Bismillahirrahmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT semata, dengan mengucapkan rasa syukur dan lantunan tahmid atas karunia-
Nya yang Maha Kasih dan Sayang yang menetapkan setiap kejadian, yang menentramkan hati setiap insan
dan yang menganugerahkan kita kecerdasan, semoga menjadikan kita sebagai hamba yang gigih,
bersemangat dalam mencapai prestasi, dan juga sungguh-sungguh dalam memperbaiki kekurangan dan
kelemahan diri ini dalam hal apa pun agar kita senantiasa dalam perlindungan-Nya.
Dengan rasa syukur yang tercurahkan dan atas karunia dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
Pedoman Pelayanan Kefarmasian UPTD Puskesmas Sukarahayu. Pedoman ini sangat dibutuhkan sebagai
bahan panduan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang didasari atas etos kerja yang
meliputi kemampuan kerja, motivasi kerja, kreativitas, kerjasama yang berkualitas, disiplin waktu dan
kerajinan waktu kerja.
Kami mengharapkan panduan ini dapat berguna dan bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian dalam mencapai target kinerja yang telah ditentukan.
1. Latar Belakang
Upaya mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang optimal di bidang
Kesehatan pada saat ini diupayakan melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, salah satunya melalui penyelenggaraan upaya Kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan secara MANTAP merata di semua eleman masyarakat
yang menjadi tanggungjawab puskesmas.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk
Puskesmas.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas
dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor.
Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan menguatnya
kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan. Selama ini penerapan dan
pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar Puskesmas yang sudah ada
sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya, namun secara
keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan
mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama
yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care).
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau
kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan
pasien (patient safety).
Beberapa panduan yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan program
kefarmasian adalah :
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1998 tentang
Pengamanan sediaan farmasi dan alat Kesehatan.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2013 tentang
Pelaksanaan undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban menggunakan obat generic di
fasilitas pelayanan Kesehatan pemerintah.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang
Peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi.
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2016
tentang perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889 tahun 2011 tentang Registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga
kefarmasian.
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2016
tentang Pedoman Menejemen Puskesmas.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
l. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyaraakat.
m. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2020
tentang Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas
n. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2021 tentang
Penetapan dan perubahan penggolongan Psikotropika
o. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2021 tentang
Perubahan penggolongan Narkotika
p. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional
Apoteker.
q. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/395/2017 tentang Daftar Obat Esensial Nasional.
r. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan keuangan daerah
s. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/6485/2021 tentang Formularium Nasional.
t. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 2016 tentang Pedoman pengelolaan obat-obat tertentu yang
sering disalahgunakan.
u. Peraturan Bupati Subang Nomor 107 tahun 2018 tentang Standar pelayanan
minimal Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Kesehatan masyarakat yang
menerapkan Badan Layanan Umum Daerah.
v. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Nomor Ku.
01.02/2003/VI/2020/sk tentang Indikator prioritas, indicator kinerja, penilaian
puskesmas dan indicator mutu pelayanan puskesmas.
2. Tujaun Pedoman
Pedoman internal pelayanan kefarmasian UPTD Puskesmas Sukarahayu bertujuan
unutk :
a. Tujuan Umum
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di UPTD
Puskesmas Sukarahayu
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
2) Memberikan pedoman bagi tenaga kefarmasian
3) Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
3. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan kefarmasian UPTD Puskesmas Sukarahayu yaitu :
a. Apoteker
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
c. Sasaran pelayanan kefarmasian : Pasien yang berobat di Puskesmas
Sukarahayu
5. Batasan Operasional
a. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
b. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
c. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
d. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
e. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
f. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
g. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Distribusi Ketenagaan
Apoteker, dengan kualifikasi : Profesi Apoteker
Tenaga Teknis Kefarmasian, dengan kualifikasi : minimal D III
3. Jadwal Kegiatan
a. Pelayanan Obat, dilakukan setiap hari
b. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), dilakukan sesuai jadwal
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Denah Ruang
a. Ruangan Apotek Rawat Jalan
2. Standar Fasilitas
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas
meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan resep, meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja
dan kursi. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan
mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas) Ruang
pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi rak
Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan
peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer,
sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup.
c. Ruang penyerahan Obat, meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai, Ruang penyimpanan
harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga
memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik
perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
e. Ruang arsip, Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan
khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen
dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan,
dan teknik manajemen yang baik.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Lingkup Kegiatan
a. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan. Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi :
1) Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk
mendapatkan:
a. perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
No Kegiatan Ya Tidak
1 Ada petugas khusus di puskesmas yang bertugas √
menerima obat
2 Petugas selalu memeriksa kemasan dan bentuk fisik √
obat pada saat penerimaan obat
3 Petugas memeriksa kesesuaian antara obat yang √
diterima dengan item obat yang dikirim dan yang
tercatat dalam LPLPO
4 Petugas memeriksa dan mencatat tanggal kadaluarsa √
obat
5 Petugas penerima mencatat dokumen penyerahan obat √
dalam buku penerimaan obat, serta mencatat obat
narkotika dan psikotropika dalam buku khusus
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100 %
No Kegiatan Ya Tidak
1 Petugas menolak obat yang kadaluarsa atau obat rusak √
2 Petugas menyimpan secara terpisah obat √
rusak/kadaluwarsa
3 Terdapat buku catatan obat rusak dan kadaluwarsa √
4 Terdapat Berita Acara Pemusnahan obat √
rusak/kadaluwarsa
5 Terdapat kesesuaian antara obat rusak / kadaluarsa √
dengan catatan
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100 %
4) Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang
tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
Aspek umum yang perlu diperhatikan :
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang obat yang
dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur
dengan memperhatikan tanda-tanda khusus
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired
First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat emergency)
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya
dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat khusus
dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap obat
yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat
termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan (genset)
i. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal
kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas) diberikan penandaan khusus
dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih
dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.
j. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat.
No Kegiatan Ya Tidak
1 Jumlah obat sesuai dengan kapasitas gudang / tersedia √
ruang yang cukup untuk bergerak
2 Bersih, tidak berdebu, atap gudang obat dalam keadaan √
baik dan tidak ada yang bocor
3 Jendela mempunyai teralis √
4 Sarana / Gudang Obat selalu terkunci, kunci dipegang √
oleh satu orang petugas
5 Bebas dari tikus, kecoa, dan tanda-tanda yang √
menunjukkan tikus hidup di dalamnya
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100 %
No Kegiatan Ya Tidak
1 Tersedia lemari khusus untuk narkotika √
2 Tersedia lemari es khusus untuk produk tertentu √
3 Obat dikelompokkan dalam jumlah yang mudah dihitung √
4 Obat dengan kadaluarsa lebih pendek disimpan lebih √
depan dibandingkan dengan obat yang mempunyai
masa kadaluarsa lebih panjang (First Expire First Out)
5 Untuk obat yang tidak mempunyai masa kadaluarsa, √
penyimpanan berdasarkan kedatangannya. Yang lebih
dahulu datang disimpan lebih depan dibandingkan
dengan yang datang belakangan (First In First Out)
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100
b. Pengendalian penggunaan;
Pengendalian penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui jumlah
penerimaan dan pemakaian obat sehingga dapat memastikan jumlah
kebutuhan obat dalam satu periode. Kegiatan pengendalian
penggunaan mencakup :
Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
Jumlah stok ini disebut stok kerja
Menentukan :
Stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada
jaringan pelayanan puskesmas agar tidak mengalami
kekurangan/ kekosongan
Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga,
misalnya karena keterlambatan pengiriman
Menentukan waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang
diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima
Menentukan waktu kekosongan obat
Pencatatan : Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor keluar dan masuknya (mutasi) obat di gudang farmasi
puskesmas. Pencatatan dapat dilakukan dalam bentuk digital atau
manual. Pencatatan dalam bentuk manual biasa menggunakan
kartu stok. Fungsi kartu stok obat :
Mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran obat termasuk
kondisi fisik, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat
Satu kartu stok hanya digunakan untuk mencatat mutasi satu
jenis obat dari satu sumber anggaran
Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan dan
rencana kebutuhan obat periode berikutnya.
a. Pencatatan (dokumentasi) :
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
keluar dan masuknya obat di Puskesmas. Pencatatan dapat dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Pada umumnya
pemasukan dan pengeluaran obat dicatat dalam buku catatan
pemasukan dan pengeluaran obat dan kartu stok. Petugas kefarmasian
harus mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran obat di puskesmas.
Di gudang obat harus tersedia kartu stok, buku penerimaan dan
pengeluaran obat.
Di ruang obat tersedia kartu stok, rekapan harian penggunaan obat
dan buku catatan pemakaian narkotik dan psikotropik dan
pemakaian obat-obat program.
Catatan pemakaian narkotik, psikotropik dan obat-obat tertentu
harus dilengkapi nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor telepon
dan jumlah obat yang diterima setiap pasien.
b. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan yang dibuat oleh
tenaga kefarmasian puskesmas meliputi :
NO JENIS LAPORAN FUNGSI LAPORAN KET
1 Rencana Kebutuhan Obat Mengetahui rencana kebutuhan
(RKO) obat BMHP satu tahun kedepan
dan sebagan dasar dalam
melakukan pengadaan / pembelian
2 Rencana Usulan Kegiatan Mengetahui rencana kegiatan satu
(RUK) tahun kedepan
3 Rencana Pelaksanaan Menjelaskan prosedur untuk
Kegiatan (RPK) melaksanakan RUK
4 Lap. penerimaan dan Mengetahui jumlah mutasi obat LPLPO
pengeluaran obat BMHP
5 Lap. Obat Psikotropika Mengetahui jumlah mutasi obat SIPNAP
Narkotika Narkotika Psikotropika
6 Lap. Obat Kesehatan Mengetahui jumlah mutasi obat
Jiwa (Obat-obat tertentu) program Keswa.
7 Lap. Obat HIV Mengetahui jumlah mutasi obat SIHA
program HIV
8 Lap. Obat TBC Mengetahui jumlah mutasi obat SITB
program TB
9 Lap. PTRM Mengetahui jumlah mutasi obat
program PTRM
10 Lap. Vaksin Mengetahui jumlah mutasi obat SMILE
program Imunisasi
11 Lap. Obat-obat Program Mengetahui jumlah mutasi obat
lain program Gizi, Kecacingan, Kusta,
Diare, Hepatitis
12 Lap. Persediaan (BASO – Mengetahui jumlah mutasi obat I-PA
Berita Acara Stok BMHP dalam nominal rupiah
Opname)
13 Lap. Assesmen Farmasi Evaluasi kegiatan kefarmasian SIMONA
14 Lap. Obat rusak / Melaporkan obat rusak/kadaluarsa
kadaluarsa
15 Lap. Pelayanan Farmasi Melaporkan jumlah kunjungan
resep, pasien yang diberikan PIO
dan konseling
16 Lap. Penggunaan Obat Melaporkan penggunaan antibiotic PKP
Rasional (POR) pada ISPA dan Diare, Injeksi pada
Myalgia dan rerata R/ dalam
lembar resep
17 Lap. Ketersediaan obat Melaporkan persentasi PKP
dan vaksin indikator ketersediaan obat dan vaksin
sebagai indicator ketersediaan
18 Lap. Kepatuhan terhadap Evaluasi ketersediaan dan PKP
formularium nasional peresepan obat sesuai dengan
Formularium Nasional
19 Lap. Pemakaian obat Grafik 10 pemakaian obat
terbanyak terbanyak
No Kegiatan Ya Tidak
1 Adanya buku pencatatan harian pemakaian obat √
2 Resep yang dilayani dicatat dan disimpan sesuai √
dengan masing-asing kelompok pasien (Umum / JKN)
3 Arsip resep disimpan di tempat khusus √
sekurangkurangnya selama 3 (tiga) tahun
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100 %
No Kegiatan Ya Tidak
1 Presentase penggunaan antibiotika untuk kasus ISPA < √
20 %
2 Presentase penggunaan antibiotika untuk kasus diare < √
8%
3 Presentase penggunaan injeksi untuk kasus mialgia < 1 √
%
4 Rata-rata jumlah obat yang diresepkan tidak lebih dari 3 √
jenis
5 Penggunaan injeksi tidak lebih dari 10 % √
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100 %
No Kegiatan Ya Tidak
1 Petugas kamar obat memanggil pasien berdasarkan no urut dan √
menanyakan kembali nama pasien dan no urut setelah dipanggil
2 Petugas kamar obat memberikan informasi nama obat, cara √
pemakaian, manfaat obat, apa yang dilakukan bila terdapat efek
samping obat
3 Petugas kamar obat meminta pasien untuk mengulang petunjuk √
yang telah diberikan kepada pasien
4 Petugas memisahkan setiap jenis obat dalam kemasan yang √
berbeda
5 Petugas kamar obat memberi etiket dan label pada kemasan √
dengan nama pasien, tanggal, cara pemakaian
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 100 %
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien serta keluarga
pasien. Bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada
akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
Adapun kriteria pasien/ keluarga pasien yang perlu diberi konseling :
Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi). - Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama.
Pemberian lebih dari satu obat untuk jenis penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Pasien rujukan dokter
4. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Dengan tujuan:
a. Memeriksa Obat pasien.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan
dalam terapi pasien.
Pelaksanaan
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Memastikan kebenaran identitas pasien dengan meminta pasien
menyebutkan nama dan identitas lain dan disesuaikan dengan yang
ditetapkan puskesmas.
c. Pengumpulan data pasien merupakan komponen penting dalam proses
PTO. Data tersebut dapat diperoleh dari :
Profil pengobatan pasien/pencatatan penggunaan obat
Wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain.
Semua data yang sudah diterima, dikumpulkan dan kemudian dikaji.
Data yang berhubungan dengan PTO diringkas dan diorganisasikan
ke dalam suatu format yang sesuai. Sering kali data yang diperoleh
dari profil pengobatan pasien belum cukup untuk melakukan PTO,
oleh karena itu perlu dilengkapi dengan data yang diperoleh dari
wawancara pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain
d. Identifikasi masalah terkait Obat Setelah data terkumpul, perlu dilakukan
analisis untuk identifikasi adanya masalah terkait obat. Masalah terkait
obat dapat dikategorikan sebagai berikut :
Ada indikasi tetapi tidak diterapi
Pemberian obat tanpa indikasi
Pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan.
Pemilihan obat yang tidak tepat.
Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk
kondisinya (bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost
effective dan kontra indikasi).
Dosis terlalu tinggi
Dosis terlalu rendah
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
Interaksi obat
Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab (tidak mampu
membeli obat, obat tidak tersedia, ketidakpatuhan pasien atau
karena kelalaian petugas)
Apoteker perlu membuat prioritas masalah yang perlu penyelesaian
segera sesuai dengan kondisi pasien, dan menentukan masalah
tersebut sudah terjadi atau berpotensi akan terjadi.
e. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat dapat dilakukan dengan
:
Memulai terapi obat
Obat dihentikan
Meningkatkan dosis
Menurunkan dosis
Konseling pasien secara individu
Merujuk pasien
Diazepam Indometasin
Flurazepam Cyclandelate
Pentobarbital Methocarbamol
Amitriptilin Trimethobenzamide
Isoxuprine P Phenylbutazon
Cyclobenzaprine Chlorpropamide
Orpenadrine Propoxyphene
Chlordiapoxide Pentazosine
Meprobamate Dipyridamole
Secobarbital Carisoprodol
8. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping Obat.
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
No Kegiatan Ya Tidak
1 SDM pengelola obat adalah apoteker sesuai PPSI √
2 Sosialisasi tentang pelayanan farmasi (PIO) melalui pertemuan, √
leaflet, poster dan spanduk
3 Pelayanan Informasi Obat untuk petugas kesehatan √
4 Penyuluhan/ promosi kesehatan kepada masyarakat √
5 Konseling √
6 Visite mandiri dan visite bersama tim medis √
7 Pembuatan leaflet, Newslatter, poster obat √
8 Home care √
9 Evaluasi kegiatan PIO dan penyampaian hasil evaluasi √
10 PIO untuk pasien rawat jalan dan rawat inap √
11 Ada ruangan untuk konseling PIO √
Target (%) 100 %
Pencapaian (%) 91
2. Metode
Berdasarkan tempat pelayanan, tempat pelayanan kefarmasian dibagi 2 yaitu
dilakukan di dalam Gedung seperti di Puskesmas dan Puskesmas pembantu dan
pelayanan diluar gedung seperti Puskesmas Keliling dan Posbindu.
3. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Monitoring dan evaluasi
BAB V
LOGISTIK
b. Ruang Pelayanan
1. Ruang Penerimaan Resep
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
3. Ruang penyerahan obat.
4. Ruang konseling
5. Meja dan Kursi
6. Blender / Mortir stampe
7. Kertas Puyer
8. Plastik Klip
9. Komputer dan printe
10. ATK
c. Ruang arsip
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM
2. Farmasi Klinik
Indikator pelayanan
1) Rerata waktu konsultasi
2) Rerata waktu penyerahan obat
3) Persentase obat yang sesungguhnya diserahkan
4) Persentase obat yang dilabeli secara adekuat
Indikator fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
2) Ketersediaan daftar obat DOEN
3) Ketersediaan Key drugs
b. Indikator tambahan
Persentase pasien yang di terapi tanpa obat
Rerata biaya obat tiap resep
Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang diberikan
d. Indikator ketersediaan
20 Indikator obat dan vaksin
45 Indikator obat dan vaksin
BAB IX
PENUTUP