Anda di halaman 1dari 25

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MULTIWAHANA
Jl. Musi Raya Nomor 1 RT.013 RW.005 Kel. Sialang Kec. Sako Palembang
Komp. Perkantoran Kecamatan Sako
Email : pkm_multiwahana@yahoo.com Telepon : 0711-826194

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MULTIHAWANA


NOMOR : 445/309/KEP/PKM.MW/2023
TENTANG
PELAYANAN KEFARMASIAN PUSKESMAS MULTIWAHANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS MULTIWAHANA,

Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian harus


dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b. Bahwa pelayanan kefarmasian harus dilaksanakan sesuai
kebijakan dan prosedur yang berlaku
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b
maka perlu disusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Puskesmas Multiwahana;
Mengingat : 1. Undang-undang RI No. 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1998, Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 Tentang
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 tahun 2019 tentang
pusat kesehatan masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2020, Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2020
Tentang Perubahan atas peraturan menteri kesehatan RI
Nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2022 Tentang Penetapan Dan Perubahan
Penggolongan Psikotropika;
10. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor HK.01.07/
MENKES/ 165 /2023 Tentang Standar Akreditasi , klinik,
laboratorium kesehatan, unit transfusi darah, tempat praktik
mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG PELAYANAN
KEFARMASIAN PUSKESMAS MULTIWAHANA
Kesatu : Pedoman Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Multiwahana
sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.Apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini,
akan ditinjau dan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 17 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS MULTIWAHANA

DIAN HAYATI
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MULTIWAHANA
NOMOR : 445/309/KEP/PKM.MW/2023
TANGGAL : 17 JANUARI 2023
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN PUSKESMAS
MULTIWAHANA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja
puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau
dusun/rukun warga (RW). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat
mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat,cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan
pasien.
Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa praktek ke farmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi,pengamanan, pengadaan,penyimpanan dan pendistribusian
obat,pelayanan obat atas resep dokter,pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan,
pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada pengelolahan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik.
Oleh karena itu perlu adanya pedoman pelyananan kefarmasian untuk
menunjang pelayanan dan sebagai acuan dalam pembuatan laporan.

B. TUJUAN
TUJUAN UMUM :
Sebagai acuan bagi petugas farmasi untuk melakukan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Multiwahana.

TUJUAN KHUSUS :
1. Sebagai acuan bagi petugas farmasi untuk pelayanan obat di puskesmas.
2. Sebagai acuan bagi petugas farmasi untuk pendistribusian obat ke ruang
pelayanan dan ke Pustu Sukamaju.
3. Sebagai acuan bagi petugas farmasi untuk pengadaan obat di Puskesmas
Multiwahana.
4. Sebagai acuan penyimpanan obat di puskesmas.
5. Sebagai acuan bagi petugas farmasi dalam pembuatan laporan bulanan.
6. Sebagai acuan bagi petugas farmasi untuk pengendalian obat kadaluwarsa
yang ada di Puskesmas Multiwahana

C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman Pedoman Pelayanan Kefarmasian ini adalah petugas
farmasi di Puskesmas Multiwahana.

D. RUANG LINGKUP
Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajemen berupa pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh
sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
2. Ruang Farmasi adalah Ruang yang terdapat di Puskesmas Multiwahana yang
khusus melayani resep dokter, pendistribusian obat ke ruang pelayanan lainnya
lainnya.
3. Obat adalah Bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
4. Resep adalah Permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
5. Dokter / dokter gigi adalah Seseorang yang telah lulus pendidikan kedokteran
/kedokteran gigi yang diberi kewenangan untuk melakukan praktek kedokteran
dalam upaya pelayanan kesehatan.
6. Apoteker adalah Sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah Tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, dan Ahli
Madya Farmasi.
8. Sediaan farmasi adalah Obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Alat
Kesehatan adalah Barang, instrumen atau alat yang digunakan dalam
perawatan kesehatan, diagnosis, penyembuhan, pencegahan penyakit, kelainan
pada keadaan badan atau gejala lainnya pada manusia.
9. Bahan Medis Habis Pakai adalah Alat kesehatan yang di gunakan untuk
penggunaan sekali pakai dengan tujuan mencapai hasil yang baik.
10. Pelayanan Resep adalah Permintaan tertulis dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan lain kepada apoteker untuk menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
11. Pengelolaan Obat adalah Kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
di puskesmas untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
obat yang efisien, efektif dan rasional.
12. Pelayanan Farmasi Klinik adalah Suatu kegiatan pelayanan kefarmasian yang di
berikan oleh petugas farmasi kepada pasien yang bertujuan untuk
meningkatkan pengobatan rasional yang aman dan tepat.
13. Pelayanan Informasi Obat adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
atau asisten apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat , cara
penggunaan obat, aturan pakai atau dosis, bentuk sediaan, efek samping,
penyimpanan obat, kepada pasien dan kepada profesi kesehatan lain.
14. Skrining Resep adalah Suatu kegiatan pengkajian resep meliputi nama
pasien,umur, jenis kelamin dan berat badan; nama dokter, nomor Surat Izin
Praktik (SIP), tanggal penulisan resep, paraf, dan dosis obat.
15. Efek Samping Obat adalah Setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan serta terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal.
16. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah Tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
17. Pelayanan Kefarmasianadalah Suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Menurut Permenkes RI nomor 74 tahun 2016 penyelenggara Pelayanan
Kefarmasian di puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh satu orang tenaga
Apoteker sebagai penanggung jawab, dan di bantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
sesuai kebutuhan. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi
dan surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kompetensinya. Upaya peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian
dapat dilakukan melalui pengembangan profesional berkelanjutan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Penyelengaraan ketenagaan kefarmasian di Puskesmas Multiwahana
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang apoteker dan 2 (dua) Tenaga Teknis Kefarmasian.
Ketenagaan Ruang Farmasi Puskesmas Multiwahana adalah sebagai berikut :
Penanggung jawab : apt.Dessy Fajarini, S.Farm
Anggota : M. Nugrah Amrullah, A.Md.Farm
: Zulkipli, A.Md.Farm

Struktur Ruang Farmasi di Puskesmas Multiwahana :


Bagan 1.
STRUKTUR RUANG FARMASI

Penanggung Jawab
apt.Dessy Fajarini, S.Farm

Anggota Anggota
M.Nugrah Amrullah, A.Md.Farm Zulkifli, A.Md. Farm
Masing-masing tenaga kesehatan yang bertugas di Ruang Farmasi memiliki
uraian tugas masing-masing sesuai dengan latar belakang pendidikan, dan
kedudukannya dalam struktur organisasi.
Uraian tugas masing-masing tenaga kesehatan tersebut adalah sebagai berikut
1. Penanggung Jawab
Sebagai penanggung jawab ruang farmasi, dan segala kegiatan yang
berhubungan dengan kefarmasian.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
Bertanggung jawab di bagian pelayanan obat, serta pencatatan dan pelaporan
kunjungan resep dan laporan narkotika dan psikotropika.
C. JADWAL PELAYANAN
Pelayanan ruang farmasi dibuka setiap hari kerja, yakni senin sampai sabtu
dengan jam-jam sebagai berikut:
Tabel 1. JADWAL PELAYANAN RUANG FARMASI
Hari Jam Pelayanan Petugas
Senin 07.30 – 14.00 Staf Farmasi
WIB
Selasa 07.30 – 14.00 Staf Farmasi
WIB
Rabu 07.30 – 14.00 Staf Farmasi
WIB
Kamis 07.30 – 14.00 Staf Farmasi
WIB
Jumat 07.30 – 13.00 Staf Farmasi
WIB
Sabtu 07.30 – 13.30 Staf Farmasi
WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN RUANG FARMASI


Bagan 2.
Denah Ruang Farmasi
C
B A

H D

I G F E

C
C
N

K L M

A : Meja Penerimaan Resep &


Penyerahan Obat I : Lemari Arsip

B : Meja Konseling
J : Chiller

C : Pintu Masuk
H : Meja Administrasi
K : Kulkas
D : Wastafel

E. : Lemari Penyimpanan Obat L : Lemari Narkotika dan Psikotropika

F : Meja Penyiapan & Peracikan Obat M : Rak Obat

H : Meja Administrasi
A. STANDAR FASILITAS
1. Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan ruang penyerahan obat meliputi rak obat, meja,
kursi blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep,
buku bantu PIO, serta alat-alat tulis.
3. Ruang Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi rak/lemari
obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, pengukur suhu , dan ceklist suhu.
4. Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan pelayanan farmasi di Puskesmas Multiwahana berpusat di
dalam gedung yaitu:
1. Pelayanan resep.
2. Pengkajian resep
3. Pelayanan informasi obat.
4. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai.
5. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai ke ruang pelayanan di
puskesmas.
6. Pengelolahan obat dan bahan medis habis pakai.

B. METODE
Metode pelaksanaan kegiatan farmasi dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
1. Metode pengelolahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
2. Metode pelayanan farmasi klinik

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Baku Medis Habis Pakai
a) Perencanaan kebutuhan farmasi dan bahan habis pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Proses perencanaan obat dan bahan
medis habis pakai dilakukan per tahun.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1) perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan.
2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
b) Pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan obat
dan bahan medis habis pakai harus melalui jalur resmi. Pengadan di
puskesmas dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Pengadaan dari dinas yaitu pengadaan yang dilakukan oleh
puskesmas ke gudang obat dinas kesehatan dengan melakukan
permintaan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Dengan melampirkan form
LPLPO
2) Pengadaan dengan dana BLUD yaitu pengadaan yang dilakukan
dengan membeli sendiri obat dan bahan medis habis pakai, dengan
pemesan langsung ke PBF (Perdagangan Besar Farmasi) melalui
dengan melampirkan surat pesanan
c) Penerimaan Sediaan farmasi dan bahan habis pakai
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Langkah-langkah :
1) Petugas menerima LPLPO yang telah diisi jumlah pemberian pada
kolom jenis pemberian oleh petugas GFK.
2) Petugas menerima obat yang telah disediakan oleh petugas GFK.
3) Petugas memeriksa jumlah obat yang diterima sesuai dengan
pemberian yang ditulis pada LPLPO.
4) Apabila jumlah obat tidak sesuai, petugas meminta obat yang
kurang atau mengembalikan obat yang lebih.
5) Apabila jumlah obat telah sesuai, petugas memeriksa kondisi fisik
serta tanggal kadaluarsa obat yang diterima.
6) Apabila terdapat kerusakan fisik atau tanggal kadaluwarsa kurang
dari 6 bulan, petugas meminta penggantian atau mengembalikan
obat tersebut.
7) Petugas menandatangani bukti penerimaan LPLPO sebanyak 3
rangkap.
8) Petugas menerima obat serta 1 rangkap LPLPO sebagai arsip
puskesmas.
d) Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan habis pakai
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahas habis pakai harus mematuhi
ketentuan berikut :
1) Obat harus di simpan dalam wadah asli dari pabrik.
2) Semua obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak di pergunakan untuk penyimpan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4) Penyimpanan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari
langsung.
5) Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
6) Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku, kecuali tertulis pada etiket obat.
7) Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
8) Sistem penyimpanan obat di susun secara alfabetis.
9) Pada penyimpanan obat pengeluaran obat memakai sistem FEFO
(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
10)Sediaan farmasi dan BMHP yang mendekati masa kadaluarsa diberi
tanda
a.Label Hijau, untukobat dengan rentang kadaluwarsa lebih dari 6
bulan
b.Label Kuning, untuk obat dengan rentang kadaluwarsa 3 – 6
bulan
c. Label Merah, untuk obat dengan rentang kadaluwarsa kurang
dari 3 bulan

Beberapa obat perlu di simpan pada tempat khusus untuk memudahkan


pengawasan yaitu:
1) Obat golongan narkotik dan psikotropika masing-masing di simpan
dalam lemari khusus dan terkunci.
2) Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus di simpan dalam
lemari pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan.
3) Obat-obatan seperti sirup, tablet, salep atau krim di simpan pada rak
obat pada suhu> 30°c.
Langkah- langkah penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai :
1) Petugas menyiapkan kartu stok dan ATK (Alat Tulis Kantor).
2) Petugas memeriksa nama obat.
3) Petugas memeriksa tanggal kadaluarsa obat.
4) Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan, kemasan,
sesuai alfabet serta syarat kondisi penyimpanannya.
5) Petugas menempatkan obat sesuai dengan urutan waktu obat
masuk (FEFO) dan (FIFO).
6) Petugas mencatat jumlah obat yang disimpan dan tanggal
kadaluarsa obat pada kartu stok.
e) Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai adalah kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan ruang pelayanan
pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan obat dan
bahan medis habis pakai pada ruang pelayanan kesehatan yang ada di
Puskesmas Multiwahana.
Langkah-langkah:
1) Petugas menerima lembar permintaan obat/perbekalan kesehatan
dari ruang pelayanan.
2) Petugas memeriksa ketersediaan dan jumlah obat/perbekalan
kesehatan yang diminta.
3) Apabila tersedia dan dapat terpenuhi, petugas menyiapkan
obat/perbekalan kesehatan sesuai permintaan.
4) Apabila tidak tersedia, petugas menyesuaikan obat dan jumlah yang
diberikan.
5) Petugas mencatat pengeluaran pada buku pengeluaran gudang
obat dan kartu stok.
6) Petugas menyerahkan obat/perbekalan kesehatan ke ruang
pelayanan yang meminta.
f) Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi yang tidak dapat digunakan
dilakukan karena tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan
oleh BPOM. Penarikan bahan habis pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi dan bahan habis pakai bila :
1) produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2) telah kadaluwarsa;
3) tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahunan; dan/atau
4) dicabut izin edarnya.
Hal yang perlu diperhatikan terkait produk sediaan farmasi dan bahan
habis pakai
1) Sediaan farmasi dan BMHP yang kadaluarsa berasal dari Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Palembang dikembalikan dengan
membuat surat pengembalian atau dimusnahkan sendiri dengan
membuat berita acara diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota
Palembang
2) Sediaan farmasi dan BMHP dari donasi, hibah, program, dan
lainnya yang kadaluarsa dimusnahkan sendiri dengan membuat
berita acara.
3) Pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP dapat dilakukan sendiri
atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan habis pakai terdiri dari
1) Membuat daftar membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
2) menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3) mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait;
4) menyiapkan tempat pemusnahan; dan melakukan pemusnahan
disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
berlaku.
g) Pengendalian sediaan farmasi dan bahan habis pakai
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan perbekalan
kesehatan perlu adanya pengendalian meliputi;
1) Pengendalian persediaan, minimal 80% dari formularium.
2) Pengendalian penggunaan
3) Pengendalian /Penanganan obat hilang
4) Pengendalian /Penanganan obat kadaluarsa
5) Stock Opname setiap akhir bulan
h) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan pada setiap obat dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi:
1) Pencatatan stok awal obat, penerimaan obat, pemakaian atau
pengeluaran obat, stok akhir obat, di catat di kartu stok obat dan
buku pengeluaran obat gudang. Dilaporkan setiap bulan dengan
menggunakan form LPLPO terlampir.
2) Pencatatan resep dicatat di buku kunjungan resep, dengan
membedakan kunjungan BPJS dan umum. Dilaporkan setiap bulan
dengan menggunakan form LPLPO.
3) Pencatatan penerimaan dan pengeluaran obat Psikotropika dan
Narkotika di catat di kartu stok dan buku bantu psikotropika dan
narkotika. Dilaporkan setiap bulan dengan menggunakan formulir
laporan sediaan obat narkotika dan psikotropika.
4) Pencatatan penggunaan peresepan anti biotik pada penyakit ISPA,
diare dan dicatat di buku kunjungan resep. Dilaporkan setiap bulan
dengan menggunakan formulir laporan penggunaan obat rasional.
5) Pencatatan pemberian informasi obat dan efek samping obat di
catat di resep pasien.
i) Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
dilakukan dengan cara berikut :
1) Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium
2) Evaluasi kesesuaian resep dengan formularium
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a) Pengkajian dan pelayanan resep
Pengkajian resep bertujuan untuk melihat kelengkapan resep secara
administrasi, farmasetik dan klinis agar pasien memperoleh obat sesuai
dengan kebutuhan pengobatan.
Langkah-langkah pelayanan resep
1) Petugas farmasi menerima resep
2) Petugas farmasi melihat kelengkapan aspek administrasi, farmasetik
dan klinis
3) Petugas farmasi melakukan penyiapan obat.
4) Petugas farmasi melakukan pelebelan atau etiket obat.
5) Petugas farmasi melakukan pemeriksaan akhir
6) Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien disertai pemberian
informasi obat
b) Pelayanan informasi obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien dan
didokumentasikan dalam form PIO. PIO dilakukan
dengan cara :
1) Menjawab pertanyaan dari pasien/tenaga kesehatan melalui lisan,
surat, atau tatap muka.
2) Membuat leaflet, label obat, poster, dan lainnya.
3) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
4) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
c) Konseling
Merupakan Kegiatan mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien
yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien
Kegiatan konseling yaitu
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat
tersebut, dan lain-lain
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien
Konseling dilakukan di ruangan khusus menggunakan kartu pasien atau
catatan konseling.
d) Monitoring efek samping obat (MESO)
Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
1) Mencatat laporan efek samping obat
2) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
e) Pemantauan terapi obat
Proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat
yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan
efek samping.
Kriteria pasien :
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2) Membuat catatan awal.
3) Memperkenalkan diri pada pasien.
4) Memberikan penjelasan pada pasien.
5) Mengambil data yang dibutuhkan.
6) Melakukan evaluasi.
7) Memberikan rekomendasi.
f) Evaluasi penggunaan obat
Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional). Evaluasi Penggunaan Obat yang
dilakukan antara lain :
1) Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium
2) Evaluasi kesesuaian resep dengan formularium
3) Evaluasi penggunaan obat rasional (POR)
3. Pengelolaan Obat Emergensi
Untuk menjamin penanganan pasien gawat darurat secara tepat, cepat,
terarah dan berkualitas, maka diperlukan penyediaan obat-obat emergensi di
ruang pelayanan. Obat emergensi disediakan di Ruang Tindakan dan Gawat
Darurat, Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut, Ruang KIA-KB-Imunisasi. Obat
emergensi dipastikan siap sedia digunakan setiap hari dan dilakukan
pemantuan setiap bulan.
Tabel 1. Daftar Obat Emergensi di Ruang Pelayanan
No Nama Obat dan BMHP Sediaan

1 Epinephrine Ampul Ampul

2 Diphenhidramine Ampul Ampul


3 Dexamethasone Ampul Ampul
4 IV Catheter G20 pcs
5 IV Catheter G24 pcs
6 Infus set anak Pcs
7 Infus set dewasa pcs
8 Alkohol Swab Pcs
9 Kasa Steril pcs
10 Spuit 1 cc / 3 cc Pcs
11 Ringer Lactat 500 mL Kolf
12 ISDN Tablet
13 Handscoon non steril Set

14 Plester coklat Roll

4. Pengelolaan obat LASA (Look Alike Sound Alike)


LASA adalah singkatan dari Look alike Sound Alike adalah obat-obat yang
memiliki kemasan yang terlihat mirip (rupa mirip) atau nama obat yang
terdengar sama (ucapan mirip) dan obat dengan nama sama tetapi beda
dosis. Penyimpanan Obat LASA adalah kegiatan memberi label, menyimpan
dan memelihara dengan cara menempatkan obat LASA yang diterima pada
tempat yang telah ditentukan.

Tabel 2. Daftar obat LASA Rupa Mirip


Vitamin C Vitamin B6

Oxytetracyline HCl Salep Mata Chloramphenicol 1% Salep Mata

Salep Anti Fungi Salep 2-4

Allopurinol 100 mg Loratadin

Tablet Tambah Darah Tablet Zink 20 mg

Tabel 3. Daftar obat LASA Ucapan Mirip

LansopraZOLE 30 mg OmepraZOLE 20 mg
MiconaZOLE Salep Kulit KetoconaZOLE Salep Kulit
AmlodiPIN NifediPINe
PIRoxicam PIRidoxin
ChloramPHENICOL ThiamPHENICOL
SimvastaTIN BetahisTIN
ASAM MefenAMAT 500 mg ASAM TranexAMAT 500 mg

Tabel 4. Daftar obat LASA Double Strenght

Amoksisilin 500 mg Amoksisilin 250 mg

Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg

Allopurinol 100 mg Allopurinol 300 mg

Glimepirid 1 mg Glimepirid 2 mg

5. Pengelolaan Obat High Alert


Obat High Alert adalah obat yang mempunyai resiko tinggi yang menyebabkan
risiko pasien jatuh dan kejadian sentinel pada pasien secara signifikan bila
digunakan secara salah. Pelabelan obat High Alert adalah pemberian tanda
dengan tulisan High Alert pada setiap sediaan kategori High Alert.
Penyimpanan Obat High Alert adalah kegiatan memberi label, menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan obat High Alert yang diterima pada
tempat yang telah ditentukan.
Tabel 5. Daftar Obat High Alert

No Kelas Terapi Nama Generik Bentuk Kekuatan


Sediaan
1 Vasokontriksi Epinephrin Ampul 0,1%
2 Antiaritmia Lidocain Ampul 2%
3 Antidisaritmi Digoxin Tablet 0,25 mg
MgSO4 Kolf 20%
MgSO4 kolf 40 %
4 Antidiabetes oral Glimepirid Tablet 1 mg, 2 mg
Glibenklamid Tablet 5 mg
5 Psikotropika Diazepam Ampul 5 mg/mL
Diazepam Tablet 5 mg
6 Obat-obat Haloperidol Tablet 5 mg
tertentu
Triheksilpenidil Tablet 2 mg
Risperidone Tablet 2 mg
Haloperidol Ampul 50mg/mL
6 Obat yang Oksitoksin Ampul 10 IU
bekerja pada
uterus
Metilergometrin Ampul 0,200 mg
maleat

6. Pelayanan resep psiktropika dan narkotika


Peresepan psikotropika dan narkotika adalah proses pengambilan keputusan
pengobatan oleh dokter ke pasien berupa terapi obat jenis psokotropika dan
narkotika. Penyimpanan obat psikotrpika dan narkotika disimpan dalam lemari
kunci ganda yang dipegang oleh apoteker.
Prosedur pelayanan psikotropika dan narkotika :
a) Petugas menandai resep narkotika & psikotropika dengan memberi garis
bawah berwarna merah.
b) Petugas menyiapkan obat sesuai dengan resep dan memberi etiket
lengkap.
c) Petugas memberi obat pada pasien disertai dengan pemberian informasi
obat.
d) Petugas meminta no telpon atau alamat lengkap pasien.
e) Petugas mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku pemakaian
obat khusus narkotika & psikotropika.
Pelaporan pemakaian obat psikotropika dan narkotika dilaporkan pada aplikasi
SIPNAP setiap awal bulan.
7. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu lima tahun dapat
dimusnahkan dengan tujuan agar petugas memahami tentang cara dan
prosedur pemusnahan resep.
Tata Cara Pemusnahan Resep :
a) Resep lain dan resep narkotika dihitung lembarannya.
b) Resep lain ditimbang
c) Resep dihancurkan lalu dikubur atau dibakar
d) Membuat berita acara pemusnahan resep sesuai format terlampir dan
berita acara pemusnahan dikirim ke dinas kesehatan kota palembang.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanaanya dilakukan oleh petugas penanggung jawab Ruang Farmasi kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku dimasing-masing organisasi.
Ruang pelayanan farmasi mengajukan pengadaan obat-obatan dan bahan medis
habis pakai ke Dinas Kesehatan dengan menggunakan form LPLPO.
A. Peralatan Kantor
1. Furniture (meja, kursi, lemari buku, dll)
2. Komputer
3. Printer
4. Alat tulis kantor
B. Peralatan Penyimpanan
1. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, dari kelembaban dan dari
pencahayaan yang berlebih.
2. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus
1) Lemari pendingin
2) Cold Chain, Cold Box, dan Cold Pack
3) Lemari penyimpanan khusus obat narkotika/psikotropika
C. Peralatan Arsip
1. Kartu stok
2. Buku ceklis pemberian informasi obat
3. Buku rekap resep
4. Buku generik paten
5. Formulir Konseling
6. Formulir PIO
7. Formulir Surat Permintaan Obat ke OBF
8. LPLPO
9. Form laporan pelayanan kefarmasian
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pelayanan unit farmasi harus memperhatikan keselamatan pasien dengan cara


melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :
- Kesalahan pemanggilan nama pasien
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan pemberian dosis
- Kesalahan pemberian cara pakai obat
- Kesalahan penyimpanan obat
- Kesalahan dalam penulisan etiket obat
- Terjadinya kesalahan pemberian obat kadaluarsa
- Kesalahan dalam penyampaian informasi obat
- Risiko kebakaran dan bencana lainnya
Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang telah
disebutkan diatas maka dilakukan :
- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien. Hal ini
tertuang dalam standar operasional prosedur ruang pelayanan farmasi.
- Adanya alur evakuasi jika terjadi keadaan darurat kebakaran dan bencana
lainnya.
- Monitoring secara berkala oleh tim mutu Puskesmas Multiwahana
Penanganan/tindak lanjut hasil identifikasi, monev oleh ketua pokja, temuan tim
manajemen mutu, temuan audit internal, pelaporan, dan keluhan atau pengaduan
dibahas dan ditindak lanjuti oleh masing-masing tim penilai tersebut. Hasil rapat
dilakukan umpan balik kepada penanggung jawab pelayanan Ruang Farmasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Program keselamatan kerja petugas pelayanan farmasi dilaksanakan dengan
memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta fasilitas kerja yang
aman.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Seluruh kegiatan farmasi dicatat sesuai dengan formulir masing-masing.
Terdapat laporan bulanan yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
Kegiatan dan masalah yang ditemukan pada saat pelayanan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab pada kegiatan mini lokakarya. Setelah
dilaporkan ke Kepala Puskesmas, maka secara musyawarah akan dilaksanakan tindak
lanjut untuk perbaikan sehingga pelayanan dapat dilanjutkan secara profesional
dengan peningkatan mutu seperti yang kita harapkan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala oleh ketua pokja UKP setiap
bulan. Monev dilakukan selambat-lambatnya pada minggu terakhir atau 3 hari sebelum
dilakukan mini lokakarya. Monev UKP melingkupi seluruh aspek baik klinis maupun
non klinis dan berlaku di semua ruang pelayanan yang melakukan pelayanan
perorangan, termasuk ruang farmasi.
Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indikator
yang digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus memiliki daya ungkit terhadap pelayanan
BAB IX
PENUTUP

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk
Puskesmas yang merupakan pelaksana kesehatan tingkat pertama (Primary Health
care). Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok
(Basic Health Services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Dengan bergesernya paradigma kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat menjadi pelayanan yang komprehensif, maka diharapkan dengan
tersusunnya Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ini akan terjadi
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas kepada masyarakat.
Disamping itu pula diharapkan pedoman ini bermanfaat bagi apoteker dan
asisten apoteker yang bertugas di Puskesmas dalam memberikan pelayanan
kefarmasian yang bermutu agar tercapai penggunaan obat yang rasional.

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 17 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS MULTIWAHANA,

DIAN HAYATI

Anda mungkin juga menyukai