V2
 Hf =f
2g
(2,1)2
= 0,15. 19,62
= 0,033
= 0,033 x 3
= 0,099 m
Total : 0,08 + 0,45 + 0,099 = 0,629 m

Discharge Pipe
Tabel 4.6 Perhitungan head loss pipa buang (Discharge Pipe)
Panjang (m) Hf
Hf
No Head Loss / Rumus f (Koefisien Gesek) Total
(m)
Jumlah (pcs) (m)
Pipa Buangan (Discharge Pipe)
𝑓 = 0,19
2
𝑉 (dari ASHRAE
1 Gate Valve 2 pcs 𝐻𝑓 = 𝑓. 0,04 0,08
2. 𝑔 Handbook (2001,
p.35.1)
𝑓 = 0,15
Belokan pipa 𝑉2 (dari buku Sularso 0,03
2 3 pcs 𝐻𝑓 = 𝑓. 0,099
(Elbow 90°) 2. 𝑔 Pompa & Kompresor 3
hal. 34)
𝑓 = 2,5
2
𝑉 (dari ASHRAE
3 Check Valve 1 pcs 𝐻𝑓 = 𝑓. 0,55 0,55
2. 𝑔 Handbook (2001,
p.35.1)
Total 0,729

74
Hf Mayor
 L = 25,76 + 0,7 = 26,46 m
1,85
2,76 x 10-3
Hf Mayor = ( ) x 26,46
0,2783 .130 .2,23 x 10-4
1,85
2,76 x 10-3
=( ) x 26,46
80,69 x 10-4
= (0,34)1,85 x 26,46
= 0,135 x 26,46
= 3,57 m

Hf Minor
 Gate Valve
V2
 Hf =f
2.g
(2,1)2
= 0,19. 19,62
= 0,04 m
= 0,04 x 2
= 0,08 m

 Belokan pipa (Elbow 90°)


V2
 Hf =f
2.g
2,12
= 0,15. 19,62
= 0,033
= 0,033 x 3
= 0,099 m

 Check Valve
V2
 Hf =f
2.g
2,12
= 2,5. 19,62
= 0,55 m
Total : 0,08 + 0,099 + 0,55 = 0,729 m
 Hf Pompa = (Hf mayor + Hf minor) Suction + (Hf mayor + Hf minor) discharge
= (1,24 + 0,629) + (3,57 + 0,729)
= 6,168 m

75
 Ha = H suction + Hdischarge
= - 3,32 + 25,83 – 0,8
= 21,71 m
𝑉2
 H total = Ha +∆ℎ𝑝 + Hf Pompa + 𝑔
(2,1)2
= 21,71 + 0 + 6,168 + 9,81
= 27,868 + 0,45
= 28,318 m

Gambar 4.1 Penentuan spesifikasi pompa air bersih

76
Berdasarkan Diagram Pemilihan Pompa Standard maka didapat Pompa dengan
spesifikasi seperti ditunjukkan pada Gambar .
Pompa yang dipilih adalah: 40 x 32B2 – 5 1,5 . Arti dari kode tersebut adalah:
 40 = Diameter isap (40 mm)
 32 = Diameter buang (32 mm)
 B = Type rumah
 Jumlah katub = 2, katubnya 2 dan 3000rpm
 5 = Frekuensi (50 Hz)
 Daya motor = 1,5 kW (2,0115 HP)
Pompa yang terpasang pada sistem pemipaan gedung tersebut adalah Pompa Sentrifugal:
 Merk: EBARA
 Kapasitas: 9.9 m3/jam
 Power: 2HP / 50Hz / 3Phase
 Total Head: 28,318 m

Tabel 4.7 Penentuan spesifikasi pompa air bersih

Berdasarkan tabel diatas, kami menggunakan pompa merk EBARA dengan type pompa CDX
200/20 (Three phase)

77
BAB V
KRITERIA PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN AIR BUANGAN

5.1 Diameter Pipa Air Bekas


5.1.1 Kriteria Perencanaan
a. Nilai fixture unit dapat dilihat pada tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures (As
stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269)
b. Diameter air buangan dapat dilihat pada tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures
(As stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269)
c. P (permissible) dapat dilihat pada tabel 11.6 Capacities of Horizontal Branches and
Primary Branches of the building drain (“Plumbing” Harold and Babbit halaman
273)
d. Nilai a dapat dilihat pada buku “Plumbing” Harold and Babbit halaman 276

5.1.2 Desain Perencanaan


a. Direncanakan sistem air bekas dan sistem air kotor adalah dipisah
b. Berdasarkan tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures (As stated by various
authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269), nilai Fixture Unit untuk
kitchen sink adalah 4, lavatory dan floor drain adalah 2.
c. Berdasarkan tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures (As stated by various
authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269), diameter pipa air
buangan untuk kitchen sink, lavatory, dan floor drain adalah 1 ½ inchi.
d. Direncanakan slope untuk air bekas adalah ¼
e. Berdasarkan tabel 11.6 Capacities of Horizontal Branches and Primary Branches of
the building drain (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 273), nilai P
(permissible) untuk slope ¼ dan diameter pipa 1 ½ adalah 5
f. Berdasarkan buku “Plumbing” Harold and Babbit halaman 276, nilai a untuk slope
¼ adalah 0.005

5.2 Diameter Pipa Air Kotor


5.2.1 Kriteria Perencanaan
a. Nilai fixture unit dapat dilihat pada tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures (As
stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269)
b. Diameter air buangan dapat dilihat pada tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures
(As stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269)
c. P (permissible) dapat dilihat pada tabel 11.6 Capacities of Horizontal Branches and
Primary Branches of the building drain (“Plumbing” Harold and Babbit halaman
273)
d. Nilai a dapat dilihat pada buku “Plumbing” Harold and Babbit halaman 276

78
5.2.2 Desain Perencanaan
a. Direncanakan sistem air bekas dan sistem air kotor adalah dipisah
b. Berdasarkan tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures (As stated by various
authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269), nilai Fixture Unit untuk
kloset adalah 12 dan untuk urinal adalah 10.
c. Berdasarkan tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures (As stated by various
authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269), diameter pipa air
buangan untuk kloset dan urinal adalah 3 inchi.
d. Direncanakan slope untuk air kotor adalah ¼
e. Berdasarkan tabel 11.6 Capacities of Horizontal Branches and Primary Branches of
the building drain (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 273), nilai P
(permissible) untuk slope ¼ dan diameter pipa 1 ½ adalah 5
f. Berdasarkan buku “Plumbing” Harold and Babbit halaman 276, nilai a untuk slope
¼ adalah 0.005

5.3 Diameter Pipa Vent


5.3.1 Kriteria Perencanaan
1) Nilai fixture unit dapat dilihat pada table 2.8 Fixture Unit for Various Fixtures
(As stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman
269)
2) Diameter air buangan dapat dilihat pada table 2.8 Fixture Unit for Various
Fixtures (As stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit
halaman 269)
3) Diameter pipa vent vertical dan horizontal dapat dilihat pada table 2.12 Sizes
and Lengths of Vents (“National Plumbing Code, “See. 12.21.5) (“Plumbing”
Harold and Babbit halaman 295)
4) L pipa yang di ijinkan dapat dilihat pada table 2.12 Sizes and Lengths of Vents
(“National Plumbing Code, “See. 12.21.5) (“Plumbing” Harold and Babbit
halaman 295)

5.3.2 Desain Perencanaan


1) Berdasarkan table 2.8 Fixture Unit for Various Fixtures (As stated by various
authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269), nilai fixture unit
untuk kloset adalah 12, urinal adalah 10, kitchen sink adalah 4 dan lavatory
adalah 2.
2) Berdasarkan table 2.12 Sizes and Lengths of Vents (“National Plumbing Code,
“See. 12.21.5) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 295), diameter pipa
vent vertical dilihat berdasarkan pipa air buangan dan nilai Fixture Unit (FU).
Sedangkan diameter pipa vent horizontal dilihat berdasarkan diameter pipa air
buangan dan jumlah nilai Fixture Unit (FU).

79
Tabel 5.1 Penentuan diameter pipa air kotor pada lantai 3

L Pipa antar
Min Alat Koreksi
Daerah Total Ø Pipa ∑L ∑ FU yang
No AP Ø FU Slope P a Plambing Ket
AP FU (inch) (ft) diijinkan
inch Ø Pipa ∑ FU yang
(m) (ft) P a
(inch) diijinkan
Main Pipe
1 A3-B3 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8 CO
2 B3-C3 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 6.5 13.1 36.4 4 216 0.005 186.9 CO
3 C3-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.9 6.2 19.3 193.6 4 216 0.005 193.7 CO
Primary Branch 1
4 D3-E3 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8
5 E3-F3 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 1.9 6.2 12.7 36.3 4 216 0.005 186.9
6 F3-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 0.6 1.9 14.7 188.7 4 216 0.005 188.7
Main Pipe
Pipa 36 + 5.9 +
7 i Penyedia 36 = 4 1/4 216 0.005 4.5 = 34.1 34.1 216.0
1 72 10.4
Primary Branch 2
8 G3-H3 Urinal 3 10 10 4 1/4 216 0.005 1 3.3 3.3 176.4 CO
9 H3-I3 Urinal 3 10 20 4 1/4 216 0.005 1 3.3 6.5 179.8
10 I3-J3 Urinal 3 10 30 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 10.2 183.8

80
L Pipa antar
Alat Koreksi
Min Ø ∑ FU
Daerah Alat Total Plambing ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP plambing FU (ft) ∑ FU
inch (inch) diijinkan Ø Pipa
(m) (ft) P a yang
(inch)
diijinkan

11 J3-ii Urinal 3 10 40 4 1/4 216 0.005 0.5 1.6 11.8 185.5 CO

Main Pipe
12 i-ii 4.7 15.4 15.4
10.4 +
Pipa 72 +
3.6 +
13 Ii Penyedia 40 = 4 1/4 216 0.005 61.3 61.3 239.0
4.7 =
2 112
18.7
14 ii-K3 Urinal 3 10 122 4 1/4 216 0.005 1.5 4.9 4.9 178.1
15 K3-L3 Urinal 3 10 132 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 8.5 182
16 L3-M3 Urinal 3 10 142 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 12.1 185.8
17 M3-N3 Urinal 3 10 152 4 1/4 216 0.005 1 3.3 15.4 189.4
18 N3-iii 6 19.7 19.7
Primary Branch 3
19 O3-P3 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 1.9 3.3 3.3 22.0 4 216 0.005 176.36 CO
20 P3-Q3 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 3.3 6.5 34.9 4 216 0.005 179.82 CO

81
L Pipa antar
Alat Koreksi
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Plambing ∑L ∑ FU yang
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) (ft) diijinkan Ø ∑ FU
inch
(m) (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan
21 Q3-R3 Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.6 5.9 12.5 186.30 4 216 0.005 186.30 CO
22 R3-S3 Kloset 3 12 48 4 1/4 216 0.005 2 3.3 15.7 189.76 4 216 0.005 189.76 CO
23 S3-T3 Kloset 3 12 60 4 1/4 216 0.005 2 3.3 19 193.32 4 216 0.005 193.32 CO
24 T3-iii Kloset 3 12 72 4 1/4 216 0.005 1.3 4.3 23.3 197.96 4 216 0.005 197.96 CO
Main Pipe
18.7 +
152 +
Pipa 6+
25 iii 72 = 4 1/4 216 0.005 116.4 116.4 298.51
Penyedia 3 10.8 =
224
35.5
35.5 +
iii Lantai Pipa Utama
26 224 4 1/4 216 0.005 61.1 = 316.5 316.8 514.94
3 - Shaff Lantai 3
96.6

82
L Pipa antar
Koreksi
Min Alat Plambing
Daerah Alat Total Ø Pipa ∑L ∑ FU yang
No Ø FU Slope P a ∑ FU Ket
AP plambing FU (inch) (ft) diijinkan Ø Pipa
inch (m) (ft) P a yang
(inch)
diijinkan
Pipa Tegak
27 224 5 1/4 1100 0.005 5 16.4 16.4 970.20
Lantai 3
Pipa Tegak
28 448 5 1/4 1100 0.005 5 16.4 32.8 1060.40
Lantai 2

29 Pipa Tegak 672 5 1/4 1100 0.005 5 16.4 49.2 1150.60


Lantai 1

83
Tabel 5.2 Penentuan diameter pipa air kotor pada lantai 2

L Pipa antar
Alat Koreksi
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Plambing ∑L ∑ FU yang
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) (ft) diijinkan ∑ FU
inch Ø Pipa
(m) (ft) P a yang
(inch)
diijinkan
Main Pipe
30 A2-B2 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8 CO
31 B2-C2 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 6.5 13.1 36.4 4 216 0.005 186.9 CO
32 C2-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.9 6.2 19.3 193.6 4 216 0.005 193.7 CO
Primary Branch 1
33 D2-E2 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8
34 E2-F2 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 1.9 6.2 12.7 36.3 4 216 0.005 186.9
35 F2-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 0.6 1.9 14.7 188.7 4 216 0.005 188.7
Main Pipe
36 + 5.9 +
Pipa
36 i 36 = 4 1/4 216 0.005 4.5 = 34.1 34.1 216.0
Penyedia 1
72 10.4
Primary Branch 2
37 G2-H2 Urinal 3 10 10 4 1/4 216 0.005 1 3.3 3.3 176.4 CO
38 H2-I2 Urinal 3 10 20 4 1/4 216 0.005 1 3.3 6.5 179.8
39 I2-J2 Urinal 3 10 30 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 10.2 183.8

84
L Pipa antar
Min Alat Koreksi
Daerah Alat Total Ø Pipa ∑L ∑ FU yang
No Ø FU Slope P a Plambing Ket
AP plambing FU (inch) (ft) diijinkan
inch Ø Pipa ∑ FU yang
(m) (ft) P a
(inch) diijinkan

40 J2-ii Urinal 3 10 40 4 1/4 216 0.005 0.5 1.6 11.8 185.5 CO

Main Pipe
41 i-ii 4.7 15.4 15.4
10.4 +
72 +
Pipa 3.6 +
42 Ii 40 = 4 1/4 216 0.005 61.3 61.3 239.00
Penyedia 2 4.7 =
112
18.7
43 ii-K2 Urinal 3 10 122 4 1/4 216 0.005 1.5 4.9 4.9 178.09
44 K2-L2 Urinal 3 10 132 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 8.5 182
45 L2-M2 Urinal 3 10 142 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 12.1 185.87
46 M2-N2 Urinal 3 10 152 4 1/4 216 0.005 1 3.3 15.4 189.43
47 N2-iii 6 19.7 19.7
Primary Branch 3
48 O2-P2 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 1.9 3.3 3.3 22.05 4 216 0.005 176.36 CO
49 P2-Q2 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 3.3 6.5 34.97 4 216 0.005 179.82 CO

85
L Pipa antar
Alat Koreksi
Min Ø ∑ FU
Daerah Alat Total Plambing ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft) Ø ∑ FU
inch (inch) diijinkan
(m) (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan
50 Q2-R2 Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.6 5.9 12.5 186.3 4 216 0.005 186.30 CO
51 R2-S2 Kloset 3 12 48 4 1/4 216 0.005 2 3.3 15.7 189.7 4 216 0.005 189.76 CO
52 S2-T2 Kloset 3 12 60 4 1/4 216 0.005 2 3.3 19 193.3 4 216 0.005 193.32 CO
53 T2-iii Kloset 3 12 72 4 1/4 216 0.005 1.3 4.3 23.3 197.9 4 216 0.005 197.96 CO
Main Pipe
18.7 +
152 +
Pipa 6+
54 iii 72 = 4 1/4 216 0.005 116.4 116.4 298.5
Penyedia 3 10.8 =
224
35.5
35.5 +
iii Lantai Pipa Utama
55 224 4 1/4 216 0.005 61.1 = 316.5 316.8 514.9
3 - Shaff Lantai 3
96.6

56 448 5 1/4 1100 0.005 5 16.4 32.8 1060.4


Pipa Tegak
Lantai 2

86
Tabel 5.3 Penentuan diameter pipa air kotor pada lantai 1

L Pipa antar
Min Alat Koreksi
Daerah Alat Total Ø Pipa ∑L ∑ FU yang
No Ø FU Slope P a Plambing Ket
AP plambing FU (inch) (ft) diijinkan
inch Ø Pipa ∑ FU yang
(m) (ft) P a
(inch) diijinkan
Main Pipe
57 A1-B1 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8 CO
58 B1-C1 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 6.5 13.1 36.4 4 216 0.005 186.9 CO
59 C1-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.9 6.2 19.3 193.6 4 216 0.005 193.7 CO
Primary Branch 1
60 D1-E1 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8
61 E1-F1 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 1.9 6.2 12.7 36.3 4 216 0.005 186.9
62 F1-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 0.6 1.9 14.7 188.7 4 216 0.005 188.7
Main Pipe
36 + 5.9 +
Pipa
63 i 36 = 4 1/4 216 0.005 4.5 = 34.1 34.1 216.0
Penyedia 1
72 10.4
Primary Branch 2
64 G1-H1 Urinal 3 10 10 4 1/4 216 0.005 1 3.3 3.3 176.4 CO
65 H1-I1 Urinal 3 10 20 4 1/4 216 0.005 1 3.3 6.5 179.8
66 I1-J1 Urinal 3 10 30 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 10.2 183.8

87
L Pipa antar
Min Alat Koreksi
Daerah Alat Total Ø Pipa ∑L ∑ FU yang
No Ø FU Slope P a Plambing Ket
AP plambing FU (inch) (ft) diijinkan
inch Ø Pipa ∑ FU yang
(m) (ft) P a
(inch) diijinkan

67 J1-ii Urinal 3 10 40 4 1/4 216 0.005 0.5 1.6 11.8 185.5


CO
Main Pipe
68 i-ii 4.7 15.4 15.4
10.4 +
72 +
Pipa 3.6 +
69 Ii 40 = 4 1/4 216 0.005 61.3 61.3 239.0
Penyedia 2 4.7 =
112
18.7
70 ii-K1 Urinal 3 10 122 4 1/4 216 0.005 1.5 4.9 4.9 178.0
71 K1-L1 Urinal 3 10 132 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 8.5 182
72 L1-M1 Urinal 3 10 142 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 12.1 185.8
73 M1-N1 Urinal 3 10 152 4 1/4 216 0.005 1 3.3 15.4 189.4
74 N1-iii 6 19.7 19.7
Primary Branch 3
75 O1-P1 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 1.9 3.3 3.3 22.05 4 216 0.005 176.36 CO
76 P1-Q1 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 3.3 6.5 34.9 4 216 0.005 179.82 CO

88
L Pipa antar
Koreksi
Alat Plambing
Min Ø
Daerah Alat Total ∑L ∑ FU yang ∑ FU
No Ø FU Pipa Slope P a Ø Ket
AP plambing FU (ft) diijinkan yang
inch (inch) (m) (ft) Pipa P a
diijink
(inch)
an
77 Q1-R1 Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.6 5.9 12.5 186.3 4 216 0.005 186.3 CO
78 R1-S1 Kloset 3 12 48 4 1/4 216 0.005 2 3.3 15.7 189.7 4 216 0.005 189.7 CO
79 S1-T1 Kloset 3 12 60 4 1/4 216 0.005 2 3.3 19.0 193.3 4 216 0.005 193.3 CO
80 T1-iii Kloset 3 12 72 4 1/4 216 0.005 1.3 4.3 23.3 197.9 4 216 0.005 197.9 CO
Main Pipe
152 + 18.7 + 6
Pipa
81 iii 72 = 4 1/4 216 0.005 + 10.8 = 116.4 116.4 298.5
Penyedia 3
224 35.5
iii Pipa 35.5 +
82 Lantai 3 Utama 224 4 1/4 216 0.005 61.1 = 316.5 316.8 514.9
- Shaff Lantai 3 96.6
Pipa
83 Tegak 448 5 1/4 1100 0.005 5 16.4 32.8 1150.6
Lantai 1

89
Tabel 5.4 Penentuan diameter pipa vent air kotor pada lantai 1
L Pipa L Pipa
Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa buangan Vent L Pipa Vent
No Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)

Main Pipe
1 A1-B1 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 5 16.4 35 2
2 B1-C1 Kloset 3 12 24 3 2 6.5 5 16.4 35 2
3 C1-i Kloset 3 12 36 4 1.9 6.2 5 16.4 35 2
Primary Branch 1
4 D1-E1 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 5 16.4 35 2
5 E1-F1 Kloset 3 12 24 3 1.9 6.2 5 16.4 35 2
6 F1-i Kloset 3 12 36 4 0.6 1.9 5 16.4 35 2
Main Pipe
36 + 36 5.9 + 4.5
7 i Pipa Penyedia 1 4 34.1
= 72 = 10.4
Primary Branch 2
8 G1-H1 Urinal 3 10 10 4 1 3.3 5 16.4 35 2
9 H1-I1 Urinal 3 10 20 4 1 3.3 5 16.4 35 2
10 I1-J1 Urinal 3 10 30 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
11 J1-ii Urinal 3 10 40 4 0.5 1.6 5 16.4 35 2

90
L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe
10.4 + 3.6
72 + 40
12 ii Pipa Penyedia 2 4 + 4.7 = 61.3
= 112
18.7
13 ii-K1 Urinal 3 10 122 4 1.5 4.9 5 16.4 35 2
14 K1-L1 Urinal 3 10 132 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
15 L1-M1 Urinal 3 10 142 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
16 M1-N1 Urinal 3 10 152 4 1 3.3 5 16.4 35 2
Primary Branch 3
17 O1-P1 Kloset 3 12 12 3 1.9 3.3 5 16.4 35 2
18 P1-Q1 Kloset 3 12 24 3 2 3.3 5 16.4 35 2
19 Q1-R1 Kloset 3 12 36 4 1.6 5.9 5 16.4 35 2
20 R1-S1 Kloset 3 12 48 4 2 3.3 5 16.4 35 2
21 S1-T1 Kloset 3 12 60 4 2 3.3 5 16.4 35 2
22 T1-iii Kloset 3 12 72 4 1.3 4.3 5 16.4 35 2

91
Tabel 5.5 Penentuan diameter pipa vent air kotor pada lantai 2
L Pipa L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa Vent
No buangan Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe
23 A2-B2 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 5 16.4 35 2
24 B2-C2 Kloset 3 12 24 3 2 6.5 5 16.4 35 2
25 C2-i Kloset 3 12 36 4 1.9 6.2 5 16.4 35 2
Primary Branch 1
26 D2-E2 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 5 16.4 35 2
27 E2-F2 Kloset 3 12 24 3 1.9 6.2 5 16.4 35 2
28 F2-i Kloset 3 12 36 4 0.6 1.9 5 16.4 35 2
Main Pipe
36 + 36 5.9 + 4.5
29 i Pipa Penyedia 1 4 34.1
= 72 = 10.4
Primary Branch 2
30 G2-H2 Urinal 3 10 10 4 1 3.3 5 16.4 35 2
31 H2-I2 Urinal 3 10 20 4 1 3.3 5 16.4 35 2
32 I2-J2 Urinal 3 10 30 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
33 J2-ii Urinal 3 10 40 4 0.5 1.6 5 16.4 35 2

92
L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe
10.4 + 3.6
72 + 40
34 ii Pipa Penyedia 2 4 + 4.7 = 61.3
= 112
18.7
35 ii-K2 Urinal 3 10 122 4 1.5 4.9 5 16.4 35 2
36 K2-L2 Urinal 3 10 132 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
37 L2-M2 Urinal 3 10 142 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
38 M2-N2 Urinal 3 10 152 4 1 3.3 5 16.4 35 2
Primary Branch 3
39 O2-P2 Kloset 3 12 12 3 1.9 3.3 5 16.4 35 2
40 P2-Q2 Kloset 3 12 24 3 2 3.3 5 16.4 35 2
41 Q2-R2 Kloset 3 12 36 4 1.6 5.9 5 16.4 35 2
42 R2-S2 Kloset 3 12 48 4 2 3.3 5 16.4 35 2
43 S2-T2 Kloset 3 12 60 4 2 3.3 5 16.4 35 2
44 T2-iii Kloset 3 12 72 4 1.3 4.3 5 16.4 35 2

93
Tabel 5.6 Penentuan diameter pipa vent air kotor pada lantai 3
L Pipa L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa Vent
No buangan Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe
45 A3-B3 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 1 3.28 35 2
46 B3-C3 Kloset 3 12 24 3 2 6.5 1 3.28 35 2
47 C3-i Kloset 3 12 36 4 1.9 6.2 1 3.28 35 2
Primary Branch 1
48 D3-E3 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 6 19.6 35 2
49 E3-F3 Kloset 3 12 24 3 1.9 6.2 4.5 14.7 35 2
50 F3-i Kloset 3 12 36 4 0.6 1.9 3 9.8 35 2
Main Pipe
36 + 36 5.9 + 4.5
51 i Pipa Penyedia 1 4 34.1
= 72 = 10.4
Primary Branch 2
52 G3-H3 Urinal 3 10 10 4 1 3.3 5 16.4 35 2
53 H3-I3 Urinal 3 10 20 4 1 3.3 4 13,1 35 2
54 I3-J3 Urinal 3 10 30 4 1.1 3.6 3 9.8 35 2
55 J3-ii Urinal 3 10 40 4 0.5 1.6 2 6.5 35 2

94
L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe
10.4 + 3.6
72 + 40
56 ii Pipa Penyedia 2 4 + 4.7 = 61.3
= 112
18.7
57 ii-K3 Urinal 3 10 122 4 1.5 4.9 1 3.2 35 2
58 K3-L3 Urinal 3 10 132 4 1.1 3.6 1 3.2 35 2
59 L3-M3 Urinal 3 10 142 4 1.1 3.6 1 3.2 35 2
60 M3-N3 Urinal 3 10 152 4 1 3.3 1 3.2 35 2
Primary Branch 3
61 O3-P3 Kloset 3 12 12 3 1.9 3.3 1 3.2 35 2
62 P3-Q3 Kloset 3 12 24 3 2 3.3 1 3.2 35 2
63 Q3-R3 Kloset 3 12 36 4 1.6 5.9 1 3.2 35 2
64 R3-S3 Kloset 3 12 48 4 2 3.3 1 3.2 35 2
65 S3-T3 Kloset 3 12 60 4 2 3.3 1 3.2 35 2
66 T3-iii Kloset 3 12 72 4 1.3 4.3 1 3.2 35 2

95
Tabel 5.7 Penentuan diameter pipa air bekas pada lantai 3
L Pipa
antar
Koreksi
Alat
Min Ø Plambing ∑ FU
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan Ø ∑ FU
m (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan

Primary Branch 7
1 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,5 6,5 17,49
2 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
3 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 2,8 9,2 21,9 19,11
4 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 28,2 19,76
5 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 32,5 20,21
Main Pipe
6 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1/4 21 0,005 1 3,3 3,3 17,14 4 216 0,005 176,3
7 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 1/4 21 0,005 5,5 18,0 21,3 19,04 4 216 0,005 195,8
Primary Branch 6
8 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,6 6,6 17,49
9 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
10 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1 3,3 16,0 18,49

96
L Pipa
Min antar Alat Koreksi
Ø ∑ FU
Daerah Alat Total Plambing ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft) Ø ∑ FU
inch (inch) diijinkan
(m) (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan
Main Pipe
16.4
+
Pipa 14 +6
11 i 2 1/4 21 0,005 4.9 69,9 69,9 24,14 4 216 0,005 248,2
Penyedia 1 = 20
=
21.3
Main Pipe
12 i-K3 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1/4 24 0,005 1,9 6,2 6,2 19,95 4 216 0,005 179,5
13 K3-L3 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1/4 24 0,005 1.0 3,3 9,5 20,34 4 216 0,005 183,1
14 L3-M3 Floor Drain 2 2 26 3 1/4 42 0,005 0,8 2,6 12,1 36,15 4 216 0,005 185,9
15 M3-ii 2,3 7,5 19,7
Primary Branch 5
16 N3-O3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
17 O3-P3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 2 6,5 12,8 18,14
18 P3-ii Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 17,0 18,59
Primary Branch 4
19 Q3-R3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
20 R3-S3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,5 18,11

97
L Pipa antar
Min Koreksi
Ø Alat Plambing ∑ FU
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ø ∑ FU
AP Plambing FU (ft)
inch inch (m) (ft) diijinkan Pipa P a yang
(inch) diijinkan
52 + 3
31 iii-AA3 Sink 2 3 2 1/4 21 0,005 28,7 94,14 94,1 26,7 4 216 0,005 274,5
=55
32 AA3-iv 33,9 111,2 111,2
Primary Branch 1
33 AB3-iv Sink 2 3 3 2 1/4 21 0,005 40,1 131,5 131,5 30,6 4 216 0,005 314,8
(51.6
+28.7 +
Pipa 55 + 3
34 iv 4 1/4 216 0,005 33.9) + 506,1 506,1 719,4 4 216 0,005 719,4
Penyedia 4 = 58
40.1 =
154.3
Lantai 3 Pipa
35 58 4 1/4 21 0,005 4,1 13,4 13,4 18,2 4 216 0,005 187,3
- Shaff Utama
Pipa
36 Tegak 58 5 1/4 200 0,005 5 16,4 16,4
Lantai 3
Pipa
37 Tegak 116 5 1/4 200 0,005 5 16,4 32,8
Lantai 2
Pipa
38 Tegak 174 5 1/4 200 0,005 5 16,4 49,2
Lantai 1

98
Tabel 5.8 Penentuan diameter pipa air bekas pada lantai 2
L Pipa
antar
Koreksi
Alat
Min Ø Plambing ∑ FU
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan Ø ∑ FU
m (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan

Primary Branch 7
1 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,5 6,5 17,49
2 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
3 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 2,8 9,2 21,9 19,11
4 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 28,2 19,76
5 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 32,5 20,21
Main Pipe
6 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1/4 21 0,005 1 3,3 3,3 17,14 4 216 0,005 176,3
7 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 1/4 21 0,005 5,5 18,0 21,3 19,04 4 216 0,005 195,8
Primary Branch 6
8 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,6 6,6 17,49
9 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
10 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1 3,3 16,0 18,49

99
L Pipa
Min antar Alat Koreksi
Ø ∑ FU
Daerah Alat Total Plambing ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft) Ø ∑ FU
inch (inch) diijinkan
(m) (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan
Main Pipe
16.4
+
Pipa 14 +6
11 i 2 1/4 21 0,005 4.9 69,9 69,9 24,14 4 216 0,005 248,2
Penyedia 1 = 20
=
21.3
Main Pipe
12 i-K3 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1/4 24 0,005 1,9 6,2 6,2 19,95 4 216 0,005 179,5
13 K3-L3 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1/4 24 0,005 1.0 3,3 9,5 20,34 4 216 0,005 183,1
14 L3-M3 Floor Drain 2 2 26 3 1/4 42 0,005 0,8 2,6 12,1 36,15 4 216 0,005 185,9
15 M3-ii 2,3 7,5 19,7
Primary Branch 5
16 N3-O3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
17 O3-P3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 2 6,5 12,8 18,14
18 P3-ii Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 17,0 18,59
Primary Branch 4
19 Q3-R3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
20 R3-S3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,5 18,11

100
L Pipa antar
Min Koreksi
Ø Alat Plambing ∑ FU
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ø ∑ FU
AP Plambing FU (ft)
inch inch (m) (ft) diijinkan Pipa P a yang
(inch) diijinkan
52 + 3
31 iii-AA3 Sink 2 3 2 1/4 21 0,005 28,7 94,14 94,1 26,7 4 216 0,005 274,5
=55
32 AA3-iv 33,9 111,2 111,2
Primary Branch 1
33 AB3-iv Sink 2 3 3 2 1/4 21 0,005 40,1 131,5 131,5 30,6 4 216 0,005 314,8
(51.6
+28.7 +
Pipa 55 + 3
34 iv 4 1/4 216 0,005 33.9) + 506,1 506,1 719,4 4 216 0,005 719,4
Penyedia 4 = 58
40.1 =
154.3
Lantai 3 Pipa
35 58 4 1/4 21 0,005 4,1 13,4 13,4 18,2 4 216 0,005 187,3
- Shaff Utama
Pipa
37 Tegak 116 5 1/4 200 0,005 5 16,4 32,8
Lantai 2

101
Tabel 5.9 Penentuan diameter pipa air bekas pada lantai 1
L Pipa
antar
Koreksi
Alat
Min Ø Plambing ∑ FU
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan Ø ∑ FU
m (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan

Primary Branch 7
1 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,5 6,5 17,49
2 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
3 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 2,8 9,2 21,9 19,11
4 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 28,2 19,76
5 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 32,5 20,21
Main Pipe
6 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1/4 21 0,005 1 3,3 3,3 17,14 4 216 0,005 176,3
7 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 1/4 21 0,005 5,5 18,0 21,3 19,04 4 216 0,005 195,8
Primary Branch 6
8 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,6 6,6 17,49
9 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
10 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1 3,3 16,0 18,49

102
L Pipa
Min antar Alat Koreksi
Ø ∑ FU
Daerah Alat Total Plambing ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ket
AP Plambing FU (ft) Ø ∑ FU
inch (inch) diijinkan
(m) (ft) Pipa P a yang
(inch) diijinkan
Main Pipe
16.4
+
Pipa 14 +6
11 i 2 1/4 21 0,005 4.9 69,9 69,9 24,14 4 216 0,005 248,2
Penyedia 1 = 20
=
21.3
Main Pipe
12 i-K3 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1/4 24 0,005 1,9 6,2 6,2 19,95 4 216 0,005 179,5
13 K3-L3 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1/4 24 0,005 1.0 3,3 9,5 20,34 4 216 0,005 183,1
14 L3-M3 Floor Drain 2 2 26 3 1/4 42 0,005 0,8 2,6 12,1 36,15 4 216 0,005 185,9
15 M3-ii 2,3 7,5 19,7
Primary Branch 5
16 N3-O3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
17 O3-P3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 2 6,5 12,8 18,14
18 P3-ii Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 17,0 18,59
Primary Branch 4
19 Q3-R3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
20 R3-S3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,5 18,11

103
L Pipa antar
Min Koreksi
Ø Alat Plambing ∑ FU
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a yang Ø ∑ FU
AP Plambing FU (ft)
inch inch (m) (ft) diijinkan Pipa P a yang
(inch) diijinkan
52 + 3
31 iii-AA3 Sink 2 3 2 1/4 21 0,005 28,7 94,14 94,1 26,7 4 216 0,005 274,5
=55
32 AA3-iv 33,9 111,2 111,2
Primary Branch 1
33 AB3-iv Sink 2 3 3 2 1/4 21 0,005 40,1 131,5 131,5 30,6 4 216 0,005 314,8
(51.6
+28.7 +
Pipa 55 + 3
34 iv 4 1/4 216 0,005 33.9) + 506,1 506,1 719,4 4 216 0,005 719,4
Penyedia 4 = 58
40.1 =
154.3
Lantai 3 Pipa
35 58 4 1/4 21 0,005 4,1 13,4 13,4 18,2 4 216 0,005 187,3
- Shaff Utama
Pipa
37 Tegak 174 5 1/4 200 0,005 5 16,4 49,2
Lantai 1

104
 Tabel Perhitungan Pipa Vent Air Kotor
Tabel 5.10 Penentuan diameter pipa air bekas pada lantai 1

Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 1


L Pipa
L Pipa buangan Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Ø Pipa Vent L Pipa Vent
No Total FU Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)

Primary Branch 7
1 A1-B1 Floor Drain 2 2 2 2 2 6,56
2 B1-C1 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
3 C1-D1 Floor Drain 2 2 6 2 2,8 9,18
4 D1-E1 Lavatory 1,25 2 8 2 1,9 6,23 3,4 11,15 100 2 1/2
5 E1-F1 Floor Drain 2 2 10 2 1,3 4,26
Main Pipe
6 F1-G1 Lavatory 1,25 2 12 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
7 G1-i Lavatory 1,25 2 14 2 5,5 18,04 4,4 14,43 100 2 1/2
Primary Branch 6
8 H1-I1 Floor Drain 2 2 2 2 2 6,56
9 I1-J1 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
10 J1-i Floor Drain 2 2 6 2 1 3,28
Main Pipe
16.4 + 4.9
11 i Pipa Penyedia 1 14 +6 = 20 2 69,86
= 21.3

105
Main Pipe
12 i-K1 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1,9 6,23 1 3,28 100 2 1/2
13 K1-L1 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1 3,28 3,27 9,81 100 2 1/2
14 L1-M1 Floor Drain 2 2 26 3 0,8
Primary Branch 5
15 N1-O1 Floor Drain 2 2 2 2 1,9 6,23 1,9 6,23 100 2 1/2
Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 1
L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Total FU Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
16 O1-P1 Floor Drain 2 2 4 2 2 6,56
17 P1-ii Floor Drain 2 2 6 2 1,3 4,26
Primary Branch 4
18 Q1-R1 Floor Drain 2 2 2 2 1,9 6,23
19 R1-S1 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
20 S1-ii Floor Drain 2 2 6 2 2,3 7,54
Main Pipe
27.3 + 5.2
26 + 6 + 6 =
21 ii Pipa Penyedia 2 + 6.1 = 126,6 20,1
38
38.6
Primary Branch 3
22 T1-U1 Lavatory 1,25 2 2 2 1,9 6,23 2,9 9,5 100 2 1/2
23 U1-V1 Floor Drain 2 2 4 2 2,3 7,54
24 V1-W1 Lavatory 1,25 2 6 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2

106
25 W1-iii Lavatory 1,25 2 8 2 1,7 5,58 3,8 12,46 100 2 1/2
Primary Branch 2
26 X1-Y1 Floor Drain 2 2 2 2 1,2 3,94
27 Y1-Z1 Lavatory 1,25 2 4 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
28 Z1-iii Lavatory 1,25 2 6 2 3,9 12,79 3,9 12,79 100 2 1/2
Main Pipe
38.6 + 6.9
38 + 8 + 6
29 iii Pipa Penyedia 3 + 6.1 = 169,3
= 52
51.6

Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 1


L Pipa L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa buangan Vent L Pipa Vent
No Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
52 + 3
30 iii-AA1 Sink 2 28,7 94,14 15,5 50,84 100 2 1/2
2 3 =55
Primary Branch 1
31 AB1-iv Sink 2 3 3 2 40,1 131,5 15,5 50,84 100 2 1/2
NB : Semua alat plambing lavatory ter connect dengan 1 pipa vent. Sedangkan alat plambing sink, 1 sink 1 pipa vent

107
Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 2
L Pipa L Pipa
buangan Vent Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Ø Pipa L Pipa Vent
No Total FU Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)

Primary Branch 7
32 A2-B2 Floor Drain 2 2 2 2 2 6,56
33 B2-C2 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23

108
34 C2-D2 Floor Drain 2 2 6 2 2,8 9,18
35 D2-E2 Lavatory 1,25 2 8 2 1,9 6,23 3,4 11,15 100 2 1/2
36 E2-F2 Floor Drain 2 2 10 2 1,3 4,26
Main Pipe
37 F2-G2 Lavatory 1,25 2 12 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
38 G2-i Lavatory 1,25 2 14 2 5,5 18,04 4,4 14,43 100 2 1/2
Primary Branch 6
39 H2-I2 Floor Drain 2 2 2 2 2 6,56
40 I2-J2 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
41 J2-i Floor Drain 2 2 6 2 1 3,28
Main Pipe
16.4 +
42 i Pipa Penyedia 1 14 +6 = 20 2 4.9 = 69,86
21.3
Main Pipe
43 i-K2 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1,9 6,23 1 3,28 100 2 1/2
44 K2-L2 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1 3,28 3,27 9,81 100 2 1/2
45 L2-M2 Floor Drain 2 2 26 3 0,8 2,62

Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 2


Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa L Pipa Vent Ø Pipa
No L Pipa buangan
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) Vent yang Diijinkan Vent

109
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Primary Branch 5
46 N2-O2 Floor Drain 2 2 2 2 1,9 6,23
47 O2-P2 Floor Drain 2 2 4 2 2 6,56
48 P2-ii Floor Drain 2 2 6 2 1,3 4,26
Primary Branch 4
49 Q2-R2 Floor Drain 2 2 2 2 1,9 6,23
50 R2-S2 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
51 S2-ii Floor Drain 2 2 6 2 2,3 7,54
Main Pipe
27.3 + 5.2
26 + 6 +
52 ii Pipa Penyedia 2 + 6.1 = 126,6 20,1
6 = 38
38.6
Primary Branch 3
53 T2-U2 Lavatory 1,25 2 2 2 1,9 6,23 2,9 9,5 100 2 1/2
54 U2-V2 Floor Drain 2 2 4 2 2,3 7,54
55 V2-W2 Lavatory 1,25 2 6 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
56 W2-iii Lavatory 1,25 2 8 2 1,7 5,58 3,8 12,46 100 2 1/2
Primary Branch 2
57 X2-Y2 Floor Drain 2 2 2 2 1,2 3,94
58 Y2-Z2 Lavatory 1,25 2 4 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
59 Z2-iii Lavatory 1,25 2 6 2 3,9 12,79 3,9 12,79 100 2 1/2

110
Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 2
L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe
38.6 + 6.9
38 + 8 +
60 iii Pipa Penyedia 3 + 6.1 = 169,3
6 = 52
51.6
52 + 3
61 iii-AA2 Sink 2 28,7 94,14 15,5 50,84 100 2 1/2
2 3 =55
Primary Branch 1
62 AB2-iv Sink 2 3 3 2 40,1 131,5 15,5 50,84 100 2 1/2
NB : Semua alat plambing lavatory ter connect dengan 1 pipa vent. Sedangkan alat plambing sink, 1 sink 1 pipa vent

111
Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 3
L Pipa L Pipa
buangan Vent Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Ø Pipa L Pipa Vent
No Total FU Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)

Primary Branch 7
63 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 2 6,56
64 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
65 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 2,8 9,18
66 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1,9 6,23 3,4 11,15 100 2 1/2
67 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1,3 4,26
Main Pipe
68 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
69 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 5,5 18,04 4,4 14,43 100 2 1/2
Primary Branch 6
70 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 2 6,56

112
71 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
72 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1 3,28
Main Pipe
16.4 +
73 i Pipa Penyedia 1 14 +6 = 20 2 4.9 = 69,86
21.3
Main Pipe
74 i-K3 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1,9 6,23 1 3,28 100 2 1/2
75 K3-L3 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1 3,28 3,27 9,81 100 2 1/2
76 L3-M3 Floor Drain 2 2 26 3 0,8 2,62
Primary Branch 5
77 N3-O3 Floor Drain 2 2 2 2 1,9 6,23
78 O3-P3 Floor Drain 2 2 4 2 2 6,56

Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 3


L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
79 P3-ii Floor Drain 2 2 6 2 1,3 4,26
Primary Branch 4
80 Q3-R3 Floor Drain 2 2 2 2 1,9 6,23
81 R3-S3 Floor Drain 2 2 4 2 1,9 6,23
82 S3-ii Floor Drain 2 2 6 2 2,3 7,54
Main Pipe

113
27.3 + 5.2
26 + 6 +
83 ii Pipa Penyedia 2 + 6.1 = 126,6 20,1
6 = 38
38.6
Primary Branch 3
84 T3-U3 Lavatory 1,25 2 2 2 1,9 6,23 2,9 9,5 100 2 1/2
85 U3-V3 Floor Drain 2 2 4 2 2,3 7,54
86 V3-W3 Lavatory 1,25 2 6 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
87 W3-iii Lavatory 1,25 2 8 2 1,7 5,58 3,8 12,46 100 2 1/2
Primary Branch 2
88 X3-Y3 Floor Drain 2 2 2 2 1,2 3,94
89 Y3-Z3 Lavatory 1,25 2 4 2 1 3,28 1 3,28 100 2 1/2
90 Z3-iii Lavatory 1,25 2 6 2 3,9 12,79 3,9 12,79 100 2 1/2

Perhitungan Diameter Pipa Vent pada Lantai 3


L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa Vent
No Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan
(m) (ft) (m) (ft) (inch)
Main Pipe

114
38.6 + 6.9
38 + 8 +
91 iii Pipa Penyedia 3 + 6.1 = 169,3
6 = 52
51.6
52 + 3
92 iii-AA3 Sink 2 28,7 94,14 15,5 50,84 100 2 1/2
2 3 =55
Primary Branch 1
93 AB3-iv Sink 2 3 3 2 40,1 131,5 15,5 50,84 100 2 1/2
NB : Semua alat plambing lavatory ter connect dengan 1 pipa vent. Sedangkan alat plambing sink, 1 sink 1 pipa vent

115
5.4 Desain Perencanaan Tangki Septic
5.4.1 Kriteria Perencanaan
1. Pemakaian air sekali dan jangka waktu pemakaian dapat dilihat pada tabel
pemakaian air tiap unit alat plambing, laju aliran air, dan ukuran pipa cabang pipa air
(Morimura halaman 49)
2. Berdasarkan SNI 03-2398-2002, debit (Q) lumpur adalah 30-40 l/orang/tahun
3. Berdasarkan SNI 03-2398-2002, waktu detensi (Td) adalah 2-3 hari
4. Berdasarkan SNI 03-2398-2002, waktu pengurasan septic tank adalah 2-5 tahun
5.4.2 Desain Perancanaan
1. Berdasarkan tabel 2.3 pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa
cabang pipa air (Morimura halaman 49)
2. Berdasarkan SNI 03-2398-2002, direncanakan debit (Q) lumpur adalah 30
l/orang/tahun
3. Berdasarkan SNI 03-2398-2002, direncanakan waktu detensi (Td) adalah 2 hari
4. Berdasarkan SNI 03-2398-2002, direncanakan waktu pengurasan septic tank adalah
2 tahun
5. Direncanakan jumlah orang pada gedung ini adalah 797 orang
6. Direncanakan tinggi septic tank adalah 3 meter dan panjang ground reservoir adalah
(2xlebar) ground reservoir

Perhitungan Septic Tank


Data Kantor dengan 3 lantai (3100 m) = 9300 m
 36 Kloset Tangki Gelontor
 12 Urinal
 30 Lavatory
 6 Sink
 36 Faucet
Jumlah data penghuni dengan metode 1
 L gedung 3 lantai = 9300 m
 L gedung efektif (60%) = 5580 m
 Σ penghuni = 797 orang

116
No Jenis Alat Σ Alat Pemakaian Jangka Q Jenis Interpolasi Q
Plambing Plambing Air Rata- Waktu ( l/jam) (%) Pemakaian
rata sehari Pemakaian Serentak
Air
1 Kloset 36 13,5 6 jam 2916 39,5 1151,82
Tangki
Gelontor
2 Urinal 12 9 12 jam 1296 48 622
3 Lavatory 30 10 6 jam 1800 40,5 729
4 Sink 6 15 6 jam 540 65 351
5 Faucet 36 24 12 jam 10368 39,5 4095,36
Total 6949,18

Debit yang dipakai untuk perhitungan tangki septik adalah


1151,82 liter/jam (Kloset) + 622 liter/jam (urinal) = 1773,82liter/jam
= 42571,68 liter/hari
 Waktu detensi (td) = 2 hari
 Volume cairan = Q x td
= 42571,68 liter/hari x 2 hari
= 85143,36 liter
 Volume lumpur total = Σ pemakai x Q lumpur x waktu pengurasan
= 797 orang x 30 liter/orang x 1 tahun
= 23910 liter
 Volume septic tank = volume cairan + volume lumpur
= 85143,36 liter +23910 liter
= 109053,36 liter (109,05 m3)

Dimensi Septic tank


Asumsi :
P : l = 2 : 1 ; tinggi = 3 m
V septic tank = pxlxt
3
109,05 m = 2y x y x 3 m
36,35 m2 = 2y2
18,175 m2 = y2
y = 4,26 m
 Maka panjang septic tank = 4,26 m x 2 = 8,52 m ; lebar septic tank = 4,26 m ;
tinggi septic tank = 3 m

117
5.5 Perhitungan Sumur Resapan
 Q Pemakaian sumur resapan = Q lavatory + Q sink + Q faucet
= 729 liter/jam + 351 liter/jam + 4095,36 liter/jam
= 5175,36 liter/jam
= 124208,64 liter/hari
 Waktu detensi (td) = 1 hari
 Volume cairan SR = Q x td
= 124208,64 liter/hari x 1 hari
= 124208,64 liter
 Volume total = volume septik tank + volume cairan SR
= 109053,36 liter + 124208,64 liter
= 233262 liter
= 233,262 m3
Dimensi Sumur Resapan
 Asumsi :
Tinggi = 5 m

V sumur resapan (bentuk tabung) = π r² t
232,262 m3 = 3,14 x r2 x 5 m
14,86 m2 = r²
r = 3,85 m
d = 7,7 m
 Maka diameter sumur resapan = 7,7 m ; tinggi sumur resapan = 5 m

118
BAB VI
PERENCANAAN DRAINASE AIR HUJAN GEDUNG

6.1 Kriteria Perencanaan


1. Drainase menggunakan system dari Roof Drain
2. Ditentukan hujan rata – rata sebesar 5-8 L/menit

6.2 Perhitungan Drainase Air Hujan


 Luas Rooftop = 82 x 52 – (28 x 30)
= 4264 – 840
= 3424 m2
= 11.230,72 ft
 Kemiringan = 2%
 Slope = 1/8
 Pipa vertikal = 6 buah
 Hujan rata – rata = 5-8 L/menit
 Curah hujan = 3424 x 7
= 20.544 L/menit
 Faktor keamanan, F = 2
 Laju aliran metode Szokolay
 A = 11.230,72 sq ft
= 36.855 sq ft
 Ip = 0,95
 R1 = 7 L/menit
= 10.080.000 ml/hari
A.R
 Q = 36001 x Ip
3424 .10.080.000
= x 0,93
3600
= 9.107.840 Liter/detik

119
BAB VII
PERENCANAAN FIRE HYDRANT

7.1 Kriteria Perencancaan


1. Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah lantai berdasarkan tabel2,3, dan 4
2. Pasokan air untuk hidran gedung adalah 400 liter/menit, waktu mampu mengalirkan
air minimal 30 menit.
3. Pasokan air untuk hidran halaman adalah 2.400 liter/menit, waktu mampu
mengalirkan air minimal adalah 45 menit.
4. Untuk perlindungan bagian dalam banguan di pasang kotak hidran gedung dengan
jangkauan semburan air dari selang Panjang maksimum adalah 20 meter.
5. Untuk perlindungan bagian luar bangunan di pasang kotak hidran halaman dan hidran
kota dengan jangkauan semburan air dari selang Panjang maksimum adalah 45 m (30
m + 15 m).
6. Selain itu juga dipasang sambungan dinas kebakaran (Siamese Connection) untuk
pengisian air kedalam jaringan sistem hidran dari dinas pemadam kebakaran.
7.2 Desain Perencanaan
1. Berdasarkan tabel 2, peletakan hydrant berdasarkan luas lantai klasifikasi bangunan,
gedung perkantoran yang direncanakan termasuk kedalam klasifikasi bangunan B,
dengan ruang tertutup dan terpisah jumlah / luas lantai 2 buah / 1000 m2
2. Berdasarkan tabel 3, gedung perkantoran yang direncanakan termasuk kedalam
klasifikasi bangunan “B” dengan ketinggian 8 m atau 2 lantai.
Kotak hydrant dipasang dengan ketinggian 75 cm dari permukaan lantai, mudah dicapai,
mudah terlihat dan tidak terhalang oleh benda-benda lain dan di cat warna merah
7.3 Perhitungan Fire Hydrant
3424 m2
1. Perhitungan APAR =
140 m2
= 24 APAR untuk gedung lantai 1
= 24 APAR x 3 lantai
= 72 APAR
2. Perhitungan kebutuhan air fire hydrant
Diperhitungkan dari 3 sistem Fire Hydrant :
a. V1 = Q1 = 400 liter/menit, t1 = 30 menit
b. V2 = Q2 = 400 liter/menit, t2 = 45 menit
c. V3 = Q3 = 2400 liter/menit, t3 = 45 menit

120
Maka :
Vtotal = V1 + V2 + V3
= (Q1 x t1) + (Q2 x t2) + (Q3 x t3)
= (400 x 30) + (400 x 45) + (2400 x 45)
= 12000 + 18000 + 108.000
Vtotal = 138.000 liter
= 138 m3
3. Perhitungan kebutuhan air Fire Hydrant
V =Qxt t = (< 30 menit)
138.000 = Q x 30 menit
138.000
Q =
30
Q = 4600 liter/menit
= 4,6 m3/menit

Ket : Jika QF< Q(hydrant) , maka volume ground reservoar harus diubah
Jika QF> Q(hydrant) , maka volume ground reservor tetap

121

Anda mungkin juga menyukai