Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA GULA IV
ANEKA WARNA GULA DAN NIRA ENCER

Nama : Hari Candra Darmawan


NIM : 1901031
Hari/Tanggal : Jum’at/14 Januari 2022
Asisten : Ari Suryati S.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA


POLITEKNIK LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
2022
ANEKA WARNA GULA DAN NIRA ENCER

I. Tujuan
Untuk menentukan dan menghitung warna gula dan warna nira encer

II. Dasar Teori


Gula terdiri dari beberapa jenis yang dilihat dari keputihannya melalui
standar ICUMSA( International Commission For Uniform Methods of
Sugar Analysis). ICUMSA merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyusun metode analisis kualitas gula dengan anggota lebih dari 30
negara. Mengenai warna gula ICUMSA telah membuat rating atau grade
kualitas warna gula. Sistem rating berdasarkan warna gula yang
menunjukkan kemurnian dan banyaknya kotoran yang terdapat dalam gula
tersebut.
Metode pengujian warna gula dengan standar ICUMSA menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm dan 560 nm. Untuk
mengukur warna gula menggunakan metode ICUMSA sebelumnya gula
dilarutkan sampai sempurna kemudian dihilangkan turbidity nya dengan
cara menambahkan kieselguhr kemudian disaring dengan saringan vakum
menggunakan kertas saring Whatman 42. Kemudian filtrate diambil dan
pH larutan diatur sampai pH 7 dengan cara menambahkan HCl atau
NaOH. Kemudian mengukur brix larutan dengan refraktometer dan
tentukan berat jenis larutan dengan tabel hubungan brix dengan berat jenis.
Pengukuran warna ICUMSA dengan spektrofotometer panjang gelombang
420 nm, kemudian menetapkan transmittance pada 100 % dengan H2O
menggunakan kuvet 1 cm (b). Bilas kuvet dengan larutan contoh,
kemudian diisi kembali dan diukur transmittance (T) atau Absorbance (A)
Semakin putih gula maka semakin kecil nilai ICUMSA dalam skala
international unit (IU) seperti berikut ini. (KPPU, 2010) :
1. Raw Sugar
Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk kristal berwarna
kecoklatan dengan bahan baku dari tebu. Untuk mengasilkan
raw sugar perlu dilakukan proses seperti berikut : Tebu à Giling
àNira àPenguapan à Kristal Merah (raw sugar). Raw Sugar ini
memiliki nilai ICUMSA sekitar 600 – 1200 IU5. Gula tipe ini
adalah produksi gula “setengah jadi” dari pabrik-pabrik
penggilingan tebu yang tidak mempunyai unit pemutihan yang
biasanya jenis gula inilah yang banyak diimpor untuk kemudian
diolah menjadi gula kristal putih maupun gula rafinasi.
2. Refined Sugar / Gula Rafinasi
Refined Sugar atau gula rafinasi merupakan hasil olahan lebih
lanjutdari gula mentah atau raw sugar melalui proses defikasi
yang tidak dapat langsung dikonsumsi oleh manusia sebelum
diproses lebih lanjut. Yang membedakan dalam proses produksi
gula rafinasi dan gula kristal putih yaitu gula rafinasi
menggunakan proses Carbonasi sedangkan gula kristal putih
menggunakan proses sulfitasi. Gula rafinasi memiliki standar
mutu khusus yaitu mutu 1 yang memiliki nilai ICUMSA < 45
dan mutu 2 yang memiliki nilai ICUMSA 46-806. Gula rafinasi
inilah yang digunakan oleh industri makanan dan minuman
sebagai bahan baku. Peredaran gula rafinasi ini dilakukan secara
khusus dimana distributor gula rafinasi ini tidak bisa
sembarangan beroperasi namun harus mendapat persetujuan
serta penunjukan dari pabrik gula rafinasi yang kemudian
disahkan oleh Departemen Perindustrian. Hal ini dilakukan agar
tidak terjadi “rembesan” gula rafinasi ke rumah tangga
3. White Sugar / Gula Kristal Putih
Gula kristal putih memiliki nilai ICUMSA antara 250-450 IU.
Departemen Perindustrian mengelompokkan gula kristal putih
ini menjadi tiga bagian yaitu Gula kristal putih 1 (GKP 1)
dengan nilai ICUMSA 250, Gula kristal putih 2 (GKP 2)dengan
nilai ICUMSA 250-350 dan Gula kristal putih 3 (GKP 3)
dengan nilai ICUMSA 350-4507. Semakin tinggi nilai ICUMSA
maka semakin coklat warna dari gula tersebut serta rasanya pun
yang semakin manis. Gula tipe ini umumnya digunakan untuk
rumah tangga dan diproduksi oleh pabrik-pabrik gula didekat
perkebunan tebu dengan cara menggiling tebu dan melakukan
proses pemutihan, yaitu dengan teknik sulfitasi
Gula Kristal Rafinasi dan Gula Kristal Putih dapat dibedakan
dari warna dan dari besar kecilnya butiran kristal. Hal tersebut
dapat dibedakan bila kita sudah sering melihatnya, bila jarang
maka akan terlihat sama. Bahkan dari ICUMSA grade rafinasi
tiga (R3) adalah sama dengan gula kristal rafinasi, sehingga
rafinasi hanya membuat dua grade saja yaitu R1 Dan R2, karena
bila mereka membuat grade R3 sama dengan membunuh
industri gula kristal putih di Indonesia.
Gula Kristal Rafinasi dan Gula Kristal Putih dapat dibedakan dari
warna dan dari besar kecilnya butiran kristal. Hal tersebut dapat dibedakan
bila kita sudah sering melihatnya, bila jarang maka akan terlihat sama.
Bahkan dari ICUMSA grade rafinasi tiga (R3) adalah sama dengan gula
kristal rafinasi, sehingga rafinasi hanya membuat dua grade saja yaitu R1
Dan R2, karena bila mereka membuat grade R3 sama dengan membunuh
industri guka kristal putih di Indonesia. Pabrik Rafinasi pun sudah
memiliki banyak keunggulan dari segi mesin karena lebih efisien (bukan
“warisan” Belanda). untuk mendinginkan mesin mereka memakai air dari
laut yang dialiri ke pabrik sehingga “menghemat” biaya untuk pendinginan
mesin karena pabrik adalah “memasak” gula sehingga semua mesinnya
panas. Sedangkan pabrik gula kristal putih belum menggunakan teknologi
semacam itu.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
darispektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrumdengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitascahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi.
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan
dalam analisis secara kimiawi, antaralain: spektrofotometri vis,
spektrofotometri UV, sepektrofotometri Uv-Vis. Padaspektrofotometri ini
yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak
(visible) Cahaya visible
termasuk spektrum elektromagnetik yang dapatditangkap oleh mata
manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih,
merah,biru, hijau, apapun. Selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar
tersebut termasukke dalam sinar tampak (Khopkar, 1990)
Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometri ini merupakan gabungan
antara spektrofotometri UV dan Visible Menggunakan dua buah sumber
cahayaberbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun
untuk alat yanglebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV danVis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Untuk sistemspektrofotometri, UV-Vis paling banyak
tersedia dan paling populer digunakan.Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sample berwarna jugauntuk sample tak
berwarna (Khopkar, 1990)
Refractometer adalah perangkat laboratorium atau lapangan untuk
mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut seperti gula, garam,
protein, dan lain lain berdasarkan pada pengukuran indeks bias cairan
tersebut. Indeks bias (Refraction) dihitung dari hukum Snell dan dapat
dihitung dari komposisi bahan menggunakan hubungan Gladstone-Dale.
Ada empat jenis refractometer utama yaitu:
 Refractometer dengan genggam tradisional (tradisional
handheld refractometers)
 Refractometer genggam digital (Digital handheld
refractometers)
 Laboratorium atau refractometer Abbe (Abbe refractometers)
 Proses refraktometer inline (inline proccess refracktometers
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Refraktometer
2. Spektrofotometer
3. Gelas Kimia
4. Penapis warna
5. Kertas Tapis
6. Timbangan
7. Kertas pH
B. Bahan
1. Gula
2. Nira encer
3. Aquadest
4. Kieselguhr
5. Larutan H2SO4 0,1N
6. Larutan NaOH 0,1N
IV. Cara Kerja
V. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
 Absorbance : Gula (0,053nm)
 Brix : 50,9% : 0,509
 Berat Jenis : 1,2310%
 Perhitungan
1000× A 1000× 0,053
Index Warna : : :−84,58 ICUMSA
B ×C ×1 0,509 ×1,23108 ×1
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakan bahan salah satunya kieselguhr.
Adapun fungsi dari kieselguhr mengikat kotoran-kotoran di larutan gula,
membentuk endapan dan memperbesar partikel kotoran.
Salah satu parameter kualitas dari gula ditinjau dari warna ICUMSA,
yaitu menunjukkan kualitas warna gula dalam larutan. ICUMSA
( International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis)
merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyusun metode analisis
kualitas gula dengan anggota lebih dari 30 negara. Mengenai warna gula
ICUMSA telah membuat rating atau grade kualitas warna gula. Sistem
rating berdasarkan warna gula yang menunjukkan kemurnian dan
banyaknya kotoran yang terdapat dalam gula tersebut.
Warna larutan gula atau yang biasa disebut ICUMSA. ICUMSA
merupakan zat warna yang terkandung dalam butir kristal gula. Semakin
kecil ICUMSA-nya, mutu gula cenderung makin baik dan warna juga
makin putih cermerlang
Berat Jenis Butir (BJB) merupakan ukuran rata-rata butir kristal gula
yang dinyatakan dalam mm. Semakin tinggi tingkat keseragaman kristal,
maka kualitas kristal gula semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila besar jenis butir semakin kecil sesuai dengan spesifikasi dari SNI,
maka warna larutan gula (ICUMSA) semakin putih
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 3140.3:2010 tentang
Gula Kristal Putih (GKP), terdapat dua spesifikasi gula pasir dari tebu,
yaitu GKP 1 dan GKP 2. Perbedaan utamanya ada pada warna (Icumsa
Unit/IU), kadar abu yang menunjukan kandungan mineral, serta kadar gula
(sukrosa) yang ditunjukan melalui angka polarisasi (oZ pada suhu 20o).
Secara umum, GKP 1 dipasarkan untuk segmen konsumen yang
menyukai penampilan. Dikarenakan warnanya lebih putih. Sehingga
ketika dicampurkan dengan bahan makanan lainnya tidak akan
mengganggu warna produk akhir. Misalnya untuk campuran pudding susu
yang berwarna putih.
Namun bagi konsumen yang menghendaki gula yang lebih manis,
disarankan memilih GKP 2 yang penampilannya lebih kekuningan-
kecoklatan. Mengapa demikian? Karena GKP 2 memiliki potensi
kandungan gula sederhana yang bersifat pereduksi (glukosa/fruktosa
bebas) sebesar 0,05% lebih banyak dibanding GKP 1.
Gula sederhana akan mudah bereaksi dengan nitrogen sehingga
membentuk pigmen warna kekuningan-kecoklatan selama proses
produksi. Dalam ilmu teknologi pangan dikenal dengan sebutan reaksi
Maillard. Berdampak pada warna namun menguntungkan dari segi rasa
dan flavor. Gula sederhana tersebut adalah fruktosa yang memiliki tingkat
kemanisan 173% di atas sukrosa.
Hal ini menjelaskan mengapa GKP 2 yang berwarna lebih
kuning/coklat memiliki rasa yang lebih manis dibanding GKP 1. GKP 1
lebih tinggi kandungan sukrosanya. Sementara GKP 2 memiliki
kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi sehingga lebih manis. Pigmen
coklat dari gula pereduksi tersebut bukanlah sampah mikro yang
berbahaya. Justru keberadaannya menguntungkan dari segi rasa.

VII. Kesimpulan
 Penetapan warna gula menghasilkan indeks warna 85,58 ICUMSA
 Semakin putih gula, nilai ICUMSA semakin rendah
VIII. Daftar Pustaka
 https://www.gunungmadu.co.id/news/read/24-3-jenis-gula-di-
indonesia
 https://ginarahmalia.wordpress.com/2012/04/08/3-jenis-gula-di-
indonesia-gkm-gkr-dan-gkp/
 https://www.academia.edu/31445118/LAPORAN_PRAKTIKUM_
KIMIA_FISIKA_II_REFRAKTOMETRI

Anda mungkin juga menyukai