Oleh
Kelompok 6
Kelas 1B
2014
PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN
METODE KJEDAHL
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memahami prinsip dasar penentuan kadar nitrogen dengan metoda
Kjedahl.
2. Mampu menetapkan kadar protein dari sampel berdasarkan metoda Kjedahl.
B. Dasar Teori
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara
Kjedahl disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N
bukan protein.
Prinsip kerja dari metode Kjedahl adalah protein dan komponen organik dalam
sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi
dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung
dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan
menggunakan larutan HCl.
Metode Kjedahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan
menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan
secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan
waktu analisa yang pendek.
Analisa protein cara Kjedahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,
CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran
Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4.
Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi
sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi,
kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi
karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan
dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi
tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas
yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya akan ditangkap oleh asam klorida atau asam borat 4 % dalam jumlah
yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka
diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk
mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG +
MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida
yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi
ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang
selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
%N = N. NaOH 14,008 100%.
C. Alat dan Bahan
Alat jumlah
Tabung reaksi 8 buah
Tabung Kjeldahl 4 buah
Pemanas Kjeldahl 1 unit
Alat distilasi 1 unit
Buret 50 ml 1 buah
Erlenmeyer 250 ml 5 buah
Spatula 2 buah
Kertas timbang
Batu didih 15 buah
Gelas ukur 25 ml 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Corong gelas 1 buah
Bahan Jumlah
Garam Kjeldahl (CuSO4: Na2SO4) 27 gram : 3 gram
Lar. Asam Borat 1L
Lar. Protein standar ( susu bubuk )
Aquadest
Lar.HCl 0,02 N 250ml
Lar NaOH 30% 500ml
D. Langkah kerja
1. Pembuatan Larutan Asam Borat 2%
Menimbang 10 gram asam
borat
Menambahkan aquadest
sampai 500 ml
Penambahan masing-masing
erlenmeyer dengan 3 tetes mixed
indicator
2. Standarisasi HCl
Analit yang digunakan : Boraks (Na2B4O7..10H2O)
Nyalakan air
Tunggu tabung sampai dingin, setelah dingin air keran matikan dan lepas tutup pelan-pelan
Ulangi percobaan
dengan sampel
2,3,dan blanko
0,1011 2 1000
NHCl = 382 5,8
= 0,0914 N
0,1001 2 1000
NHCl = = 0,0937N
382 5,8
0,0914+0,09375
NHCl rata-rata = = 0,09255N
2
2. Pembuatan Larutan NaOH 30% (b/v)
Berat NaOH = 150,0000 gram
Volume = 500 mL
berat NaOH
% NaOH = 100%
150,0000
= 100%
500
= 30%
= 2,0000 %
4. Tabel Data
Berat Sampel/Susu Berat garam Volume asam Volume asam
NO
(gram) kjedahl (gram) sulfat (mL) klorida (mL)
1 Blanko 7,5 20 0,5 mL
2 0,4353 7,5 20 16,8 mL
3 0,9325 7,5 20 25,7 mL
4 1,1700 7,5 20 27,1 mL
= 4,8518 %
= 3,7848%
= 3,0012%
% Nitrogen rata rata
= , %
% protein = f x % Nrata-rata
F. KESIMPULAN
1. Konsentrasi HCl yang digunakan dalam titrasi sebesar 0,09255 N
2. NaOH yang digunakan memiliki konsentrasi 30,0000 %.
3. Konsentrasi Asam Borat sebesar 2,0000 %.
4. Kadar Nitrogen total dalam sampel sebesar 3,7848 %
5. Kadar Protein dalam sampel sebanyak 23,6550 %.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Analitik Instrument. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen KKTK-
1073. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.