Anda di halaman 1dari 11

MODUL I

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menguji kadar COD pada effluent Laundry
Padang Bulan, Medan.

1.2 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan untuk COD adalah Senyawa organic dalam air dioksidasi oleh larutan
Kalium Dikromat dalam suasana asam pada temperatur 150o C. Kelebihan Kalium Dikromat
dititrasi oleh larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) dengan indicator Ferroin.

Laboratorium Air - COD 1


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling


Untuk percobaan analisa COD ini pengambilan sampel dilakukan pada hari Selasa tanggal 19
Januari 2016 pada pukul 14.39 WIB hingga selesai. Lokasi pengambilan sampel ini berada di
pembuangan limbah (effluent) “Geray laundry” yang berada di Jalan Berdikari No. 109 A
Padang Bulan, Medan. Keadaan air pada parit berbau, keruh dan berbuih karena detergen
yang digunakan pada saat mencuci. Pada saat pengambilan sampel kondisi cuaca sedang
gerimis sehingga mempengaruhi sampel yang diambil. Kedalaman parit ini sekitar 15-20 cm
dan lebar parit sekitar 1 m.

2.2 Pengertian COD


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan zat - zat organik yang terkandung dalam air dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7
digunakan sebagai sumber oksigen. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai
secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat sehingga segala macam bahan organik,
baik yang mudah diurai maupun yang komplek dan sulit diurai akan teroksidasi. Dasar tes
COD adalah bahwa hampir semua senyawa organik dapat teroksidasi penuh menjadi karbon
dioksida dengan agen pengoksidasi yang kuat dalam kondisi asam. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air
(ITS, 2015).

2.3 Metode Analisa COD


Prinsip analisa COD yaitu sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih seperti reaksi berikut :
∆E
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ (Reaksi 1)
Zat organis Ag2SO4

( Warna Kuning ) ( Warna Hijau )

Reaksi ini berlangsung ± 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor, agar zat organis volatil
tidak lenyap ke luar.

Laboratorium Air - COD 2


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi,


sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada
umumnya ada didalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa didalam
larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa
K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan feroamonium sulfat (FAS), dimana reaksi
yang berlangsung adalah sebagai berikut :

6 Fe 2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe 3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O ( Reaksi 2 )

Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna hijau-
biu larutan menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal,
karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7
(Fikri, 2014).

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD


Adapun kelebihan dari metode analisi COD adalah sebagai berikut :
1. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
2. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel,
sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
3. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari
tes BOD5.
4. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.

Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian penyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam
reaksi sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk
gambaran kandungan bahan organic (Jayanti, dkk. 2014).

Laboratorium Air - COD 3


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Buret
2. Tabung reaksi
3. Gelas Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas ukur 10 ml
5. Pipet volume 5 ml
6. Pipet tetes
7. Pipet takar 5 ml
8. Corong
9. Bola hisap
10. Hoteplate
11. Suntik

3.1.2 Bahan
a. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Larutan digesti K2Cr2O7 0,0167 N;
2. Reagen asam Sulfat-Perak Sulfat;
3. Indikator Ferroin;
4. Aquadest;
5. Larutan FAS 0,05 N;
6. Sampel

b. Reagen
- Larutan standar digesti K2Cr2O7 0,25 N
Ditimbang dengan teliti 12,259 gr K2Cr2O7 yang telah dipanaskan pada temperatur 105 o
C selama 1 jam, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volumnenya tepat 1 L

Laboratorium Air - COD 4


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

- Reagen asam sulfat-perak


5,5 g Ag2SO4 dimasukkan kedalam 1 kg H2SO4 pekat dan dibiarkan selama 1 hari atau 2
hari untuk melarutkan serbuk tersebut.

- Larutan indicator ferroin


1,485 g 1,10-phenantrolin monohidrat dan 695 mg FeSO47H2O dilarutkan dalam akuades
dan diencerkan hingga volumenya 100 ml. Indikatoriniharusdibuatbaru.

- Larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N


98 gr Fe(NH4)2(SO4)6H2O dilarutkan dalam akuades. Kemudian tambahkan 20 ml
H2SO4 pekat dan encerkan hingga volumenya 1 liter. Larutan ini harus distandarisasi
setiap hari dengan cara sebagai berikut:
10 ml larutan standar digesti K2Cr2O7 0,25 N diencerkan dengan akuades hingga 100 ml,
ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan didinginkan. Kemudian titrasi dengan larutan
standar FAS menggunakan 2 atau 3 tetes indikator ferroin.

3.2 Prosedur Percobaan


1. Masukkan 2,5 ml sampel ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1,5 ml larutandigesti.
3. Tambahkan kedalam larutan tersebut 3,5 ml Ag2SO4. Aduk larutan tersebut hingga
homogen.
4. Letakkan tabung yang berisi larutan tadi kedalam COD reaktor. Kemudian panaskan pada
suhu 150o C selama 2 jam.
5. Setelah dingin tambahkan 3 tetes indikator ferroin.
6. Titrasi dengan larutan FAS 0,05 N hingga terjadi perubahan warna dari hijau sampai
merah-coklat.
7. Diperlukan percobaan blanko dengan cara seperti di atas.

Laboratorium Air - COD 5


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut adalah tabel hasil percobaan yang telah didapatkan pada praktikum analisa COD
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan COD
Volume Volume Volume Volume Titran yang
Sampel/Blanko Kr2Cr2O7 Ag2SO4 Terpakai (FAS)
(ml) (ml) (ml) (ml)

Sampel 1 10 1,5 3,5 2,5

Blanko 1 10 1,5 3,5 2,0

Sumber: Hasil Percobaan, 2015


4.2 Perhitungan
- Normalitas FAS
ml K 2 Cr2 O7 × Normalitas FAS awal
Normalitas FAS =
ml FAS
10 𝑚𝑙 × 0,05 𝑁
=
11 𝑚𝑙
= 0,045 𝑁
Jadi, normalitas FAS yang di dapat adalah 0,09 N.

- Kadar COD
(A − B) × N × 8000
COD sebagai mg O2 =
ml sampel

dimana: A = ml FAS untuk blanko;


B = ml FAS untuk sampel;
N = normalitas FAS.

(2,5 − 2) × 0,045 × 8000


COD sebagai mg O2 =
2,5 ml
0,5 × 0,045 × 8000
=
2,5 𝑚𝑙
= 72 𝑚𝑔/𝑙
Jadi, nilai kadar COD adalah 72 mg/l.

Laboratorium Air - COD 6


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

4.3 Pembahasan
Air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan / zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian hidup. Komposisi air
limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya yaitu (0,1%) dari zat padat. Zat
padat yang ada tersebut terbagi atas 70 % zat organik (terutama protein , karbohidrat, dan
lemak) serta kira–kira 30% anorganik terutama pasir, garam dan logam.

Pada praktikum yang telah dilakukan yakni pengukuran kadar COD (Chemical Oxygen
Demand) diggunakan titrasi larutan FAS (Ferro Ammonium Sulfat). Larutan FAS
distandarisasi terlebih dahulu dengan cara menambahkan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4.
Kemudian larutan standar tersebut dititrasi dengan menggunakan 2 sampai 3 tetes indikator
ferroin sehingga didapat nilai normalitas FAS 0,05N.

Sampel yang digunakan adalah effluent dari air buangan laundry di Padang Bulan,
Medan. Prosedur analisis COD melibatkan sampel dioksidasi dalam larutan campuran yang
mengandung K2Cr2O7 (Kalium dikromat) sebagai oksidator dan Ag2SO4 sebagai katalisator
untuk mempercepat reaksi. Reaksi berlangsung selama 2 jam di dalam COD reactor dengan
suhu 150oC.

Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. Sisa K2Cr2O7 kemudian dititrasi
dengan laurtan FAS dan ditambahkan 3 tetes indicator ferroin untuk menghitung jumlah dari
K2Cr2O7 yang dikonsumsi, yang setara dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terlarut dalam sampel. Larutan akan berubah
warna dari hijau menjadi merah-coklat. Dari volume larutan FAS yang digunakan maka dapat
ditentukan kadar COD dalam sampel tersebut.

Adapun hasil dari pengukuran COD yang diperoleh saat praktikum adalah 72 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, baku mutu COD dalam kualitas air
untuk kelas IV adalah 100 mg/L. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel air
dibawah baku mutu dari Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001.

Laboratorium Air - COD 7


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah kadar COD yang terdapat pada effluent dari
laundry Padang Bulan Medan adalah 72 mg/L yang menunjukkan bahwa kadar COD tersebut
berada di bawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, yaitu 100 mg/L.

5.1 Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah
- Sebaiknya praktikkan lebih hati - hati saat melakukan praktikum.
- Sebaiknya praktikan lebih berhati – hati menggunakan alat praktikum dan bahan – bahan
kimia yang berbahaya.
- Sebaiknya praktikkan lebih teliti saat melakukan titrasi dan membaca batas angka
volume titrasi.
- Sebaiknya praktikan lebih akurat lagi dalam pembuatan larutan standar agar
mendapatkan kurva kalibrasi yang baik.

Laboratorium Air - COD 8


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pengertian Air Limbah. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl- :


nurrohimni-5244-3-bab2.pdf : diakses pada 26 Januari 2016 pukul 21.50 WIB.

Fikri, A. 2014. BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand).
Bandung : Universitas Padjajaran

Institut Teknologi Surabaya. 2015. Pencemaran Air. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-


Undergraduate-15558-4206100002-Paper.pdf : diakses pada 26 Januari 2016 pukul
21.52 WIB.

Jayanti, dkk. 2014. Analisa COD pada Air Limbah. Kabanjahe : Politeknik Kesehatan.

Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air

Laboratorium Air - COD 9


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

LAMPIRAN

Pembuatan Larutan Standar Ferro Ammonium Sulfat

COD Blanko Warna Merah-Coklat COD Blanko Warna Hijau

Laboratorium Air - COD 10


Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

COD Sampel Warna Hijau COD Sampel Warna Merah-Coklat

Laboratorium Air - COD 11

Anda mungkin juga menyukai