Anda di halaman 1dari 29

Bangunan Air I Fakultas Teknik Sipil Unsyiah

i
Bangunan Air I Fakultas Teknik Sipil Unsyiah

2
8 BANGUNAN PENGAMBILAN DAN PEMBILAS

8.1 Fungsi Bangunan

 Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengelakkan air dari sungai dalam


jumlah yang diinginkan.
 Bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak mungkin benda-
benda terapung dan fraksi-fraksi sedimen kasar yang masuk ke jaringan saluran
irigasi.

8.2 Tata letak


 Pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as
bendung atau bendung gerak. Lebih disukai jika pengambilan ditempatkan di
ujung tikungan luar sungai atau pada ruas luar guna memperkecil masuknya
sedimen.
 Bila dengan bendung pelimpah air harus diambil untuk irigasi di kedua sisi
sungai, maka pengambilan untuk satu sisi (kalau tidak terlalu besar) bisa dibuat
pada pilar pembilas, dan airnya dapat dialirkan melalui siphon dalam tubuh
bendung ke sisi lainnya.
 Perlu direncanakan dinding sayap dan dinding pengarah, sedemikian rupa
sehingga turbulensi dapat sebanyak mungkin dihindari dan aliran menjadi
mulus.

Sebagai contoh, bangunan pengambilan bendung Kr. Aceh diberikan pada gambar
8.1.
Gambar 8.1. Bangunan pengambilan Bendung Kr. Aceh

8.3 Bangunan Pengambilan

Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya terbuka untuk
menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini
bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Kapasitas pengambilan
harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah
fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
proyek.

Menurut Anonim 1 (1986), rumus dibawah ini memberikan perkiraan kecepatan


yang dimaksud:

v  32 h 1 / 3d
2 d .............................. Persamaan 8.1
 

dengan
v = kecepatan rata-rata, m/dt
h = kedalaman air, m
d = diameter butir, m

Dalam kondisi biasa, rumus ini dapat disederhanakan menjadi:

0.5
v  10d .............................. Persamaan 8.2
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 - 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai
0,04 m dapat masuk.

Q  ba 2 .............................. persamaan 8.3


g
dengan z

Q = debit, m3/dt
 = koefisien debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan
tinggi energi kecil,  = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (~ 9,8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m

Gambar 8.2 menyajikan dua tipe pintu pengambilan.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.2. Tipe pintu pengambilan

Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka p = 0,80 jika ujung pintu bawah
tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar 10 cm.
Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang dibutuhkan
untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang. Elevasi ambang
bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang direncana di
atas dasar dengan ketentuan berikut:

 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau


 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.

Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya
dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus (gambar
8.3).

Sumber: Anonim 1
(1986)

Gambar 8.3. Geometri bangunan pengambilan

Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok di kedua sisi
pintu, agar pintu itu dapat dikeringkan untuk keperluan-keperluan pemeliharaan
dan perbaikan. Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, puncak bukaan
direncanakan di bawah muka air hulu. Jika bukaan berada di atas muka air, maka
harus dipakai kisi-kisi penyaring. Kisi-kisi penyaring direncana dengan rumus
berikut:

kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah

v
h c 2
f .............................. persamaan 8.4
2g

dengan

4/3
s
c   sin .............................. persamaan 8.5
 b
 

dengan:
hf = kehilangan tinggi energi
v = kecepatan datang (approach velocity)
g = percepatan gravitasi m/dt2 (~ 9,8)
c = koefisien yang bergantung
kepada:
 = faktor bentuk (lihat gambar
8.4) s = tebal jeruji, m
L = panjang jeruji, m (lihat gambar 8.4)
b = jarak bersih antarjeruji b ( b > 50 mm), m
 = sudut kemiringan dari horisontal, dalam derajat.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.4. Bentuk-bentuk jeruji kisi-kisi penyaring dan harga-harga 

Contoh 8.1. Bangunan pengambilan

Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan adalah 10,9 m 3/dt.


Dengan adanya kantung lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20 %,
sehingga debit rencana pengambilan menjadi :

Qrencana = 1,2(10,9) = 13,1 m3/dt.

Kecepatan pengambilan rencana (v) diambil 1,5 m/dt. Dimensi bangunan


pengambilan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

vm 2
g
Qvab z

dengan:
Q = debit rencana, m3/dt
m = koefisien debit (=0,8 pengambilan tenggelam)
a = tinggi bersih bukaan, m
b = lebar bersih bukaan, m
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m

Elevasi dasar hilir pengambilan dengan kantung dalam keadaan penuh +14,96
Elevasi dasar bangunan pengambilan yang diperlukan +14,96 +0,20 = +15,16
Karena yang diangkut sungai adalah sedimen kasar, maka elevasi ambang
pengambilan harus sekurang-kurangnya 1 sampai 1,50 m di atas dasar sungai.
Elevasi rata-rata dasar sungai +13,40
Elevasi dasar bangunan pembilas
+13,40
Elevasi minimum bangunan pengambilan +13,40 + 1,50 = +14,90
Kemudian elevasi dasar bangunan pengambilan menjadi +15,16, Sekarang tinggi
bersih bukaan bangunan pengambilan menjadi a = +16,60 – 0,25 – 15,16= 1,19
Q
b 13 ,1  7 ,35 , diambil 7,50 m
V a  ( 1,5 )( 1,19
)

Ukuran-ukuran pintu ditentukan dengan perbandingan tinggi/lebar pintu. Untuk


memudahkan ekploitasi diperlukan nilai perbandingan 0,8 – 1,0. Tinggi pintu
diambil a + 0,30 m = 1,50 m. Kemudian lebar pintu menjadi 1,25 m. Dengan lebar
bersih 7,50 m diperlukan 5 bukaan. Lebar bersih masing-masing bukaan adalah 1,50
m. Bukaan itu dipisahkan oleh pilar yang lebarnya 1,00 m.
0,25

+16,6
0 +16,42
a = 1,19

+15,15
+14,96

+13,40 +14,56

Gambar 8.5. Potongan melintang bangunan pengambilan


8.4 Pembilas

Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan


angkutan sedimen yang relatif besar yang dikhawatirkan mengganggu aliran ke
bangunan pengambilan. Oleh karenanya diperlukan tinggi tekan yang cukup untuk
pembilasan dan pertimbangan tidak akan terjadi penggerusan setempat di hilir
bangunan.
Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup
(lihat juga gambar 8.6). Pintu dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-
keuntungan berikut:

 ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui pintu-
pintu yang tertutup selama banjir.
 pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan.

Kelemahan-kelemahannya:

 sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah
ini dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan.
 benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu

karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air akan
mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi
dan membawa lebih banyak sedimen.

Gambar 8.6. Pembilas dilihat dari hilir bendung Kr Aceh

Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan terbuka. Jika


bongkah yang terangkut banyak, kadang-kadang lebih menguntungkan untuk
merencanakan pembilas samping, lihat gambar 8.7. Pembilas tipe ini terletak di luar
bentang bersih bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi
banjir. Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan berlangsung.
Untuk menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus dipelajari. Selama
eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu pembilas secara
berganti-ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah penyumbatan

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.7. Geometri pembilas

Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air sekitar
0,50 m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu pembilas akan
dibiarkan tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali menjadi 0,5 sampai 1,0
m di atas mercu dan terus menurun, pintu pengambilan tetap tertutup dan pintu
pembilas dibuka untuk menggelontor sedimen. Karena tidak ada air yang boleh
mengalir di atas dinding pemisah selama pembilasan (sebab aliran ini akan
mengganggu), maka elevasi dinding tersebut sebaiknya diambil 0,50 m atau 1,0 m di
atas tinggi mercu.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.8. Pembilas samping


Jika pembilasan harus didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih cukup
untuk itu muka dinding pemisah, dapat ditentukan dari gambar 8.8. Biasanya lantai
pembilas pada kedalaman rata-rata sungai.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.9. Metode menemukan tinggi dinding pemisah

Pembilas bawah direncana untuk mencegah masuknya angkutan sedimen dasar dan
fraksi pasir yang lebih kasar ke dalam pengambilan. "Mulut" pembilas bawah
ditempatkan di hulu pengambilan dimana ujung penutup pembilas membagi air
menjadi dua lapisan: lapisan atas mengalir ke pengambilan dan lapisan bawah
mengalir melalui saluran pembilas bawah lewat bendung (gambar 8.9)

Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:


 tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter
terbesar sedimen dasar di sungai,
 tinggi saluran pembilas bawah sckurang-kurangnya 1,0 m,
 tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan
pengambilan selama debit normal.

Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan dibangun berkisar
dari:

 5 sampai 20 m untuk panjang saluran pembilas bawah,


 1 sampai 2 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah,
 0,20 sampai 0,35 m untuk tebal beton bertulang.

Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa sehingga
kecepatan minimum dapat dijaga (v = 1,0 - 1,5 m/dt). Tata letak saluran pembilas
bawah harus direncana dengan hati-hati untuk menghindari sudut mati (dead
corner) dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya aliran.
Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.10. Pembilas bawah


.
Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.11. Pusaran (vortex) dan kantong udara di bawah penutup atas saluran pembilas
bawah

Contoh 8.2. Hitungan bangunan pembilas

Karena sungai diperkirakan mengangkut batu-batu bongkah, duperlukan bangunan


pembilas dengan bagian depan tertutup. Lebar bersihbangunan pembilas (Bsc)
adalah 0,6 x lebar tptal pengambilan

Bsc = 0,6 x (5 x 1,50 + 4 x 1,00) = 6,90 m, diambil 7,10 m.

Lebar bangunan pengambilan ditentukan 7,10 m, yang terdiri dari 3 bukaan yang
lebarnya 1,70 m, dipisahkan dengan dua pilar 1,00 m.

1
,
5
0
1,00
1,70

7,10

11,50

Elevasi +13,40

1,50 1,00 70o


R=
0,
65

Gambar 8.12. Denah bangunan pengambilan dan pembilas


Contoh 8.3. Perencanaan bangunan pembilas

Bangunan pembilas tidak boleh menjadi gangguan selama pembilasan dilakukan.


Oleh sebab itu aliran pada pintu pembilas harus tidak tenggelam. Keadaan ini selalu
terjadi pada debit sungai di bawah Q1/5.

Kedalaman air pembilas adalah 0,56 m pada debit pembilas rencana misal, Qs = 13,1
m3/dt. Kecepatannya diambil 1,5 m/dt. Debit satuan antarpilar pintu pembilas harus
menghasilkan kecepatan yang sama. Karena diperlukan pilar, kercepatan tidak
boleh ditambah untuk mencegah efek pengempangan. Luas basah pada pintu harus
ditambah dengan cara menambah kedalaman air.

( b)( hs )  ( bnf )( h f )

dengan
b = lebar dasar kantung (15,56 m)
hs = kedalaman air pembilas (0,56 m)
bnf = lebar bersih bukaan pembilas
hf = kedalaman air pada bukaan pembilas

Pin
tu
+14,
23

+13, 0,86
67 m

1 +13,37

:
1
0
Gambar 8.13. Potongan memanjang bangunan pembilas

Andaikata ada 5 bukaan ‘a 2 m dan 4 pilar ‘a 1,25 m.

Bnf = 5 x 2,00 = 10,00 m


AT = 15,56 x 0,56 = 10,00 x hnf
hnf = 0,87 m
Jadi kedalaman tambahan 0,87 – 0,56 = 0,31 m dibulatkan menjadi 0,30 m, harus
diberikan ke dasar bangunan bilas.

Contoh 8.4. Perencanaan saluran pembilas

Kecepatan pada saluran pembilas diambil 1,50 m/dt untuk membilas sedimen ke
sungai. Muka air keluar (“outflow”) rencana terjadi selama Q 1/5 atau muka banjir
yang terjadi 5 kali setahun. Dari kurve Q-h pada komplek pembilas, muka air ini
adalah + 14,10. Panjang saluran pembilas adalah 60 m. Elevasi dasar sungai adalah
+11,50. Dengan kecepatan rencana 1,50 m/dt, dimensi saluran pembilas dapat
dihitung (dengan mengandaikan kemiringan talud 1:1)

Q = 13,1 m3/dt
m=1
nilai bandung b/h =
2,5 k = 45
Q 13 ,1 2
An  n   8 ,73 m
vn 1,50

An  bhn  mhn  hn
2 2
n  m
8 ,73  hn
2
2,5  1
hn = 1,58 m

Lebar saluran bn = 2,5 hn, maka bn = 3,95 m, diambil 4,00 m

Keliling basah Pn menjadi:

Pp  B  1 m  2

2hp

Pp  4 ,00  ( 2 )
(1,58 )
2

1 1  8 ,47 m 
Ap 8 ,73
R    1,03
p 8 ,47
P p

Ip dapat ditentukan sebagai berikut:

2
vp
Ip 
R 2/3
ks 
2
2
1,50
Ip   0 ,00176
1,03 2/3
35

 2

kemudian muka air rencana di hilir pintu pembilas menjadi:

+14,00 + (60)(0,00176) = +14,10

Elevasi dasar titik temu sungai adalah + 14,00 – 1,58 = +12,42, maka di sungai
diperlukan bangunan terjun dengan tinggi jatuh 12,42 – 11,50 = 0,92 m.

Terjunan
Pembilas

Saluran Pembilas
Kantong Lumpur S
u
+14,23 n
g
+14,10 ai
+14,00
+13,67
+13,37 1,58 m
+12,52

+12,42
Ip = 0,00176
+11,50
60
m

Gambar 8.14. Potongan memanjang saluran pembilas

Contoh 8.5. Perencanaan Bangunan pengambilan saluran primer

Bangunan saluran primer dilengkapi dengan pintu untuk mencegah agar selama
pembilasan air tidak mengalir kembali ke saluran primer dan mencegah masuknya
air pembilas yang mengandung sedimen ke dalam saluran. Ambang pengambilan di
saluran primer diambil 0,10 m di atas muka kantung lumpur dalam keadaan penuh
(+14,95). Muka air disebelah hulu pengambilan adalah +14,95 + 1,47 = +16,42.
Diandaikan kehilangan tinggi energi 0,10 m di atas pengambilan. Kemudian
sekarang dapat dihitung dimensi bangunan pengambilan.

Qn  hibi 2
g
10 ,9  ( 0 ,9 )( z1,27 )bi 2( 9,81
)(0 ,
bi = 6,81 m, diambil 7,00 m (lebar
10bersih
) bangunan pengambilan)

Dengan menggunakan 5 bukaan, masing-masing 1,20 m, diperlukan 4 pilar masing-


masing 1 m, jadi lebar total menjadi:
bi = 5(1,20) + 4(1,00) = 11,00 m.

+16, 42

V2/2g +16, 32

h = 1,27
m
+15,
+14, 95
05
+14, 58

Gambar 8.15. Potongan memanjang bangunan pengambilan saluran primer

8.5 Pintu

Dalam merencanakan pintu, faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan:

 berbagai beban yang bekerja pada pintu


 alat pengangkat:
 tenaga mesin
 tenaga manusia
 kedap air dan sekat
 bahan bangunan.
 Pembebanan pintu

Pada pintu sorong tekanan air diteruskan ke sponeng, dan pada pintu radial ke
bantalan pusat. Pintu sorong kayu direncana sedemikian rupa sehingga masing-
masing balok kayu mampu menahan boban dan meneruskannya ke sponeng; untuk
pintu sorong baja, gaya tersebut harus dibawa oleh balok. Lihat gambar 8.16.

Sumber: Anonim 1
(1986)

Gambar 8.16. Gaya-gaya yang bekerja pada pintu


Alat pengangkat

Alat pengangkat dengan stang biasanya dipakai untuk pintu-pintu lebih kecil. Untuk
pintu-pintu yang dapat menutup sendiri, karena digunakan rantai berat sendiri atau
kabel baja tegangan tinggi. Pemilihan tenaga manusia atau mesin bergantung pada
ukuran dan berat pintu, tersedianya tenaga listrik, waktu ekploitasi,
mudah/tidaknya eksploitasi pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Kedap air

Umumnya pintu sorong memperoleh kekedapannya dari pelat perunggu yang


dipasang pada pintu. Pelat-pelat ini juga di pasang untuk mengurangi gesekan. Jika
pintu sorong harus dibuat kedap sama sekali, maka sekat atasnya juga dapat dibuat
dari perunggu.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.17. Sekat air dari karet untuk bagian samping (A), dasar (B) dan atas (C) pada pintu
baja

Bahan bangunan

Pintu yang dipakai untuk pengambilan dan pembilas dibuat dari kayu dengan
kerangka (mounting) baja, atau dibuat dari pelat baja yang diperkuat dengan
gelagar baja. Pelat-pelat perunggu dipasang pada pintu untuk mengurangi gesekan
di antara pintu dengan sponengnya. Pintu berukuran kecil jarang memerlukan rol.
8.5.1 Pintu Pengambilan

Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana (gambar 8.18).
Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal, maka dapat dipakai baja. Jika
air di depan pintu sangat dalam, maka eksploitasi pintu sorong mungkin sulit. Kalau
demikian halnya, pintu radial atau segmen akan lebih baik (lihat gambar 8.19).
.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.18. Pintu Sorong Kayu


Sumber: Anonim 1
(1986)

Gambar 8.19. Pintu pengambilan tipe radial

8.5.2 Pintu Bilas

Ada bermacam-macam pintu bilas yang bisa digunakan, yakni:

 satu pintu tanpa pelimpah (bagian depan tertutup, (gambar 8.20a)


 satu pintu dengan pelimpah (bagian depan terbuka, (gambar 8.20b)
 dua pintu, biasanya hanya dengan pelimpah (gambar 8.20c)
 pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung (gambar
8.20d)

Apabila selama banjir aliran air akan lewat di atas pintu, maka bagian atas pintu
harus direncana sedemikian rupa, sehingga tidak ada getaran dan tirai luapannya
harus diaerasi secukupnya. (lihat gambar 8.21). Menurut Anonim 1 (1986), dimensi
kebutuhan aerasi dapat diperkirakan dengan pertolongan rumus berikut:

q
qudara  0.1 air
p .............................. persamaan 8.6
y1.5
h1
dengan:
qudara = udara yang diperlukan untuk aerasi per m' lebar pintu, m3/dt
qair = debit di atas pintu, m3/dt.m
yp = kedalaman air di atas tirai luapan, m
h1 = kedalaman air di atas pintu, m

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.20. Tipe-tipe pintu bilas

Untuk menemukan dimensi pipa, kecepatan udara maksimum di dalam pipa boleh
diambil 40 - 50 m/dt. Stang pengangkat dari pintu dengan bagian depan terbuka,
ditempatkan di luar bukaan bersih (di dalam sponeng) guna melindunginya dari
benda-benda terapung.

Sumber: Anonim 1 (1986)

Gambar 8.21. Aerasi pintu sorong yang terendam.

Contoh 8.6. Hitungan pintu air

Dari hitungan sebelumnya data dan hasil hitungan yang telah diperoleh, misalkan
sebagai berikut:
Lebar pintu air, L = 2,0 m
Lebar teoritis, Lt = 2,16 m.
Tinggi pintu air, H1 = 2,20 m
Tinggi satu balok, t = 0,20 m
Tinggi air banjir, ha = 5,75 m
Tinggi lumpur didepan pintu, h1 = 1 m.
Berat jenis lumpur s = 1600 kg/m3.
Sudut geser lumpur,  = 30o
Berat jenis air, w = 1000 kg/m3.
Berat jenis kayu kayu = 750 kg/m3.
Berat jenis baja, baja = 7800 kg/m3.
Modulus elastisitas baja Ebaja = 2,1 106 kg/cm2.
Kayu Jati, d = 80 kg/m2.
Tinggi angkat, Ta = 1,00 m.
Koefisien geser, f = 0,40
Tebal plat besi, d1 = 0,01 m.
Lebar plat besi, d2 = 0,1 m
Elevasi mika dasar saluran, MDS = + 305,0
m Elevasi muka tanggul saluran, MTS = +312,0 m
Elevasi muka air banjir, MAB = + 310,75
m Angka keamanan pintu, n=3

Penyelesaian.

Perhatikan detil pada gambar 8.22.

1. Menghitung ukuran kayu yang digunakan

Di bagian A:
 1 sin
K a  1 sin
 
Ka = 0,333
Pa  w ha t s h1 t Ka 
Pa = 5,977 . 103 kg/m2
T
MT a
S

MA
B H
H
3
2
(Y1 -
H1 )
Y
1 P
1

P
H
1
P P MD
a
2 S
P
b D L

TAMPAK SAMPING PENAMPANG PINTU

Pa A
t
= 0,20 m
Pb B

DETAIL D

Gambar 8.22. Gaya-gaya yang bekerja pada pintu air

Di bagian B:
Pb  w ha  s h1Ka 
Pb = 5,977 . 103 kg/m2
P  Pb t
Jadi tekanan, q  a
2
q = 1,226 . 103 kg/m

Mma  qLt 
Momen maksimum pada 2

8
x
pintu Mmax = 715,003 kgm.
Mmax
W 
pint u d
Wpintu = 8,938.10-3 m3

bbalok  6
W pint
Bbalok =0,518 m
u 
t
Kontrol tegangan

 ytb 
Mmax
1
t bbalok

6 
2

 
ytb = 8 <. 104 kg/m2

2. Menghitung ukuran stang pintu

Y1 = MAB – MDS
Y1 = 5,75 m
H2 =Y1 –H1
H2 = 3,55 m
H3 = H2 + Ta
H3 = 4,55 m.

Tekanan air pada P1


P1 = (Y1 – H1) w
P1 = 3,55 . 103 kg/m2

Tekanan air pada P2


P2=Y1 w
P2 = 5,75 . 103 kg/m2

Tekanan hidrostatis pada pintu


 

Pair = 2,046 . 104 kg

Gaya apung pada waktu


banjir Pu = t. Lt . H1 . w
Pu = 950,4 kg.

Berat air di atas pintu pada waktu banjir, w = 0 kg


Kekuatan tarik = jumlah tekanan pada pintu x koefisien geser+ berat sendiri
pintu
Berat sendiri pintu G1 = H1 Lt t kayu
G1 = 712,8 kg.

Berat plat besi


G2 = d1.d2 . H1 . 6 . baja .+ d1 . d2 . Lt . 4 . baja
Berat stang ulir diperkirakan, G3 = 1500
kg. Berat seluruhnya G = G1 + G2 + G3
G = 2,383 . 104 kg.

Gaya normal untuk satu stang ulir sewaktu daun pintu


diturunkan, Ntekan =0,5 (- f . Pair – Pu + G + W)
Ntekan = -3,376 . 103 kg.
Gaya normal untuk satu stang ulir sewaktu daun pintu
dinaikkan, Ntarik =0,5 ( f . Pair – Pu + G + W)
Ntarik = -3,376 . 103 kg.
Diambil gaya terbesar.
Ntarik .n.H3 
2
Itarik  2
 .
Itarik = 1,441 . 10-6 m4

diameter 
Itar
diameter = 0,074 m ik .
64

Anda mungkin juga menyukai