Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

MODUL 9
MIKROBIOLOGI AIR

Nama/NIM : Ahmad Gigih Radiantama/15715005

Muhammad Riva Nugraha/15715022

Rizka Legita Rachmawati /15715028

Kelompok : 5

Tanggal Praktikum : 6 November 2016

PJ Modul : Astiaranti, S.T

Hurriyah M, S.T

Asisten yang bertugas : Ratrisa Priska K, S.T

Astiaranti, S.T

Hurriyah M, S.T

Roidah Zihni A.

Mirra Hasna Nurdini

Saniar Rabithoh W.

Analis : Didit Trihartomo

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016
MODUL IX

MIKROBIOLOGI AIR

TUJUAN

1. Mempelajari jenis-jenis mikroorganisme yang terdapat di air.


2. Mempelajari metode standar pemeriksaan kualitas air baik secara kuantitatif atau
kualitatif

PRINSIP

Air sangatlah penting bagi kehidupan mahluk hidup. Sebagai salah satu penopang
kehidupan, kualitasnya pun harus dijaga dan di monitor agar dapat dikonsumsi tanpa
menimbulkan penyakit. Pemeriksaan kualitas air dapat dilakukan pada aspek mikrobiologis,
fisik, dan juga kimawi. Secara mikrobiologis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat
dipakai sebagai pengukur derajat pencemaran dengan mengetahui kandungan mikroba
pencemar air dan juga adanya senyawa organik pada air.

Senyawa organik merupakan bahan pencemar jika jumlahnya melenihi batas, karena
senyawa organik merupakan bahan makanan bagi mikroorganiseme yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan metabolisme mikroba. Jumlah mikroorganisme juga
memengaruhi kualitas air, jika jumlahnya banyak maka kualitas air dipertanyakan.

Secara kimia, pemeriksaan kualitas air dapat diakukan dengan pengukuran kadar
oksigen yang terlalut atau yang dikenal sebagai pengukuran BOD (Biological Oxygen
Demand). Secara mikrobiologis, pada sisi lain, dilakukan dengan cara penghitungan jumlah
mikroorganisme, pemeriksaan bakteri pencemar seperti golongan Eschercia coli, Salmonela,
Shigella, dan lain-lain. Dan yang utama ialah kehadiran bakteri yang berasal dari usus
mamalia atau kontaminasi fekal.
MODUL IX – PERCOBAAN 23

PEMERIKSAAN JUMLAH MIKROORGANISME DALAM AIR

A. PRINSIP
Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode total plate count dan pengenceran seperti
pada percobaan 16. Untuk sampel air minum dalam kemasan tidak dilakukan
pengenceran, namun untuk sampel lainnya dilakukan pengenceran. Untuk pengamatan
koloni hanya jumlah koloni 30-300 yang bisa diamati dalam cawan petri.

B. TEORI DASAR
Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada
beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara pembelahan. Bakteri tersebar luas
di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut,
dalam air, pada sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan
tanaman. Jumlah bakteri tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlahs bakteri di dalam
tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006).
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual, satu per satu,
maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan di dalam medium
yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni
berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies
tertentu.
Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau
mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan atas
beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan mikroskopik, hitungan
cawan, MPN (Most Probable Number); perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari
volumetrik, gravimetrik, kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung,
terdiri dari analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi
nutrien. Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah mikroba
yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca
objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah
perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiakan disebut juga
metode penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni,
dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh
menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap
volume pengenceran yang digunakan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup
pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni
yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode
hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu: metode tuang (pour plate) dan metode
permukaan/sebar (surface/spread plate) (Fardiaz, 1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik,
cawan yang dipilihuntuk dihitung mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut dilakukan sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel
ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah
cfu/mL (cfu = colony forming units) (Waluyo 2008).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. 2 buah cawan petri steril
b. 4 buah pipet ukuran 1 ml steril
2. Bahan
a. 2 buah tabung berisi medium agar nutrisi tegak
b. 4 labu erlenmeyer berisi 99 ml aquadest steril
D. HASIL PENGAMATAN
Sumber Cawan Petri 1 mL Cawan Petri 0,1 mL Keterangan
air
Air Jumlah bakteri:
1. 24 jam
minum
a. 1 mL : 0
dalam
b. 0,1 mL : 1
keamasan 2. 48 jam
a. 1 mL :
b. 0,1 mL : 7
Air Jumlah bakteri:
1. 24 jam
minum isi
a. 1 mL : 0
ulang
b. 0,1 mL : 0
(refill) 2. 48 jam
a. 1 mL : 0
b. 0,1 mL : 0

Air Jumlah bakteri:


1. 24 jam
minum isi
a. 1 mL : 0
ulang
b. 0,1 mL : 1
(asli) 2. 48 jam
a. 1 mL : >300
b. 0,1 mL :
110

Air keran Jumlah bakteri:


1. 24 jam
Labtek
a. 1 mL : 0
1B
b. 0,1 mL : 0
2. 48 jam
a. 1 mL : 1
b. 0,1 mL : 0
Air Jumlah bakteri:
1. 24 jam
asrama
a. 1 mL : 0
TB2
b. 0,1 mL : 1
2. 48 jam
a. 1 mL : -
b. 0,1 mL : -

Air danau Jumlah bakteri:


1. 24 jam
1
a. 1 mL : 0
b. 0,1 mL : 0
2. 48 jam
a. 1 mL : 5
b. 0,1 mL : 0

Air danau Jumlah bakteri:


1. 24 jam
2
a. 1 mL : 1
b. 0,1 mL : 6
2. 48 jam
a. 1 mL : -
b. 0,1 mL : 1
E. ANALISIS
Pertama-tama, prosedur yang dikerjakan ialah sterilisasi tempat kerja dan juga alat.
Tangan praktikan di semprot dengan alkohol 70% agar objek praktikum tidak
terkontimasi oleh bakteri yang terdapat di tangan. Tak hanya tangan praktikan, tempat
kerja yaitu meja praktikum juga harus di lap dengan alkohol untuk mencegah
kontaminasi. Lalu, bakar bunsen untuk mengurangi kontaminasi dari bakteri yang di
udara. Pembakaran bunsen juga dilakukan untuk memanaskan mulut labu erlenmeyer
dan cawan petri saat pemindahan air yang diobservasi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kontaminasi labu erlenmayer dan cawan petri saat melakukan metode pour.
Total Plate Count (TPC) merupakan metode indikasi kualitas air dengan cara
menghitung jumlah bakteri hidup yang terdapat pada cawan petri dengan cara inokulasi
metode pour dari hasil pengenceran. Pengenceran dilakukan untuk mengurangi jumlah
koloni yang dihitung. Karena, jumlah koloni yang dianggap valid berada pada kisaran
30-300, diluar itu data dianggap tidak valid.
Pada percobaan, sampel air minum pada kemasan tidak diencerkan. Hal ini
dikarenakan asumsi bahwa air pada kemasan tidak memiliki kontaminan atau dapat
dikatakan steril. Pada kelompok kami, dengan sampel air kera asrama TB 2 dilakukan
pengenceran karena belum diketahui apakah steril atau tidak. Metode pengenceran
dimulai dengan meneteskan 1 mL sampel ke labu erlenmeyer 99 mL lalu dikocok. Pada
labu erlenmeyer pertama, faktor pengenceran menjadi 102. Lalu dilakukan lagi
pengambilan sampel dari labu erlenmeyer pertama ke kedua. Pada labu erlenmeyer
kedua, faktor pengenceran menjadi 104. Setelah dikocok, diteteskan lah sampel kepada
dua cawan petri dengan cawan petri pertama diberi 1 mL dengan faktor pengenceran
sama dan cawan petri kedua diberi 0,1 mL dengan faktor pengenceran menjadi 105.
Terdapat dua volume sampel dikarenakan antisipasi jumlah koloni yang bisa saja
melebihi angka 300.
Berikut ini jumlah bakteri dari tiap sampel dengan rumus jumlah bakteri akhir x
faktor pengenceran x volume :
Sumber Air Jumlah Bakteri Analisis
Air minum dalam 1 mL = 0 Terdapat bakteri yang muncul namu tidak
kemasan 0,1 mL = <30 valid karena dibawah angka 30. Bakteri ini
mungkin diakrenakan kontaminasi dari
lingkungan
Air isi ulang refill 1 mL = 0 Tidak terdapat bakteri, padahal
0,1 Ml = 0 diasumsikan terdapat bakteri karena galon
sudah dipakai berkali-kali.
Air isi ulang asli 1 mL >300 Diasumsikan air isi ulang yang baru tidak
0,1 mL = 110 . 105 memiliki kontaminan sama seperti air
minum kemasan. Kontaminan mungkin
datang dari dispenser
Air keran Labtek 1 1mL <30 Dari metode TPC, air pada sampe tidak
B 0,1 mL < 30 memiliki kontaminan
Air keran TB 2 1mL <30 Dari metode TPC, air pada sampe tidak
0,1 mL < 30 memiliki kontaminan
Air danau 1 1mL <30 Jumlah yang didapatkan tidak representatif
0,1 mL < 30
Air danau 2 1mL <30 Jumlah yang didapatkan tidak representatif
0,1 mL < 30
Pada air danau, data yang didapatkan tidak representatif. Hal ini dikarenakan
pengambilan sampel air danau hanya dilakukan pada permukaan danau saja dan tidak
pada kedalaman yang lain.

Metode perhitungan ini merupakan cara yang paling sensitif untung menghitung jumlah
mikroba karena alasan-alasan dan kelebihan metode sebagai berikut :

1.Hanya sel yang masih hidup yang dihitung.

2.Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.

3.Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk
berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan pertumbuhan spesifik.

Kekurangan metode TPC :

1.Hasil perhitungan tidak menunjukan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa
sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.

2.Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.

3.Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni
yang kompak dan jelas, yang menyebar.
4.Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni
dapat dihitung

F. DAFTAR PUSTAKA

Barti, Setiani dan Mayrina Firdayati. 2013.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Lingkungan.


Bandung: ITB (Halaman: 80-81)

Pelczar, MJ dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press

PERCOBAAN 24

ANALISIS KUALITATIF STANDAR AIR (JUMLAH PERKIRAAN TERDEKAT BAKTERI


GOLONGAN COLIFORM)

I. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui teknik uji kualitas air dengan menggunakan metode MPN.

2. Untuk mengetahui kualitas dari air sumur, air sungai dan air galon.

II. Prinsip Percobaan

Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji dugaan (presumptive
test), uji penetapan (confirmed test), dan uji pelengkap (completed test). Metode pengujian yang
digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN) atau Jumlah Perkiraan Terbatas (JPT).

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada air minum penting dilakukan untuk mengetahui mutu
air minum tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur
jumlah jasad renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya
bakteri Coliform pada minuman dengan metode MPN (Most Probable Number).

III. Teori Dasar

Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN
terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji
kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan Coliform masih dalam tingkat
probabilitas rendah, masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif Coliformdalam sampel
(Lim, 1998).

Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam
hitungan cawan, sehingga beberapa tabung larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel
jasad renik. Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya
tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada
beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN
biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair,
meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan melakukan pengenceran
terlebih dahulu (Fardiaz, 1996).

Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan


pertumbuhan Coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah Coliform dalam sampel yang
diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk
menentukan jumlah Coliformdalam sampel (Pakadang, 2010).

Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu
membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung
reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang
ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang
positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung
kecil (tabung durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk
gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak
tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan
juga lebih banyak (Fardiaz, 1996).

Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium cair dalam wadah berupa
tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang
mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya
gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga
seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2 dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai
MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008).

Tabel yang digunakan untuk menentukan nilai MPN dari tiga seri tabung berbeda dengan
tabel lima seri tabung. Kombinasi yang dipilih mulai dari pengenceran tertinggi yagn masih
menghasilkan semua tabung positif sedangkan pada pengenceran yang berikutnya ada tabung yang
negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga pengenceran. Jika pada pengenceran yang keempat
atau seterusnya masih diketemukan tabung yang hasilnya positif, maka jumlah tabung yang positif
tersebut harus ditambahkan pada angka kombinasi yang ketiga sampai mencapai jumlah maksimum
(Volk, 1993).

Beberapa jenis bakteri selain Coliform juga memiliki sifat fermentatif, sehingga diperlukan
uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya Coliform dengan bantuan medium selektif
diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat
fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri Coliform seperti, berbentuk batang, gram
negatif, tidak-berspora. Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah
unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun,
pada umumnya nilai MPN juda diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang
digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen
sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi
(Lim, 1998).
Uji penduga merupakan uji positif untuk menentukan bakteri Coliform. Media yang
digunakan ialah media Lactose Broth. Bakteri dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon,
namun ada pula sebagian bakteri enteric yang tidak dapat melakukannya. Kaldu laktosa mengandung
surface tension depressant yang menekan pertumbuhan bakteri gram positif dan memacu bakteri gram
negatif terutama bakteri Coliform. Hasil uji penguat yang positif atau meragukan menyatakan bahwa
sampel air tidak layak untuk diminum. Uji penguat memerlukan media selektif dan diferensial
seperti Eosin-Biru Metilenatau ENDO agar yang akan diinokulasi dari tabung laktosa yang positif. Uji
pelengkap, uji ini merupakan tahap akhir analisis bakteri dari contoh air. Uji pelengkap dilakukan
dengan pewarnaan gram (Volk, 1993)

IV. Uji Pendugaan

Tujuan

1. Untuk menentukan kehadiran bakteri golongan coli dalam sampel air.

2. Untuk mendapatkan indeks atau nilai jumlah perkiraan terdekat organisme golongan coli.

Prinsip

Uji ini merupakan uji yang spesifik untuk mendeteksi bakteri golongan coli. Air diuji dengan
menggunakan kaldu laktosa. Bakteri golongan coli ini mampu menggunakan laktosa sebagai sumber
karbon (sementara bakteri usus yang lain tidak). Selain laktosa, medium juga ditambahkan garam bile,
sebagai suface-tension depressant yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan organisme selain
bakteri golongan coli. Makin banyak jumlah untuk uji, maka pengujian makin sensitif. Dikenal seri 3
dan seri 5 tabung untuk tiap konsentrasi air yang berbeda, untuk pengujian pendugaan ini. Nilai JPT
diestimasi dengan menentukan jumlah tabung yang menunjukkan hasil positif. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna medium menjadi kuning dan adanya pembentukan gas pada tabung durham.

Alat dan Bahan

Alat
1. 6 tabung medium kaldu laktosa tunggal ditambah BCP dan tabung Durham
2. 3 tabung medium kaldu laktosa ganda di tambah BCP dan tabung Durham
3. Tabung medium Brilliant Green Bile Lactose Broth (BGBLB) dengan tabung durham
4. Tabung medium EC Borth dengan tabung durham
Bahan
1. Sampel air
2. Agar miring
3. Reagen untuk pewarnaan Gram

Data dan Hasil Pengamatan

No Hasil Pengamatan Keterangan

1 Sampel air : Air minum


dalam kemasan
(bermerek)

2 Sampel air : Air minum


isi ulang (Refill)

3 Sampel air : Air minum


isi ulang (Asli)

4 Sampel air : Air keran


Labtek 1B

5 Sampel air : Air Asrama


TB 4
6 Sampel air : Air Danau 1

7 Sampel air : Air Danau 2

V. Uji Konfirmasi
Tujuan

Untuk memastikan kehadiran bakteri golongan coli pada sampel air yang telah memberikan hasil
positif pada uji pendugaan. Hasil yang positif menunjukkan pada uji pendugaan menunjukkan
bahwa sampel air yang bersangkutan tidak dapat diminum. Konfirmasi terhadap hasil ini penting,
karena ada beberapa jenis organisme yang bukan golongan coli dapat memberikan hasil yang juga
positif.

Pada pengujian ini, digunakan medium selektif Brilliant Green Bile Lactose Broth yang
mengandung zat penghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Bile).

Alat dan Bahan

Alat
1. 6 tabung medium kaldu laktosa tunggal ditambah BCP dan tabung Durham
2. 3 tabung medium kaldu laktosa ganda di tambah BCP dan tabung Durham
3. Tabung medium Brilliant Green Bile Lactose Broth (BGBLB) dengan tabung durham
4. Tabung medium EC Borth dengan tabung durham
Bahan
1. Sampel air
2. Agar miring
3. Reagen untuk pewarnaan Gram

Data dan Hasil Pengamatan


No Hasil Pengamatan Keterangan

1 Sampel air : Air


Asrama TB 4

2 Sampel air : Air


Danau 1

3 Sampel air : Air


keran Labtek 1B

4 Sampel air : Air


Danau 2

VI. Uji Kelengkapan (Uji Konfirmasi E.coli)


Tujuan

Uji ini dilakukan untuk mengkonfirmasi kehadiran bakteri golongan E. coli dalam sampel air.

Prinsip

Uji ini merupakan analisis terakhir terhadap sampel air. Koloni yang diperiksa dan digunakan
adalah yang berasal dari uji pendugaan. Koloni yang akan di konfirmasi d inokulasi secara aseptik
pada EC Broth, lalu hasil positif (pembentukan gas seperti pada uji pendugaan) di EC Broth
digores pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan diinkubasi 37’C selama 18

89

24 jam. Hasil positif di EMBA (koloni warna hijau/kuning metalik dipindahkan ke media agar
miring untuk diinkubasi 37’C selama 18-24 jam. Koloni yang tumbuh di agar miring akan
digunakan untuk pewarnaan Gram dan uji IMViC/biokimia.

Alat dan Bahan

Alat
1. 6 tabung medium kaldu laktosa tunggal ditambah BCP dan tabung Durham
2. 3 tabung medium kaldu laktosa ganda di tambah BCP dan tabung Durham
3. Tabung medium Brilliant Green Bile Lactose Broth (BGBLB) dengan tabung durham
4. Tabung medium EC Borth dengan tabung durham
Bahan
1. Sampel air
2. Agar miring
3. Reagen untuk pewarnaan Gram

Data dan Hasil Pengamatan

No 10 1 0,1
1 Kel 6 – Air
Danau 1
2 Kel 4 – Air
keran labtek IB

3 Kel 7 – Air
Danau 2

4 Kel 5 – Air
minum isi ulang

- -

VII. Analisis
Pelaksanaan percobaan ini dilakukan secara aseptic dengan asumsi hanya bakteri yang
terkandung dalam air saja yang kita teliti.

Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengambilan sampel dengan rincian sebagai berikut

Tabel 1. Pembagian Kelompok Pengambilan Sampel Air


Jenis Air Sampel Kelompok
Air minum dalam kemasan (merek “Ades” dan “Prima”) 1,8
Air minum isi ulang (refill) 2,9
Air minum isi ulang (asli/ ganti galon) 3,10
Air keran labtek 1B ITB Jatinangor 4,11
Air keran asrama TB2 ITB Jatinangor 5
Air Situ 1 ITB Jatinangor 6
Air Situ 2 ITB Jatinangor 7

Dengan pegambilan sampel secara aspetik diharapkan bakteri yang kita teliti adalah bakteri
yang terkanding dalam air sampel, bukan bakteri non-sampel (bakteri yang terdapat pada benda lain,
contohnya keran dll). Untuk pengambilan sampel pada keran dilakukan pembakaran dengan korek api
untuk keran bermaterial besi, untuk keran bermaterial yang tidak tahan akan panas dlakukan
pengolesan alkohol70%. Untuk sampel dari keran tidak dianjurkan untuk langsung mengambil sampel
pada saat pertama kali keran dibuka, hal ini dilakukan untuk menghindari bakteri dalam keran ikut
masuk ke dalam sampel. Oleh Karena itu air dibiarkan mengalir beberapa waktu terlebih dahulu.

Sampel air yang sudah diambil lalu dimasukkan ke dalam botol yang sudah melewati tahapan
sterilisasi, dengan tujuan mikroorganisme yang ada tetap mikroorganisme yang ada pada air sampel,
bukan bakteri dari kontaminasi dengan botol yang tidak steril.

Metode perhitungan yang digunakan adalah metode JPT (jumah perkiraan terdekat), yaitu
dengan mengira-ngira jumlah bakteri sesuai dengan jumlah tabung yang memberi hasil positif dan
mencocokannya dengan table JPT.

Pada percobaan 24 (analisis kualitatif standar), terdapat tiga jenis uji yang dilakukan, yaitu uji
pendugaan, uji konfirmasi, dan uji kelengkapan. Uji pendugaan merupaka pemeriksaan apakah
sampel air tersebut mengandung bakteri golongan coli, uji konfirmasi dilakukan untuk
mengkonfirmasi bakteri yang memberi hasil positif pada uji pendugaan, dan uji kelengkapan untuk
membuktikan keberadaan bakteri Escherichia colidalam sampel.

Uji pendugaan menggunakan 6 tabung kaldu laktosa tunggal dan 3 tabung kaldu laktosa
ganda. Perbedaannya adalah pada konsentrasi laktosa yang digunakan. Pada kaldu laktosa ganda,
konsentrasinya dua kali lipat kaldu laktosa tunggal. Bakteri dengan kadar fermentasi yang tinggi dapat
melakukan fermentasi dengan baik pada kaldu laktosa tunggal maupun ganda. Beda halnya dengan
bakteri dengan kadar fermentasi yang rendah yang hanya melakukan fermentasi pada kaldu laktosa
tunggal saja. Hasil positif memberikan adanya perubahan warna pada kaldu laktosa menjadi warna
kuning dan adanya gas pada tabung durham sebagai output dari adanya fermentasi.
Uji konfirmasi menggunakan media kaldu Brilliant Green Bile Lactose Broth (BGBGB) yang
mengandung garam ble yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Dengan
kata lain, hanya aka nada bakteri gram negative saja yang bertahan pada sampel dan memberikan
respon positif pada media ini. Respon positif didapat apabila ada gelembung pada tabung durham
sebagai hasil dari fermentasi laktosa yang terkandung dalam media BGBLB.

Uji kelengkapan digunakan media EC Broth untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri


E.coli. Sampel yang memberikan hasil positif adalah ada E.colidi dalamnya dan juga terdapat
gelembung gas pada tabung durhamnya.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan dan Uji Kualitatif pada Sampel Air Konsumsi (Air Minum Dalam
Kemasan dan Air Minum Isi Ulang)

Uji Kualitatif
Jumlah Koloni
Pemeriksaan

Pendugaan
Konfirmasi Kelengkapan
(Kaldu Laktosa Tunggal
(Kaldu BGBLB) (EC Broth)
dan Laktosa Ganda)
Merek sampel air minum
Kelompok pengamat

L L L L L L L L L
L L L L L L L L L
T T T L L L T T T L L L T T T L L L
G G G G G G G G G
T T T T T T T T T
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
. . . 1 1 1 . . . 1 1 1 . . . 1 1 1
. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 m
m m m m m m m m m
m l m m m m m m m m m
m m m l l l m m m l l l m m m l l l
l l l l l l l l l l
l l l ( ( ( l l l ( ( ( l l l ( ( (
( ( ( ( ( ( ( ( (
( ( ( 4 5 6 ( ( ( 4 5 6 ( ( ( 4 5 6
7 8 9 7 8 9 7 8 9
1 2 3 ) ) ) 1 2 3 ) ) ) 1 2 3 ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )
Ades

7 0 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1

Prima

7 0 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8
(refill)
Aqua

0 0 + + + + + + + + + - - - + + + + + + - - - - - - + + +
2

1 1
(refill)
Aqua

4 8 + + + + + + + + + - - - - - - + + + - - - - - - + + +
9

2 7
>
Aqua 2
3
3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3

0
7
0
>
1
3
Aqua

1 - - - - - - + - - - - - - - - - - -
10

0
0
0
*)Ket : - kolom merah menandai terjadi kesalahan teknis pada proses atau pengamatan kerja

- data pada pemeriksaan jumlah koloni adalah jumlah koloni pada hari kedua (setelah inkubasi selama
48 jam)

Kelompok 1 dan kelompok 8 melakukan pengujian pada sampel air minum


dalam kemasan. Pengujian dilakukan tanpa melakukan pengenceran. Dari data yang di
dapat, pada semua uji kualitatif didapat hasil negatif. Artinya, air sudah layak minum
karena tidak terideteksi keberadaan bakteri dalam sampel air minum tersebut. Pada uji
jumlah koloni ditemukan koloni bakteri sebanyak 7 koloni kecil pada volume 0.1 ml dan
0 koloni pada volume 1 ml. Menurut ketentuan perhitungan TPC, perhitungan dapat
dilakukan apabila jumlah koloni berada dalam range 30 – 300 koloni, namun menurut
American Public Health Association (1993) apabila jumlah koloni lebih kecil dari 30
atau 25 (pada range lain digunakan 25 – 250), tetap dapat dilakukan TCP dimana jumlah
koloni/ml adalah lebih kecil dari perkalian batas minimum range dengan pengenceran,
sehingga untuk percobaan ini jumlah sel adalah TPC <30 cfu/ml.

Kombinasi tabung positif untuk kedua sampel adalah 0 0 0, dengan kata lain
tidak ada bakteri coliform dalam sampel air (bakteri yang tumbuh pada uji jumlah bukan
bakteri golongan coli).

Kelompok 2 dan kelompok 9 melakukan pengujian pada sampel air minum isi
ulang (refill, bukan ganti galon). Pada uji pemeriksaan jumlah bakteri, didapat hasil yang
berbeda karena kelompok 2 melakukan pengenceran terhadap sampel air sebanyak 10 -4
kali konsentrasi awal, sementara kelompok 9 tanpa pengenceran. Tidak ditemukan
bakteri yang tumbuh pada uji jumlah bakteri kelompok 2, sementara untuk koloni pada
uji jumlah bakteri kelompok 9 dapat dihitung sebagai berikut

(142 ×10)+(187 ×1)


TPC = 2
= 804 cfu/ml
Berdasarkan uji pendugaan kelompok 2 dan kelompok 9, sampel air minum refill
mengandung bakteri yang dapat memfermentasi laktosa, berdasarkan uji konfirmasi 6
diantaranya adalah bakteri golongan coli, dan berdasarkan uji kelengkapan 3 tabung
menunjukkan hasil positif keberadaan bakteri Escherichia coli. Dalam perhitungan JPT,
didapat kombinasi dari sampel air minum refill adalah 3 0 0 untuk bakteri E.coli.
Berdasarkan tabel JPT, jumlah bakteri E. coli pada kombinasi tersebut adalah 23
koloni/100 ml.

Kombinasi keberadaan bakteri coliform kelompok 9 adalah 3 0 0, jadi jumlah


bakteri coliform adalah 23 koloni/100 ml. kombinasi keberadaan bakteri coliform
kelompok 2 adalah 3 3 0, maka jumlah bakteri coliform dalam sampel adalah 240
koloni/100 ml. Keberadaan E. coli mengindikasikan bahwa air minum refill tidak layak
minum.

Kelompok 3 dan kelompok 10 melakukan pengamatan pada air minum isi ulang
(ganti galon). Pada pemeriksaan jumlah bakteri, didapat jumlah bakteri sebagai berikut

(237 ×10)+(300 ×1)


Kelompok 3 : TPC = 2
= 1335 cfu/ml

(110 ×10)+(187 ×1)


Kelompok 10 : TPC = 2
= 644 cfu/ml

Pada uji kelengkapan, tabung rekasi kelompok 10 tidak ditemukan. Kombinasi


tabung uji kelengkapan kedua kelompok adalah 0 0 0, dengan kata lain tidak ditemukan
bakteri golongan coli dalam sampel air. Bakteri yang tumbuh pada uji jumlah bakteri
bukan bakteri golongan coli. Air minum isi gulang (ganti galon) layak minum.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan dan Uji Kualitatif pada Sampel Air Non-Konsumsi
Kelompo
Sampel
pengama

Jumlah

Pemeri
mbilan
Koloni

Lokasi
penga

ksaan

Uji Kualitatif
k
t
Pendugaan
Konfirmasi Kelengkapan
(Kaldu Laktosa Tunggal
(Kaldu BGBLB) (EC Broth)
dan Laktosa Ganda)

L L L L L L L L L
T T T L L L L L L T T T L L L L L L T T T L L L L L L
T T T G G G T T T G G G T T T G G G
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
. . . 1 1 1 1 1 1 . . . 1 1 1 1 1 1 . . . 1 1 1 1 1 1
. 1
1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0
1 m
m m m m m m m m m m m m m m m m m m
m l
m m m l l l l l l m m m l l l l l l m m m l l l l l l
l
l l l ( ( ( ( ( ( l l l ( ( ( ( ( ( l l l ( ( ( ( ( (
( ( ( 4 5 6 7 8 9 ( ( ( 4 5 6 7 8 9 ( ( ( 4 5 6 7 8 9
1 2 3 ) ) ) ) ) ) 1 2 3 ) ) ) ) ) ) 1 2 3 ) ) ) ) ) )
) ) ) ) ) ) ) ) )

+ + + + + + + + + + + + + + +
Labtek

0 1 + + - - - + - - + + + -
1B
4

- - - - - - - - -
Asrama
TB2
5

+ + + + + + + + +
Danau

0 5
6
1

4
Danau

2 + - - + - - + - - - - - + - - + - - - - - + - - + - -
7
2

8
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
Labtek

0 1 - - - - - - -
1B
11
Pengujian terhadap sampel air keran Labtek 1B ITB Jatinangor yang dilakukan oleh
kelompok 4 dan kelompok 11, untuk uji jumlah koloni, didapat hasil <30 x 104 cfu/ml.
Apabila hasil pengamtan kedua kelompok digabung, dari 20 tabung sampel uji pendugaan
positif, 9 diantaranya positif mengandung Escherichia coli, 11 lainnya adalah bakteri
fermentasi noncoli. Untuk perhitungan metode JPT

Coliform Kelompok 4 : 3 3 2 = 1100 koloni/100 ml

E. coli Kelompok 4 : 2 1 1 = 20 koloni/100 ml

Coliform Kelompok 11 : 3 3 0 = 240 koloni/100 ml

E. coli Kelompok 11 : 3 2 0 = 93 koloni/100 ml

Berdasarkan hasil perhitungan dan uji sampel, dapat disimpulkan bahwa air keran
Labtek 1B ITB Jatinangor telah terkontaminasi Echerichia coli.

Kelompok 7 melakukan uji pada sampel air Situ 2 ITB Jatinangor. Berdasarkan uji
jumlah koloni, didapat nilai TCP sebagai berikut

(2×105 )+(48 ×104 )


TPC = 2
= 34 x 104 cfu/ml

Dari 9 tabung laktosa, 3 diantaranya mengandung bakteri yang dapat memfermentasi


laktosa, 2 diantaranya adalah E. coli sementara 1 adalah bakteri gram positif karena
menunjukkan respon negatif pada uji konfirmasi. Penghitungan jumlah bakteri melalui
metode JPT

Coliform Kelompok 7 : 1 1 0 = 7 koloni/100 ml

E. coli Kelompok 7 : 1 1 0 = 7 koloni/ 100 ml

Dapat ditarik kesimpulan bahwa air Situ 2 ITB Jatinangor mengandung Escherichia
coli. Namun hal ini dapat dianggap wajar karena kawasannya merupakan kawasan terbuka,
memungkinkan terjadinya kontaminasi dari mamalia carrier E. coli yang berada di sekitar
kawasan tersebut.

Anilisis Kesalahan
Kesalahan dapat terjadi pada saat pengambilan sampel, dimana praktikan tidak mengambil
sampel dengan cara yang aseptic contohnya lupa membakar mulut keran dll. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan dalam pembacaan dan perolehan data.

Kesalahan juga bias terjadi pada saat pengenceran, terutama dalam pengmabilan volume
sebanyak yang dibutuhkan. Karena belum tentu tepat volume ynag diinokulasikan dengan metode pour
plate adalah 0.1 ml atau 1 ml. kesalahan seperti ni dapan mengakibatkan kesalahan dalam perolehan data
sehingga tidak valid lagi.

VIII. Kesimpulan
Tabel 4. Kesimpulan Percobaan XXIII dan Percobaan XXIV

Jumlah Koloni
Kelayakan untuk Kontaminasi
Jenis sampel Mikroorganisme
Diminum Eschericia coli
(cfu/ml)
Air minum dalam kemasan Tidak
<30 Layak minum
merek “Ades” terkontaminasi
Air minum dalam kemasan Tidak
<30 Layak minum
merek “Prima” terkontaminasi
Air minum isi ulang (refill) 804 Tidak layak minum Terkontaminasi
Air minum isi ulang (asli/ Tidak
990 Layak minum
ganti galon) terkontaminasi
Air keran labtek 1B ITB
Jatinangor <30 x 104 Tidak layak minum Terkontaminasi

Air keran asrama TB2 ITB Tidak


Jatinangor terkontaminasi
Air Situ 1 ITB Jatinangor
Air Situ 2 ITB Jatinangor 34 x 104 Tidak layak minum Terkontaminasi

IX. Daftar Pustaka

Barti, Setiani dan Mayrina Firdayati. 2013.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Lingkungan. Bandung: ITB
(Halaman: 80-81)

Pelczar, MJ dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press


PERCOBAAN 25 ANALISIS AIR KUANTITATIF: METODE MEMBRAN
FILTER

A. TUJUAN
1. Menentukan kualitas sampel air denngan menggunakan metode membran filter

B. PRINSIP DASAR

Prinsip kerja dari modul ini adalah sampel air dengan volume diketahui
disaring/difilter melalui membran filter yang mempunya diameter 0.45 μm. Bakteri yang
digunakan adalah Escherichia coli karena diameternya sesuai dengan diameter membran
filter. Sehingga bakteri Escherichia coli akan tertinggal pada membran filter. Kemudian
bakteri dipindahkan secara aseptic pada kertas absorbent yang di jenuhkan dengan
medium kaldu Endo. Cawan kemudian diinkubasi pada 37oC selama 24 jam. Bakteri
golongan coli akan memfermentasikan laktosa pada medium kaldu Endo menghasilkan
asam. Asam yang terbentuk akan menyebabkan koloni golongan coli menunjukkan
koloni dengan kilat metal.

C. TEORI DASAR

Tipe bakteri utama yang terdapat dalam air terpolusi adalah bakteri coliform,
termasuk di dalamnya bakteri gram negatif yang tidak mempunyai spora berbentuk basil
(batang), yang biasanya ditemukan di dalam usus. Bakteri tersebut melakukan fermentasi
terhadap laktosa menjadi asam dan gas ketika diinkubasi selama 24--48 jam pada suhu 32
o
C. Bakteri yang termasuk ke dalam grup tersebut adalah E. coli dan spesies-spesies dari
Enterobacter. Bakteri dengan bentuk bukan coli (non coliform bacteria) yang juga
ditemukan pada air tercemar adalah Streptococcus, Proteus, dan Pseudomonas (Alcamo
1984: 755).

Coliform, termasuk Escherichia coli, adalah anggota-anggota dari kelompok


Enterobacteriaceae. Bakteri coliform terdapat sekitar 10% pada usus manusia dan
hewan, serta ditemukan sebagai mikroorganisme indikator yang tersebar luas. Bakteri
tersebut kehilangan viabilitasnya pada perairan tawar pada tingkat yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan bakteri patogen yang hidup di saluran pencernaan. Jika bakteri
enteric tersebut tidak ditemukan pada volume air yang spesifik (100 ml), hal itu
menunjukkan bahwa air bersifat potable, atau dapat dipakai untuk konsumsi manusia
(Prescott dkk. 1999: 876).

Bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam kelompok coliform antara lain adalah


Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumoniae. Ciri-ciri bakteri
coliform adalah gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora bersifat aerob
atau anaerob fakultatif, dan dapat menfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan
gas dalam 48 jam pada suhu 35 oC. Salmonella dan Shigella juga bersifat coliform, tetapi
bersifat patogen dan tidak menfermentasi laktosa (Prescott dkk. 1999: 876).

Banyak metode yang tersedia untuk menghitung mikroba, salah satu metode yang
praktis adalah teknik filtrasi membran. Teknik filtrasi membran banyak dipakai di
berbagai perusahaan makanan, minuman, farmasi dan kosmetik untuk mengontrol jumlah
mikroba pada produk atau tahap potensial lainnya. Teknik filtrasi membran yang juga
dikenal sebagai molekular filter adalah metode yang mampu memisahkan antara partikel
ukuran tertentu (ukuran sel bakteri) dengan sejumlah besar cairan. Sejarah metode ini
dikembangkan oleh Geotz dan Tsuneishi pada tahun 1951. Filtrasi membran
diperkenalkan sebagai metode alternatif pengganti MPN yang mampu mengisolasi koloni
yang berbeda, sedangkan MPN hanya memperkirakan jumlah yang diindikasikan dengan
adanya perubahan pada media.
Prinsip teknik filtrasi membran ini adalah dengan menyaring cairan sampel
melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari bahan sejenis selulosa.
Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter lebih kecil
daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan
berlangsung, sel-sel yang terdapat pada sampel akan terjebak pada permukaan membran
yang relatif luas. Selanjutnya membran dipindahkan secara aseptis dari peralatan filtrasi
ke dalam cawan petri berisi media. Kertas membran ini bersifat solid sehingga dapat
menahan sel yang terjebak tetap pada posisinya dan kemudian dapat berkembang tanpa
bercampur dengan sel lain yang ikut terjebak juga. Nutrisi yang terdapat pada media akan
berdifusi dan terserap kedalam kertas membran sehingga sel-sel yang tersebar acak dan
kasat mata itu dapat tumbuh menjadi koloni yang dapat dihitung dengan mata telanjang
setelah melewati masa waktu inkubasi tertentu. Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-
masing koloni tergantung kepada jenis mikroba yang berada pada kertas membrane
(Djoko Hadi, 1989).
Selain digunakan untuk menghitung bakteri, teknik filtrasi membran dalam
mikrobiologi digunakan juga untuk proses sterilisasi secara mekanis (dengan
penyaringan). Prinsipnya sama, yaitu menyaring suatu cairan non steril dengan kertas
membran sehingga cairan yang melewatinya akan terbebas mikroba (steril). Pada
umumnya bahan yang disterilkan melalui cara ini adalah bahan yang mengandung
senyawa tidak tahan suhu tinggi atau tekanan tinggi seperti serum darah, antibiotik,
glukosa dll. Perbedaannya adalah terletak pada kepentingannya. Jika untuk tujuan
sterilisasi maka cairan hasil filtrasi harus dijaga kesterilannya dengan menyediakan
tempat dan tutup yang steril dan kertas membran tidak ditanam ke dalam media
melainkan dibuang.

Gambar Teknik Membran Filter (Djoko Hadi.1989)


Gambar Mikroba yang Tertinggal (Djoko Hadi.1989)

Terdapat beberapa variasi penyiapan media yang digunakan pada teknik ini tetapi
pada prinsipnya sama saja. Perbedaannya yaitu:
- Media agar yang dituang ke cawan petri kosong dan dibiarkan memadat.
- Media broth yang dituang ke absorbent pad (semacam kertas isap).
- Air steril yang ditambahkan ke absorbent pad yang mengandung media yang
dikeringkan (dehydrated) yang produknya disebut Nutrient Pad Set (NPS)
- Media yang ditambahkan dari atas setelah filtrasi yang disedot dengan pompa vakum
yang disebut dengan metode filtrasi membran monitor. Metode yang terakhir ini lebih
tidak time-consuming karena hanya perlu ditambahkan sampel dan media tanpa merakit
peralatan filtrasi.
Banyak tersedia jenis media pertumbuhan untuk metode filtrasi membran dengan
tujuan menghitung bakteri heterotrof (total count) seperti MTGE, m-HPC Agar, Standard
Methods Agar. Selain itu untuk menghitung bakteri kelompok tertentu atau mikroba jenis
tertentu membutuhkan media pertumbuhan yang spesifik seperti endo, chromocult, untuk
coliform.
Kelebihan teknik filtrasi membran dibanding metode lain adalah :
- Dapat menganalisa sampel dengan volume yang besar dalam waktu yang singkat yang
dibatasi oleh kekentalan dan kekeruhan cairan sampel.
- Dapat menganalisa sampel dengan jumlah mikroba yang sedikit (peningkatan keakuratan
pendeteksian mikroba).
- Inhibitor pada sampel yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba seperti antibiotik,
klorin atau zat pengawet dapat terbilas.
- Pada umumnya cawan yang digunakan berukuran kecil (50mm) sehingga dapat
menghemat penggunaan media dan tempat pada inkubator.
- Praktis dalam preparasinya, dapat dilakukan berulang kali penyaringan (melipatgandakan
cabang corong) dan reprodusibel.
- Sangat cocok untuk mikroba aerob (jika dibandingkan dengan pour plate) yang sebagian
besar menjadi faktor pengontaminasi yang penting pada produk industri.
- Melalui proses pengeringan tertentu, kertas membran yang telah ditumbuhi koloni dapat
dijadikan dokumen atau data permanen demi kepentingan perekaman data.

Sedangkan kekurangan teknik ini adalah :


 Kurang cocok untuk menghitung sampel dengan jumlah mikroba yang terlalu
pekat walaupun pengenceran dapat dilakukan dengan pengenceran bertingkat.
 Beberapa jenis mikroba yang berdiameter lebih kecil dari pori seperti Rickettsia
dan Mycoplasma mampu lolos dari pori kertas membran.
 Kurang praktis untuk menghitung mikroba mikroaerofilik atau anaerob (kecuali
dengan perlakuan tertentu). Sulit untuk menghitung mikroba pada sampel yang
berampas atau memiliki banyak partikel (kekeruhan tinggi) karena partikel
tersebut akan menyumbat pori-pori kertas membran.
 Sulit untuk menghitung mikroba pada sampel dengan kekentalan yang tinggi
karena membutuhkan waktu penyaringan yang lama. (Wolochow, 1957).

D. ALAT DAN BAHAN


Alat 1. Aquades steril
1. Pompa vacuum 2. Media kaldu Endo MF
2. Peralatan membran filter lengkap
3. Erlenmeyer untuk tempat
penampungan air yang disaring
4. Erlenmeyer atau botol untuk
tempat sampel air
5. Cawan petri, kepingan membran
filter, absorbent, pipet

Bahan
;

E. HASIL PENGAMATAN
NO HASIL PENGAMATAN KETERANGAN
1 Sumber air: air keran labtek 1b
>300 koloni berwarna pink
kemungkinan menurut literatur
Enterobacter aerogenes atau
Klebsiella pneumonia
Sumber : kel 11

2 Sumber air : air minum botol


kemasan
Terdapat 1 koloni berwarna putih
Kemungkinan jenis bakteri
Salmonella
Sumber: kel 1

3 Sumber air : air situ 1


>300 koloni
Sumber : kel 6

4 Sumber: air minum gallon non-


refiil
Terdapat 14 koloni Escherichia
coli
Sumber: kel 10
5 Sumber: air keran tb 2
Terdapat 61 koloni warna dark
dengan jenis bakteri Enterobacter
sedangkan 6 warna putih/ colorless
Sumber: kel 5

6 Sumber: air minum galon refill


Terdapat 186 bakteri pink; 66
Enterobacter cloacae/Klebsiella
pneumonia dan 120 Salmonella
typhimurlum
2
Sumber: Kel 2
7 Sumber: air keran labtek 1b
Terdapat >300 bakteri
Enterobacter cloacae
Sumber: kel 4

4
8 Sumber: air minum isi ulang asli
Terdapat 14 Escherichia coli (11
ungu, 1 biru, 2 hijau)
Salmonella/Shigella (3 bening)
Enterobacter (4coklat, 1 koloni
panjang)
3 Sumber: Kel 3
9 Sumber : air minum galon refill
10 Sumber : air minum kemasan
Terdapat 14 biru tua diyakini
(Escherichia coli) dan 4 pink
Enterobacter cloacae. Klebsiella
pneumonia
Sumber : Kel 8
11 Sumber: air minum situ 2
Terdapat 64 koloni bakteri
Escherichia coli, dan >300
Enterobacter aerogenes/
Klebsiella pneumonia
Sumber: Kel 7

F. ANALISIS

Prinsip kerja dari modul ini adalah sampel air dengan volume diketahui
disaring/difilter melalui membran filter yang mempunya diameter 0.45 μm. Bakteri
yang digunakan adalah Escherichia coli karena diameternya sesuai dengan diameter
membran filter. Sehingga bakteri Escherichia coli akan tertinggal pada membran
filter. Kemudian bakteri dipindahkan secara aseptic pada kertas absorbent yang di
jenuhkan dengan medium kaldu Endo. Cawan kemudian diinkubasi pada 37oC selama
24 jam. Bakteri golongan coli akan memfermentasikan laktosa pada medium kaldu
Endo menghasilkan asam. Asam yang terbentuk akan menyebabkan koloni golongan
coli menunjukkan koloni dengan kilat metal.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa air yang paling bersih adalah air
kemasan dan yang paling tidak higienis adalah Air Danau serta Air Keran Labtek IB.
Hal ini berdasarkan banyaknya jumlah koloni yang tersaring dan banyaknya jenis
bakteri yang terdapat pada sampel air. Untuk Air Danau serta Air Keran Labtek IB
terdapat bakteri yang jumlahnya >300 serta terdapat banyak jenis variasi bakteri.
1. Air Danau
Bakteri paling banyak terdapat di air Danau. Karena bersumber dari Air Danau
yang tidak jernih airnya. Hal ini sesuai mengingat di dalam air danau banyak terdapat
organisme makro maupun mikro yang hidup di dalam air danau. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa air danau sangat amat tidak bisa di konsumsi maupun di gunakan
untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci dan sebagainya. Air danau bisa digunakan
untuk kegiatan sehari-hari jika telah diolah sedemikian rupa oleh WTP seperti air
pada asrama dan gedung lainnya di ITB Jatinangor yang berasal dari air danau namun
telah diolah sehingga bisa digunakan.
2. Air Keran Labtek IB
Air pada keran labtek IB, terdapat >300 bakteri bening (Enterobacter). Hal ini
jauh berbeda dengan jumlah bakteri yang berasal dari air asrama TB 2 dimana yang
sumbernya sama-sama dari olahan WTP air danau ITB Jatinangor. Dalam hasil
pengamatan kali ini jumlah bakteri air keran IB relatif lebih banyak dari pada air
keran asrama TB 2. Hal ini mungkin terjadi akibat kesalahan praktikan dalam
memindahkan air keran labtek IB tersebut dari sumber ke botol, kemungkinan kondisi
belom aseptic sehingga ada bakteri yang masuk ke sampel tersebut. Selain itu, adanya
coliform yang dijumpai pada uji ini dapat disebabkan adanya kontaminasi pada saat
distribusi airnya, misalnya pipa yang tidak steril dan lain-lainnya.
3. Air Keran Depot Refill
Air Depot mengandung bakteri paling banyak diantara hasil uji sampel
lainnya. Karena merupakan sumber air minum, tentunya air depot harus bersih agar
dapat dikonsumsi oleh konsumen. Tetapi dari hasil percobaan, 186 bakteri pink; 66
Enterobacter cloacae/Klebsiella pneumonia dan 120 Salmonella typhimurlum dari
hasil uji membrane filter. Ini dapat disebabkan oleh terkontaminasi nya air depot
tersebut oleh udara ketika sedang akan diuji. Dalam kehidupan sehari-hari kitapun
tidak mengetahui darimana Depot mendapatkan airnya, bisa saja air Depot belum
tefiltrasi dengan baik. Pada air depot, air terlihat berdebu, bisa saja dalam debu
tersebut kemungkinan terdapat banyak bakteri sehingga tercampur di sumber depot
bersamaan dengan air yang akan digunakan. Bisa juga ada material organik yang
jatuh ke tempat depot air tersebut seperti daun, yang membusuk dan kemudian
menyebabkan kontaminasi.
4. Air Keran Asrama TB 2

Air keran asrama TB 2 relatif lebih bersih dari pada air keran Labtek IB
padahal sumber mata airnya sama. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya
mungkin terjadi kesalahan pada praktikan saat mengambil sampel maupun saat
mengencerkan. Namun di asrama TB 2, jenis bakterinya lebih beragam dibanding
Labtek IB karena di asrama TB 2 terdapat bakteri Salmonella typhi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa air yang berasal dari pengolahan WTP belum terlalu higenis.

5. Air mineral dalam Kemasan

Air mineral dalam kemasan adalah air yang paling higenis. Hal ini memanng
diharuskan karena air mineral adalah air yang langsung di konsumsi oleh manusia.
Namun terdapat perbedaan antara kemasan 1 dengan lainnya. Dimana ada 1 kemasan
yang masih terdapat 14 bakteri E.coli dimana seharusnya air mineral higienis dengan
tidak ada bakteri sama sekali. Hal ini bisa terjadi juga mungkin karena kesalahan
praktikan saat mengambil sampel dengan tidak aseptic, sehingga air sudah
terkontaminasi dengan bakteri lingkungannya.

6. Air galon asli

Air galon asli pun adalah air yang tingkat kehigenisannya cukup tinggi, karena
tedapat sedikit bakteri, meskipun masih terdapat bakteri namun tidak sebanyak air
yang berasal dari Depot. Hal ini terjadi karena air galon asli adalah air galon yang
berasal dari perusahaan air minum kemasan yang mengutamakan kehigenisan
konsumennya.

Filtrasi dengan membran dapat memisahkan makromolekul dan koloid dari


larutannya. Serat membran mempunyai diameter pori yang berbeda. Berdasarkan
ukuran pori, membran filtrasi dibagi menjadi membran mikrofiltrasi (MF), yang
mempunyai diameter pori 0,1 μm, membran ultrafiltrasi (UF) dengan pori 0,001μm,
dan reverse osmosis (RO) dengan pori 0,0001 μm.

Gambar ukuran pori membrane 0,0001 μm.


Penyaring untuk tujuan sterilisasi umumnya dilaksanakan menggunakan
rakitan yang memiliki membran dengan porositas nominal 0,2 μm atau kurang,
berdasarkan pada pembanding yang telah divalidasi tidak kurang
107 suspensi Pseudomonas diminuta(ATCC 19146) tiap cm2 dari luas permukaan
penyaring. Media membran penyaring yang tersedia saat ini yaitu selulosa asetat,
selulosa nitrat, fluorokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, poli vinil
klorida, vinil, nilon, politef dan juga membran logam, dan ini dapat diperkuat atau
ditunjang oleh bahan berserat internal. Rakitan penyaring membran harus diuji untuk
integritas awal sebelum digunakan, dengan ketentuan bahwa uji tersebut tidak
menggunakan validitas sistem uji, dan harus diuji sesudah proses penyaringan selesai,
untuk menunjukkan bahwa rakitan penyaring mempertahankan integritas sepanjang
prosedur penyaringan berlangsung. Uji penggunaan khusus adalah uji titik
gelembung, uji aliran udara difusif, uji penahan tekanan, dan uji aliran ke depan.
Semua uji harus dikaitkan dengan retensi mikroba.
Prosedur uji sterilitas menggunakan penyaringan membran. Jika tekhnik
penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara
inokulasi langsung ke dalam media uji, uji tidak kurang dari volum dan jumlah seperti
yang tertera pada Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi. Peralatan Unit
penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu perangkat yang dapat memudahkan
penanganan bahan uji secara aseptik dan membran yang telah diproses dapat
dipindahkan secara aseptic untuk inokulasi ke dalam media yang sesuai atau satu
perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan membran
di inkubasi in situ. Membran yang sesuai umumnya mempunyai porositas 0,45 μm,
dengan diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55 ml sampai 75
ml per menit pada tekanan 70 cmHg. Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan
bersama dengan membran sebelum digunakan, atau membran dapat disterilkan secara
terpisah dengan cara apa saja yang dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan
menjamin sterilitas penyaring dan perangkatnya. Jika bahan uji berupa minyak,
membran dapat disterilkan terpisah, dan setelah melalui pengeringan, unit dirakit
secara aseptik.

Gambar alat filtrasi membrane untuk uji sterilitas


Sumber: https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/23/uji-sterilitas-dengan-
tekhnik-penyaringan-membran/

Keuntungan metode filter membran adalah sampel yang digunakan cukup


banyak sehingga dapat memberikan gambaran kualitas air yang benar, hasilnya cepat
dan menghemat waktu, perkiraan secara kuantitatif beberapa jenis bakteri dapat
dengan cepat diuji, dan filter dapat dipindahkan ke dalam medium yang berbeda.
Kerugian metode tersebut adalah air dengan turbiditas tinggi dapat membatasi volume
sampel, bakteri dengan populasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan yang
berlebihan dan senyawa-senyawa logam dan fenol dapat ikut tersaring dan
menghambat pertumbuhan bakteri (Prescott dkk. 1999: 878).

G. KESIMPULAN
Dari hasil uji membran filter dengan menggunakan 3 sampel berbeda, hasil
nya sebagai berikut :
o Air Depot merupakan sampel air yang banyak mengandung bakteri.
o Air Danau merupakan sampel air yang paling banyak mengandung bakteri.
o Air Labtek IB merupakan sampel air yang banyak mengandung bakteri
o Air TB 2 merupakan sampel air yang cukup banyak mengandung bakteri
o Air galon asli merupakan sampel air yang tidak terlalu banyak
mengandung bakteri
o Air mineral dalam kemasan adalah sampel air paling baik/paling higienis
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kualitas air yang paling baik adalah air
kemasan. Selain itu, uji membrane filter juga merupakan salah satu uji penghitungan
bakteri yang paling akurat. Itu karena membrane filter menggunakan sekat yang
berukuran mikroskopis sehingga lebih banyak bakteri yang tersaring.

H. DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi. Terj.dari Elements of
microbiology, oleh Hadioetomo, R.S., T. Imas, S.S. Tjitrosomo, & S.L. Angua. UI Press,
Jakarta: viii + 997 hlm.

Prescott, L.M. , J.P. Harley & D.A. Klein. 1999. Microbiology. Ed. Ke-4. McGraw-Hill,
Boston: xxvi + 962 hlm.
Djoko Hadi.1989.Teknik Membran Filter Untuk Mendeteksi Bakteri Pencemar.
Jakarta:Oseana.

Johnson, T and C. Case. 2010. Laboratory Experiments in Microbiology, 9th edition. San
Francisco: Benjamin Cummings.

Wolochow, H. 1957. The Membrane Filter Technique for Estimating Numbers of Viable
Bacteria: Some Observed Limitations with Certain Species"2. The Naval Biological
Laboratory, School of Public Health, University of California, Berkeley, California

Anda mungkin juga menyukai