VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan analisa pasir. Hal yang dilakukan pertama kali
adalah menimbang 200 g pasir kering yang sudah dipanaskan dalam suhu 105°C. Hal tersebut
dilakukan untuk menghilangkan kadar air dalam pasr. Pada proses pengambilan sampel
dilakukan quadrant method untuk menimbang sampai 200 g sampel pasir kering sehingga sampel
tersebut tetap menunjukkan keadaan dengan yang aslinya. Setelah itu disiapkan unit ayakan
berupa ayakan berukuran 2000 sampai 750 mikron dan pan untuk menampung pasir paling
bawah. Ayakan dipasang di alat penggoyang ayakan lalu dimasukkan sampel pasir 200 mg. Alat
penggoyang ayakan dinyalakan selama 30 menit sehingga pasir ukuran yang lebih kecil akan
terlaewat menuju ukuran selanjutnya dan pasir yang ukurannya lebih besar dari lubang ayakan
akan tertahan, dilakukan selama 30 menit agar pasir terayak dengan sempurna. Pindahkan pasir
yang tertahan tiap ayakan ke kertas putih. Pasir yang tertahan di ayakan yang sudah dipindahkan
kertas putih, penggunaan kertas putih diunakan untuk memperjelas dalam melihat pasir yang
akan ditimbang, sehingga tidak ada pasir yang terbuang saat pemindahan. Kemudian pasir
tersebut ditimbang. Dan ditentukan persentase berat pasir yang lolos tiap ayakan.
Hasil analisa pasir pada praktikum kali ini diperoleh besar ES-nya yatitu 0,35 mm dengan
nilai UC pada 1,829. Menurut SNI untuk penggunaan saringan cepat menggunakan media pasir
parameter ES yang disarankan berikisar pada 0,3 – 0,7 mm, sementara untuk nilai UC nya
berkisar pada 1,2 – 1,4. Sehingga dapat diketahui bahwa sampel pasir tidak memenuhi SNI
karena nilai UC nya terlalu besar walaupun besar ES nya sudah memenuhi kriteria tersebut.
Aplikasi analisa pasir pada bidang Rekayasa Infrastruktur Lingkungan adalah dalam
menentukan parameter pasir yang digunakan untuk saringan dengan media pasir. Selain itu
digunakan untuk analisis laju infiltrasi pada tanah untuk keperluan drainase.
Kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada praktikum kali ini yaitu pada saat penimbangan
pasir, karena menggunakan timbangan analitik pasir yang ditimbang harus stabil sehingga
nilainya tidak berubah dengan cara mendiamkannya hingga stabil. Selain itu pada saat proses
pengambilan sampel yang tidak representative jika tidak dilakukan metode quadrant methode
untuk pengambilan sampel.
IX. Kesimpulan
a. Effective size (ES) pasir adalah 0,35 mm.
b. Uniformity coefficient (US) pasir adalah 1,829.
c. Sampel pasir tidak kayak untuk media filtrasi cepat berdasarkan karakteristik pasir menurut
SNI 6774:2008.
X. Daftar Pustaka
Irsyad, Moh., Tri Padmi. (2020). Modul Praktikum Laboratorium Air dan Persampahan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
SNI 6774:2008. Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
2 Desember 2020
MODUL XXI
OIL AND GREASE
II. Tujuan Praktikum
a. Menentukan kadar oil dan grease dalam sampel air.
b. Menentukan kualitas sampel air berdasarkan parameter oil dan grease menurut PP no. 82
tahun 2001.
c. Menentukan kualitas sampel air berdasarkan parameter oil dan grease menurut Permenkes no.
492 tahun 2010.
III. Landasan Teori
Pengertian pengukuran oil dan grease adalah pengukuran senyawa organik dalam air yang
dapat diekstraksi dengan pelarut organik tertentu, seperti heksana atau 1,1,2-trikloro-1,2,2,-
triflouroethana (Freon 113 atau CFC-113.). Dengan demikian senyawa-senyawa hydrocarbon,
minyak, lemak, lilin (waxes) dan senyawa asam lemak dengan berat molekul tinggi dapat larut
dalam pelarut organik tersebut, dan dapat dikelompok sebagai oil & grease.
Sumber oil & grease di dalam air dapat berasal dari air limbah domestic, industri pengolahan
daging dan makanan dan air limbah industri lainnya. Sifat oil & grease merupakan senyawa
organik yang kurang larut dalam air, sehingga adanya senyawa–senyawa oil & grease di dalam
air akan cenderung membentuk lapisan yang terpisah di bagian atas air, juga sebagian oil &
grease dalam air membentuk emulsi di dalam air. Tingginya kadar oil & grease di dalam air
limbah dapat menimbukan berbagai gangguan teknis dalam pengolahan air, misalnya pengolahan
air menggunakan trickling filter dan activated sludge akan berpengaruh terhadap performance
dari alat tersebut. Lapisan oil & grease di permukaan air juga akan mengganggu transfer oksigen
dari atmosfer ke dalam air yang sangat dibutuhkan oleh biota air.
IV. Prinsip Praktikum
Prinsip pengukuran oil dan grease dengan metode ekstraksi Soxhlet yaitu sejumlah contoh air
(250, 500 ml atau 1 liter tergantung kadar oil & grease) diasamkan dengan hydrogen kloride,
maka akan terjadi pemisahan antara oil & grease dengan air karena terjadi peningkatan kepolaran
liquid dengan penambahan HCl. Selanjutnya, oil & grease tersebut dipisahkan dengan cara
disaring pada permukaan kertas saring. Oil & Grease yang berada di dalam kertas saring di
ekstraksi dengan alat Soxhlet dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Selanjutnya, jika
pelarut organik diuapkan, maka oil & grease akan tertinggal dalam bentuk residu, selanjutnya di
timbang dan dinyatakan sebagai oil & grease.
V. Alat dan bahan
a. Alat
Alat Ekstraktor Soxhlet
Kertas Thimbel
Pemanas Mantel Listrik
Pompa vakuum
Corong Buchner
Penangas Air
Desikator
b. Bahan
Sampel air
Larutan Hidrogen Kloride (1+1)
Pelarut organik N-heksane
VI. Cara Kerja
VII. Tabel Data Hasil Praktikum
Tabel 3 Data hasil praktikum analisa oil and grease dalam sampel air
N Dokumentasi Keterangan
o
1 Ditambahkan 5 ml HCl 1:1 pada
sampel air.
6
Pengesian pelarut organic N-
Hexane sebanyak 1,5 siklus.
7
Dilakukan ekstraksi selama 4
jam dengan memanaskan labu
yang berada di bawah alat
ekstraktor Soxhlet.
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan analisa oil & grease. Caranya pertama-tama
sampel air diasamkan menggunakan HCl 1 banding 1 hingga pH kurang dari 2, sekitar 5 ml HCL
untuk 1 liter sampel air. Hal tersebut dilakukan karena percobaan kali ini reaksinya dilakukan
pada suasana asam. Lalu peralatan filter disiapkan, kertas saring dipasang pada Corong Buchner.
Penggunaan corong Buchner ini untuk menahan kertas saring yang digunakan pada penyaringan
menggunakan pompa. Lalu seluruh sampel air dilewatkan ke dalam corong Buchner. Lalu
dilakukan penyaring dengan cara diisap dengan pompa vakuum agar proses penyaringan lebih
cepat. Setelah itu oil & grease yang tertahan pada kertas saring dipindahkan ke dalam gelas arloji
untuk menampungnya sementara. Dengan menggunakan kapas Corong Buchner dibersihkan
dengan tujuan mengambil oil & grease yang masih terdapat pada permukaan corong Buchner.
Lalu kapas tersebut digabungkan dengan kertas saring. Kertas saring yang mengandung oil &
grease dimasukkan ke dalam kertas Thimbel, kemudian diikat dengan menggunakan benang.
Kertas Thimble ini berfungsi untuk menampung sampel saat proses ekstraksi. Kertas tersebut
dikeringkan dalam oven 103°C, selama 30 menit, untuk menghilangkan kadar airnya. Kertas
Thimbel dimasukan ke dalam alat extraktor Soxhlet. Sebelumnya dilakukan juga penimbangan
labu Soxhlet kosong ditimbang. Kemudian alat Soxhlet diisi dengan pelarut organik sebanyak 1,5
siklus atau diisi sampai terjadi sifon kemudian ditambahkan lagi setengahnya lagi sebelum terjadi
sifon. Hal ini dilakukan agar siklus ekstraksi berlangsung secara kontinyu. Kemudian dilalakukan
ektraksi dengan pelarut organik N-Heksana selama 4 jam. Perlarut tersebut melarutkan organic
yang berada dalam kertas Thimble, kemudian saat terjadi sifon organic yang terlarut terbawa
kedalam labu Soxhlet, saat labu Soxhlet dipanaskan terjadi penguapan pelarut organiknya saja
sehingga dengan siklus yang berulang senyawa organik yang terekstraksi akan terakumulasi di
dalam labu Soxhlet. Selanjutnya labu Soxhlet dipanaskan untuk menghilangkan pelarut organik
yang masih tersisa, labu tersebut yang berisi oil & grease ditimbang. Berat oil & grease
merupakan penambahan berat labu
Hasil analisa pada praktikum kali ini yaitu pengukuran oil & grease pada sampel air diperoleh
bahwa konsentrasinya adalah 54,703 mg/L. Di dalam Permenkes no. 492 tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum diketahui bahwa tidak terdapat parameter oil & grease untuk
persyaratan air air minum karena seharusnya tidak terdapat minyak dalam lemak dalam air
minum. Lalu pada PP no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Pengendalian
Pencemaran Air diketahui bahwa parameter minyak dan lemak sampel air berada pada kelas
empat karena batas untuk kelas tiga adalah 1 mg/L dan pada kelas empat tidak ada batasan
kandungan minyak dan lemak tersebut Pada kelas empat air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman danatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Aplikasi pengukuran oil & grease dalam bidang Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
digunakan dalam pengukuran kualitas badan air. Salah satu parameter pencemaran adalah
munculnya minyak dan lemak. AKibat munculnya lemak dan minyak di permukaan air adalah
terhalangnya penetrasi sinar matahari yang berarti mengurangi laju proses fotosintesa di air.
Penutupan itu juga akan mengurangi masukan O2 bebas dari udara ke air. Kurangnya laju
fotosintesa dan masukan O2 dari udara akan mengganggu organisme yang ada di air. Minyak dan
lemak merupakan bahan organik namun mempunyai rantai karbon yang panjang dan komplek.
Sebagian emulsi minyak dan lemak akan mengalami degradasi melalui fotooksidasi spontan dan
oksidasi oleh mikroorganisme. Penguraian lemak dan minyak dalam kondisi kurang oksigen
akan menyebabkan penguraian yang tidak sempurna sehingga menimbulkan bau tengik.
Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun terhadap hewan dan
manusia, tergantung dari struktur dan berat molekulnya. Komponen-komponen hidrokarbon
jenuh diketahui dapat menyebabkan anestesi dan narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah
dan pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian. Komponen-komponen hidrokarbon
aromatik seperti benzen, toluen dan xilen bersifat racun terhadap manusia dan kehidupan lainnya
(Metcalf & Eddy, 1991).
Kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum ini adalah saat penimbangan labu ukur. Labu
ukur ditimbang harus pada keadaan yang stabil. Selain itu labu ukur yang terdapat minyak dan
lemak harus dikeringkan karena massa yang diukur merupakan penambahan berat labu ukurnya.
Jika masih terdapat pelarut organic maka pelarut organit akan tertimbang sebagai zat organic.
Oleh karena itu untuk mencegahnya dilakukan pemanasan menggunakan oven sampai benar-
benar kering.
X. Kesimpulan
a. Kadar oil dan grease dalam sampel air adalah 54,703 mg/L
b. Kualitas sampel air berdasarkan parameter oil dan grease menurut PP no. 82 tahun 2001
berada pada kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut..
c. Kualitas sampel air berdasarkan parameter oil dan grease menurut Permenkes no. 492 tahun
2010 tidak terdapat parameternya, namun seharusnya tidak mengandung oil & grease lagi.
V. Cara Kerja
VI. Tabel Data Hasil Praktikum
Tabel 4 Data hasil praktikum analisa surfaktan dalam sampel air
N Dokumentasi Keterangan
o
1 Sebanyak 50 ml sampel
dimasukkan ke dalam corong
pisah.
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Konsentrasi (mg/l)
Dari persamaan kurva kalibrasi tersebut diperoleh konsentrasi surfaktan, dengan absorbansi
0,2368 yaitu:
Konsentrasi Surfaktan = (absorbansi – 0,0174)/ 0,9211 = (0,2368– 0,0174)/ 0,9211 = 0,238 mg/L
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengukuran surfaktan. Pertama-tama sebanyak
50 ml sampel air di masukkan ke dalam Corong pisah A, kemudian di tambah 1 tetes indikator
fenolftalein dan tetes demi tetes NaOH 1 N sampai cairan berwarna merah mudah (bersifat
alkalis). Fenolftalen digunakan sebagai indikator pH sampel. Lalu ditambah tetes demi tetes
H2SO4 1 N, sampai warna merah tepat hilang, hal ini karena senyawa tersebut merupakan
senyawa asam. Kemudian ke dalam corong pisah A tersebut ditambah 10 ml CHCl 3 untuk
memisahkan fasa air dan organic dan 25 ml pereaksi larutan metilen blue yang nanti akan
bereaksi dengan surfaktan menjadi warna biru, kemudian dikocok dengan kuat sehingga larutan
terhomogenkan. Kemudian dibiarkan beberapa saat sampai terjadi pemisahan antara fasa air
dengan fasa organik (CHCl 3). Fasa organik dikeluarkan dari corong pisah A dan dimasukan ke
dalam corong pisah B. Terhadap corong pisah A, ekstraksi diulangi 2x lagi, setiap ektraksi
dengan cara memasukan 10 ml CHCl 3 dikocok dan dipisahkan fasa CHCl3 dan dimasukkan ke
dalam corong pisah B. Fasa organik dari tiap ekstrasi digabungkan dalam corong pisah B.
Dilakukan 2x ekstrasksi bertujuan untuk meningkatkan keakuratan jika surfaktan yang diukur
sangat kecil kandungannya. Terhadap corong pisah B yang mengandung fasa organik, ditambah
50 ml larutan pencuci, kemudian dikocok dan dibiarkan terjadi pemisahan. Fasa organik CHCl 3
dari corong pisah B, dikeluarkan dan dimasukkan ke corong yang berisi gelas wool sebagai
saringan, saringn tersebut berfungsi untuk menyaring zat organic sehingga terpisah dengan fasa
airnya. Filtrat hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, cairan organik harus
jernih. Ekstrasi pada corong pisah B diulangi sebanyak 2x dengan masing-masing ditambahkan
10 ml CHCl3 ke dalam corong pisah B. Corong saring dan gelas wool dicuci dengan CHCl3 dan
dimasukkan ke dalam labu ukur diatas, kemudian di tambah CHCl3 sampai tanda batas.
Kemudian intensitas warna biru dalam labu ukur diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 625 nm. Dilakukan pembuatan kurva kalibrasi menggunakan larutan standar LAS
dan dikerjakan sama seperti pengerjaan sampel air.
Hasil analisa pada praktikum kali ini yaitu pengukuran oil & grease pada sampel air diperoleh
bahwa konsentrasinya adalah 0,238 mg/L. Di dalam Permenkes no. 492 tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum diketahui bahwa terdapat detergen untuk persyaratan air air
minum yaitu tidak lebih dari 0,05 mg/L sehingga sampel air tidak memenuhi kualitas unutk air
minum. Lalu pada PP no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Pengendalian
Pencemaran Air diketahui bahwa parameter detergen sampel air berada pada kelas empat karena
batas untuk kelas tiga adalah 0,2 mg/L dan pada kelas empat tidak ada batasan kandungan
minyak dan lemak tersebut Pada kelas empat air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Aplikasi pengukuran detergen dalam bidang Rekayasa Infrastruktur Lingkungan digunakan
dalam pengukuran kualitas badan air. Salah satu parameter pencemaran adalah terdapatnya
surfaktan dalam air. Surfaktan dalam air daoat menyebabkan kandungan oksigen badan air
berkurang sehingga dapat mematikan biota dalam air. Selain itu kandungan surfaktan dalam air
minum dapat menyebabkan rasa air minum tidak enak.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan pengukuran surfaktan ini adalah pada saat
proses pemindahan filtrat kedalam labu ukur. Filtrat harus dibilas terlebih dahulu sehingga tidak
ada yang tertinggal namun tidak boleh terlalu banyak menggunakan CHCl 3, karena dapat
melewati batas pada labu ukur. Jika filtrat masih tertinggal dapat menyebabkan hasil akhir
pengukuran surfaktan tidak akurat.
IX. Kesimpulan
a. Konsentrasi surfaktan dalam sampel air adalah 0,238 mg/L.
b. Menentukan kualitas sampel air berdasarkan parameter surfaktan menurut PP no. 82 tahun
2001 berada pada kelas empat.
c. Kualitas sampel air berdasarkan parameter surfaktan menurut Permenkes no. 492 tahun 2010
tidak memenuhi untuk air minum.
X. Daftar Pustaka
Irsyad, Moh., Tri Padmi. (2020). Modul Praktikum Laboratorium Air dan Persampahan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Kementerian Kesehatan. (2010). Permenkes no. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Metcalf and Eddy, Inc. (1991). Wastewater Engineering. Treatment, Disposal and Reuse. Third
Edition. Mc Graw Hill International, New York
Sekretariat Negara. (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Sekretariat
Negara.