Uji Spesifik Pb2+ No Prosedur Gambar Hasil Pembanding Gambar Hasil Percobaan
1 Filtrat + KI
Endapan kuning telur Kuning sedikit coklat, tidak ada
endapan
2 Filtrat + K2CrO4
Endapan orange → hitam Kuning, tidak ada endapan
3 Filtrat + NH4OH
Endapan putih Kuning sedikit coklat, tidak ada
endapan 4.2 Pembahasan Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Namun pada praktikum kali ini digunakan metode destruksi basah hal ini dikarenakan waktu pengerjaan pada destruksi basah lebih cepat, dan digunakan sampel yang diduga mengandung logam berat yaitu Pb (timbal). Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Sampel yang akan dianalisis secara kualitatif pada praktikum kali ini yaitu gorengan yang dijual dipinggir jalan dalam keadaan terbuka yang diduga tercemar oleh logam berat Pb. Makanan jajanan kaki lima cenderung lebih mudah terkontaminasi oleh logam berat berupa timbal (Pb), hal ini dikarenakan timbal banyak dihasilkan dari sisa pembakaran dari bahan bakar bensin. Absorpsi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak. Pada praktikum kali ini, gorengan digerus hingga halus hal ini bertujuan agar mempermudah pelarutan saat identifikasi logam berat, kemudian sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan ditambahkan 30 mL HNO3 pekat hingga larut. Penambahan HNO3 berfungsi untuk memutus ikatan senyawa kompleks organologam. Selama penambahan HNO3 dilakukan pemanasan dan pengadukan, asam nitrat yang mempunyai sifat sebagai oksidator kuat, dengan adanya pemanasan pada proses destruksi akan mempercepat pemutusan ikatan organologam menjadi anorganik. Titik didih HNO3 sebesar 121°C sehingga penggunaan suhu dibawah 121°C ini dapat mencegah larutan HNO3 tidak cepat habis sebelum proses destruksi selesai. Setelah sampel larut sempurna atau larutan menjadi berwarna oranye kekuningan yang jernih, sampel yang tadi dipanaskan diangkat dan didinginkan ± 15 menit. Setelah 15 menit proses pendinginan, kemudian ditambahkan H2O2 sebanyak 10 ml sambil dilakukan pemanasan kembali dan dilakukan pengadukan. H2O2 ditambahkan sedikit demi sedikit. Penggunaan H2O2 menghasilkan larutan yang tidak meninggalkan sisa padatan organik. Menurut Tanase dkk., (2004) penggunaan H2O2 dapat mengurangi kandungan karbon pada hasil digesti. Penambahan H2O2 juga berfungsi sebagai agen pengoksidasi yang dapat menyempurnakan reaksi. Pemanasan pada saat penambahan H2O2 mampu mendekomposisi sampel dengan sempurna (Yawar, 2010). Fungsi pengadukan dalam destruksi adalah untuk menghomogenkan larutan sehingga dapat membantu untuk mempercepat proses pelarutan sisa padatan. Akibat dekomposisi bahan organik oleh asam nitrat, unsur yang diteliti (Pb) terlepas dari ikatannya dengan bahan organik, kemudian diubah ke dalam bentuk garamnya menjadi Logam-(NO3)x yang mudah larut dalam air. Menurut, Gonzalez, Mario H. et al. (2009) gas NO dihasilkan selama oksidasi bahan organik oleh asam nitrat, kemudian gas NO yang diuapkan dari larutan bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas NO2, gas ini diserap kembali di larutan. Adanya gas NO2 mengindikasikan bahwa bahan organik telah dioksidasi asam nitrat. Reaksi yang terjadi setelah penambahan H2O2 adalah sebagai berikut :
Gas NO2 yang dihasilkan akan bereaksi dengan H2O akibat
penambahan H2O2. Pada saat penambahan tetes demi tetes H2O2 akan terurai menjadi H2O dan O2. Kemudian HNO3 mendestruksi bahan organik yang masih tersisa, sedangkan HNO2 akan terurai menjadi gas NO2 dan NO. Hal ini akan terus berulang selama proses destruksi, kemudian akan berakhir setelah semua bahan organik terdekomposisi semua. Setelah semua bahan organik terdekomposisi sempurna dan proses destruksi telah berakhir maka larutan hasil destruksi didinginkan sampai larutan benar-benar tidak panas filtrat yang dihasilkan dari proses destruksi ini berwarna kuning kecoklatan. Kemudian dilakukan prmisahan Pb dari senyawa organik lain dengan penambahan HCl 2N dan H2S dengan tujuan agar residu yang didapat memang benar-benar logam berat berupa Pb tanpa kontaminasi dari senyawa organic lainnya. Namun pada pemisahan ini tidak timbulnya suatu endapan, sehingga dilakukan pengujian spesifik pada kation golongan I yaitu Pb dengan menggunakan reagen :
1. Pb2+ + KI → Endapan kuning telur
2. Pb2+ + K2CrO4 → Endapan orange → hitam 3. Pb2+ + NH4OH → Endapan putih
Filtrat yang direaksikan dengan reagen tersebut tidak bereaksi dan
tidak memberikan perubahan warna ataupun timbulnya endapan sesuai dengan literatur. Hal ini dapat diduga bahwa sampel gorengan hasil analisis secara kualitatif diduga tidak mengandung logam berat Pb.