Anda di halaman 1dari 4

2.1 Tinjauan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.

Hasan Sadikin Bandung

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada
tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada
tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan
kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit
Militer. Setelah Indonesia merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh
masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak”. Pada tahun 1954 Rumah
Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit provinsi dan berada di bawah pengawasan
Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan
kapasitas 600 tempat tidur. Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak
diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan bertanggungjawab
langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

2.1.1 Status RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah Rumah Sakit Pemerintah di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI.
RSHS merupakan Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional serta termasuk rumah sakit
tipe A. Selain itu, RSHS menjadi Pusat Unggulan Nasional dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan
satu-satunya Pusat Pendidikan untuk Spesialis Kedokteran Nuklir. RSHS telah terakreditasi
Joint Commission International - Academic Medical Center Hospitals (JCI- AMCH) dan Komite
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan tingkat paripurna, juga terakreditasi sebagai Rumah
Sakit Pendidikan Utama. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi perusahaan jawatan
(Perjan). Kebijakan tersebut merupakan salah satu langkah strategis pemerintah dalam
memberikan kewenangan otonomi yang lebih luas kepada unit-unit pelayanan tertentu untuk
menyelenggarakan manajemennya secara mandiri.

2.1.2 Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terdapat pada lampiran, Gambar II.1
terdiri dari :
1. Direktur Utama : dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K)., M.Kes., MMRS
2. Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan & Penunjang : Dr. Nucki Nursjamsi Hidayat,
dr, SpOT(K), M.Kes, FICS
3. Direktur SDM, Pendidikan & Penelitian : dr. Yana Akhmad, Sp.PD-KP
4. Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum : drg. Muhammad Kamaruzzaman, M.Sc
5. Direktur Keuangan dan Barang Milik Negara : Drs. Sudarto, MM

Direktur rumah sakit umumnya mempunyai tugas pokok yaitu membantu dalam pengelolaan
rumah sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
menyelenggarakan tugas, Direktur mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan rumah sakit.
2. Penyusunan rencana strategik rumah sakit.
3. Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang kesehatan.
2.1.3 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)

Dalam pengorganisasian di rumah sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan
unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan
penggunaan obat di rumah sakit. Susunan organisasi TFT di RSHS terdiri dari ketua (dokter
Ilmu Penyakit Dalam), sekretaris (apoteker kepala IFRS) dan anggota (dokter perwakilan dari
setiap Unit Pelaksana Fungsional, apoteker dan perawat). Ruang lingkup tugas TFT di RSHS
meliputi: formularium rumah sakit, monitoring efek samping obat (MESO), kajian usulan dari
dokter Unit Pelaksana Fungsional (UPF).
Terdapat pula tim selain TFT yang terkait penggunaan obat di RSHS adalah :
1. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
2. Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Fire Safety rumah sakit
3. Tim mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
4. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
5. Tim penanggulangan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
6. Tim DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse)
7. Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
8. Tim rumatan metadon

2.2 Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


2.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Instalasi farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki tugas sebagai berikut:

1. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik
profesi.
2. Melaksanakan pelayanan farmasi klinik secara efektif, aman, dan bermutu.
3. Melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi secara efektif, aman, bermutu dan efisien.
4. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan perbekalan farmasi guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.
5. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi
kepada dokter, perawat dan pasien.
6. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan pembembangan pelayanan kefarmasian.
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.

Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Pengelolaan dan perbekalan farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif, efisien, dan optimal
c. Memproduksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumah
sakit
d. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unti pelayanan di rumah sakit.
g. Melakukan pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi yang sudah tidak dapat
digunakan
h. Mengendalikan persediaan perbekalan farmasi
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan pengelolaan perbekalan farmasi

2. Pelayanan farmasi klinik


a. Mengkaji instruksi pengobatan
b. Melaksanakan pelayanan resep.
c. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait dengan perbekalan
farmasi.
d. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
e. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien atau
keluarga pasien, masyarakat, dan institusi lain.
f. Memberikan konseling pada pasien dan keluarga.
g. Melaksanakan visite.
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
i. Melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
j. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
k. Melaksanakan dispensing sediaan khusus (melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik,
melakukan pencampuran obat suntik, menyiapkan nutrisi parenteral, dan melaksanakan
pengemasan ulang sediaan yang tidak stabil)
2.2.2 Sistem dan Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung

Sistem yang digunakan oleh Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu sistem
satu pintu. Sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan
kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan dan pendistribusian sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien. Dengan demikian, tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh instalasi farmasi rumah sakit.
Sumber daya manusia berupa tenaga kefarmasian di instalasi farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung pada periode Februari 2020 terdiri dari 28 orang apoteker, 161 orang tenaga teknis
kefarmasian dan 20 orang bagian administrasi. Total keseluruhan sumber daya manusia di
Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sebanyak 209 orang.

2.2.3 Sarana dan Peralatan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki fasilitas yang cukup memadai
yang mampu menunjang pelayanan kefarmasian. Fasilitas ruangan farmasi antara lain kantor
yang terdiri dari ruang resepsionis dan ruang tata usaha, ruang pertemuan, ruang apoteker, dan
ruang kepala instalasi farmasi. Selain kantor terdapat juga fasilitas ruang lain yang dimiliki
yaitu ruang pengadaan dan perencanaan.
Pendistribusian sediaan farmasi dibagi berdasarkan depo-depo farmasi. Depo farmasi ini
bertujuan untuk memudahkan dokter, perawat dan pasien atau keluarga pasien dalam
mendapatkan produk farmasi, yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. Untuk menunjang sistem distribusi, instalasi farmasi
ditunjang oleh sistem informasi online, serta memiliki trolley, container, coolbox untuk
distribusi BMHP dengan suhu yang terkendali, serta jalur Aerocom® pneumatic tube yang
menjangkau depo yang berfungsi untuk distribusi sediaan farmasi dan BMHP yang sesuai
dengan permintaan.

2.2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Jah

Anda mungkin juga menyukai