PUSKESMAS TANGGUNGHARJO
No Dokumen:
Tanggal Terbit
No Revisi:
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TANGGUNGHARJO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Pedoman pelayanan obat Puskesmas
Tanggungharjo. Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan
acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan pelayanan Kefarmasian.
Pada kesempatan ini perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan terima
kasih dan apresiasi kepada semua karyawan yang telah terlibat dalam proses
penyusunan Pedoman pelayanan obat di Puskesmas Tanggungharjo
Semoga dengan digunakannya buku ini dapat mempermudah karyawan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasiaan.
Mengesahkan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
Bab I. PENDAHULUAN ........................................................................................4
A. Latar Belakang ...............................................................................................4
B. Tujuan Pedoman ............................................................................................5
C. Ruang Lingkup ...............................................................................................5
D. Batasan Operasional.......................................................................................5
E. Landasan Hukum............................................................................................6
Bab II. STANDAR KETENAGAAN........................................................................7
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia...................................................................7
B. Distribusi Ketenagaa.......................................................................................7
C. Jadwal Kegiatan .............................................................................................7
Bab III. STANDAR FASILITAS.............................................................................8
A. Denah Ruang..................................................................................................8
B. Standar Fasilitas............................................................................................. 8
Bab IV. TATA LAKSANA PELAYANAN................................................................12
A. Ruang Lingkup................................................................................................12
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai....................................12
2. Pelayanan Farmasi Klinik.........................................................................15
Bab V. LOGISTIK................................................................................................ 21
Bab VI. KESELAMATAN PASIEN........................................................................22
Bab VII. KESELAMATAN KERJA..........................................................................26
Bab VIII PENGENDALIAN MUTU.........................................................................28
Bab IX. PENUTUP................................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman
dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk
Puskesmas.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas
dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor.
Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan
menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan. Selama ini
penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar Puskesmas
yang sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya,
namun secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk
mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan
4
pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).
B. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
2. Memberikan pedoman bagi tenaga kefarmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
C. Sasaran
Pelayanan Kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan sediaan farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakah (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik. Sasaran dari
pedoman pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang optimal berdasarkan
standar yang telah dibuat.
D. Ruang Lingkup
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan Sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana yang mendukung.
Pelayanan kefarmasian dibagi dalam dua macam kegiatan, yaitu :
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas, meliputi :
a. Pengelolaan Sediaan farmasi di gudang Sediaan farmasi, ruang obat dan
unit pelayanan
b. Pelayanan Sediaan farmasi bagi pasien di Puskesmas
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas, yaitu, Pengelolaan Sediaan farmasi untuk
Pos Kesehatan Desa (PKD), Puskesmas Pembantu (Pustu), Posbindu
E. Batasan Operasioal
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
5
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
7. Tenaga Administrasi Kesehatan adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian yang sudah di latih.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang
Kebijakan Obat Nasional
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan izin KerjaTenaga Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan izin KerjaTenaga Kefarmasian
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan Kefarmasian dilakukan setiap hari
1. Rawat Jalan :
Senin sd Kamis : 07.15 wib sd 14.15 wib
Jumat : 07.15 wib sd 11.30 wib
Sabtu : 07.15 wib sd 12.45 wib
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B A C
E F D
Keterangan Gambar :
A : Meja Racik
B : Meja Penerimaan dan penyerahan Obat
C : Rak Obat
D : Lemari Administrasi dan Rak Obat
E : Wastafel
F : Dispenser
G : Lemari Pendingin
H : Lemari Obat
B. Standar Fasilitas
RUANG PELAYANAN OBAT/ FARMASI
1. Set Farmasi
No Nama Puskesmas Tanggungharjo
1. Analytical balance (timbangan mikro) Tidak ada
2. Batang pengaduk Tidak ada
3. Corong Tidak ada
4. Cawan penguap porselen Tidak ada
5. Gelas pengukur 50 ml Ada
8
6. Gelas piala 100 ml, 500 ml, 1 L Tidak ada
7. Hygrometer Tidak ada
8. Mortir plus stamper Ada
9. Pipet berskala Ada
10 Spatel logam Tidak ada
11. Shaker Tidak ada
12. Thermometer Ruang Ada
3. Perlengkapan
No Nama Puskesmas
Tanggungharjo
1. Alat pemanas Tidak ada
2. Label Ada
3. Lemari pendingin Ada
4. Lemari dan rak untuk menyimpan obat Ada
5. Lemari untuk menyimpan narkotika, psikotropika dan obat Ada
berbahaya
6. Rak pengeringan alat Tidak Ada
4. Meubelair
No Nama Puskesmas Tanggungharjo
1. Kursi kerja Ada
2. Lemari arsip Ada
3. Meja tulis Ada
9
1. Blanko LPLPO Ada
2. Blangko kartu stok obat Ada
3. Blanko kopi resep Ada
4. Buku penerimaan Ada
5. Buku pengiriman Ada
6. Buku pegeluaran obat bebas, bebas terbatas dan keras Ada
7. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika Ada
8. Form laporan narkotika dan psiekotropika Ada
9. Formulir dan surat keterangan lain Ada
10
5. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik.
11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan
dan pembelian, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah
untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
a. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1) Perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan;
2) Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di
Puskesmas. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Obat periode
sebelumnya, data mutasi Obat, dan rencana pengembangan. Proses
seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses
seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program
yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian
Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan
melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Obat Puskesmas di
12
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebih.
13
Obat yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan.
14
Pengendalian Obat terdiri dari:
1) Pengendalian persediaan;
2) Pengendalian penggunaan; dan
3) Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
1) mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat
menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
2) memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai; dan memberikan penilaian terhadap capaian kinerja
pengelolaan.
15
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi Pengkajian Resep, Penyerahan Obat,
dan Pemberian Informasi Obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling,
Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan Terapi
Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), dan Home Care.
a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2) Nama, dan paraf dokter.
3) Tanggal resep.
4) Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan.
2) Dosis dan jumlah Obat.
3) Stabilitas dan ketersediaan.
4) Aturan dan cara penggunaan.
5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2) Duplikasi pengobatan.
3) Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4) Kontra indikasi.
5) Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1) Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2) Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi
pengobatan.
16
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain
di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat
3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Adapun Kegiatanyang dilakukan, antara lain:
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta masyarakat.
5) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
6) Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Sumber informasi Obat.
2) Tempat.
3) Tenaga.
4) Perlengkapan.
c. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien serta
keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien
antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
17
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan Obat. Kegiatannya meliputi :
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat
tersebut, dan lain-lain.
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kriteria pasien:
Pasien rujukan dokter.
Pasien dengan penyakit kronis.
Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli
farmasi.
Pasien geriatrik.
Pasien pediatrik.
Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2) Sarana dan prasarana:
Ruangan khusus.
Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan,
kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan
dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat
kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
18
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan dari pemantauan efek samping obat ini, meliputi :
1) Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Adapun Kegiatannya meliputi :
1) Menganalisis laporan efek samping Obat.
2) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
19
5) Mengambil data yang dibutuhkan.
6) Melakukan evaluasi.
7) Memberikan rekomendasi.
g. Home Care
Home Care atau Kunjungan rumah dilakukan pada pasien yang
membutuhkan penanganan khusus pada obat dan harus mengkonsumsi
obat dalam jangka Panjang. Seperti, obat obatan untuk TBC, hipertensi,
hiperglikemi, HIV aids, dan lainnya.
20
BAB V
LOGISTIK
21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:
A. Identifikasi Pasien Secara Benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien
dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
2. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat, tranfusi darah atau
produk lainnya.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
4. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
22
d. Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
2. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali)
a. Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi/ laporan.
b. Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
c. Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
d. Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya :
UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)
………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan katakan
penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…
23
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
1. Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
2. NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali diUnit
Perawatan Intensif (ICU).
3. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan
bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas
yang diberi wewenang.
4. Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan
“High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang
dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”
5. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
6. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.
7. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima / memberi
instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
1. Elektrolit Pekat
- Meylon 8,4%
- MgSO4 40%
- Glukosa 40%
2. Antiaritmia
- Lidokain
- Atropin
- Isosorbid Dinitrat
3. Obat Agonis Adrenergik
- Efinefrin
4. Antihiperglikemi
5. Antihipertensi
6. Obat Jantung
7. Sound Alike Look Alike Drugs
24
1. Mengkaji resep mulai dari kajian administratif, farmasetik, dan klinis
2. Penandaan obat yang mendekati kadaluarsa dan pemisahan obat-obat 1 bulan
sebelum kadaluarsa
3. Pengecekan berulang sebelum obat diserahkan kepada pasien
25
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
26
2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
e. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Dilarang merokok.
27
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
28
BAB IX
PENUTUP
29