BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi ini berlangsung ± 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor, agar zat organis volatil
tidak lenyap ke luar.
Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna hijau-
biu larutan menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal,
karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7
(Fikri, 2014).
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian penyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam
reaksi sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk
gambaran kandungan bahan organic (Jayanti, dkk. 2014).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Buret
2. Tabung reaksi
3. Gelas Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas ukur 10 ml
5. Pipet volume 5 ml
6. Pipet tetes
7. Pipet takar 5 ml
8. Corong
9. Bola hisap
10. Hoteplate
11. Suntik
3.1.2 Bahan
a. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Larutan digesti K2Cr2O7 0,0167 N;
2. Reagen asam Sulfat-Perak Sulfat;
3. Indikator Ferroin;
4. Aquadest;
5. Larutan FAS 0,05 N;
6. Sampel
b. Reagen
- Larutan standar digesti K2Cr2O7 0,25 N
Ditimbang dengan teliti 12,259 gr K2Cr2O7 yang telah dipanaskan pada temperatur 105 o
C selama 1 jam, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volumnenya tepat 1 L
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut adalah tabel hasil percobaan yang telah didapatkan pada praktikum analisa COD
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan COD
Volume Volume Volume Volume Titran yang
Sampel/Blanko Kr2Cr2O7 Ag2SO4 Terpakai (FAS)
(ml) (ml) (ml) (ml)
- Kadar COD
(A − B) × N × 8000
COD sebagai mg O2 =
ml sampel
4.3 Pembahasan
Air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan / zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian hidup. Komposisi air
limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya yaitu (0,1%) dari zat padat. Zat
padat yang ada tersebut terbagi atas 70 % zat organik (terutama protein , karbohidrat, dan
lemak) serta kira–kira 30% anorganik terutama pasir, garam dan logam.
Pada praktikum yang telah dilakukan yakni pengukuran kadar COD (Chemical Oxygen
Demand) diggunakan titrasi larutan FAS (Ferro Ammonium Sulfat). Larutan FAS
distandarisasi terlebih dahulu dengan cara menambahkan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4.
Kemudian larutan standar tersebut dititrasi dengan menggunakan 2 sampai 3 tetes indikator
ferroin sehingga didapat nilai normalitas FAS 0,05N.
Sampel yang digunakan adalah effluent dari air buangan laundry di Padang Bulan,
Medan. Prosedur analisis COD melibatkan sampel dioksidasi dalam larutan campuran yang
mengandung K2Cr2O7 (Kalium dikromat) sebagai oksidator dan Ag2SO4 sebagai katalisator
untuk mempercepat reaksi. Reaksi berlangsung selama 2 jam di dalam COD reactor dengan
suhu 150oC.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. Sisa K2Cr2O7 kemudian dititrasi
dengan laurtan FAS dan ditambahkan 3 tetes indicator ferroin untuk menghitung jumlah dari
K2Cr2O7 yang dikonsumsi, yang setara dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terlarut dalam sampel. Larutan akan berubah
warna dari hijau menjadi merah-coklat. Dari volume larutan FAS yang digunakan maka dapat
ditentukan kadar COD dalam sampel tersebut.
Adapun hasil dari pengukuran COD yang diperoleh saat praktikum adalah 72 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, baku mutu COD dalam kualitas air
untuk kelas IV adalah 100 mg/L. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel air
dibawah baku mutu dari Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah kadar COD yang terdapat pada effluent dari
laundry Padang Bulan Medan adalah 72 mg/L yang menunjukkan bahwa kadar COD tersebut
berada di bawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, yaitu 100 mg/L.
5.1 Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah
- Sebaiknya praktikkan lebih hati - hati saat melakukan praktikum.
- Sebaiknya praktikan lebih berhati – hati menggunakan alat praktikum dan bahan – bahan
kimia yang berbahaya.
- Sebaiknya praktikkan lebih teliti saat melakukan titrasi dan membaca batas angka
volume titrasi.
- Sebaiknya praktikan lebih akurat lagi dalam pembuatan larutan standar agar
mendapatkan kurva kalibrasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fikri, A. 2014. BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand).
Bandung : Universitas Padjajaran
Jayanti, dkk. 2014. Analisa COD pada Air Limbah. Kabanjahe : Politeknik Kesehatan.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
LAMPIRAN